Anda di halaman 1dari 13

Bab ii

MENGENAL DINUL ISLAM


I. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1.
2.
3.
4.

Menyebutkan nama-nama lain

dienul Islam

Membedakan konsep agama,

dien dan religi

Menjelaskan hakekkat Islam

sebagai bentuk kepasrahan.

Membedakan muslim hakiki dan

kafir hakiki

II. uraian MATERI


A. MENGENAL NAMA AL-ISLAM
Al-Islam adalah nama dan sebutan agama Allah. Sebutan ini dapat berarti selamat
karena taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dapat juga berarti damai karena damai
dengan sesama mukmin, dan dapat juga berarti meningkatkan derajat ummat. Kata
padanannya ialah : salima = selamat, salami = taat, silmi = damai, sullam =
meningkatkan derajat.
Sullam adalah isim jamid yang diartikan sebagai fail. Dari salima (fiil lazim)
kemudian dijadikan fiil mutaaddi menjadi : aslamayuslimu- islaaman. Dari islaaman
yaitu masdar kemudian diberi al- atau the sehingga menjadi al-Islam atau The
Islam. Itulah nama agama Allah yang ditetapkan oleh-Nya sendiri dalam firman-Nya :

Sungguh agama milik Allah ialah al-Islam (Q.S Ali Imran (3) : 19)
Sebutan bagi Al-Islam ada beberapa macam. Kadang disebut dienullah,
agama Allah yaitu agama milik Allah (Q.S Ali Imran : 83), kadang disebut dienul
haq (agama yang haq), dan kadang disebut dengan Dienul Khalish (agama yang
bersih dan murni) ; agama yang terjaga dari pengaruh kekafiran, kemusyrikan dan
khurafat, sehingga kebersihan dan kemurniannya terjaga selama-lamanya (Mujahid
Abdul Muslim, 1988: 72). Dapat juga disebut dengan addienul qayyim (agama yang
tegak dan tetap tegak) karena Islam itu agama fitrah, maka seluruh ajaran dan
syariatnya selalu tepat (relevan) untuk tercapainya derajat ummat yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah dan Rasul-Nya. Selalu cocok bagi tuntutan peradaban manusia
13

sepanjang masa. (Q.s At-taubah : 36, Ar-Ruum : 30) MASALAH KENCING SAMBIL
DUDUK ALA RAULULLAH.docx TERTIMONI KRISTEN KOPTIK.docx
Al-Islam Juga merupakan Fitrah Allah ; asal kejadian sesuatu (Q.S ArRuum:30, At-Taubah :36 dll). Maksudnya ialah karena alam semesta dijadikan dan
diatur oleh Allah dengan agama Allah, maka Allah menyatakan bahwa segala yang ada
di langit dan di bumi semuanya muslim (pasrah) , baik sadar atau tidak sadar (thauan)
maupun tidak sadar /karhan (Q.S.: 3 :83)
B. KERANCUAN PEMAHAMAN ISTILAH AGAMA, DIIN, DAN RELIGI
Salah satu sebab terjadinya distorsi (penyempitan), polarisasi, sinkritisme, dan
penyelewengan makna dari dinul Islam yang dimaksudkan oleh al-Qur,an dan asSunnah yang menggunakan istilah-istilah dari bahasa aslinya yakni bahasa Arab, adalah
dengan masuknya istilah-istilah asing yang sebenarnya tidak mampu menggantikan
istilah aslinya, yakni kata agama dan religi. Berdasarkan tinjauan etimologis, dan
dalam kaiatannya dengan sistem-sistem keyakinan yang bersinggungan dengan
perjalanan sejarah perkembangan Islam dari waktu ke waktu, khususnya di Indonesia,
dapat dibedakan sebagai berikut:
Etimologi agama

