A. Pengertian Agama
menyangkut kehidupan masyarakat yang tidak bisa terlepas dari kajian ilmu-ilmu
sosial. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu agama hakikatnya merupakan rumpun bagian
dari ilmu Sosiologi, Psikologi dan Antropologi. Sosiologi menjadi akar dari semua
ilmu yang berkaitan dengan masyarakat; maka lahirlah semacam ilmu sosiologi
agama, sejarah agama, filsafat agama, publikasi agama, dan lain-lain. Francisco
Jose Moreno menegaskan bahwa “sejarah agama berumur setua sejarah manusia.
Tingkatan dien (agama) itu ada tiga; Islam, yaitu berserah diri kepada
serta berlepas didi dari syirik, Iman, yaitu percaya kepada Allah, Malaikay-Nya,
Tidak ada suatu masyarakat manusia yang hidup tanpa suatu bentuk
yang diselenggarakan oleh masyarakat.” Hal itu karena masalah agama adalah
juga masalah pribadi, yang menyangkut hak azasi setiap manusia dalam
berhubungan dengan Tuhan, seperti ungkapan James Freud dkk, yang menegaskan
individual ketika berhubungan dengan zat yang dianggap Tuhan”, maka kajian
Psikologi turut andil mendukung lahirnya ilmu-ilmu agama, seperti psikologi
dianut manusia, jelas menjadi sumber aspirasi bagi kelahiran ilmu-ilmu agama.
Agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh
persoalan yang dibahas dalam agama adalah eksistensi Tuhan. Tuhan dan hubunga
makhluk dan bagian dari benda alam termasuk dalam kategori fisika. Dengan
demikian, filsafat membahas agama dari segi metafisika dan fisika. Namun, titik
ketimbang aspek fisiknya. Aspek fisik akan lebih terang diuraikan dalam ilmu
Agama berasal dari bahasa Sankskrit. Ada yang berpendapat bahwa kata
itu terdiri atas dua kata, a berarti tidak dan gam berarti pergi, jadi agama artinya
tidak pergi; tetap di tempat; diwarisi turun temurun. Agama memang mempunyai
sifat yang demikian. Pendapat lain mengatakan bahwa agama berarti teks atau
kitab suci. Selanjutnya dikatakan bahwa gam berarti tuntunan. Agama juga
bahasa, antara lain Religion (Inggris), Religie (Belanda), Religio (Yunani), Ad-
Din,4 Syari’at, Hisab (Arab- Islam) atau Dharma (Hindu). Menurut Louis Ma’luf
dalam Al- Munawar pengertian agama dalam Islam secara spesifik berasal dari
kata “ad-Din” (Jamak: “Al-Adyan” yang mengandung arti “Al-Jaza wal Mukafah,
menafsirkan kata “Ad- Din sebagai mashdar dari kata kerja “َن َدا- ” ن ْي ِد َيyang
mempunyai banyak arti, antara lain: cara atau adat kebiasaan, peraturan,
hari kiamat, nasihat, agama”. Dari pengertian yang khas itu, maka Ad-Dien dalam
Islam sesungguhnya tidak cukup diartikan hanya sekedar agama yang mengatur
hubungan antara manusia dengan zat Maha Pencipta (Tuhan yang dianggap
kuasa). Lebih dari itu, Dienul Islam juga mengatur kehidupan antar umat manusia,
dalam tata bahasa Arab suku kata yang setimbangan dengan fa’al, seperti dain
lebih banyak terdapat dalam praktik sastra Arab daripada kata yang setimbangan
fi’il, seperti din. Disamping itu, kata yang setimbangan dengan fa’al lebih mudah
dan praktis dituturkan daripada menyebut kata yang setimbangan fi’il. Kata dain,
dalam arti utang. Utang adalah suatu takaran harga yang belum hadir pada waktu
pembayaran dilakukan. Agama pada dasarnya memiliki masalah yang tidak hadir
pada waktu kita sedang berada dalam alam yang hadir (dunia). Dan agama akan
hadir nantinya setelah hancurnya alam dunia dalam bentuk pahala dan siksaan.
Dengan demikian, menurut al-Fairuzabady, din itu berpokok pada metafisika dan
berasal dari dain. Dari dasar metafisika inilah kemudian muncul berbagai
ungkapan, seperti taat, pembalasan dan hukuman.
Religi berasal dari kata latin. Menurut suatu pendapat, asalnya relegere,
mengabdi kepada Tuhan dan harus dibaca. Pendapat lain mengatakan, kata itu
memiliki sifat mengikat bagi manusia, yakni mengikat manusia dengan Tuhan.
datangnya ajaran yang disampaikan, agama dapat dibedakan dalam dua kelompok
besar, yakni Agama Samawi (agama yang datang dari langit berlandaskan wahyu
Tuhan: seperti Islam, Yahudi dan Nasrani) dan Agama Wad’iy (agama yang
tumbuh di bumi atas prakarsa dan pemikiran Sidharta Gautama, atau Hindu
sebagai akulturasi budaya bangsa Aria dan Dravida). Ditinjau dari segi motivasi
pengaruh kekuatan alam yang dilandasi motivasi untuk melindungi jiwa yang
ketakutan; seperti agama Majusi, animism, dinamisme) dan Agama Etik (tumbuh
berdasarkan motivasi penilaian baik dan buruk; semacam filsafat etika Kong-Hu-
B. Pengertian Addin
term al-dīn secara redaksional dalam bahasa al-Quran, identik dengan term
millah.
dalam bentuk ism yang di-idhāfat-kan dengan selainnya seperti; dīnukum, dīnihi,
129 kali.
tidak, disebut 15 kali. Millah menurut bahasa sebagai sunnah (sistem) dan
kedua term ini diterminologikan sebagai syariat yang bersumber dari Allah (baca;
agama samawi).
