Anda di halaman 1dari 2

Muhammadiyah dan Keindonesiaan

A. Muhammadiyah dan Pendidikan


Ahmad Dahlan, ketika mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912, langsung
mengkonsentrasikan kegiatan pada bidang pendidikan dan pengajaran. Pemerintah Hindia
Belanda membatasi kegiatan pendidikan bagi pribumi. Menurut Ahmad Dahlan, nilai dasar
pendidikan yang perlu ditegakkan dan dilaksanakan untuk membangun bangsa yang besar
adalah:
1. Pendidikan Akhlak, yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik
berdasarkan Al-Quran dan Sunnah;
2. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang
utuh, yang berkeseimbangan antara perkembangan mental dan jasmani, keyakinan dan
intelek, perasaan dan akal, dunia dan akhirat; dan
3. Pendidikan sosial, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan
hidup bermasyarakat.
Dalam buku Islamic Movement in Indonesia, yang diterbitkan Pengurus Pusat
Muhammadiyah, diungkapkan jumlah lembaga pendidikan Muhammadiyah dari TK sampai
Perguruan Tinggi tidak kurang dari 9500 unit. Selain seluruh jenjang pendidikan telah dirambah,
lembaga pendidikan Muhammadiyah pun amat beragam mulai dari sekolah umum, sekolah AlQuran dan kejuruan.
Menurut laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam Muktamar ke-45 tahun 2005 di
Malang Jawa Timur, lembaga pendidikan Muhammadiyah terdistribusi sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Tingkat Pendidikan
Taman Kanak-Kanak
Taman Kanak-Kanak Al-Quran
Sekolah Dasar
Madrasah Ibtidaiyah/Diniyah
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Umum
Sekolah Menengah Kejuruan
Madrasah Tsanawiyah
Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren
Universitas/Sekolah Tinggi
Akademi Politeknik

Jumlah
4.218
933
1.128
1.768
1.179
541
249
534
171
79
109
78

Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh lembaga pendidikan Muhammadiyah adalah
adanya kurikulum tambahan dalam bidang keislaman. TK, Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah diberi pelajaran keislaman dengan muatan yang cukup banyak, misalnya: mata
pelajaran Aqidah, ibadah, Al-Quran, sejarah Islam, dan Kemuhammadiyahan. Demikian juga di
tingkat Perguruan Tinggi, mata kuliah studi Islam dan Kemuhammadiyahan diajarkan secara
memadai.
Majlis yang secara khusus mengurusi bidang pendidikan dalam Muhammadiyah adalah
Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan Majlis Pendidikan Tinggi (Dikti).
Majlis Dikdasmen secara structural terdapat di Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, dan
Pimpinan Daerah. Sedangkan Majlis Dikti adalah lembaga yang mengurusi lembaga pendidikan
tinggi yaitu Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Majlis ini hanya ada di Pimpinan Pusat.
Dalam Muktamar ke-44 di Jakarta tahun 2000, program umum bidang pendidikan
meliputi enam item, sebagai berikut:
1. Memprioritaskan pengembangan kualitas dan misi pendidikan Muhammadiyah diseluruh jenjang
melalui perencanaan strategis yang dapat mencapai tujuan pendidikan sebagaimana cita-cita
pendiri Muhammadiyah dan sekaligus menjadi ciri khas pendidikan Muhammadiyah sebagai
institusi pendidikan dan kebudayaan islam.
2. Memasukkan fungsi kaderisasi (pengkaderan) dalam perencanaan strategis dan penyelenggaraan
pendidikan Muhammadiyah di seluruh jenjang untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan Muhammadiyah, yaitu manusia muslim berakhlak mulia, cerdas dan berguna
bagi umat dan bangsa.
3. Menyiapkan pendidikan Muhammadiyah diseluruh jenjang dalam memasuki persaingan yang
keras dan kualitatif pada era globalisasi dengan kemampuan mengembangkan ciri khas
pendidikan islam yang dapat mejadi model keunggulan masa depan.
4. Pengembangan sekolah-sekolah unggulan hendaknya tidak mengarah pada ekslusifisme dan
semata-mata mengembangkan kualitas kognisi dan skill dari subyek didik.
5. Khususnya mengenai Taman Kanak-Kanak Bustanul Athfal, Play group, Taman Pendidikan AlQuran. Pendidikan informal dan non formal lainnya hendaknya dijadikan wahana persemayan
penanaman iman, akhlak/kepribadian, dan kreativitas yang sesuai dengan dan tidak mematikan
perkembangan jiwa anak-anak.

Anda mungkin juga menyukai