Bab II Mengenal Islam
Bab II Mengenal Islam
dienul Islam
kafir hakiki
Sungguh agama milik Allah ialah al-Islam (Q.S Ali Imran (3) : 19)
Sebutan bagi Al-Islam ada beberapa macam. Kadang disebut dienullah,
agama Allah yaitu agama milik Allah (Q.S Ali Imran : 83), kadang disebut dienul
haq (agama yang haq), dan kadang disebut dengan Dienul Khalish (agama yang
bersih dan murni) ; agama yang terjaga dari pengaruh kekafiran, kemusyrikan dan
khurafat, sehingga kebersihan dan kemurniannya terjaga selama-lamanya (Mujahid
Abdul Muslim, 1988: 72). Dapat juga disebut dengan addienul qayyim (agama yang
tegak dan tetap tegak) karena Islam itu agama fitrah, maka seluruh ajaran dan
syariatnya selalu tepat (relevan) untuk tercapainya derajat ummat yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah dan Rasul-Nya. Selalu cocok bagi tuntutan peradaban manusia
13
sepanjang masa. (Q.s At-taubah : 36, Ar-Ruum : 30) MASALAH KENCING SAMBIL
DUDUK ALA RAULULLAH.docx TERTIMONI KRISTEN KOPTIK.docx
Al-Islam Juga merupakan Fitrah Allah ; asal kejadian sesuatu (Q.S ArRuum:30, At-Taubah :36 dll). Maksudnya ialah karena alam semesta dijadikan dan
diatur oleh Allah dengan agama Allah, maka Allah menyatakan bahwa segala yang ada
di langit dan di bumi semuanya muslim (pasrah) , baik sadar atau tidak sadar (thauan)
maupun tidak sadar /karhan (Q.S.: 3 :83)
B. KERANCUAN PEMAHAMAN ISTILAH AGAMA, DIIN, DAN RELIGI
Salah satu sebab terjadinya distorsi (penyempitan), polarisasi, sinkritisme, dan
penyelewengan makna dari dinul Islam yang dimaksudkan oleh al-Qur,an dan asSunnah yang menggunakan istilah-istilah dari bahasa aslinya yakni bahasa Arab, adalah
dengan masuknya istilah-istilah asing yang sebenarnya tidak mampu menggantikan
istilah aslinya, yakni kata agama dan religi. Berdasarkan tinjauan etimologis, dan
dalam kaiatannya dengan sistem-sistem keyakinan yang bersinggungan dengan
perjalanan sejarah perkembangan Islam dari waktu ke waktu, khususnya di Indonesia,
dapat dibedakan sebagai berikut:
Etimologi agama
tiga macam teori tentang sejarah kata ini. Salah satunya, menguraikan : akar katanya
berasal dari gam, mendapat awalan dan akhiran -a, menjadi a-gam-a. Ada pula yang
memperoleh awalan i dan akhiran a, menjadi i-gam-a. Sebagian ahli sejarah menemukan
ketiga kata ini (agama, igama,ugama) dalam bahasa Bali. Agama ialah peraturan,
tatacara, upacara hubungannya dengan raja, igama dalam hubungannya manusia dengan
para dewa, dan ugama dalam hubungannya dengan sesama manusia.
Ketiga kata itu tersebar pemakaiannya dalam ketiga bahasa dewasa ini: Agama dalam
bahasa Indonesia, igama dalam bahasa Jawa, dan ugama dalam bahasa Malaysia,
kesemuanya dengan pengertian sama, mejadi hubungan antara manusia dengan para
dewa. Jadi berdasarkan asal usul kata, agama akhirnya bermakna: Hubungan antara
manusia dengan para Dewa.
Dalam hubungannya dengan sejarah penyebaran agama-agama di masyarakat kita sejak
sebelum Islam, agama Hindu dan Budha mendahului sebelum Islam datang di Nusantara.
Lalu kata agama itu diambil alih oleh bahasa melayu, dilanjutkan oleh bahasa Indonesia
sekarang ini. Nampaknya dengan istilah agama dengan medan pengertian demikian
14
keyakinan
baru
itu
masyarakat
Nusantara
berbahasa
Melayu,
mempergunakan kata agama juga, yang tadinya dipinjamnya dari bahasa sansekerta.
Agaknya ketika itu mulai terjadi kekaburan dan kekacauan pengertian, karena
menggunakan lambang yang dipakai dalam Hinduisme/Budhaisme kepada Islam, yang
berbeda sama sekali dengan sistem kepercayaan yang mendahuluinya itu. Islam datang
dengan simbol bahasa yang khas yakni dengan istilah diin al-Islam. Lalu apa bedanya
makna kata diin dengan kata agama ?
