Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus

DEMAM TIFOID

Oleh
KELOMPOK VII
Kamal Anshari
I1A099042

Pembimbing
dr. Pudji Andayani, Sp. A

BAGIAN / UPF ILMU KESEHATAN ANAK


FK UNLAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN
BANJARMASIN
NOVEMBER 2004

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.

DAFTAR ISI.

ii

PENDAHULUAN

LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS.

II. ANAMNESIS...

III.

PEMERIKSAAN FISIK...

IV.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA...

12

V. RESUME..

12

VI. DIAGNOSA.....

14

VII. PENATALAKSANAAN.

15

VIII. USULAN PEMERIKSAAN

15

IX. PROGNOSIS....

15

X. PENCEGAHAN...

16

PEMBAHASAN..

17

PENUTUP

22

DAFTAR PUSTAKA

ii

PENDAHULUAN

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus yang
disebabkan oleh kuman Salmonella typhi.1,2
Di Indonesia, saat ini penyakit demam tifoid masih merupakan penyakit
endemik, terutama di kota-kota besar yang padat penduduknya, seperti halnya di
negara-negara yang sedang berkembang lainnya. Hal ini berhubungan erat dengan
keadaan sanitasi, kebiasaan higiene yang tidak memuaskan dan tingkat pendidikan
yang rendah.3,4
Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-undang
No. 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan
penyakit-penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang,
sehingga dapat menimbulkan wabah.1 Penderita anak biasanya berumur di atas satu
tahun. Sebagian besar penderita (80%) yang dirawat di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta berumur di atas 5 tahun.5
Etiologi demam tifoid adalah kuman Salmonella typhi, basil gram negatif,
bergerak dengan rambut getar, dan tidak berspora.5 Ada dua sumber penularan
Salmonella typhi, yakni pasien dengan demam tifoid dan yang lebih sering adalah
pembawa. Orang-orang tersebut mengekskresi 109 sampai 1011 kuman per gram tinja.
Di daerah endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar. Makanan yang
tercemar oleh pembawa merupakan sumber penularan yang paling sering. Pembawa
adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus mengekskresi
Salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun.1

Masa tunas demam tifoid berlangsung 10 sampai 14 hari. Gejala yang timbul
amat bervariasi. Perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di
daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu, gambaran penyakit bervariasi dari
penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit khas dengan
komplikasi dan kematian. Hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sangat
berpengalaman pun dapat mengalami kesulitan untuk membuat diagnosa klinis
demam tifoid.1 Adapun gejala klinis yang umumnya terjadi adalah demam 5 hari atau
lebih, gangguan pencernaan, dan gangguan kesadaran.6
Berikut dilaporkan sebuah kasus demam tifoid pada seorang anak laki-laki
berumur 9 tahun 5 bulan yang dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin
Banjarmasin.

LAPORAN KASUS

1.

IDENTITAS
1. Identitas penderita
Nama penderita

: Hari Yayan

Jenis kelamin

: Laki-laki

Tempat & tanggal lahir

: Amuntai, 17 Juni 1995

2. Identitas orang tua / wali


AYAH :

IBU

II.

Nama

: Hardiansyah

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Jl. Jend. A. Yani Km.6 Banjarmasin

Nama

: Siti Rahma

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Jl. Jend. A. Yani Km.6 Banjarmasin

