Anda di halaman 1dari 15

PEDOMAN PENELITIAN KUALITATIF STUDI KASUS

PEDOMAN PENELITIAN KUALITATIF


STUDI KASUS
I. PENDAHULUAN
Hakikat kehadiran setiap individu dalam proses hidup ini, diantaranya adalah mengemban status
dan peran sebagai terdidik dan mendidik. Asumsi itulah yang menyebabkan kita semua apabila
memahami dan mengkaji tentang peran atau fungsi guru dalam proses mendidik diri sendiri
dan peserta didik di sekolah tidak akan habis untuk diperbincangkan, baik pada level masyarakat
awan maupun level masyarakat ilmuwan.
Dari beberapa kajian ilmiah berkaitan dengan fungsi dan peran guru dalam proses pembelajaran
tentang ilmu pengetahuan atau pola budaya pada peserta didik, menyimpulkan bahwa kedudukan
guru memegang peran sentral sebagai: (1) Salah satu media pentransfer ilmu pengetahuan pada
anak; (2) Pembimbing proses perubahan pola perilaku kehidupan anak didik kearah lebih baik;
dan (3) Fasilitator/ pengarah dalam proses pemecahan beragam problem peserta didik yang
berkaitan dengan proses pembelajaran dan persoalan pribadi sebagai warga masyarakat. Agar
setiap guru BP/BK mampu menjalankan ketiga peran sentral tersebut, maka setiap guru BP/BK
disepanjang waktu harus terus berjuang untuk meningkatkan kualitas profesinya, khususnya
berkaitan dengan kualitas pelayanan ketiga peran tersebut. Kualitas kompetensi profesional guru
BP/BK adalah menyangkut: Kompetensi kepribadian; kompetensi sosial; kompetensi
paedagogik; dan kompetensi profesi.
Mengkaji tentang metode meningkatkan kualitas peran dan profesionalitas guru BP/BK dalam
mentranfer ilmu (transfer of science), internalisasi dan transfer nilai-norma (transfer of value
and norm), dan sebagai pembimbing (guidance) dalam proses perubahan perilaku peserta didik
di sekolah, setiap guru BP/BK dituntut memiliki pemahaman dan sudut pandang secara
multidimensional dalam proses pemberian layanan pada peserta didik. Banyak wacana yang
telah disampaikan oleh para ahli, baik melalui media publikasi jurnal penelitian ilmiah, maupun
buku kajian ilmiah yang membahas tentang, bagaimana metode atau strategi yang dapat
ditempuh dalam meningkatkan kualitas kompetensi profesional guru BP/BK di sekolah.
Salah satu bagian penting dari upaya meningkatkan kompetensi profesional guru BP/BK adalah,
menumbuhkan motivasi guru BP/BK untuk menulis, membuat karya lmiah atau melakukan
penelitian studi kasus. Penelitian Studi Kasus (Case Study) merupakan salah satu bagian karya
tulis ilmiah yang harus dikuasai oleh setiap guru BP/BK, agar proses layanan pembimbingan
pada peserta didik di sekolah terus terjadi peningkatan kualitas hasil pembelajaran siswa dan
peningkatan kualitas kepribadian siswa dan guru BP/BK. Berikut ini dijelaskan secara singkat
tentang bagaimana cara melakukan kegiatan penelitian studi kasus?
II. PEDOMAN PENELITIAN STUDI KASUS (CASE STUDY RESEARCH)

A. Beberapa Konsep Penting Penelitian Studi Kasus (Case Study Research)


1. Karakteritik Case Study Research (CSR)
Ada beberapa konsep penting yang perlu dipahami tentang apa sebenarnya Penelitian Studi
Kasus (Case Study Research atau CSR). Hal ini penting untuk diketahui sebelum melakukan
kegiatan penelitian, karena masih banyak kalangan guru mata pelajaran, guru BP/BK, atau
peminat pendidikan yang menilai bahwa CSR itu sama, baik dari segi pendekatan dan strategi
analisis datanya dengan penelitian kuantitatif. Berikut ini beberapa karakteristik CSR di sekolah,
antara lain:
1. CSR merupakan salah satu bentuk strategi penelitian kualitatif yang berparadigma
pospositivisme. Ada tiga paradigma penelitian kualitatif, yaitu: (a) Paradigma
Pospositivis, yang memiliki lima macam Strategi Penelitian Kualitatif (SPK),
yaitu: SPK Studi Kasus; SPK Etnografi; SPK Interaksionis Simbolik; SPK
Naturalistis Inquiry; SPK Grounded Theory. (b) Paradigma Konstruktivis, yang
memiliki tiga macam SPK, yaitu: SPK Etnometodologi; SPK Etnografi Teks; SPK
Action Research/ Penelitian Tindakan. (c) Paradigma Posmodernis, yang memiliki
satu SPK, yaitu SPK Pluralisme Inferensial (Bakri, M. (ed). 2002).
2. CSR pendidikan merupakan suatu penelitian atau pendekatan untuk mempelajari,
menerangkan, atau menginterpretasi suatu kasus (case) pendidikan
(pembelajaran) dalam konteksnya secara natural (alami) tanpa adanya intervensi
dari pihak luar. Kasus (case) bisa dalam bentuk: (a) sederhana atau kompleks; (b)
individual (kasus tunggal) atau kelompok (cluster / multi kasus); (c) statis atau
dinamis (Yin, Robert, K. 1981; Creswell.J.W. 2005).
3. CSR pendidikan lebih menjadi wilayah kegiatan penelitian ilmiah para guru
BP/BK, sedangkan kegiatan penelitian guru mata pelajaran adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). CSR pendidikan berkaitan dengan upaya mencari
pemecahan kasus yang dihadapi oleh peserta didik, baik secara individu atau
kelompok, baik berkaitan dengan kesulitan belajar, masalah karir dan masalah
kepribadian menyimpang.
4. Kasus yang diangkat dalam penelitian harus memenuhi dua hal yaitu: (a) spesifik
dan (b) mempunyai batasan (bounded system) yang jelas (Salim,A. 2001). Selain
itu, penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu: (a) Studi kasus
ekspalanatoris; (b) Studi kasus eksploratoris; dan (c) Studi kasus deskriptif (Yin,
Robert, K. 1981).
5. CSR pendidikan yang dilakukan guru BP/BK di sekolah lebih banyak
menggunakan tipe Studi kasus deskriptif, dengan model analisis datanya bersifat
deskriptif kualitatif atau interaksional (siklus).
2. Keistimewaan CSR