Etimologi diin
Etimologi kata diin membawa kita bahasa Arab. Dalam kata dasarnya
kata diin mengalami berbagai perubahan atas dasar penggunaannya. Diantaranya ada
beberapa bentuk kata jadian : diin berarti pembalasan , dayna berarti
= hutang,
madain madiinatun berarti kota, tamaddun berarti peradaban, dll. Keluasan cakupan
makna dan hubungan makna satu dengan yang lain antara beberapa arti kata ini, secara
integral menggambarkan sebuah sistem yang utuh, baik hubungan manusia dengan
Tuhan, manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam semesta.
Lambang bahasa diin ini mewakili/ mencerminkan sifat sistem ajaran Islam itu sendiri.
Bahwa di dalam ajaran Islam tidak mengenal pemisahan antara berbagai aspek
kehidupan. Dan berbagai aspek kehidupan tersebut berdiri di atas fondasi ketauhidan
(keyakinan akan ketunggalan Tuhan = Allah SWT). Atau berputar dengan bertumpu
pada porosnya, yakni Tauhid. (QS. 2: 208)
Dengan demikian dengan sangat jelas peminjaman simbul kata agama untuk
menggantikan simbul asli Islam (diin) tidaklah tepat dan tidak sepadan. Yang pada
akhirnya menyebabkan pengkaburan dan kekacauan dalam pengertian diinul
Islam. Akibat semua ini dapat kita temukan berbagai indikasi kesalah pahaman
terhadap Islam oleh umat lain Islam pada umumnya, bahkan oleh ummat Islam sendiri.
Menunjuk Islam dengan agama berarti menjadikan Islam hanya sekedar urusan ritual
(hubungan antara manusia dengan Tuhan), sedangkan urusan selainnya bebas nilai
15
(netral agama). Dampak itu kini sangat nyata dan merata di masyarakat kita, dimana
mereka merasa sempurna Islamnya jika telah memenuhi ritual-ritual Islam (Syahadat,
Shalat, Puasa, Zakat, dan Haji).
Dan pada saat yang sama kekacuan pemahaman antara sistem keyakinan Islam
dan keyakinan animisme-dinamisme-Budha-Hindu, menjadikan masyarakat muslim
masih lekat dengan praktek-praktek perdukunan, sesaji, dll., yang jelas-jelas musyrik
kepada Allah. Pada giliran selanjutnya, bersamaan dengan kehadiran bangsa kolonial
Barat, sistem keyakinan baru datang, dengan sistem keyakinan yang sama sekali
berbeda dengan sistem Islam; Kristen (nashara)/Khatolik. Penjajahpun memaksakan
penggunanaan istilah yang menujuk sistem tersebut, yakni kata religion (religi), untuk
menunjuk kepada ajaran Islam.
Apa bedanya pengertian religi dalam hubungannya dengan ajaran Kristiani, dengan
diin dalam hubungannya dengan Islam ?
Etimologi religi
Istilah religi berasal dari bahasa latin (relegere atau religare). Yang
(berpegang pada kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang ketat). Pengertian asas ini
sesuai dengan anggapan orang Roma tentang religi, dimana orang harus berhati-hati
dengan Yang Kudus,
16
Untuk membantu pengenalan kita pada konsep Dinul Islam dan membedakannya
dengan konsep kepercayaan dan agama selain Islam, dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
TINJAUAN KRITIS KONSEP AGAMA, DIN DAN RELIGI
No
Tinjauan
1.
2.
Teologis
Agama
Din
Religi
Diin (arab)
Religi (latin)
A-gam-a, I-gam-a,
= relegere, relegare,
U-gam-a = hub.
Madinah, tamaddun
Observansi +
= sistem kehidupan
berpegang pada
Tuhan / dewa
aturan-aturan ritual
Ritualitas
yang ketat
Dinamisme,
TAUHID
Adam s.d
Monoteisme
Muhammad saw
Ideologis
terikat tauhid
sekulerisme
agam
a
duni
a
ritual
1.
keteraturan flora, fauna, dan benda-benda (termasuk jasmaniyah manusia) serta para
malaikat-Nya.Allah menciptakan lalu memanggilnya untuk memenuhi hukumhukum-Nya sebagaimana firman-Nya:
Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia
Berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku (hukumhukum sunnatullah kauniyah) dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang
dengan suka hati".
2.
Benda-benda, flora dan fauna, dengan masa, kekuatan, dan geraknya, akan
saling bergerak bebas dan bertabrakan. Maka dibutuhkan hukum keteraturan
(sunnatullah) untuk terjadinya keteraturan dan kesetabilan alam. Demikian pula lah
dengan manusia denga segala perbedaan potensi akal (free will) , daya gerak
(nafsunya), dan kekuatan fisiknya, akan cenderung saling menabrak dan melanggar
18
hak (harta, jiwa, dan herga diri) satu dengan yang lainnya. Untuk kesetabilan,
keteraturan dan keharmonisan tatanan sosial manusia, maka Allah Sang Pencipta
manusia,
menyukai sesuatu dan membenci yang lain dan menciptakan dari dirinya sendiri
suatu kaedah untuk bebrbagai-bagai segi kehidupan atau menerima suatu sistem
kehidupan yang diciptakan oleh manusia lainnya (atheisme, sekulerisme, kristen,
dsb). Ia bebas memilih untuk menjadi apapun.