Etimologi agama membawa kita kepada Bahasa Sansekerta.. Ada

tiga macam teori tentang sejarah kata ini. Salah satunya, menguraikan : akar katanya
berasal dari gam, mendapat awalan dan akhiran -a, menjadi a-gam-a. Ada pula yang
memperoleh awalan i dan akhiran a, menjadi i-gam-a. Sebagian ahli sejarah menemukan
ketiga kata ini (agama, igama,ugama) dalam bahasa Bali. Agama ialah peraturan,
tatacara, upacara hubungannya dengan raja, igama dalam hubungannya manusia dengan
para dewa, dan ugama dalam hubungannya dengan sesama manusia.
Ketiga kata itu tersebar pemakaiannya dalam ketiga bahasa dewasa ini: Agama dalam
bahasa Indonesia, igama dalam bahasa Jawa, dan ugama dalam bahasa Malaysia,
kesemuanya dengan pengertian sama, mejadi hubungan antara manusia dengan para
dewa. Jadi berdasarkan asal usul kata, agama akhirnya bermakna: Hubungan antara
manusia dengan para Dewa.
Dalam hubungannya dengan sejarah penyebaran agama-agama di masyarakat kita sejak
sebelum Islam, agama Hindu dan Budha mendahului sebelum Islam datang di Nusantara.
Lalu kata agama itu diambil alih oleh bahasa melayu, dilanjutkan oleh bahasa Indonesia
sekarang ini. Nampaknya dengan istilah agama dengan medan pengertian demikian
14

(hubungan antara manusia dengan dewa-dewa) memang mewakili sistem keyakinan


dalam Hindu dan Budha. Dan menurut para peneliti sejarah agama dunia , kedua agama
ini merupakan akumulasi dari perkembangan agama pimitif yang berisi ajaran-ajaran :
Dinamisme, animisme, politeisme, henoteisme, dan monoteime (nisbi). Kesemua ajaran
tersebut pada intinya mengajarkan semata-mata persoalan ritual (sesaji), lain tidak.
Kemudian Islam datang di Nusantara (abad ke-7 M), Hinduisme pergi. Untuk
menunjuk

keyakinan

baru

itu

masyarakat

Nusantara

berbahasa

Melayu,

mempergunakan kata agama juga, yang tadinya dipinjamnya dari bahasa sansekerta.
Agaknya ketika itu mulai terjadi kekaburan dan kekacauan pengertian, karena
menggunakan lambang yang dipakai dalam Hinduisme/Budhaisme kepada Islam, yang
berbeda sama sekali dengan sistem kepercayaan yang mendahuluinya itu. Islam datang
dengan simbol bahasa yang khas yakni dengan istilah diin al-Islam. Lalu apa bedanya
makna kata diin dengan kata agama ?
Etimologi diin

Etimologi kata diin membawa kita bahasa Arab. Dalam kata dasarnya

kata diin mengalami berbagai perubahan atas dasar penggunaannya. Diantaranya ada
beberapa bentuk kata jadian : diin berarti pembalasan , dayna berarti

= hutang,

madain madiinatun berarti kota, tamaddun berarti peradaban, dll. Keluasan cakupan
makna dan hubungan makna satu dengan yang lain antara beberapa arti kata ini, secara
integral menggambarkan sebuah sistem yang utuh, baik hubungan manusia dengan
Tuhan, manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam semesta.
Lambang bahasa diin ini mewakili/ mencerminkan sifat sistem ajaran Islam itu sendiri.
Bahwa di dalam ajaran Islam tidak mengenal pemisahan antara berbagai aspek
kehidupan. Dan berbagai aspek kehidupan tersebut berdiri di atas fondasi ketauhidan
(keyakinan akan ketunggalan Tuhan = Allah SWT). Atau berputar dengan bertumpu
pada porosnya, yakni Tauhid. (QS. 2: 208)
Dengan demikian dengan sangat jelas peminjaman simbul kata agama untuk
menggantikan simbul asli Islam (diin) tidaklah tepat dan tidak sepadan. Yang pada
akhirnya menyebabkan pengkaburan dan kekacauan dalam pengertian diinul
Islam. Akibat semua ini dapat kita temukan berbagai indikasi kesalah pahaman
terhadap Islam oleh umat lain Islam pada umumnya, bahkan oleh ummat Islam sendiri.
Menunjuk Islam dengan agama berarti menjadikan Islam hanya sekedar urusan ritual
(hubungan antara manusia dengan Tuhan), sedangkan urusan selainnya bebas nilai
15

