Wattmeter ini merupakan alat untuk mengukur daya listrik (atau tingkat pasokan energi
listrik ) dalam satuan watt dari setiap beban yang diasumsi pada suatau sirkuit
rangkaian. Wattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik yang pembacaannya
dalam satuan watt di mana merupakan kombinasi voltmeter dan amperemeter. Dalam
pengoperasiannya harus memperhatikan petunjuk yang ada pada manual book atau
tabel yang tertera pada wattmeter. Demikian juga dalam hal pembacaannya harus
mengacu pada manual book yang ada.
Pengukuran daya listrik secara langsung adalah dengan menggunakan wattmeter, ada
beberapa jenis wattmeter, antara lain wattmeter elektrodinamik, wattmeter induksi,
wattmeter elektrostatik dan sebagainya. Yang paling banyak digunakan adalah
wattmeter elektrodinamik, karena sesuai dengan karakteristiknya.
12
seri dengan rangkaian, koil bergerak dihubungkan paralel dengan tegangan dan
membawa arus yang proporsional dengan tegangan. Sebuah tahanan non-induktif
dihubungkan secara seri dengan koil bergerak supaya dapat membatasi arus menuju
nilai yang kecil. Karena koil bergerak membawa arus proposional dengan tegangan
maka disebut pressure coil atau voltage coil dari wattmeter.
12
Pengukuran daya arus searah dapat dilakukan dengan alat ukur wattmeter. Di dalam
instrumen ini terdapat dua macam kumparan yaitu kumparan arus dan kumparan
tegangan. Kopel yang dikalikan oleh kedua macam kumparan tersebut berbanding lurus
dari hasil perkalian arus dan tegangan.
Daya listrik dalam pengertiannya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok sesuai
dengan catu tenaga listriknya, yaitu daya listrik DC dan daya listrik AC.
Daya listrik DC dirumuskan sebagai
W = VA atau P = VI
Dimana :
P = daya (Watt)
V = tegangan (Volt)
I = arus (Ampere)
Daya listrik AC ada dua macam yaitu daya untuk satu phase dan daya untuk tiga phase.
Pada sistem satu phase dirumuskan sebagai berikut:
P = VI cos
Dimana:
V = tegangan kerja (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Ampere)
cos = faktor daya
Pada sistem tiga phase dirumuskan sebagai:
P = VI 1,73 cos
Dimana :
V = tegangan phase netral (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Ampere)
cos = faktor daya
12
12
Daya Rata-rata = eI
Jika dan I adalah besaran sinus dengan bentuk e = Em sin wt dan I = Im sin (wt + )
maka persamaan berubah menjadi :
Defleksi Rata-rata = K EI cos
dimana E dan I menyatakan nilai-nilai rms tegangan dan arus menyatakan sudut fasa
antara tegangan dan arus.
Wattmeter elektrodinamometer membutuhkan sejumlah daya untuk mempertahankan
medan magnetnya, tetapi ini biasanya begitu kecil dibandingkan daya beban sehingga
dapat diabaikan, Jika diperlukan pembacaan daya yang tepat, kumparan arus harus
persis membawa arus beban, dan kumparan potensial harus dihubungkan diantara
terminal beban.
Dengan menghubungkan kumparan potensial ke titik A, tegangan beban terukur dengan
tepat. Tetapi arus yang melalui kumparan-kumparan medan lebih besar sebanyak IP.
Berarti wattneter membaca lebih tinggi sebesar kehilangan daya daya tambahan
didalam rangkaian potensial. Tetapi, jika rangkaian potensial dihubungkan ke titik B,
kumparan medan mencatat arus yang tepat, tetapi tegangan pada kumparan potensial
akan lebih besar sebanyak penurunan tegangan pada kumparan-kumparan medan.
Juga wattmeter akan mencatat lebih tinggi, tetapi dengan kehilangan sebesar I.R di
dalam kumparan medan.
Cara penyambungan yang tepat tergantung pada situasi. Umumnya, sambungan
kumparan potensial pada titik A lebih diinginkan untuk beban-beban arus tinggi,
tegangan rendah, sedang sambungan kumparan potensial pada titik B lebih diinginkan
untuk beban-beban arus rendah, dan tegangan tinggi.
Kesulitan dalam menempatkan sambungan kumparan potensi diatasi dengan wattmeter
yang terkompensasi. Kumparan arus terdiri dari dua kumparan, masing-masing
mempunyai jumlah lilitan yang sama. Salah satu kumparan menggunakan kawat
besaran yang membawa arus beban ditambah arus untuk kumparan potensial.