Banyak segi positif dari penelitian studi kasus (CSR). Menurut Lincoln dan Guba. bahwa
kesitimewaan studi kasus adalah: (1) studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik,
yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti; (2) studi kasus menyajikan uraian menyeluruh
tentang suatu fenomena yang terjadi sehari-hari; (3) studi kasus merupakan sarana efektif untuk
menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden; (4) studi kasus memberikan uraian tebal
yang diperlukan bagi penilaian atas transferibilitas; (5) studi kasus terbuka bagi penilaian atas
konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut; (6)
pendekatan terpenting dalam studi kasus adalah dengan pendekatan kualitatif. Meskipun peneliti
juga menggunakan data dan analisis statistik, namun data analisis statistik tersebut hanya sebagai
pelengkap (Bogdan, R.C. and Biklen, K., 1982; Mulyana, 2002).
3. Strategi Analisis Data dalam CSR
Proses analisis bukti (data) dalam CSR adalah tahap yang paling sulit dan rumit, diperlukan
kejelian, ketelitihan dan latihan-latihan. Beberapa konsep yang perlu dipahami tentang analisis
bukti (data) dalam CSR antara lain:
1.
1. Sebelum melakukan analisis data dalam penelitian studi kasus (CSR), hal-hal
yang perlu dilakukan oleh guru BP/BK (peneliti) adalah: (1) latihan-latihan
intensif perlu direncanakan dan dilakukan; (2) protokol studi kasus perlu
dikembangkan dan dilakukan penyempurnaan kembali; dan (3) perlu ada
penelitian perintis (pra penelitian atau kajian awal). Apabila desain penelitiannya
multi kasus, maka melakukan protokol studi kasus dan pra penelitian adalah
sebuah keharusan. Unsur atau bagian yang harus ada dalam protokol studi kasus
adalah: (a) tinjauan umum objek penelitian studi kasus, (b) prosedur atau tahapan
kerja di lapangan yang harus dilakukan, (c) pertanyaan-pertanyaan tentang kasus
yang akan diteliti, yang spesifik, pakai tabel-tabel. Pertanyataan bisa dari pihak
yang diwawancarai; dari kasus individual; dari kasus multi; dari kasus luar atau
dari sumber literatur; (4) tuntunan atau pedoman dalam pembuatan laporan studi
kasus.
2. Proses analisis data (bukti) dalam CSR adalah terdiri dari (1) pengumpulan bukti
(data) dari beragam sumber; (2) pengujian bukti; (3) pengkategorian atau
pengelompokan bukti; (4) pentabulasian atau pengkombinasian kembali buktibukti untuk menunjuk pada proposisi atau teori awal saat penelitian; dan (5)
pemberian interpretasi dan penarikan kesimpulan. Kelima proses tersebut dapat
dilakukan baik pada kasus tunggal atau multikasus.
3. Dalam proses analisis bukti (data) CSR disarankan menggunakan perpaduan atau
beberapa teknik analisis, seperti: (a) memasukkan informasi kedalam daftar yang
berbeda; (b) membuat matriks kategori dan menempatkan buktinya kedalam
kategori; (c) mentabulasi frekuensi peristiwa yang berbeda; (d) memeriksa
keberagaman tabulasi dan hubungannya dengan menskor serta menghitung mean-