(netral agama). Dampak itu kini sangat nyata dan merata di masyarakat kita, dimana
mereka merasa sempurna Islamnya jika telah memenuhi ritual-ritual Islam (Syahadat,
Shalat, Puasa, Zakat, dan Haji).
Dan pada saat yang sama kekacuan pemahaman antara sistem keyakinan Islam
dan keyakinan animisme-dinamisme-Budha-Hindu, menjadikan masyarakat muslim
masih lekat dengan praktek-praktek perdukunan, sesaji, dll., yang jelas-jelas musyrik
kepada Allah. Pada giliran selanjutnya, bersamaan dengan kehadiran bangsa kolonial
Barat, sistem keyakinan baru datang, dengan sistem keyakinan yang sama sekali
berbeda dengan sistem Islam; Kristen (nashara)/Khatolik. Penjajahpun memaksakan
penggunanaan istilah yang menujuk sistem tersebut, yakni kata religion (religi), untuk
menunjuk kepada ajaran Islam.
Apa bedanya pengertian religi dalam hubungannya dengan ajaran Kristiani, dengan
diin dalam hubungannya dengan Islam ?
Etimologi religi

Istilah religi berasal dari bahasa latin (relegere atau religare). Yang

dimaksud dengan relegare : Berhati-hati

dan pengertian- asasnya observansi

(berpegang pada kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang ketat). Pengertian asas ini
sesuai dengan anggapan orang Roma tentang religi, dimana orang harus berhati-hati
dengan Yang Kudus,

Yang bersifat Suci (termasuk dewa-dewa). Jadi religi ada

kesamaan dengan pengertian agama, yakni sama-sama ritualistik.


Akan tetapi, karena latar belakang sejarah religi/agama Nasrani, akhirnya religi
menjadi berbeda sedikit dengan simbul pengertian agama dan diin. Sebagai akibat
perseteruan antara doktrin absolutisme Gereja dengan kaum intelektual Nasrani sendiri,
yang berakhir pada perceraian antara pihak Gereja (mewakili kekuatan rohani)
dengan kaum intelektual (mewakili duniawi/penguasa ). Maka sistem yang ditunjuk
istilah religi adalah keberagamaan yang sekuleristik. Hal ini tidak dikenal oleh Islam
sama sekali. Sementara sistem agama, sebaliknya, yakni senantiasa mengikuti budaya
setempat dengan tanpa standard dan batasan yang jelas dan konsisten.
Dengan demikian, memandang Islam sebagai sistem religi sama halnya dengan
sekularisasi ajaran Islam.

16

Untuk membantu pengenalan kita pada konsep Dinul Islam dan membedakannya
dengan konsep kepercayaan dan agama selain Islam, dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
TINJAUAN KRITIS KONSEP AGAMA, DIN DAN RELIGI
No

Tinjauan

1.

Etimologis Agama (sansekerta)

2.

Teologis

Agama

Din

Religi

Diin (arab)

Religi (latin)

A-gam-a, I-gam-a,

Din, dain, madain,

= relegere, relegare,

U-gam-a = hub.

Madinah, tamaddun

Observansi +

Antara manusia dg.

= sistem kehidupan

berpegang pada

Tuhan / dewa

aturan-aturan ritual

Ritualitas

yang ketat

Dinamisme,

TAUHID

Yahudi dan Nasrani

animisme, politeisme, Islam, sejak Nabi


henoteisme, dan

Adam s.d

Monoteisme

Muhammad saw

(Hindu & Budha)


Sesaji & pemujaan
3.