12
Gulungan lain menggunakan kawat kecil (tipis) dan hanya membawa arus ke kumparan
tegangan. Tetapi arus ini berlawanan dengan arus didalam gulungan besar,
menyebabkan fluks yang berlawanan dengan fluks utama. Berarti efek I dihilangkan dan
wattmeter menunjukkan daya yang sesuai..
LO AD
5
V
4
6
12
Prinsip kerja dari KWH meter dapat dijelaskan seperti gambah dibawah ini. Struktur alat
ukur terdiri dari 3 bagian utama yaitu ; 2 kumparan tetap dan bagian yang berputar
berupa piring. Gambar dibawah menunjukkan 2 buah kumparan tetap (1) dan (2), yang
mana disebut kumparan tegangan dan kumparan arus. Bagian yang ketiga adalah piring
yang berputar (3), umumnya terbuat dari alumunium dengan sumbu poros disatukan
dengan mekanisme gigi putar (4) untuk konversi putaran ke sistem nomor angka
desimal (6) sebagai angka petunjuk jumlah energi yang dipakai.
Bila KWH meter dihubungkan dengan sumber tegangan AC maka mengalir arus pada
kumparan arus dan tegangan mengalir pada kumparan tegangan sehingga akan timbul
momen putar yang memutar piring. Momen putar yang memutar sebanding dengan
daya pada beban.
Untuk menghasilkan momen lawan digunakan magnet permanen (5). Magnet permanen
juga menghasilkan fluksi, dimana fluksi ini memotong piring alumunium, maka pada
piring akan diinduksikan tegangan yang sebanding dengan kecepatan putar piring. Bila
kecepatan piring mencapai kecepatan konstan, maka kedua momen putar dan momen
lawan akan sama besar.
Pada piring alumunium biasanya ada tanda yaitu garis vertikal warna hitam / merah.
Garis ini berfungsi sebagai indikator putaran piringan. Untuk satu KWH biasanya setara
dengan 900 putaran (ada yg 450 putaran / KWH). Saat beban banyak memakai daya
listrik maka putaran KWH ini semakin cepat, hal ini tampak dari kecepatan gerakan garis
vertikal kerah horisontal berputar.
Kumparan arus dihubungkan seri dengan antaran dan kumparan tegangan dihubungkan
secara paralel. Kedua kumparan yang dililitkan pada sebuah kerangka logam dengan
desain khusus melengkapi dua rangkaian magnit. Sebuah piringan aluminium ringan
digantung dalam senjang udara medan kumparan arus yang menyebabkan arus pusar
mengalir didalam piringan. Reaksi arus pusar dan medan kumparan tegangan
membangkitkan sebuah torsi (aksi motor) terhadap piringan dan menyebabkannya
berputar.
12
Torsi yang dibangkitkan sebanding dengan kuat medan kumparan putaran tegangan dan
arus pusar di dalam piringan yang berturut-turut adalah fungsi kuat medan kumparan
arus. Berarti jumlah putaran piringan sebanding dengan energi yang telah dipakai oleh
beban dalam selang waktu tertentu, dan diukur dalam kilowatt-jam (kWh, kiloWatt hour).
Poros yang menopang piringan aluminium dihubungkan melalui susunan roda gigi ke
mekanisme jam dipanel alat ukur, melengkapi suatu kWh terkalibrasi secara desimal.
Redaman piringan diberikan dua magnet permanen kecil yang ditempatkan saling
berhadapan pada sisi piringan.
Bila piringan berputar magnet-magnet permanen menginduksi arus pusar didalamnya.
Arus-arus pusar ini bereaksi dengan medang magnet dari magnet-magnet permanen
kecil dan meredam gerakan piringan. Kalibrasi alat ukur wattjam dilakukan pada kondisi
beban penuh yang diijinkan dan pada kondisi 10% dari beban yang diijinkan.
Pada beban penuh, kalibrasi terdiri dari pengaturan posisi magnet-magnet permanen
kecil agar alat ukur membaca dengan tepat. Pada beban-beban yang sangat ringan,
komponen tegangan dari medan menghasilkan suatu torsi yang tidak sebanding
langsung dengan beban. Komponen kesalahan diperoleh dengan menyisipkan sebuah
kumparan pelindung atau pelat diatas sebagian kumparan tegagnan dengan membuat
alat ukur bekerja pada 10% beban yang diijinkan. Kalibrasi alat ukur pada kedua posisi
ini biasanya menghasilkan pembacaan yang memuaskan untuk beban-beban lainnya.
12