nya; dan (e) memasukkan informasi ke dalam urutan kronologis atau


menggunakan skema waktu (Miles, M.B and Huberman, A.M. 1992).
4. Ada dua macam analisis bukti (data) dalam penelitian studi kasus (CSR), yaitu:
Pertama, Analisis Dominan. Bentuk analisis dominan ini dibagi lagi menjadi tiga
macam sub analisis dominan, yaitu: (1) Analisis pejodohan pola; (2) Analisis
penjelasan; dan (3) Analisis deret waktu. Kedua, Analisis Kurang Dominan.
Bentuk analisis kurang dominan ini dibagi lagi menjadi tiga macam sub analisis
kurang dominan, yaitu: (1) Analisis unit-unit terjalin; (2) Analisis observasi
berulang; dan (3) Analisis sekunder lintas kasus. Jadi, untuk melakukan analisis
data (bukti) dalam penelitian studi kasus (CSR) banyak sekali macamnya, peneliti
bisa memilih salah satu sub analisis atau memadukan dua sub analisis dalam
penelitiannya (Yin, Robert, K. 1981; Moleong, L.J. 2006).
5. Dalam tulisan singkat ini dijelaskan gambaran dari dua sub analisis dominan
yaitu: analisis penjelasan dan analisis deret waktu. Pertama, analisis
penjelasan. Dalam analisis ini peneliti menjelaskan: (1) protokol studi kasus; (2)
setelah protokol studi kasus, kasus yang diteliti, dijelaskan berdasarkan teoriteori, atau hasil-hasil penelitian terdahulu, atau jurnal ilmiah (mengapa
dan bagaimana) kasus tersebut; (3) setelah memahami secara teoritis tentang
kasus tersebut, kemudian peneliti memasuki, memahami, mengkaji kondisi
realitasnya, kenyataan sehari-hari (mengapa dan bagaimana) kasus tersebut,
dijelaskan secara sistematis, logis berdasarkan beragam sumber data yang ada di
lapangan secara valid atau dapat dipertanggungjawabkan; dan (4) melakukan
interpretasi data dan kesimpulan.Kedua, analisis deret waktu. Dalam analisis ini
peneliti melakukan: (1) protokol studi kasus; (2) setelah protokol studi kasus,
melakukan observasi tentang kasus yang dikaji dalam waktu tertentu (minggu
atau bulan), dengan berpedoman pada lembar observasi yang secara rinci memuat
aspek-aspek (variabel-variabel) yang diobservasi atau diteliti; (3) melakukan
tabulasi data hasil observasi, kemudian diinterpretasi atau dijelaskan argumentasi
atau dinarasikan secara logis, sistematis (mengapa dan bagaimana) kasus
tersebut; (4) setelah dilakukan langkah-langkah pemecahan masalah dalam kurun
waktu tertentu (satu minggu atau satu bulan) berdasarkan masukan hasil observasi
pertama, kemudian dilakukan observasi lagi pada minggu atau bulan berikutnya
dan hasilnya ditabulasi dengan dihitung frekuensinya, kemudian diinterpretasi
lagi (mengapa dan bagaimana) kasus tersebut; (5) ketika dipandang telah cukup
datanya dalam mengungkap atau mengkaji kasus tersebut, observasi baru
dihentikan. Analisis deret waktu bisa dilakukan pada kasus tunggal atau kasus
multi, baik untuk variabel bebas atau variabel terikat. Dalam analisis data
penelitian studi kasus (CSR) bisa menggunakan perpaduan dua analisis tersebut,
bisa juga hanya memakai salah satu macam sub analisis tersebut di atas.
B. Mengapa Guru BP/BK Harus Melakukan CSR Pendidikan?
Salah satu bagian penting yang akan menunjang guru BP/BK mampu meningkatkan kualitas
kompetensi profesionalnya adalah kemampuan untuk melakukan penelitian atau melakukan

kajian secara intens berkaitan dengan bidang pekerjaannya. Ada beberapa argumentasi atau
alasan mengapa setiap guru BP/BK harus memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian
studi kasus (CSR), antara lain:
1. Kemampuan guru BP/BK melakukan CSR dapat meningkatkan kualitas akademik dan
non akademik secara terus menerus, serta mempunyai kemampuan mengambil keputusan
sesuai dengan profesinya (profesional judgment)
2. Penelitian studi kasus (CSR), dapat mengembalikan rasa percaya diri (self confidence)
guru BP/BK, sehingga mampu mengemban tugas-tugas profesionalnya. Melalui CSR,
guru BP/BK melatih diri mengamati secara jeli beragam problema peserta didik di
sekolah, apa yang menjadi sebab terjadinya problem, dan bagaimana cara mencari jalan
keluar yang terbaik dalam menyelesaikan problem bagi peserta didik.
3. Penelitian studi kasus (CSR), dapat menumbuhkan semangat membebaskan (liberating)
dan menyetarakan (emancipating) dalam konteks profesi guru BP/BK. Artinya ketika
guru BP/BK mempunyai rasa kepercayaan diri dan harga diri (self esteem) sebagai guru
BP/BK yang profesional, dia akan mandiri, tidak tergantung pada pihak lain, punya
semangat inovatif dalam proses layanan pembimbingan siswa.
4. Penelitian studi kasus (CSR), dapat memberikan masukan (input) bagi guru BP/BK
dalam hal: (a) penyusunan program layanan pembimbingan di kelas (sekolah); (b)
strategi memecahkan beragam problema peserta didik untuk kemudian dicari solusi yang
terbaik dalam mencapai kualitas prestasi belajar siswa; (c) upaya guru BP/BK dalam
melakukan inovasi layanan pembimbingan pesrta didik di sekolah; dan (d) membangun
iklim hubungan yang persuasif, komunikatif antara peserta didik dengan guru BP/BK,
sehingga siswa tidak merasa takut atau enggan bertemu dengan guru BP/BK (Arifin,
2009).
C. Cara Membuat Judul CSR Pendidikan
Ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan dalam membuat judul Penelitian studi kasus
(CSR), yaitu:
1. Berkaitan dengan persoalan proses pembelajaran atau pembimbingan siswa, yang sehariharinya dihadapi oleh peneliti/ guru BP/BK di sekolah.
2. Judul hanya menyangkut satu konsep permasalahan atau problem pembelajaran atau
problem psikologis siswa di sekolah, misalnya tentang: Motivasi belajar rendah; Sulit
konsentrasi belajar; Konflik pribadi/ konflik psikis; Kegagalan bersosialisasi; Perilaku
menyimpang tertentu, dan sejenisnya.
3. Problema tersebut akan diselesaikan melalui cara atau metode atau strategi tertentu.
4. Objek / siswa yang diteliti jelas, boleh satu kelas (klasikal) dan boleh individual atau
beberapa individu..