ANAMNESIS
Kiriman dari

: Balai pengobatan Pandu

Dengan diagnosa

: Suspect malaria

Aloanamnesa dengan

: Ayah dan ibu pasien

Tanggal / jam

: 2 November 2004 / 17.00 Wita

1. Keluhan utama

: Panas

2. Riwayat penyakit sekarang :


Sekitar 8 hari sebelum masuk Rumah Sakit, anak tampak lesu, sering
mengeluh pusing dan terlihat tidak bersemangat. Sejak 4 hari sebelum
masuk Rumah Sakit, anak mulai panas, tidak mendadak, muncul perlahan
dan tidak terlalu tinggi, namun berangsur-angsur meningkat setiap harinya.
Oleh ibunya, anak diberi obat penurun panas, panas turun beberapa saat
setelah minum obat, namun kemudian naik lagi. Panas terus-menerus
sepanjang hari, meningkat terutama pada malam hari dan tidak begitu
panas pada pagi dan siang hari. Pada waktu malam hari penderita tekadang
mengigau, tidak berkeringat dan tidak ada kejang. Kurang lebih 3 hari
sebelum masuk Rumah Sakit, anak mengeluh nyeri di daerah ulu hati, anak
juga mengalami mual dan muntah, serta tidak ada buang air besar hingga
masuk Rumah Sakit. Muntah sering, dengan frekuensi 2 hingga 4 kali
dalam sehari. Isi muntahan berupa air yang diminum, dan terkadang berisi
apa yang dimakan. Nafsu makan anak menurun sejak terjadinya demam,
namun minum masih kuat. Buang air kecil normal seperti biasa, berwarna
kuning muda, dan tidak ada sakit waktu buang air kecil. Anak tidak ada
mengeluh nyeri otot atau nyeri pinggang, serta tidak ada riwayat bepergian
ke luar kota.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Campak

Diare

Sesak / manggah

Batuk rejan

Kuning

Eksim

TBC

Cacing

Urtikaria / liman

Difteri

Kejang

Sakit tenggorokan

Tetanus

Demam tifoid

tidak pernah masuk RS

4. Riwayat kehamilan dan persalinan :


Riwayat antenatal

Saat hamil ibu tidak pernah memeriksakan


kehamilannya ke bidan ataupun ke Puskesmas
dan tidak pernah mendapat suntik TT

Riwayat natal :
Spontan / tidak spontan

: Spontan belakang kepala

Berat badan lahir

: 2800 gram

Panjang badan lahir

: ibu tidak ingat

Lingkar kepala

: -

Penolong

: Bidan kampung

Tempat

: Rumah

Riwayat neonatal

Langsung menangis, badan kemerahan, dan gerak


aktif

5. Riwayat perkembangan :
Tiarap

bulan/tahun

Merangkak

bulan/tahun

Duduk

bulan/tahun

Berdiri

11

bulan/tahun

Berjalan

13

bulan/tahun

Saat ini

: Kelas 4 SD, tidak masuk dalam 10 besar ranking


kelas.

6. Riwayat imunisasi
Nama

Dasar
(umur dalam hari/bulan)
2 bulan
2 bln
3 bln
-

BCG
Polio
Hepatitis B
DPT
Campak

Ulangan
(umur dalam bulan)

7. Makanan :
Anak mendapat ASI sejak lahir sampai 4 bulan, dilanjutkan bubur saring
sampai 9 bulan, berisi sayuran, serta lauk (hati ayam, ikan, dan lain-lain)
yang dihancurkan. Hingga sekarang, kecuali pada saat sakit, anak makan
nasi ditambah lauk, tidak suka sayur, sebanyak 1 piring dan biasanya
habis.
8. Riwayat keluarga :
Ikhtisar keturunan : (Gambar skema keluarga dan beri tanda keluarga yang
menderita penyakit sejenis)

Ayah, 35 tahun

Ibu, 30 tahun

Pasien, 9,4 tahun

Adik, 3,5 tahun

ket : tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga


Susunan keluarga
No

Nama

Umur

L/P

1
2
3
4

Hardiansyah
Siti Rahma
Hari Yayan
Noor Aida

35 th
30 th
9,4 th
3,5 th

L
P
L
P

Jelaskan : Sehat, Sakit (apa)


Meninggal (umur, sebab)
Sehat
Sehat
Sakit
Sehat

9. Riwayat sosial lingkungan :


Anak tinggal bersama kedua orang tua dan seorang adik di sebuah rumah
kontrakan yang terbuat dari kayu, ventilasi dan pencahayaan cukup. Air
untuk minum dan MCK berasal dari PDAM.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: komposmentis/apatis/somnolen,stupor/koma

GCS

: 456

2. Pengukuran
Tanda vital:Tensi

: 100/70 mmHg

Nadi

: 86 X/menit, kualitas: kuat, reguler

Suhu

: 37,7 OC

Respirasi

: 25 X/menit, reguler

Berat badan

: 25 kg

(84,7% standar BB/U)

