Lapsus
Lapsus
DEMAM TIFOID
Oleh
KELOMPOK VII
Kamal Anshari
I1A099042
Pembimbing
dr. Pudji Andayani, Sp. A
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.
DAFTAR ISI.
ii
PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS.
II. ANAMNESIS...
III.
PEMERIKSAAN FISIK...
IV.
12
V. RESUME..
12
VI. DIAGNOSA.....
14
VII. PENATALAKSANAAN.
15
15
IX. PROGNOSIS....
15
X. PENCEGAHAN...
16
PEMBAHASAN..
17
PENUTUP
22
DAFTAR PUSTAKA
ii
PENDAHULUAN
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus yang
disebabkan oleh kuman Salmonella typhi.1,2
Di Indonesia, saat ini penyakit demam tifoid masih merupakan penyakit
endemik, terutama di kota-kota besar yang padat penduduknya, seperti halnya di
negara-negara yang sedang berkembang lainnya. Hal ini berhubungan erat dengan
keadaan sanitasi, kebiasaan higiene yang tidak memuaskan dan tingkat pendidikan
yang rendah.3,4
Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-undang
No. 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan
penyakit-penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang,
sehingga dapat menimbulkan wabah.1 Penderita anak biasanya berumur di atas satu
tahun. Sebagian besar penderita (80%) yang dirawat di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta berumur di atas 5 tahun.5
Etiologi demam tifoid adalah kuman Salmonella typhi, basil gram negatif,
bergerak dengan rambut getar, dan tidak berspora.5 Ada dua sumber penularan
Salmonella typhi, yakni pasien dengan demam tifoid dan yang lebih sering adalah
pembawa. Orang-orang tersebut mengekskresi 109 sampai 1011 kuman per gram tinja.
Di daerah endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar. Makanan yang
tercemar oleh pembawa merupakan sumber penularan yang paling sering. Pembawa
adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus mengekskresi
Salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun.1
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10 sampai 14 hari. Gejala yang timbul
amat bervariasi. Perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di
daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu, gambaran penyakit bervariasi dari
penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit khas dengan
komplikasi dan kematian. Hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sangat
berpengalaman pun dapat mengalami kesulitan untuk membuat diagnosa klinis
demam tifoid.1 Adapun gejala klinis yang umumnya terjadi adalah demam 5 hari atau
lebih, gangguan pencernaan, dan gangguan kesadaran.6
Berikut dilaporkan sebuah kasus demam tifoid pada seorang anak laki-laki
berumur 9 tahun 5 bulan yang dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ulin
Banjarmasin.
LAPORAN KASUS
1.
IDENTITAS
1. Identitas penderita
Nama penderita
: Hari Yayan
Jenis kelamin
: Laki-laki
IBU
II.
Nama
: Hardiansyah
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
Nama
: Siti Rahma
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
Alamat
ANAMNESIS
Kiriman dari
Dengan diagnosa
: Suspect malaria
Aloanamnesa dengan
Tanggal / jam
1. Keluhan utama
: Panas
Diare
Sesak / manggah
Batuk rejan
Kuning
Eksim
TBC
Cacing
Urtikaria / liman
Difteri
Kejang
Sakit tenggorokan
Tetanus
Demam tifoid
Riwayat natal :
Spontan / tidak spontan
: 2800 gram
Lingkar kepala
: -
Penolong
: Bidan kampung
Tempat
: Rumah
Riwayat neonatal
5. Riwayat perkembangan :
Tiarap
bulan/tahun
Merangkak
bulan/tahun
Duduk
bulan/tahun
Berdiri
11
bulan/tahun
Berjalan
13
bulan/tahun
Saat ini
6. Riwayat imunisasi
Nama
Dasar
(umur dalam hari/bulan)
2 bulan
2 bln
3 bln
-
BCG
Polio
Hepatitis B
DPT
Campak
Ulangan
(umur dalam bulan)
7. Makanan :
Anak mendapat ASI sejak lahir sampai 4 bulan, dilanjutkan bubur saring
sampai 9 bulan, berisi sayuran, serta lauk (hati ayam, ikan, dan lain-lain)
yang dihancurkan. Hingga sekarang, kecuali pada saat sakit, anak makan
nasi ditambah lauk, tidak suka sayur, sebanyak 1 piring dan biasanya
habis.