5. Kapan penelitian itu dilakukan (Semester dan tahun pelajarannya).


6. Tempat penelitian, misalnya SD, SMP, SMA mana (harus jelas).
Catatan. Dalam membuat judul CSR perhatikan lima aspek yang menjadi Perencanaan Program
Pelayanan Bimbingan dan Konseling (P3BK), yaitu: (1) bimbingan pribadi; (2) bimbingan
sosial; (3) bimbingan belajar; (4) bimbingan karir; dan (5) bimbingan budi pekerti. Kelima
macam layanan bimbingan tersebut tentu jalan keluar (solusi dari masalah yang muncul) adalah
berbeda-beda.
Dari enam pedoman tersebut, berikut ini dirumuskan beberapa contoh judul Penelitian studi
kasus (CSR) antara lain:
1. Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas X1, Melalui Efektifitas Belajar
Kelompok (Study Group), Semester Ganjil Tahun 2009-2010 di SMA Maju Kota
Ramai. (judul yang berkaitan bimbingan belajar)
2. Upaya Penyelesaian Kegagalan Sosialisasi Siswa Melalui Intensitas Dialog Teman
Sebaya, Kasus Kelas XI di SMA Unggul Kota Maju Tahun 2010 (judul yang
berkaitan bimbingan sosial)
3. Analisis Perilaku Menyimpang Remaja dan Alternatif Pemecahannya, Kasus Siswa
Kelas XI di SMA Ramai Kota Maju Tahun 2010. judul yang berkaitan bimbingan
budi pekerti); (4) dan sebagainya
D. Pedoman Penyusunan Bab I (Pendahuluan)
Ada beberapa bagian yang harus dijelaskan dalam Bab I Pendahuluan, pada Penelitian studi
kasus (CSR), yaitu paling tidak berisi tentang: (1) Latarbelakang Masalah; (2) Rumusan
Masalah; (3) Tujuan Penelitian; (4) Definisi Konsep; (5) Manfaat Penelitian; dan (6)
Keterbatasan Penelitian. Bagaimana cara membuat keenam hal tersebut?. Perhatikan hal-hal
berikut ini:
1. Apa yang harus disusun atau di jelaskan pada bagian latarbelakang?.
Pada dasarnya latar belakang masalah penelitian pada bab I itu terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu: (a) bagian awal (bisa satu/ dua alinea) yang menjelaskan tentang realitas teoritis/
kajian teori singkat/ hasil penelitian studi kasus (CSR) yang lalu tentang hal-hal yang semestinya
terjadi dalam proses pembimbingan, misalnya: proses pembimbingan harus membangun
motivasi, kreativitas, rasa percaya diri, semangat berprestasi siswa lebih berkualitas; (b) bagian
tengah (bisa satu/ dua alinea) yang menjelaskan tentang realitas sehari-hari (realitas empirik)
dalam proses pembimbingan di sekolah, misalnya: motivasi siswa; beragam perilaku
menyimpang, dsb; dan (c) bagian akhir (bisa satu alinea) yang menerangkan kesimpulan adanya
kesenjangan antara realitas teoritis dan realitas empirik, sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian studi kasus (CSR) dengan judul tertentu (sesuai dengan problemanya).