Panjang/tinggi badan

: 135 cm (100,4% standar PB-TB/U)


(84,5% standar BB/TB)

Lingkar lengan atas

: -

Lingkar kepala

: -

3. Kulit :

Warna

: Sawo matang

Sianosis

: Tidak ada

Hemangioma

: Tidak ada

Turgor

: Cepat kembali

4. Kepala :

Rambut :

Kelembaban

: Cukup

Pucat

: Tidak ada

Lain-lain

: -

Bentuk

: Mesosefali

UUB

: Sudah menutup

UUK

: Sudah menutup

Lain-lain

: -

Warna

: Hitam

Tebal / tipis

: Tebal

Jarang / tidak (distribusi) : Tidak

Mata :

Alopesia

: Tidak ada

Lain-lain

: -

Palpebra

: Tidak edem, tidak cekung

Alis dan bulu mata

: Tidak mudah dicabut

Konjungtiva

: Tidak anemis

Sklera

: Tidak ikterik

Produksi air mata

: Cukup

Pupil : Diameter

: 3 mm / 3 mm

Simetris

: Isokor

Reflek cahaya : +/+

Telinga :

Kornea

: Jernih

Bentuk

: Simetris

Sekret

: Tidak ada

Hidung :

Serumen

: Minimal

Nyeri

: Tidak ada

Bentuk

: Simetris

Lokasi : -

Pernapasan cuping hidung : Tidak ada

Mulut :

Sekret

: Tidak ada

Lain-lain

: -

Bentuk

: Simetris

Bibir

: Mukosa basah, berwarna merah muda

Gusi

: - Mudah berdarah / tidak


- Pembengkakan : Tidak ada

Lidah :

Gigi-geligi

: Lengkap

Bentuk

: Simetris

Pucat / tidak
Tremor / tidak
Kotor / tidak
Warna

: Badian tengah agak putih, dan tepinya


kemerahan

Faring :

Hiperemi

: Tidak ada

Edem

: Tidak ada

Membran / pseudomembran : Tidak ada


Tonsil :

Warna

: Merah muda

Pembesaran

: Tidak ada

10

Abses / tidak

: Tidak ada

Membran / pseudomembran : Tidak ada


5. Leher :
-

Vena Jugularis : Pulsasi


Tekanan

: Tidak terlihat
: Tidak meningkat

Pembesaran kelenjar leher

: Tidak ada

Kaku kuduk

: Tidak ada

Masa

: Tidak ada

Tortikolis

: Tidak ada

6. Toraks :
a. Dinding dada / paru
Inspeksi :

Palpasi :

Bentuk

: Simetris

Retraksi

: Tidak ada

Dispnea

: Tidak ada

Pernapasan

: Gerakan simetris

Fremitus fokal : Simetris kanan kiri

Perkusi
Auskultasi :

Lokasi : -

: Sonor / sonor
Suara napas dasar

: Vesikuler

Suara napas tambahan: Tidak ada ronkhi dan tidak ada


wheezing
b. Jantung :
Inspeksi :

Iktus

: Tidak terlihat

Palpasi :

Apeks

: Tidak teraba

Lokasi : -

11

Perkusi :

Auskultasi :

Thrill

: Tidak ada

Batas kanan

: ICS IV linea parasternalis dextra

Batas kiri

: ICS V linea midklavikula sinistra

Batas atas

: ICS II linea parasternalis dextra

Frekuensi

: 86 X / menit, Irama : Reguler

Suara dasar

: S1 dan S2 tunggal

Bising

: Tidak ada

Derajat

: -

Lokasi

: -

Punctum max : Penyebaran


7. Abdomen :
Inspeksi :

Palpasi :

Bentuk

: Simetris, supel

Lain-lain

: -

Hati

: Tidak teraba

Lien

: Tidak teraba

Ginjal

: Tidak teraba

Masa

: Tidak teraba

Ukuran

: -

Lokasi

: -

Permukaan : Konsistensi : Nyeri


Perkusi :

Timpani / pekak

: Daerah epigastrika
: Timpani

: -

12

Asites

: Tidak ada

Auskultasi

: Bising usus (+) menurun

8. Ekstremitas :
Umum

: Akral atas dan bawah hangat, tidak


ada edem dan tidak ada parese

Neurologis

Gerakan
Tonus
Trofi
Klonus
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Sensibilitas
Tanda meningeal

IV.