Ideologis

Agama hanya ritual,

semua aspek kehu\idupan

sedangkan Non ritual

terikat tauhid

sekulerisme

adaptasi dengan budaya


penganutnya

agam
a

duni
a

ritual

3. HAKEKAT ISLAM; SEBUAH KEPASRAHAN


Arti kata islam dalam dalam kamus-kamus bahasa Arab ialah tunduk dan patuh
kepada perintah orang yang memberi perintah dan kepada larangannya tanpa
membantah. (Maududi : 1985, hal. 8). Dienul Islam berarti taat kepada Allah dan
tunduk pada perintah dan larangan-Nya dengan tanpa membantah. Perintah dan
larangan Allah sama hakekatnya dengan hukum-hukum Allah.
17

Pada hakekatnya, hukum Allah adalah mencerminkan kehendak-Nya terhadap


makhluk-Nya. Allah sebagai rabbul alamin menciptakan, memelihara, menguasai dan
mengatur alam semesta seisinya. Kehendak-Nya dituangkan dalam hukum-hukum
keteraturan yang Dia ciptakan, dengan tujuan agar terjadi keteraturan, keharmonisan,
dan keindahan.
Secara umum hukum Allah dibedakan dalam dua bentuk, yaitu hukum alam
(sunnatullah kauniyah) dan hukum syari (dienullah). Kedua hukum tersebut dapat
dijelaskan secara detail sebagai berikut :
Sunnatullah Kauniyah

1.

Sunnatullah kauniyah disediakan Allah

untuk mengatur dan menjaga

keteraturan flora, fauna, dan benda-benda (termasuk jasmaniyah manusia) serta para
malaikat-Nya.Allah menciptakan lalu memanggilnya untuk memenuhi hukumhukum-Nya sebagaimana firman-Nya:
Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia
Berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku (hukumhukum sunnatullah kauniyah) dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang
dengan suka hati".

Demikian pula seluruh tumbuhan, binatang, dan benda-benda yang ada di


langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya, merekapun pasrah dan tunduk
kepada hukum tersebut secara total, menurut cara masing-masing (QS. 16:49 | 22:18
| 24:41 | 55:5-8 | 13:13, 39). Bahkan, manusiapun kalau anda perhatikan
keadaannya, ternyata iapun tunduk dan patuh kepada sunnatullah dengan sepenuhpenuhnya. Kerja jantung, paru-paru, darah, dan seluruh tubuhnya bekerja di luar
kesadaran akalnya. Ia tunduk pada sunnatullah kauniyah. Karakter alam bahkan
termasuk tubuh kita. Ketundukan itu bersifat pasti (exact), konsisten (immuntable),
dan obyektif alam semesta (benda-benda, flora dan fauna) pada hakekatnya adalah
MUSLIM.
Sunnatullah Qauliyah (dinullah).

2.

Benda-benda, flora dan fauna, dengan masa, kekuatan, dan geraknya, akan
saling bergerak bebas dan bertabrakan. Maka dibutuhkan hukum keteraturan
(sunnatullah) untuk terjadinya keteraturan dan kesetabilan alam. Demikian pula lah
dengan manusia denga segala perbedaan potensi akal (free will) , daya gerak
(nafsunya), dan kekuatan fisiknya, akan cenderung saling menabrak dan melanggar
18

hak (harta, jiwa, dan herga diri) satu dengan yang lainnya. Untuk kesetabilan,
keteraturan dan keharmonisan tatanan sosial manusia, maka Allah Sang Pencipta
manusia,

menciptakan hukum keteraturan berupa dinullah (sunnatullah

qauliyah)/dinul Islam. Namun, dinul Islam tidak dipaksakan, melainkan ditawarkan


kepada manusia oleh Allah memalui para Rasul-Nya, Adam as, Idris as, Nuh as
hingga Nabi Muhammad saw.
Manusia di dalam kehidupannya mempunyai dua segi yang berlain-lainan:
Pertama, ia tunduk kepada undang-undang Allah (sunnatullah kauniyah) karena
fitrah dan mematuhinya karena nalurinya (gharizah). Maka dengan ini satu sisi ia
telah dicetak menurut sunnatullah kauniyah, ia adalah muslim. Dengan ini Firaun,
Abu Jahal, Haman, Qarun pada satu sisi adalah Muslim. Bahkan tidak pernah keluar
dari kedudukan ini. Sama halnya dengan alam semesta, flora dan fauna. Kedua, ia
telah dikaruniai aql (akal), daya untuk memahami, memperhatikan, dan
menentukan pendapat. Maka ia dapat menerima sesuatu,

dan menolak yang lain,

menyukai sesuatu dan membenci yang lain dan menciptakan dari dirinya sendiri
suatu kaedah untuk bebrbagai-bagai segi kehidupan atau menerima suatu sistem
kehidupan yang diciptakan oleh manusia lainnya (atheisme, sekulerisme, kristen,
dsb). Ia bebas memilih untuk menjadi apapun.
Dari kedua segi ini, satu sisi jasmani dan qalbnya dalam fitrah kemusliman
(tidak bebas pilih) dan aqanya yang bebas pilih (free will), manusia terbagi menjadi
dua, yakni manusia MUSLIM HAKIKI dan manusia KAFIR HAKIKI.
1.