2. Bagaimana merumuskan masalah penelitian?


Dalam penelitian studi kasus (CSR) rumusan masalah boleh cukup satu saja, boleh lebih dari
satu rumusan masalah. Apabila rumusan masalah dibuat satu, maka untuk contoh judul penelitian
nomor 1 di atas adalah: Bagaimana upaya meningkatan motivasi belajar siswa Kelas X1,
melalui efektifitas belajar kelompok (study group), semester ganjil tahun 2009-2010 di SMA
maju Kota ramai?. Jadi, tinggal memberi kata tanya didepannya.
Apabila rumusan masalah dibuat dua, maka untuk judul penelitian di atas adalah: (a) Bagaimana
kondisi motivasi belajar siswa Kelas X1, semester ganjil tahun 2009-2010 di SMA maju Kota
ramai?; dan (b) Bagaimana upaya meningkatan motivasi belajar siswa Kelas X1, melalui
efektifitas belajar kelompok (study group), semester ganjil tahun 2009-2010 di SMA maju Kota
ramai?.
3. Bagaimana merumuskan tujuan penelitian?
Apabila rumusan masalahnya satu maka minimal tujuan penelitiannya juga satu. Jadi, rumusan
tujuan penelitian minimal adalah mengikuti rumusan masalah penelitian. Misalnya. Apabila
rumusan masalahnya dua seperti di atas, maka rumusan tujuan penelitian adalah. Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ingin
membahas atau mengkaji tentang: (a) Kondisi motivasi belajar siswa Kelas X1, semester ganjil
tahun 2009-2010 di SMA maju Kota ramai; dan (b) Upaya meningkatan motivasi belajar
siswa Kelas X1, melalui efektifitas belajar kelompok (study group), semester ganjil tahun 20092010 di SMA maju Kota ramai. Jadi, tinggal menghilangkan kalimat tanya yang ada di
rumusan masalah.
4. Apa yang perlu dijelaskan dalam definisi konsep?
Peneliti perlu menjelaskan maksud/ definisi yang dimaksud peneliti tentang konsep-konsep yang
ada pada judul penelitian. Misalnya untuk judul di atas, peneliti harus menjelaskan apa yang
dimaksud dalam penelitian saudara tentang: (a) motivasi belajar; (b) belajar kelompok (study
group); (c) efektifitas study group dalam menumbuhan motivasi belajar; dan (e) pendekatan
penelitian. Uraikan singkat agar pembaca tidak terjadi salah pengertian
5. Apa yang harus di tulis tentang manfaat penelitian?
Ada tiga manfaat yang perlu dijelaskan pada sub bab tentang Manfaat Penelitian, yaitu: (a)
Manfaat hasil penelitian studi kasus (CSR) bagi siswa; (b) Manfaat hasil penelitian studi kasus
(CSR) bari guru BP/BK; dan (c) Manfaat hasil penelitian studi kasus (CSR) bagi Lembaga atau
Sekolah.
6. Apa yang harus diuraikan pada Keterbatasan Penelitian?
Pada bagian ini, inti uraiannya adalah peneliti menjelaskan, bahwa hasil laporan penelitian studi
kasus (CSR) yang dilakukan masih ada sisi kelemahannya, oleh karena itu perlu adanya
penelitian lanjutan, baik oleh peneliti sendiri maupun peneliti lainnya.

E. Pedoman Penyusunan Bab II (Kajian Pustaka)


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kajian pustaka dalam penelitian
studi kasus (CSR), yaitu:
1. Pada bagian ini peneliti perlu mengemukakan beberapa hasil dari penelitian studi kasus
(CSR) yang telah dilakukan para peneliti terdahulu. Apabila peneliti tidak menemukan
hasil karya penelitian studi kasus (CSR) terdahulu, peneliti dapat melakukan kajian teori
yang ada di buku-buku teks ilmiah, majalah ilmiah atau koran, yang berkaitan dengan
judul penelitian.
2. Karena penelitian studi kasus (CSR) sifatnya mencari jalan pemecahan terhadap
problema khusus yang dihadapi siswa di sekolah, maka uraian teori, konsep dalam kajian
pustaka ini cukup ringkas saja, tidak terlalu panjang, namun tetap memperhatikan kaidah
ilmiah dalam penulisannya, misalnya dicantumkan sumber rujuannya. Contoh, catatan
kaki langsung menyatu dalam teks adalah Menurut Surahmat,W (2000) peran guru
BP/BK sangat sentral dalam proses layanan pembelajaran dan pembimbingan
3. siswa di sekolah. Atau Paradigma pembelajaran era sekarang lebih bersifat kontekstual,
(Tilaar, 2002: 25). Uraian tentang Kajian Pustaka dianggap salah apabila tidak
mencantumkan catatan kaki.
4. Uraian dalam Kajian pustaka pada CSR tidak dibenarkan menyinggung konsep-konsep
lain yang tidak sesuai dengan konsep yang ada pada judul penelitian.
5. Fungsi kajian pustaka dalam CSR adalah untuk mendukung dan menjustifikasi rencana
atau strategi pembimbingan atau strategi penyelesaian masalah yang dihadapi oleh siswa.
Disamping itu kajian pustaka dapat memberikan wawasan ilmiah yang cukup tentang
konsep-konsep teori yang berkaitan dengan pokok persoalan yang akan diteliti.
F. Pedoman Penyusunan Bab III (Metode Penelitian)
Uraian yang ada di Bab III (Metode penelitian), paling tidak menjelaskan tentang: (a)
Pendekatan/ strategi penelitian; (b) Setting penelitian; (c) Sampel dan Instrumen penelitian; (d)
Metode pengumpulan data; dan (e) Analisis data atau analisis tindakan.
1. Apa yang harus dijelaskan pada sub bab pendekatan/ strategi penelitian?
Pada bagian ini peneliti harus menjelaskan bahwa, Untuk menjawab rumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini strategi atau pendekatan penelitian yang dipakai adalah
pendekatan penelitian kualitatif dengan strategi penelitian kualitatif case study research (CSR)
atau penelitian studi kasus, dengan analisis interaktif, sebagaimana yang dijelaskan pada sub
bab analisis data berikut.
Catatan. Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, ada tiga macam CSR, yaitu: (a) Studi kasus
ekspalanatoris; (b) Studi kasus eksploratoris; dan (c) Studi kasus deskriptif. Pada umumnya CSR