Lengan
Kanan
Kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
+
+
Normal
Normal
-

Tungkai
Kanan
Kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
+
+
Normal
Normal
-

9. Susunan saraf

: Tidak ada kelainan

10. Genitalia

: Tidak ada kelainan

11. Anus

: Tidak ada kelainan

PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA


Darah

: Hb 11,5 g/dL; WBC 5.580/mmk;


RBC 4,32 juta/mmk

V.

Urin

: -

Feses

: -

RESUME
Nama

: Hari Yayan

Jenis kelamin

: Laki-laki

13

Umur

: 9,4 tahun

Berat badan

: 25 kg

Keluhan utama

: panas

Uraian

: + 8 hari SMRS anak tampak lesu, pusing, dan tidak


bersemangat. Sejak + 4 hari SMRS anak mulai panas,
tidak mendadak, muncul perlahan dan tidak terlalu
tinggi, remitten. Setelah minum obat penurun panas,
panas turun namun kemudian naik lagi, terus naik,
terutama saat malam hari, mengigau (+), berkeringat
(-), kejang (-). 3 hari SMRS anak mengeluh nyeri di
ulu hati, mual (+), muntah (+), muntah sering dengan
frekuensi 2 4 X/hari, berisi air atau makanan. Nafsu
makan menurun namun minum tetap kuat. BAB (-)
hingga MRS, BAK (+) normal, ikterik (-), nyeri (-).
Tidak ada riwayat keluar kota atau ke hutan.

Pemeriksaan Fisik
Kesadaran umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran

: Komposmentis

GCS : 4 5 6

Tensi

: 100/70 mmHg

Denyut nadi

: 86 kali/menit

Pernapasan

: 25 kali/menit

Suhu

: 37,7 OC

Kulit

: Turgor cepat kembali, pucat (-)

14

VI.

Kepala

: Mesosefali, UUB dan UUK sudah menutup

Mata

: Isokor, cekung (-), anemis (-), ikterik (-)

Telinga

: Simetris, sekret (-)

Mulut

: Mukosa bibir basah dan merah muda, oral thrush (+)

Toraks / paru

: Simetris, sonor, sn. vesikuler, ronkhi (-),wheezing (-)

Jantung

: S1 dan S2 tunggal, iktus (-), apeks (-), thrill (-)

Abdomen

: Bising usus (+) menurun

Ekstremitas

: Akral hangat, edem (-), parese (-)

Susunan saraf

: Tidak ada kelainan

Genital

: Tidak ada kelainan

Anus

: Tidak ada kelainan

DIAGNOSA
1. Diagnosa banding : Demam tifoid
Campak
Demam berdarah dengue derajat I
Meningitis
Tuberkulose Paru
Malaria
Infeksi saluran kemih
2. Diagnosa kerja

: Suspect demam tifoid

3. Status gizi

: Gizi Normal (standar WHO NCHS)

VII. PENATALAKSANAAN

15

Istirahat total

IVFD D5 NS 1625/68/17 tetes makro/menit

Peroral

Kloramphenikol 500 mg 4 x /hari (hari I setengah dosis)


selama 10 14 hari

Paracetamol 400 mg 3 x /hari

Diet lunak, rendah serat, tidak merangsang, tinggi kalori, tinggi protein

VIII. USUL PEMERIKSAAN

IX.

Biakan darah

Pemeriksaan serologis (Tes Widal, IgM)

Tes tourniquet

Biakan LCS

Tes Mantoux

Darah rutin (Hb, WBC, RBC, trombosit, LED, hitung jenis)

Pemeriksaan hapusan darah tepi

Biakan urin

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: Dubia ad bonam

Quo ad functionam

: Dubia ad bonam

Quo ad sanationam

: Dubia ad bonam
16

X.