8. Riwayat keluarga :
Ikhtisar keturunan : (Gambar skema keluarga dan beri tanda keluarga yang
menderita penyakit sejenis)
Ayah, 35 tahun
Ibu, 30 tahun
Nama
Umur
L/P
1
2
3
4
Hardiansyah
Siti Rahma
Hari Yayan
Noor Aida
35 th
30 th
9,4 th
3,5 th
L
P
L
P
III.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran
: komposmentis/apatis/somnolen,stupor/koma
GCS
: 456
2. Pengukuran
Tanda vital:Tensi
: 100/70 mmHg
Nadi
Suhu
: 37,7 OC
Respirasi
: 25 X/menit, reguler
Berat badan
: 25 kg
Panjang/tinggi badan
: -
Lingkar kepala
: -
3. Kulit :
Warna
: Sawo matang
Sianosis
: Tidak ada
Hemangioma
: Tidak ada
Turgor
: Cepat kembali
4. Kepala :
Rambut :
Kelembaban
: Cukup
Pucat
: Tidak ada
Lain-lain
: -
Bentuk
: Mesosefali
UUB
: Sudah menutup
UUK
: Sudah menutup
Lain-lain
: -
Warna
: Hitam
Tebal / tipis
: Tebal
Mata :
Alopesia
: Tidak ada
Lain-lain
: -
Palpebra
Konjungtiva
: Tidak anemis
Sklera
: Tidak ikterik
: Cukup
Pupil : Diameter
: 3 mm / 3 mm
Simetris
: Isokor
Telinga :
Kornea
: Jernih
Bentuk
: Simetris
Sekret
: Tidak ada
Hidung :
Serumen
: Minimal
Nyeri
: Tidak ada
Bentuk
: Simetris
Lokasi : -
Mulut :
Sekret
: Tidak ada
Lain-lain
: -
Bentuk
: Simetris
Bibir
Gusi
Lidah :
Gigi-geligi
: Lengkap
Bentuk
: Simetris
Pucat / tidak
Tremor / tidak
Kotor / tidak
Warna
Faring :
Hiperemi
: Tidak ada
Edem
: Tidak ada
Warna
: Merah muda
Pembesaran
: Tidak ada
10
Abses / tidak
: Tidak ada
: Tidak terlihat
: Tidak meningkat
: Tidak ada
Kaku kuduk
: Tidak ada
Masa
: Tidak ada
Tortikolis
: Tidak ada
6. Toraks :
a. Dinding dada / paru
Inspeksi :
Palpasi :
Bentuk
: Simetris
Retraksi
: Tidak ada
Dispnea
: Tidak ada
Pernapasan
: Gerakan simetris
Perkusi
Auskultasi :
Lokasi : -
: Sonor / sonor
Suara napas dasar
: Vesikuler
Iktus
: Tidak terlihat
Palpasi :
Apeks
: Tidak teraba
Lokasi : -
11
Perkusi :
Auskultasi :
Thrill
: Tidak ada
Batas kanan
Batas kiri
Batas atas
Frekuensi
Suara dasar
: S1 dan S2 tunggal
Bising
: Tidak ada
Derajat
: -
Lokasi
: -
Palpasi :
Bentuk
: Simetris, supel
Lain-lain
: -
Hati
: Tidak teraba
Lien
: Tidak teraba
Ginjal
: Tidak teraba
Masa
: Tidak teraba
Ukuran
: -
Lokasi
: -
Timpani / pekak
: Daerah epigastrika
: Timpani
: -
12
Asites
: Tidak ada
Auskultasi
8. Ekstremitas :
Umum
Neurologis
Gerakan
Tonus
Trofi
Klonus
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Sensibilitas
Tanda meningeal
IV.
Lengan
Kanan
Kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
+
+
Normal
Normal
-
Tungkai
Kanan
Kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
+
+
Normal
Normal
-
9. Susunan saraf
10. Genitalia
11. Anus
V.
Urin
: -
Feses
: -
RESUME
Nama
: Hari Yayan
Jenis kelamin
: Laki-laki
13
Umur
: 9,4 tahun
Berat badan
: 25 kg
Keluhan utama
: panas
Uraian
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Komposmentis
GCS : 4 5 6
Tensi
: 100/70 mmHg
Denyut nadi
: 86 kali/menit
Pernapasan
: 25 kali/menit
Suhu
: 37,7 OC
Kulit
14
VI.
Kepala
Mata
Telinga
Mulut
Toraks / paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Susunan saraf
Genital
Anus
DIAGNOSA
1. Diagnosa banding : Demam tifoid
Campak
Demam berdarah dengue derajat I
Meningitis
Tuberkulose Paru
Malaria
Infeksi saluran kemih
2. Diagnosa kerja
3. Status gizi
VII. PENATALAKSANAAN
15
Istirahat total
Peroral
Diet lunak, rendah serat, tidak merangsang, tinggi kalori, tinggi protein
IX.
Biakan darah
Tes tourniquet
Biakan LCS
Tes Mantoux
Biakan urin
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: Dubia ad bonam
16
X.