yang dilakukan oleh guru BP/BK di sekolah adalah dalam bentuk Studi kasus deskriptif, karena
relatif lebih mudah dikerjakan oleh guru.
2. Apa yang harus dijelaskan pada sub bab setting penelitian?
Pada bagian ini peneliti harus menjelaskan secara rinci dan sejelas mungkin tentang Kondisi: (a)
letak sekolah yang menjadi objek penelitian; (b) sarana dan prasarana pembelajaran yang
dimiliki sekolah; (c) jumlah kelas dan siswa secara keseluruhan; (d) jumlah guru pada masingmasing mata pelajaran; dan (e) Apakah tempat tersebut pernah dilakukan CSR pendidikan oleh
peneliti terdahulu dan bila ada fokusnya tentang apa. Tujuan uraian tentang setting penelitian
secara rinci adalah, apabila ada peneliti atau guru. BP/BK dari sekolah lain yang membaca hasil
laporan CSR pendidikan, akan dapat memperoleh informasi yang cukup tentang setting
penelitian anda, atau dapat dijadikan perbandingan apakah ada kemiripan antara sekolah anda
dan sekolah lain.
3. Apa yang harus dijelaskan pada sub bab objek dan instrumen penelitian?
Hal yang perlu dijelaskan pada bagian ini adalah, Karena pendekatan penelitian yang dipilih
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian case study
research (CSR), maka teknik sampling penelitian adalah menggunakan non probability sampling
(teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur /
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel) (Sugiyono, 2005), sedangkan teknik
pengambilannya menggunakan purposive sampling (teknik pengambilan sampel dengan
pertimbangan atau tujuan tertentu). Jadi, yang menjadi sampel (objek) penelitian adalah
misalnya kelas X-1 dengan jumalh 35 siswa. Menurut para ahli penelitian kualitatif, sering
sampel penelitian dalam CSR disebut objek penelitian, karena sebenarnya dalam CSR kualitatif
tidak mengenal istilah populasi. Oleh karena itu apabila menggunakan istilah sampel maka yang
dimaksud adalah sampel purposive. Jadi, boleh menggunakan istilah sampel atau objek
penelitian, dan tidak pas atau tidak proporsional bila dalam CSR kualitatif menggunakan istilah
populasi. Dalam penelitian kualitatif, khususnya CSR yang menjadi instrumen penelitian
adalah peneliti sendiri (guru BP/BK).
Sebagai instrumen penelitian, maka peneliti (guru BP/BK) betul-betul harus: (a) memahami
model analisis CSR; (b) Menguasai wawasan/ konsep yang diteliti; (c) Kematangan kesiapan
melakukan CSR; dan (d) selalu melakukan evaluasi diri.
4. Apa yang harus dijelaskan pada metode pengumpulan data?.
Dalam hal ini peneliti perlu menjelaskan tentang metode pengumpulan data. Dalam CSR
pendidikan, metode pengumpulan datanya adalah: (a) Metode observasi partisipatif, dalam hal
ini peneliti harus membuat pedoman observasi dengan memerinci aspek-aspek yang akan
diobservasi;(b) Metode wawancara takterstruktur, dalam hal ini peneliti juga menyusun pedoman
wawancara yang akan dilakukan pada siswa; dan (c) Metode tes, dalam hal ini guru BP/BK
melakukan tes bila memang dipandang perlu melakukan tes yang berkaitan dengan masalah yang
ditelitinya. Apabila tidak menggunakan metode tes, guru BP/BK apabila ingin memperoleh data

tentang prestasi siswa dapat mengambil data dokumen (metode dokumen) pada masing-masing
guru mata pelajaran. Metod tes dan dokumen ini sebagi penunjang saja.
Catatan, dalam pengumpulan data pada proses CSR, paling tidak ada lima ketrampilan yang
harus dimiliki peneliti, antara lain: (1) peneliti harus mampu mengajukan pertanyaanpertanyaan yang baik, dan menginterpretasikan jawaban-jawaban informan; (2) peneliti harus
menjadi pendengar yang baik dan tidak terperangkap pada ideologi (paham) atau
prakonsepsinya sendiri; (3) peneliti harus mampu menyesuaian diri dan fleksibel, agar situasi
yang baru dialami dapat dipandang sebagai peluang dan bukan sebagai ancaman; (4) peneliti
harus memiliki daya tangkap yang kuat terhadap isu-isu yang diteliti; dan (5) peneliti harus
tidak bias (penyimpangan) oleh anggapan-anggapan yang sudah ada sebelumnya (termasuk
anggapan dari teori). Oleh karena itu, peneliti harus peka dan responsif terhadap bukti-bukti yang
kontradiktif (Yin, Robert, K. 1981).
5. Apa yang harus dijelaskan pada sub bab analisis data (bukti)?
Dalam bagian ini peneliti menjelaskan proses analisis data yang akan digunakan. Karena CSR
termasuk jenis penelitian kualitatif, maka analisis datanya bersifat interaktif dan analisis datanya
berlangsung secara terus menerus sejak awal penggalian data sampai akhir CSR. Dalam sub bab
ini peneliti perlu menjelaskan jenis atau bentuk analisis data (bukti) CSR yang dipakainya,
namun sebelum memilih salah satu atau dua bentuk analisis CSR yang dipakai dalam
penelitiannya, peneliti sebaiknya menyebutkan macam-macam bentuk analisis CSR (seperti yang
disebut di atas).
Pada bagian analisis data (bukti) ini perlu mengemukakan: (a) fokus/ rumusan masasah
penelitian; (b) langkah-langkah dalam melakukan analisis data; dan (c) menjelaskan cara-cara
dalam melakukan analisis data CSR. Apabila proses analisis data menggunakan bantuan statistik,
maka peneliti perlu menjelaskan jenis analisis statistik yang dipakai. Karena strategi CSR
termasuk salah satu bentuk penelitian kualitatif berparadigma pospositivisme, maka sebaiknya
jenis analisis statistik yang dipakai adalah analisis statistik deskriptif dalam bentuk analisis mean
atau frekuensi dan presentase.
G. Pedoman Penyusunan Bab IV (Hasil Penelitian Dan Pembahasan)
Karena CSR ini merupakan salah satu dari strategi penelitian kualitatif, maka deskripsi hasil
penelitian di bab ini harus lengkap atau rinci. Dalam mendeskripsikan hasil penelitian ini,
peneliti harus memperhatikan jumlah rumusan masalahnya. Apabila jumlah rumusan masalah
pada judul penelitian di atas berjumlah dua, maka deskripsi hasil penelitian sebagai berikut:
1. Deskripsi Data Kondisi Motivasi Belajar Siswa. Dalam hal ini peneliti menjelaskan
kondisi motivasi belajar siswa sebelum diberlakukannya pola belajar dengan
mengefektifkan belajar kelompok (study group). Sumber datanya bisa diambil dari nilai
ulangan harian siswa pada semua mata pelajaran (minta bantuan guru mata pelajaran
dengan merekam di daftar nilai) dan skor nilai angket tentang motivasi belajar siswa.
Hasil nilai ulangan harian (sumber dokumen) dan skor nilai dari angket dicari mean-nya
(rata-rata) kemudian dikategorikan baik, sedang atau kurang.