Dari kedua segi ini, satu sisi jasmani dan qalbnya dalam fitrah kemusliman
(tidak bebas pilih) dan aqanya yang bebas pilih (free will), manusia terbagi menjadi
dua, yakni manusia MUSLIM HAKIKI dan manusia KAFIR HAKIKI.
1.
Muslim Hakiki
Ialah manusia yang memahami dan menyadari hakekat fitrah kejadiannya
yang telah muslim, tunduk pada undang-undang-Nya menurut nalurinya,
sebagaimana pula ia menyadari ia hidup di tengah-tengah-tengah makhluk-Nya
yang tunduk dan patuh pada hukum sunnatullah-Nya, lalu ia menggunakan daya
akalnya untuk memahami lalu memilih untuk mentaati undang-undang syariatNya dalam kehidupan sosialnya. Ia hanya menyebah Allah dan mengingkari
uandang-undang buatan manusia. Maka dialah yang disebut MUSLIM HAKIKI.
Dengan ini ia memperoleh kehidupan jannah1 di dunia dan Jannah akhirat.
2.
Kafir Hakiki
19
Ialah manusia yang dilahirkan dan hidup dengan fitrah kemusliman melalui
perintah nalurinya sepanjang hayatnya. Namun ia mau mempekerjakan ilmu
dan akalnya, untuk memahami dan menyadari siapa yang telah menciptakan,
mengatur dirinya dan alam semesta. Ia juga tidak memahami dan menyadari
hidup di tengah-tengah alam makhluk-Nya yang seluruhnya sujud dan tunduk
(muslim) kepada undang-undang sunnatullah kauniyah-Nya. Ia menolak,
menyelimuti dan menyelubungi kemusliman fitrah dan nalurinya, serta
kemusliman alam semesta dengan memilih undang-undang buatan manusia
dalam kehidupan sosialnya. Ia menyelimuti, menyelubungi fitrahnya dan fitrah
alam semsta dengan selubung kebodohan (jahil) dan selubung kepicikan. Ia
menolak syariat/dinullah dengan enggan dan sombong. Ia akan mendapati
kehidupan naar, yang kacau penuh kontradiksi dan jauh dari keharmonisan
dan keadilan serta kebahagiaan. Ia hidup bertentangan dengan fitrahnya, fitrah
alam semesta dan dengan Tuhannya. Inilah yang disebut ORANG KAFIR.
4.
Laksana Bangunan
Sistem Islam digambarkan dengan sebuah prototype bangunan yang ideal.
Atapnya ; jihad dan amar maruf nahi munkar
Bangunan Islam, yang menggambarkan system diin yang telah disempurnakan Allah SWT
(Q.S.Al-maidah (5):3) satu-satunya agama yang mendapatkan pengakuan sebagai agama
20
yang benar dan diridlai Allah (Q.S Ali Imran (3) : 19), adalah bangunan yang rancang oleh
Sang Arsitektur Alam Semesta (Allah SWT) dengan ciri- ciri sebagai berikut :
1. Fondasi yang kokoh dan kuat tahan terhadap segala macam goncangan.
2. Bangunan yang megah dan indah, serta taman yang warna-warni ; dengan fasilitas
yang komplit, ruang-ruang yang memenuhi segala macam kebutuhan fitrah
manusia, sehingga penghuninya tidak perlu keluar untuk kebutuhannya karena
semuanya tersedia di dalam rumah Islam. Lambat laun penghuninya makin
bertambah setelah merasa gerah dan tidak terlayani fitrahnya di rumah-rumah
buatan manusia.
3. Suasana pergaulan didalamnya penuh keharmonisan, ketenangan, kedamaian
sehingga siapapun yang masuk ke dalamnya merasa tentram, karena seluruh
fasilitas telah disertai aturan penggunaan dan perawatan yang jelas.
4. Atap dan dindingnya kuat dan rapat untuk melindungi segala bangunan di
bawahnya.
5. Konsep Bangunan yang dirancang Allah SWT ini telah direalisasikan oleh Nabi
Muhammad saw dan para sahabatnya, para ulama, dan khalifah Islam. Rumah
besar itu menaungi penduduk Dunia hampir 7 abad lamanya (abad 715 M).