PENCEGAHAN
Imunisasi aktif
PEMBAHASAN
17
18
atau bersembunyi pada satu tempat dalam tubuh penderita, dan hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya relaps atau pengidap (pembawa).2
Diagnosis demam tifoid ditegakkan atas dasar klinis, yaitu anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Klinis didapatkan adanya demam, lidah tifoid, meteorismus, dan
hepatomegali serta roseola. Diagnosis ini disokong oleh hasil pemeriksaan serologis,
yaitu titer Widal O positif dengan kenaikan titer 4 kali atau pemeriksaan
bakteriologis didapatkan adanya kuman Salmonella typhi pada biakan darah.3,5,9
Pasien sejak 8 hari sebelum masuk Rumah Sakit tampak lesu, mengeluh pusing,
dan terlihat tidak bersemangat. Gejala ini diduga merupakan gejala prodromal pada
masa inkubasi Salmonella typhi, yakni perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
pusing dan tidak bersemangat.5
Empat hari kemudian, pada pasien ini didapatkan demam, tidak mendadak,
muncul perlahan, tidak terlalu tinggi, dan pada sore hingga malam hari demam lebih
tinggi dibandingkan pada pagi dan siang hari, dan berangsur-angsur meningkat setiap
harinya. Tipe demam demikian sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat infeksi
Salmonella typhi.10
Pada malam hari, pasien sering mengigau dalam tidurnya, tidak berkeringat.
Hal ini dimungkinkan adanya gangguan kesadaran yang merupakan salah satu gejala
dari demam tifoid.5
Selain demam, pasien juga mengalami mual dan muntah, di mana muntah
terjadi dari 2 hingga 4 kali dalam sehari, isi muntahan berupa air dan kadang-kadang
berupa apa yang dimakan, dan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien tidak
ada buang air besar disertai menurunnya nafsu makan. Pada demam tifoid, dalam
19
minggu pertama perjalanan penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit
infeksi akut pada umumnya, yakni demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan
epistaksis. Dan pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat.1
Jika perjalanan penyakit demam tifoid pasien terus dimonitor, maka biasanya
pada minggu kedua didapatkan gejala-gejala yang lebih jelas. Gejala yang timbul
pada minggu kedua berupa demam, bradikardi relarif, lidah yang khas (kotor di
tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus,
gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis, roseolae
jarang ditemukan pada orang Indonesia.1
Oleh karena dari gejala yang diperoleh pada pasien ini belum terlalu jelas,
maka ada beberapa penyakit infeksi akut lain yang dapat dijadikan sebagai diagnosa
banding, yaitu :
1.
Campak
Terdapat gejala demam, batuk, pilek, mata merah (konjungtivitis), anoreksia,
malaise, dan gejala khasnya adalah timbulnya enamtem di mukosa bukal
(bercak koplik) yang merupakan tanda patognomonis untuk campak. 2,6 Dari
pasien hanya ditemukan gejala demam, anoreksia dan malaise, tetapi gejala
khas campak tidak ditemukan.
2.
20
3.
Meningitis
Penyakit ini mempunyai gejala untuk anak berumur lebih dari 2 tahun adalah
panas, menggigil, muntah, dan nyeri kepala. Selain itu juga adanya kejang,
gangguan kesadaran, serta positifnya tanda-tanda rangsang meningeal seperti
kaku kuduk, tanda Brudzinski dan Kernig.11 Pada pasien tidak didapatkan
adanya tanda-tanda perangsangan meningeal.
4.
Tuberkulose paru
Pada anak kebanyakan penderita penyakit ini adalah asimptomatik. Keluhan
dapat berupa demam yang sering (sub febril), anoreksia, berat badan menurun,
keringat malam, hemoptoe jarang sekali. Yang terpenting adalah adanya sumber
penularan atau kontak di lingkungan pasien.6,12 Pasien pada kasus ini memiliki
status gizi yang normal dan tidak ada keringat malam ataupun hemoptoe.
5.
Malaria
Adanya demam yang turun naik atau intermitten disertai dengan menggigil,
diare, muntah, dan terkadang kejang merupakan beberapa gejala penyakit
malaria.13 Akan tetapi pada pasien ini tidak didapatkan menggigil serta tidak
adanya riwayat keluar kota atau ke hutan.
6.
21
Agar semua diagnosa banding tersebut di atas dapat disingkirkan, maka perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang guna membuktikan pemeriksaan yang tidak
didapatkan pada anamnesa maupun pemeriksaan fisik.