2. Deskripsi Data Hasil Penyelesaian Kasus.


Disinilah peneliti harus menjelaskan dua hal yaitu
1.
1. Protokol Kasus
2. Deskripsi Data Hasil Penyelesaian Kasus (a) Observasi kasus ke 1; (b) Tabulasi
data dan analisis persentase serta diinterpretasi data; (c) Observasi kasus ke 2; (d)
Tabulasi data dan analisis persentase, serta diinterpretasi data, dan seterusnya
3. Pembahasan
H. Pedoman Penyusunan Bab V (Penutup)
Pada bagian ini peneliti harus menjelaskan atau menguraikan tentang dua hal, yaitu: (1)
Kesimpulan; dan (2) Saran-saran.
1. Apa yang harus dijelaskan dalam kesimpulan?
Dalam menyusun kesimpulan peneliti harus berpedoman pada rumusan masalah. Apabila
rumusan masalahnya dua, maka paling tidak kesimpulannya juga dua, yang mencerminkan
sebuah hasil/ jawaban dari permasalahan. Dalam hal ini peneliti bisa mengambil inti/ kesimpulan
dari hasil analisis data pada bab IV.
2. Apa yang harus dijelaskan dalam saran-saran?
Dalam menyusun saran pada bab V, peneliti bisa menjelaskan tentang saran, misalnya: (a) pada
guru/ peneliti, agar bisa melakukan penelitian lanjutan untuk pengembangan wawasan keilmuan
tentang pembelajaran di kelas; (b) pada lembaga/ kepala sekolah, agar terus memberikan
dorongan/ dukungan materi dan non materi pada guru-guru untuk melakukan pengembangan
profesi keguruan. dsb.
I. Pedoman Dalam Penyusunan Daftar Pustaka dan Membuat Lampiran
1. Cara membuat daftar pustaka, yaitu: (a) secara berurutan Nama pengarang (diambil dari
nama belakangnya), tahun penerbitan, Judul buku; Nama penerbit, kemudian diakhiri
Kota penerbit.; (b) penyusunan daftar pustaka harus urut abjat. Contoh, lihat di datar
pustaka halaman terakhir. Contoh penulisan daftar pustaka dalam bentuk buku teks
adalah:
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Alfabeta, Bandung.
Contoh penulisan daftar pustaka berupa surat kabar adalah:

Notosusanto, N., 2007. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Harian Umum Kompas, 10
Juli 2007.h. 4.
Contoh penulisan daftar pustaka buku teks tidak ada pengarangnya adalah:
Biro Pusat Statistik. 2008. Survey Pertanian Produksi Buah-Buahan di Indonesia. Jakarta h. 3035.
Contoh penulisan daftar pustaka yang diambil dari internet selain jurnal adalah:
Witherspoom, A.M. and R. Pearce. 2000. Nutrient and multispecies criteria standard for the
Chowan River, North Carolina. Report No. 200. http://www.3.ncsu.edu/wrri/reports.200.html.
May, 21.2000.
Apabila tidak tertera tahun maka tanggal pengambilan harus dicantumkan.
Contoh penulisan daftar pustaka dari jurnal adalah:
Effendi, T.N. 1999. Strategi Pengembangan Masyarakat: Alternatif Pemikiran Reformatif. Jurnal
Ilmu Sosial-Ilmu Politik, Vol 3 No. 2: 25-30. Nopember. Fisipol. UGM. Yogyakarta.
2. Lampiran. Lampiran diletakkan setelah daftar pustaka. Dan yang perlu dilampirkan adalah:
Jadwal penelitian; Lembar observasi peneliti pada Siswa; Hasil rekap skor hasil angket; Rekap
skor hasil observasi; dan Riwayat hidup peneliti.
J. Pedoman Dalam Penyusunan Laporan Hasil CSR
Format laporan hasil CSR diharapkan sesuai dengan standart baku format laporan penelitian
ilmiah. Berikut ini dikemukakan contoh format laporan hasil CSR, yang menggunakan model
analisis dominan dalam bentuk analisis deret waktu, yaitu:
-

Halaman Sampul atau Judul

Lembar persetujuan

Kata Pengantar

Abstrak

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Bab I PENDAHULUAN.