Muslim Hakiki
Ialah manusia yang memahami dan menyadari hakekat fitrah kejadiannya
yang telah muslim, tunduk pada undang-undang-Nya menurut nalurinya,
sebagaimana pula ia menyadari ia hidup di tengah-tengah-tengah makhluk-Nya
yang tunduk dan patuh pada hukum sunnatullah-Nya, lalu ia menggunakan daya
akalnya untuk memahami lalu memilih untuk mentaati undang-undang syariatNya dalam kehidupan sosialnya. Ia hanya menyebah Allah dan mengingkari
uandang-undang buatan manusia. Maka dialah yang disebut MUSLIM HAKIKI.
Dengan ini ia memperoleh kehidupan jannah1 di dunia dan Jannah akhirat.

2.

Kafir Hakiki

19

Ialah manusia yang dilahirkan dan hidup dengan fitrah kemusliman melalui
perintah nalurinya sepanjang hayatnya. Namun ia mau mempekerjakan ilmu
dan akalnya, untuk memahami dan menyadari siapa yang telah menciptakan,
mengatur dirinya dan alam semesta. Ia juga tidak memahami dan menyadari
hidup di tengah-tengah alam makhluk-Nya yang seluruhnya sujud dan tunduk
(muslim) kepada undang-undang sunnatullah kauniyah-Nya. Ia menolak,
menyelimuti dan menyelubungi kemusliman fitrah dan nalurinya, serta
kemusliman alam semesta dengan memilih undang-undang buatan manusia
dalam kehidupan sosialnya. Ia menyelimuti, menyelubungi fitrahnya dan fitrah
alam semsta dengan selubung kebodohan (jahil) dan selubung kepicikan. Ia
menolak syariat/dinullah dengan enggan dan sombong. Ia akan mendapati
kehidupan naar, yang kacau penuh kontradiksi dan jauh dari keharmonisan
dan keadilan serta kebahagiaan. Ia hidup bertentangan dengan fitrahnya, fitrah
alam semesta dan dengan Tuhannya. Inilah yang disebut ORANG KAFIR.
4.

SISTEM AJARAN ISLAM


1. Prototype Sistem Islam

Laksana Bangunan
Sistem Islam digambarkan dengan sebuah prototype bangunan yang ideal.
Atapnya ; jihad dan amar maruf nahi munkar

Bangunan & segala fasilitasnya: Ibadah dan


muamalah : system ekonomi, politik, budaya
hukum dst

Fondasi : syahadat dan Rukun Iman (tauhidnya)

Bangunan Islam, yang menggambarkan system diin yang telah disempurnakan Allah SWT
(Q.S.Al-maidah (5):3) satu-satunya agama yang mendapatkan pengakuan sebagai agama
20