PENCEGAHAN

Menjaga kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan

Imunisasi aktif

PEMBAHASAN

Demam tifoid adalah penyakit bakterial yang disebabkan oleh Salmonella


typhi, kuman gram negatif berbentuk batang yang hanya ditemukan pada manusia.7
Salmonella termasuk dalam famili Enterobacteriaceae yang memiliki lebih dari 2300
serotipe. Salmonella typhi merupakan salah satu Salmonellae yang termasuk dalam
jenis gram negatif, memiliki flagel, tidak berkapsul, tidak bersporulasi, termasuk
dalam basil anaerobik fakultatif dalam fermentasi glukosa, mereduksi nitrat menjadi
nitrit.8
Penularan penyakit demam tifoid adalah secara faeco-oral, dan banyak
terdapat di masyarakat dengan higiene dan sanitasi yang kurang baik. Kuman
Salmonella typhi masuk ke tubuh melalui mulut bersama dengan makan atau
minuman yang tercemar. Sesudah melewati asam lambung, kuman menembus
mukosa usus dan masuk peredaran darah melalui aliran limfe. Selanjutnya, kuman
menyebar ke seluruh tubuh. Dalam sistem retikuloendotelial (hati, limpa, dll), kuman
berkembangbiak dan masuk ke dalam peredaran darah kembali (bakteriemia kedua).
Meskipun melalui peredaran darah kuman menyebar ke semua sistem tubuh dan
menimbulkan berbagai gejala, proses utama ialah di ileum terminalis. Bila berat,
seluruh ileum dapat terkena dan mungkin terjadi perforasi atau perdarahan. Kuman
melepaskan endotoksin yang merangsang terbentuknya pirogen endogen. Zat ini
mempengeruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus dan menimbulkan gejala
demam. Walaupun dapat difagositosis, kuman dapat berkembang biak di dalam
makrofag karena adanya hambatan metabolisme oksidatif. Kuman dapat menetap

17

18

atau bersembunyi pada satu tempat dalam tubuh penderita, dan hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya relaps atau pengidap (pembawa).2
Diagnosis demam tifoid ditegakkan atas dasar klinis, yaitu anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Klinis didapatkan adanya demam, lidah tifoid, meteorismus, dan
hepatomegali serta roseola. Diagnosis ini disokong oleh hasil pemeriksaan serologis,
yaitu titer Widal O positif dengan kenaikan titer 4 kali atau pemeriksaan
bakteriologis didapatkan adanya kuman Salmonella typhi pada biakan darah.3,5,9
Pasien sejak 8 hari sebelum masuk Rumah Sakit tampak lesu, mengeluh pusing,
dan terlihat tidak bersemangat. Gejala ini diduga merupakan gejala prodromal pada
masa inkubasi Salmonella typhi, yakni perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
pusing dan tidak bersemangat.5
Empat hari kemudian, pada pasien ini didapatkan demam, tidak mendadak,
muncul perlahan, tidak terlalu tinggi, dan pada sore hingga malam hari demam lebih
tinggi dibandingkan pada pagi dan siang hari, dan berangsur-angsur meningkat setiap
harinya. Tipe demam demikian sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat infeksi
Salmonella typhi.10
Pada malam hari, pasien sering mengigau dalam tidurnya, tidak berkeringat.
Hal ini dimungkinkan adanya gangguan kesadaran yang merupakan salah satu gejala
dari demam tifoid.5
Selain demam, pasien juga mengalami mual dan muntah, di mana muntah
terjadi dari 2 hingga 4 kali dalam sehari, isi muntahan berupa air dan kadang-kadang
berupa apa yang dimakan, dan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien tidak
ada buang air besar disertai menurunnya nafsu makan. Pada demam tifoid, dalam

19

minggu pertama perjalanan penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit
infeksi akut pada umumnya, yakni demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan
epistaksis. Dan pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat.1
Jika perjalanan penyakit demam tifoid pasien terus dimonitor, maka biasanya
pada minggu kedua didapatkan gejala-gejala yang lebih jelas. Gejala yang timbul
pada minggu kedua berupa demam, bradikardi relarif, lidah yang khas (kotor di
tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus,
gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis, roseolae
jarang ditemukan pada orang Indonesia.1
Oleh karena dari gejala yang diperoleh pada pasien ini belum terlalu jelas,
maka ada beberapa penyakit infeksi akut lain yang dapat dijadikan sebagai diagnosa
banding, yaitu :
1.