Kemudian perlahan-lahan dirusak sendiri oleh penghuninya dari dalam dan diserang
dari luar, sebagian kekayaanya dirampok dan dicuri tetangganya yang sejak lama
dengki dan memusuhinya.
6. Bangunan itu kini digantikan dengan bangunan-bangunan baru yang memenfaatkan
ilmu dan teknologi hasil curian dan dikembangkan hingga menjadi rumah yang
modern. Tetapi rumah tersebut tidak jelas bentuk dan ruas-ruasnya. Rumah itu tidak
mampu memberi kepuasan dan kebahagiaan siapaun yang tinggal di dalamnya.
Bahkan rumah itu dijadikan pembantaian fitrah manusia. Rumah itu menjadikan
penghuninya berubah menjadi bangsa binatang baik dalam sosialnya, budaya dan
hokum, serta moralitasnya.
7. Akan tetapi, seluruh komponen, gambar arsitektur, rancangan bahan baku dan
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dibangunnya kembali Rumah Islam itu masih
tersimpan dan orisinal, karena dijaga oleh Pemiliknya yakni Allah SWT. Tinggal
bagaimana tekad dan perjuangan Muslimin untuk membangunnya kembali adalah
menjadi penentunya. Tetapi berdasarkan hadits-hadits Nabi Allah menjanjikan akan
21
ditegakkannya kembali oleh generasi manusia yang beriman sekali lagi sebelum
hari Qiyamat tiba.
membuat
perumpamaan
kalimat
Aqidah
menjulang ke langit.
Allah
membuat
perumpamaan-
Rasulullah saw menumbuhkembangkan system dinul Islam itu pada kehidupan manusia
(sahabatnya) sehingga membuat kagum dan iri terhadap keunggulan pohon itu di seluruh
pohon yang ada, yang mereka tanam. Sebagaimana tergambar pada Q.S. Al-Fath (48) : 29 :
demikianlah sifat-sifat mereka (orang beriman) dalam Taurat dan dalam Injil, yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah dia da tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak membuat jengkel hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang muslim)
Kelengkapan dan kesempurnaan system Islam sebagaimana permisalan pada ayat tersebut
dapat disistematisir melalui skema (gambar : 3)
22
1. Aqidah
1. Syahadat
2. Iman Kepada Allah
3. Iman kepada malaikat-Nya
4. Iman Kepada Kitab-Nya
5. Iman kepada Rasul-Nya
6. Iman Kepada hari qiyamat
7. Iman kepada Taqdir-Nya
1.
2.
3.
4.
5.
1. Ibadah
Mahdlah
ISLAM
2. Syariah
1. Muamalah
D.A agak luas
= hukum perdata
(al-qanunul khas)
2. Muamalah
D.A luas
al-qanunul am
= hukum publik
1. Akhlaq
thd. Khaliq
3. Akhlaq
Thaharoh
Shalat
Puasa
Zakat
haji
1. Akhlak
thd. Manusia
a. diri sendiri
b. tetangga
c. masyarakat
2. Akhlaq
thd. makhluk
2. Akhlak thd.
Non manusia
Gambar 3
23
a. flora
b. fauna
c. dlsb
III. INTISARI
1. Islam adalah sebuah sistem ajaran yang mengatur segala aspek kehidupan secara
integral dan universal. Kandungan dan esensi ajarannya tercermin dari medan
pengertian istilah sekaligus nama "Islam" dengan segala derifatnya; din, dain,
madain, madinah, dan tamadun. Juga ditunjukkan oleh istilah-istilah yang dipai
untuk menunjuk ajaran Islam, diantaranya; dinullah, dinul haq, dinul Qayyim, dinul
khalish.
2. Semua aspek ajaran Islam berporos pada Prinsip Keesaan Allah (Tauhid), yang tidak
mengenal snkritisme, dan sekularisme dalam hidup baik pribadi, keluarga,
masyarakat, Negara, bahkan peradaban dunia. Namun prinsip ini telah mengalami
kerancuan dalam dataran pemikiran, perasaan dan tindakan ummat Islam, khususnya
di masyarakat Indonesai.
3. Prinsip kepasrahan total kepada Allah, adalah prinsip yang paling dominan yang
mengacu pada dua bentuk kepasrahan; sunnatullah kauniyah, dan sunnatullah
qauliyah.
4. Prototype Islam dapat dibaca dengan lebih mudah dan jelas sebagaimana protype
pohon yang sempurna, dan bangunan yang sempurna.
5. Krisis idealisme yang makin parah disebabkan kurangnya pengenalan pada sumber
utama ajaran Islam (al-Qur'an dan al-Hadits), sejarah Islam dan factor kemajuan
eksternal Ummat Islam yang justru mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam.
IV. evaluasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
kebenaran Islam
24
Referensi
1.
Al-Quran
2.
Al-Badits (kutubusssittah)
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
25