1.
1. Latar belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Definisi Konsep
5. Manfaat Penelitian
6. Keterbatasan Penelitian
Bab II Kajian Pustaka
A.
B
C (dst, sesuai dengan konsep-konsep yang ada pada judul)
Bab III Metode Penelitian
1. Pendekatan/ Strategi Penelitian
2. Setting Penelitian
3. Sampel/ Objek dan Instrumen Penelitian
4. Metode Pengumpulan Data
5. Analisis Data
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Protokol Kasus
2. Deskripsi Data Hasil Penyelesaian Kasus (1) Observasi kasus ke 1; (2) Tabulasi
data dan analisis persentase serta interpretasi data; (3) Observasi kasus ke 2; (4)
Tabulasi data dan analisis persentase serta interpretasi data, dan seterusnya
3. Pembahasan
Bab V Penutup.

A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
- DAFTAR PUSTAKA
- LAMPIRAN-LAMPIRAN
III. PENUTUP
Dari uraian singkat tentang pedoman penelitian studi kasus (case study research /CSR) di atas,
ada beberapa hal yang perlu dipahami sebagai kesimpulan makalah singkat ini, yaitu:
1. Paradigma pembelajaran dan pembimbingan dewasa ini adalah menuntut adanya
peningkatan kualitas profesional pendidik di sekolah dengan lebih menekankan
pada aspek keaktifan, kreatifitas siswa dan kemandirian siswa.
2. Salah satu kunci upaya meningkatkan profesional guru BP/BK adalah melatih dan
meningkatkan kemampuan diri dalam mengembangkan kemampuan membuat
karya tulis ilmiah yang berkaitan erat dengan kualitas proses layanan bimbingan
sehari-hari di sekolah. Dan salah satu bentuk karya tulis ilmiah guru BP/BK yang
sangat sentral dalam meningkatkan kualitas layanan pembimbingan peserta didik
adalah melakukan penelitian studi kasus (CSR), baik secara mandiri atau
kelompok.(tim)
3. Penelitian studi kasus (CSR), merupakan salah satu bagian dari strategi penelitian
kualitatif yang berparadigma pospositivisme, oleh karena itu bentuk analisisnya
khas, dan realtif lebih sulit apabila dibandingkan dengan analisis penelitian
tindakan kelas (PTK) atau penelitian kualitatif lainnya. Melakukan analisis
penelitian studi kasus dibutuhkan kejelian, keahlian khusus dalam mencermati
kasus dan memecahkannya.
4. Setiap guru BP/BK harus terus melatih diri untuk melakukan penelitian studi
kasus (CSR), dan apabila telah berhasil membuat CSR harus terus dikembangkan
untuk lebih teliti, lebih bagus dalam proses analisis datanya. Tidak akan diperoleh
kemampuan meneliti secara baik tanpa melatih dan melatih diri untuk melakukan
penelitian demi penelitian berikutnya.
5. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan pelatihan atau workshop atau seminar
tentang CSR ini setiap guru BP/BK bisa langsung melakukan kegiatan penelitian
studi kasus di sekolah masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2009. Pengantar Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, FPISH.
IKIP Budi Utomo Malang.

Bakri, M. (ed). 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Tinjauan Teoritis dan Praktis, Lemlit
Iniversitas Islam Malang.
Bogdan, R.C. and Biklen, K., 1982. Qualitative Research for Education: An Introduction to
Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.Inc.
Creswell.J.W. 2005. Educational Research. Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative
and Qualitative Reserach, Second Edition. Pearson Merrill Prentice Hall. New Jersey.
Miles, M.B and Huberman, A.M. 1992. Qualitative Data Analysis, Rohidi T.R. (penerjemah).
1992. UI Press. Jakarta.
Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Mulyana, D. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial lainnya, Rosdakarya. Bandung.
Salim, A. 2001. Teori dan paradigma Penelitian Sosial (dari Denzin Guba dan Penerapannya),
PT. Tiara Wacana. Yogyakarta.
Silverman, D. 1993. Interpreting Qualitative Data. Methods for Analysing Talk, text and
Interaction, First publ. SAGE Publications. London.
Yin, Robert, K. 1981. Case Study Research Design and Methods. Penerjemah Mudzakir. 2002.
PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Makalah ditulis oleh Bpk. Arifin, Drs., M,Si., Dr (Guru SMA dasn Dosen IKIP Budi Utomo
Malang) dalam Kegiatan Lokakarya Regional Penelitian Studi Kasus dan Aplikasinya dalam
pembimbingan di sekolah sebagai upaya meningkatkan kualis BP/BK Tgl. 18 April 2010 di PSB
MAN 3 Malang.
https://waskitamandiribk.wordpress.com/2010/06/29/pedoman-penelitian-kualitatifstudi-kasus/
23 Januari 2015

Anda mungkin juga menyukai