yang benar dan diridlai Allah (Q.S Ali Imran (3) : 19), adalah bangunan yang rancang oleh
Sang Arsitektur Alam Semesta (Allah SWT) dengan ciri- ciri sebagai berikut :
1. Fondasi yang kokoh dan kuat tahan terhadap segala macam goncangan.
2. Bangunan yang megah dan indah, serta taman yang warna-warni ; dengan fasilitas
yang komplit, ruang-ruang yang memenuhi segala macam kebutuhan fitrah
manusia, sehingga penghuninya tidak perlu keluar untuk kebutuhannya karena
semuanya tersedia di dalam rumah Islam. Lambat laun penghuninya makin
bertambah setelah merasa gerah dan tidak terlayani fitrahnya di rumah-rumah
buatan manusia.
3. Suasana pergaulan didalamnya penuh keharmonisan, ketenangan, kedamaian
sehingga siapapun yang masuk ke dalamnya merasa tentram, karena seluruh
fasilitas telah disertai aturan penggunaan dan perawatan yang jelas.
4. Atap dan dindingnya kuat dan rapat untuk melindungi segala bangunan di
bawahnya.
5. Konsep Bangunan yang dirancang Allah SWT ini telah direalisasikan oleh Nabi
Muhammad saw dan para sahabatnya, para ulama, dan khalifah Islam. Rumah
besar itu menaungi penduduk Dunia hampir 7 abad lamanya (abad 715 M).
Kemudian perlahan-lahan dirusak sendiri oleh penghuninya dari dalam dan diserang
dari luar, sebagian kekayaanya dirampok dan dicuri tetangganya yang sejak lama
dengki dan memusuhinya.
6. Bangunan itu kini digantikan dengan bangunan-bangunan baru yang memenfaatkan
ilmu dan teknologi hasil curian dan dikembangkan hingga menjadi rumah yang
modern. Tetapi rumah tersebut tidak jelas bentuk dan ruas-ruasnya. Rumah itu tidak
mampu memberi kepuasan dan kebahagiaan siapaun yang tinggal di dalamnya.
Bahkan rumah itu dijadikan pembantaian fitrah manusia. Rumah itu menjadikan
penghuninya berubah menjadi bangsa binatang baik dalam sosialnya, budaya dan
hokum, serta moralitasnya.
7. Akan tetapi, seluruh komponen, gambar arsitektur, rancangan bahan baku dan
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dibangunnya kembali Rumah Islam itu masih
tersimpan dan orisinal, karena dijaga oleh Pemiliknya yakni Allah SWT. Tinggal
bagaimana tekad dan perjuangan Muslimin untuk membangunnya kembali adalah
menjadi penentunya. Tetapi berdasarkan hadits-hadits Nabi Allah menjanjikan akan

21

ditegakkannya kembali oleh generasi manusia yang beriman sekali lagi sebelum
hari Qiyamat tiba.

Laksana Pohon Yang baik


Allah SWT menggambarkan system Islam sebagaimana pohon yang tumbuh dari biji ,
kalimat tauhid: laa ilaaha illallah (Q.S. Ibrahim (14) : 24-25 ) :
Akhlaq
Syariah

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah


telah

membuat

perumpamaan

kalimat

thoyyibah , seperti pohon yangbaik , akarnya


teguh menghunjam ke tanah dan cabangnya

Aqidah

menjulang ke langit.

Pohon itu memberikan

buahnya pada setiap musim dengan seizin


Tuhannya.

Allah

membuat

perumpamaan-

perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka


selalu ingat

Rasulullah saw menumbuhkembangkan system dinul Islam itu pada kehidupan manusia
(sahabatnya) sehingga membuat kagum dan iri terhadap keunggulan pohon itu di seluruh
pohon yang ada, yang mereka tanam. Sebagaimana tergambar pada Q.S. Al-Fath (48) : 29 :
demikianlah sifat-sifat mereka (orang beriman) dalam Taurat dan dalam Injil, yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah dia da tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak membuat jengkel hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang muslim)
Kelengkapan dan kesempurnaan system Islam sebagaimana permisalan pada ayat tersebut
dapat disistematisir melalui skema (gambar : 3)

22

SKEMA SISTEMATIKA AGAMA ISLAM


(Sistem Syariaat Islam )

1. Aqidah

1. Syahadat
2. Iman Kepada Allah
3. Iman kepada malaikat-Nya
4. Iman Kepada Kitab-Nya
5. Iman kepada Rasul-Nya
6. Iman Kepada hari qiyamat
7. Iman kepada Taqdir-Nya

1.
2.
3.
4.
5.