Biakan darah, pemeriksaan darah rutin, dan tes serologis Widal dilakukan guna
menegakkan diagnosis demam tifoid, pemeriksaan serologis IgM untuk mendeteksi
kemungkinan adanya infeksi campak, tes tourniquet untuk melihat adanya
manifestasi perdarahan pada penderita demam berdarah dengue. Biakan liquor
serebrospinal diharapkan dapat mengetahui ada tidaknya infeksi pada selaput
meningeal. Tes Mantoux digunakan untuk membuktikan ada atau tidaknya infeksi
tuberkulose. Pemeriksaan darah rutin dan hapusan darah tepi berfungsi untuk
mendeteksi adanya kemungkinan terinfeksi malaria.
Dari keseluruhan diagnosa banding yang ada, diagnosa klinis adalah suspect
demam tifoid. Di mana pada periksaan penunjang berupa biakan darah, pemeriksaan
darah rutin dan tes serologis Widal diharapkan dapat menegakkan diagnosa klinis
pasien ini.
PENUTUP
22
Telah dilaporkan sebuah kasus diduga demam tifoid pada seorang anak lakilaki berusia 9 tahun 5 bulan dengan berat badan 25 kg yang dirawat di bangsal ruang
anak RSUD Ulin Banjarmasin. Diagnosa demam tifoid ditegakkan berdasarkan
anamnesa yang dilakukan pada ibu dan ayah kandung pasien dan dari hasil
pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien, yakni demam selama 4 hari,
remitten, disertai rasa mual dan muntah, dengan frekuensi 2 4 kali dalam sehari
dengan isi air atau makanan yang dimakan. Selain itu pasien selama 3 hari terakhir
tidak ada buang air besar. Status gizi anak sendiri tergolong normal. Dapat
disimpulkan bahwa anak diduga mengalami infeksi akut oleh kuman Salmonella
typhi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Juwono R. Penyakit tropik dan menular : Demam tifoid. Dalam: Noer MS,
Waspadji S, Rachman AM, et al, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
I. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
1996. h. 435-442.
2. Kaspan MF, Soejoso DA, Soegijanto S, et al. Penyakit tropik dan menular:
Demam tifoid. Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, penunting.
Pedoman diagnosis dan terapi lab/UPF ilmu kesehatan anak. Surabaya: Rumah
Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. 1994. h. 187-189.
3. Sumarno, Nathin MA, Ismael S. Tumbelaka WAFJ. Masalah Demam Tifoid pada
Anak. Medika 1980; 20.
4. Rampenan TH, Laurentz. Demam tifoid. Dalam: Rampenan TH, penyunting.
Infeksi tropik pada anak:. Jakarta: EGC. 1995. h. 53-71.
5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tifus abdominalis. Dalam: Hasan R, Alatas H, Latief A, et al, penyunting. Buku
kuliah ilmu kesehatan anak jilid 2. Jakarta: Infomedika. 1985. h. 593-598.
6. Gunawan G. Infeksi: Demam tifoid. Dalam: Yunanto A, Gunawan G dan Muhyi
R, penyunting. Pedoman diagnosis dan terapi bagian/SMF ilmu kesehatan anak.
Edisi I. Banjarmasin: Rumah Sakit Umum Daerah Ulin. 2000. h. 16-17
7. Wheeler DT. typhoid fever. Department of ophthalmology, Oregon health
scienses
university;
2001
(online).
Available
from:
URL:
http://www.emedicine.com/med/topic2331.htm.
8. Corales R. Typhoid fever. Department of infectious disease and tropical
medicine, Birmingham heartlands hospital; 2004 (online). Available from: URL:
http://www.emedicine.com/med/topic2331.htm
9. Jonggu MCH. Demam Tifoid dengan Renjatan Septik. MKUH volume 7. 1986:
16-18.
10. Alatas H. Demam tifoid. Dalam : Sunoto, Tambunan T, Madiyono B, Alatas H,
penyunting. Buku panduan tata laksana prosedur baku pediatrik UPF anak rumah
sakit cipto mangunkusumo fakultas kedokteran universitas indonesia. Jakarta:
UPF Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 1990. h. 278-280.
11. Suharso D. Neurologi: Meningitis. Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, penunting. Pedoman diagnosis dan terapi lab/UPF ilmu kesehatan
anak. Surabaya: Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. 1994. h. 154-158.
12. Santosa G dan Makmun MS. Pulmologi: Tuberkulosis paru. Dalam: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, penunting. Pedoman diagnosis dan terapi
lab/UPF ilmu kesehatan anak. Surabaya: Rumah Sakit Umum Daerah Dokter
Soetomo. 1994. h. 238-240.
13. Zulkarnain, Iskandar. Malaria berat (malaria pernisiosa). Dalam: Noer MS,
Waspadji S, Rachman AM, et al, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
I. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. 1996. h.
504-507.
14. Noer MS. Nefrologi: Infeksi saluran kemih. Dalam: Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga, penunting. Pedoman diagnosis dan terapi lab/UPF ilmu
kesehatan anak. Surabaya: Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. 1994. h.
191-121.