Campak
Terdapat gejala demam, batuk, pilek, mata merah (konjungtivitis), anoreksia,
malaise, dan gejala khasnya adalah timbulnya enamtem di mukosa bukal
(bercak koplik) yang merupakan tanda patognomonis untuk campak. 2,6 Dari
pasien hanya ditemukan gejala demam, anoreksia dan malaise, tetapi gejala
khas campak tidak ditemukan.

2.

Demam berdarah dengue derajat I


Pada minggu pertama penyakit ini biasanya tidak ditemukan gejala umum yang
khas, hanya terdapat demam antara 2 hingga 7 hari tanpa adanya manifestasi
perdarahan. Akan tetapi, pada uji tourniquet didapatkan hasil yang positif.2

20

3.

Meningitis
Penyakit ini mempunyai gejala untuk anak berumur lebih dari 2 tahun adalah
panas, menggigil, muntah, dan nyeri kepala. Selain itu juga adanya kejang,
gangguan kesadaran, serta positifnya tanda-tanda rangsang meningeal seperti
kaku kuduk, tanda Brudzinski dan Kernig.11 Pada pasien tidak didapatkan
adanya tanda-tanda perangsangan meningeal.

4.

Tuberkulose paru
Pada anak kebanyakan penderita penyakit ini adalah asimptomatik. Keluhan
dapat berupa demam yang sering (sub febril), anoreksia, berat badan menurun,
keringat malam, hemoptoe jarang sekali. Yang terpenting adalah adanya sumber
penularan atau kontak di lingkungan pasien.6,12 Pasien pada kasus ini memiliki
status gizi yang normal dan tidak ada keringat malam ataupun hemoptoe.

5.

Malaria
Adanya demam yang turun naik atau intermitten disertai dengan menggigil,
diare, muntah, dan terkadang kejang merupakan beberapa gejala penyakit
malaria.13 Akan tetapi pada pasien ini tidak didapatkan menggigil serta tidak
adanya riwayat keluar kota atau ke hutan.

6.

21

Infeksi saluran kemih


Penyakit ini memiliki beberapa gejala seperti demam tanpa diketahui sebabnya,
nyeri perut atau pinggang, tidak dapat menahan kencing, polakisuria, disuria,
enuresis, air kemih berbau dan berubah warna.14 Pada pasien ini tidak
ditemukan nyeri perut atau pinggang, serta tidak adanya kelainan dalam buang
air kecil.

Agar semua diagnosa banding tersebut di atas dapat disingkirkan, maka perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang guna membuktikan pemeriksaan yang tidak
didapatkan pada anamnesa maupun pemeriksaan fisik.
Biakan darah, pemeriksaan darah rutin, dan tes serologis Widal dilakukan guna
menegakkan diagnosis demam tifoid, pemeriksaan serologis IgM untuk mendeteksi
kemungkinan adanya infeksi campak, tes tourniquet untuk melihat adanya
manifestasi perdarahan pada penderita demam berdarah dengue. Biakan liquor
serebrospinal diharapkan dapat mengetahui ada tidaknya infeksi pada selaput
meningeal. Tes Mantoux digunakan untuk membuktikan ada atau tidaknya infeksi
tuberkulose. Pemeriksaan darah rutin dan hapusan darah tepi berfungsi untuk
mendeteksi adanya kemungkinan terinfeksi malaria.
Dari keseluruhan diagnosa banding yang ada, diagnosa klinis adalah suspect
demam tifoid. Di mana pada periksaan penunjang berupa biakan darah, pemeriksaan
darah rutin dan tes serologis Widal diharapkan dapat menegakkan diagnosa klinis
pasien ini.