Quran, terlebih dahulu perlu ditelusuri aspek morfologisnya. Dalam hal ini, al-dīn
Dāna ( َ )دَانyang arti dasarnya “hutang” adalah sesuatu yang harus penuhi
atau ditunaikan. Dari kata ini, kemudian jika di-tashrīf melahirkan kata dīn ()دي ٌْن
“agama” adalah sesuatu undang-undang atau hukum yang harus ditunaikan oleh
manusia, dan mengabaikannya akan berarti “hutang” yang akan tetap dituntut
untuk ditunaikan, serta akan mendapatkan hukuman atau balasan, jika tidak
ditunaikan.
makna, yaitu makna subyektif dan makna obyektif. Makna yang disebut oertama
adalah makna yang diberikan oleh ilmuan dan pemikir yang menganut al-dīn
(agama tertentu). Sedang makna yang disebut kedua adalah makna yang berkaitan
dengan adat istiadat, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam, berupa
maka makna yang disebut kedua mencakup semua prinisp yang dianut sesuatu
umat sebagai pola kehidupan, baik yang berhubungan dengan keyakinan dan
kepercayaan maupun yang berhubungan dengan sikap dan tingkah laku serta amal
perbuatan mereka sehari-hari. berdasarkan makna yang yang disebut kedua, pihak
Islam (Arab) dan pihak Barat (al-garbiyun) seapakat memberi makna terjadap
Fungsi dan Tujuan al-Dīn Menurut al-Quran, dari sederetan ayat al-Quran
yang penulis telusuri, ditemukan beberapa ayat yang terkait dengan fungsi dan
tujuan al-dīn diturunkan oleh Allah swt. Namun, sebelum dijelaskan lebih lanjut,
maka terlebih penulis menetapkan batasan bahwa yang dimaksud al-dīn di sini
1. Fungsi al-Dīn
Antara lain ayat-ayat yang secara tematik berbicara tentang fungsi al-dīn
adalah QS. al-Tawbah: 9/33; QS. al-Shaf: 61/9. Kedua ayat ini, memiliki redaksi
ْ ق لِي
َُظ ِه َرهُ َعلَى الدِّي ِن ُكلِّ ِه َولَوْ َك ِرهَ ْال ُم ْش ِر ُكون ِّ هُ َو الَّ ِذي أَرْ َس َل َرسُولَهُ بِ ْالهُدَى َو ِدي ِن ْال َح
petunjuk (al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala
Allah bersama dengan petunjuk al-Quran dan “al-dīn” yang benar untuk
Keterkaitan (munāsabah) kedua ayat yang redaksinya “persis sama” ini, akan
masing-masing.
Yahudi dan Nashrani yang cenderung memakan harta orang secara bathil yang
dikaitkan dengan balasan dari perbuatan yang mereka lakukan. Sedang QS. al-
dapat menyelematkan mereka dari azb (siksa) yang pedih. Dari sini dapatlah
adalah sebagai “ ”الهديyakni petunjuk dan atau pembimbing ke jalan yang benar.
pertama menonjolkan sifat dan sikap buruk orang-orang musyrik, dan ayat kedua
orang musyrik selalu berbuat buruk dan kelak mereka diazab karena
misalnya dalam berniaga dan kelak mereka terbebas dari azab karena mereka
menerima al-dīn.
2. Tujuan al-Dīn
Dengan merujuk pada term al-Islam itu sendiri, maka dipastikan bahwa
yang abadi kepada penganutnya. Dalam QS. al-Nah: 16/97 Allah swt berfirman:
صالِحًا ِم ْن َذ َك ٍر أَوْ أُ ْنثَى َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَةً َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم أَجْ َرهُ ْم بِأَحْ َس ِن َما َكانُوا
َ َم ْن َع ِم َل
َيَ ْع َملُون
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.
Dalam ayat di atas, memang tidak ditemukan kata al-dīn atau al-islām,
namun kata mu’min dalam ayat tersebut menunjuk kepada “orang yang beriman
kepada al-dīn yang diturunkan Allah”. Adapun tujuan al-dīn bagi pemeluknya
dalam ayat tersebut adalah untuk menggapai “ ً ” َحيَاةً طَيِّبَةdan balasan amal yang
lebih baik. Untuk sampai ke tujuan ini, maka haruslah melakukan “صالِحًا
َ ” َع ِم َل