1. Ibadah
Mahdlah

ISLAM

2. Syariah

1. Muamalah
D.A agak luas
= hukum perdata
(al-qanunul khas)

2. Muamalah
D.A luas

al-qanunul am
= hukum publik

1. Akhlaq
thd. Khaliq
3. Akhlaq

Thaharoh
Shalat
Puasa
Zakat
haji

a. Muamalah D.A khas


= hukum niaga
b. munakahat
= hukum nikah
c. waratsah
= kukum waris
d. dlsb
a. jinayah
= hk. Pidana
b. Khilafah
= hukum Negara
c. Jihad
= Hukum perang &
damai
d. dlsb

1. Akhlak
thd. Manusia

a. diri sendiri
b. tetangga
c. masyarakat

2. Akhlaq
thd. makhluk
2. Akhlak thd.
Non manusia

Gambar 3

23

a. flora
b. fauna
c. dlsb

III. INTISARI
1. Islam adalah sebuah sistem ajaran yang mengatur segala aspek kehidupan secara
integral dan universal. Kandungan dan esensi ajarannya tercermin dari medan
pengertian istilah sekaligus nama "Islam" dengan segala derifatnya; din, dain,
madain, madinah, dan tamadun. Juga ditunjukkan oleh istilah-istilah yang dipai
untuk menunjuk ajaran Islam, diantaranya; dinullah, dinul haq, dinul Qayyim, dinul
khalish.
2. Semua aspek ajaran Islam berporos pada Prinsip Keesaan Allah (Tauhid), yang tidak
mengenal snkritisme, dan sekularisme dalam hidup baik pribadi, keluarga,
masyarakat, Negara, bahkan peradaban dunia. Namun prinsip ini telah mengalami
kerancuan dalam dataran pemikiran, perasaan dan tindakan ummat Islam, khususnya
di masyarakat Indonesai.
3. Prinsip kepasrahan total kepada Allah, adalah prinsip yang paling dominan yang
mengacu pada dua bentuk kepasrahan; sunnatullah kauniyah, dan sunnatullah
qauliyah.
4. Prototype Islam dapat dibaca dengan lebih mudah dan jelas sebagaimana protype
pohon yang sempurna, dan bangunan yang sempurna.
5. Krisis idealisme yang makin parah disebabkan kurangnya pengenalan pada sumber
utama ajaran Islam (al-Qur'an dan al-Hadits), sejarah Islam dan factor kemajuan
eksternal Ummat Islam yang justru mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam.

IV. evaluasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sebutkan nama-nama lain dari dienul Islam !


Sebutkan dalil-dalil Al-Qur'an tentang kebenaran Islam!
Tulislah dalil hadits tentang kebenaran Islam
Ungkapkan fakta-fakta rasional menganai kebenaran Islam
(tugas)

Silakan anda mengidentifikasi kesaksian non Islam tentang

kebenaran Islam

Jelaskan mengapa Islam disebut sebagai dienul qayyim?


Jelaskan perbedaan konsep antara agama, din dan
religi ditinjau dari etimologis, teologis dan ideologis
8.
Uraikan sistem Islam menurut analog sebuah pohon yang
baik
9.
Uraikan sistem Islam menurut analog sebuah bangunan
10.
Jelaskan bahwa Islam adalah sebgai bentuk kepasrahan.
11.
Jelaskan nisbah antara Iman-ilmu-amal.
12.
Presentasikan sisematika ajaran islam dengan skema yang

24

Referensi
1.

Al-Quran

2.

Al-Badits (kutubusssittah)

3.

Ala-a-Maududi, Abul., Principles of Islam, Terj. Suhaili,


Abdullah, Penerbit PT Almaarif, Bandung, 1985

4.

Al-Faruqi, Ismail RajI , Islamization of Knowledge, Islamisasi


Pengetahuan, terj. Anas Mahyudin, Penerbit Pustaka, Bandung, 1984

5.

Al-Faruqi, Ismail RajI , TAUHID, Its Implications for Thought


and Life, terj. Rahmani Astuti, Penerbit Pustaka, Bandung, 1982

6.

AM Rasyidi, Bible, Quran dan Sain

7.

Galab, Inilah Hakekat Islam

8.

Mamud Syaltut, Islam aqidah wasyariah

9.

Sidi Gazalba, Azas-azas Islam

10.

Saleh, Khairul, Menunu Kedewasaan Berislam, Penerbit: BP


Polines, 2005

25

Anda mungkin juga menyukai