PENUTUP

22

Telah dilaporkan sebuah kasus diduga demam tifoid pada seorang anak lakilaki berusia 9 tahun 5 bulan dengan berat badan 25 kg yang dirawat di bangsal ruang
anak RSUD Ulin Banjarmasin. Diagnosa demam tifoid ditegakkan berdasarkan
anamnesa yang dilakukan pada ibu dan ayah kandung pasien dan dari hasil
pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien, yakni demam selama 4 hari,
remitten, disertai rasa mual dan muntah, dengan frekuensi 2 4 kali dalam sehari
dengan isi air atau makanan yang dimakan. Selain itu pasien selama 3 hari terakhir
tidak ada buang air besar. Status gizi anak sendiri tergolong normal. Dapat
disimpulkan bahwa anak diduga mengalami infeksi akut oleh kuman Salmonella
typhi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Juwono R. Penyakit tropik dan menular : Demam tifoid. Dalam: Noer MS,
Waspadji S, Rachman AM, et al, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
I. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
1996. h. 435-442.
2. Kaspan MF, Soejoso DA, Soegijanto S, et al. Penyakit tropik dan menular:
Demam tifoid. Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, penunting.
Pedoman diagnosis dan terapi lab/UPF ilmu kesehatan anak. Surabaya: Rumah
Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. 1994. h. 187-189.
3. Sumarno, Nathin MA, Ismael S. Tumbelaka WAFJ. Masalah Demam Tifoid pada
Anak. Medika 1980; 20.
4. Rampenan TH, Laurentz. Demam tifoid. Dalam: Rampenan TH, penyunting.
Infeksi tropik pada anak:. Jakarta: EGC. 1995. h. 53-71.
5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tifus abdominalis. Dalam: Hasan R, Alatas H, Latief A, et al, penyunting. Buku
kuliah ilmu kesehatan anak jilid 2. Jakarta: Infomedika. 1985. h. 593-598.
6. Gunawan G. Infeksi: Demam tifoid. Dalam: Yunanto A, Gunawan G dan Muhyi
R, penyunting. Pedoman diagnosis dan terapi bagian/SMF ilmu kesehatan anak.
Edisi I. Banjarmasin: Rumah Sakit Umum Daerah Ulin. 2000. h. 16-17
7. Wheeler DT. typhoid fever. Department of ophthalmology, Oregon health
scienses
university;
2001
(online).
Available
from:
URL:
http://www.emedicine.com/med/topic2331.htm.
8. Corales R. Typhoid fever. Department of infectious disease and tropical
medicine, Birmingham heartlands hospital; 2004 (online). Available from: URL:
http://www.emedicine.com/med/topic2331.htm
9. Jonggu MCH. Demam Tifoid dengan Renjatan Septik. MKUH volume 7. 1986:
16-18.
10. Alatas H. Demam tifoid. Dalam : Sunoto, Tambunan T, Madiyono B, Alatas H,
penyunting. Buku panduan tata laksana prosedur baku pediatrik UPF anak rumah
sakit cipto mangunkusumo fakultas kedokteran universitas indonesia. Jakarta:
UPF Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 1990. h. 278-280.
11. Suharso D. Neurologi: Meningitis. Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, penunting. Pedoman diagnosis dan terapi lab/UPF ilmu kesehatan
anak. Surabaya: Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. 1994. h. 154-158.
12. Santosa G dan Makmun MS. Pulmologi: Tuberkulosis paru. Dalam: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, penunting. Pedoman diagnosis dan terapi

lab/UPF ilmu kesehatan anak. Surabaya: Rumah Sakit Umum Daerah Dokter
Soetomo. 1994. h. 238-240.
13. Zulkarnain, Iskandar. Malaria berat (malaria pernisiosa). Dalam: Noer MS,
Waspadji S, Rachman AM, et al, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
I. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. 1996. h.
504-507.
14. Noer MS. Nefrologi: Infeksi saluran kemih. Dalam: Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga, penunting. Pedoman diagnosis dan terapi lab/UPF ilmu
kesehatan anak. Surabaya: Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. 1994. h.
191-121.

Anda mungkin juga menyukai