Anda di halaman 1dari 40

Cara Menguji Transformator.

Secara umum, para teknisi elektronika ketika menguji komponen menggunakan


bantuan avometer. Dengan alat ini dapat diketahui baik atau tidaknya suatu komponen. Pengujian sebelum
perakitan sangat penting karena komponen yang dipasang atau disolder dan dihubungkan dalam keadaan baik
semua.
Transformator saat kita beli harus dan wajib untuk kita check apakah masih baik dan berfungsi. Karena
untuk trafo biasanya tidak diberi garansi apabila rusak setelah dibeli. Hal ini dimungkinkan adanya
pemutusan hubungan di gulungan/lilitan sekunder atau primer.
Bagi para pemula, pengujian dengan avometer bisa dilakukan. Tetapi belum tentu semuanya mengetahui
cara-caranya. Dalam kesempatan kali ini akan diuraikan bagaimana cara menguji transformator (trafo).

Meskipun transformator bentuknya tidak seberapa dan seperti tidak terjadi pemutusan hubungan, tetapi
harus diuji terlebih dahulu sebelum dipasang atau disolder. Hal ini disebabkan transformator memiliki
gulungan atau lilitan sekunder dan primer.
Pada gulungan sekunder berkhir dengan tiga kaki. Untuk mengetahui putus tidaknya gulungan dapat
dilakukan :

Mula-mula avometer disiapkan kemudian memutar saklar pada posisi Ohm


memutar penyetel untuk memperoleh jarum pada angkal nol.

Barulah pencolok hitam dihubungkan dengan kaki lainnya (pinggir kiri).

Bila jarum penunjuk bergerak, berarti lilitannya baik.

Kemudian pencolok merah dipindahkan pada kaki lainnya yang berada di pinggir. Apabila
bergerak jarumnya, berarti lilitan atau gulungan sekunder dalam keadaan baik.

meter. Selanjutnya

Selanjutnya memeriksa atau menguji gulungan primer yang hanya berkaki dua. Caranya sama dengan
pengujian terhadap gulungan-gulungan sekunder. Jika jarum penunjuk bergerak-gerak berarti gulungan
primer dalam keadaan baik.
Semoga tulisan tentang cara menguji transformator ini bermanfaat bagi Anda, hobbyist dan praktisi
elektronika, dan jangan lupa untuk memberikan komentar demi perbaikan dan kemajuan website (blog)
ini. Terima kasih.

Sumber : Dari berbagai sumber


Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan
tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya (mentransformasikan
tegangan). Dalam operasi umumnya, trafo-trafo tenaga ditanahkan pada titik netralnya sesuai dengan
kebutuhan untuk sistem pengamanan/proteksi, sebagai contoh transformator 150/70 kV ditanahkan
secara langsung di sisi netral 150 kV, dan transformator 70/20 kV ditanahkan dengan tahanan di sisi
netral 20 kV nya. Transformator yang telah diproduksi terlebih dahulu melalui pengujian sesuai standar
yang telah ditetapkan.
Klasifikasi
Transformator tenaga dapat di klasifikasikan menurut:
Pasangan:

Pasangan dalam

Pasanga luar

Pendinginan
Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut: (lihat Tabel 1)
Fungsi/Pemakaian

Transformator mesin

Transformator Gardu Induk

Transformato

r Distribusi Kapasitas dan Tegangan


Untuk mempermudah pengawasan dalam operasi trafo dapat dibagi menjadi: Trafo besar, Trafo sedang,
Trafo kecil.
Cara Kerja dan Fungsi Tiap-tiap Bagian
Suatu transformator terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai fungsi masing-masing:
Bagian utama
- Inti besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui
kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas
(sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current.
- Kumparan trafo
Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu kumparan. Kumparan tersebut diisolasi baik
terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain dengan isolasi padat seperti karton, pertinax dan
lain-lain.
Umumnya pada trafo terdapat kumparan primer dan sekunder. Bila kumparan primer dihubungkan
dengan tegangan/arus bolak-balik maka pada kumparan tersebut timbul fluksi yang menginduksikan
tegangan, bila pada rangkaian sekunder ditutup (rangkaian beban) maka akan mengalir arus pada
kumparan ini. Jadi kumparan sebagai alat transformasi tegangan dan arus.

- Kumparan tertier
Kumparan tertier diperlukan untuk memperoleh tegangan tertier atau untuk kebutuhan lain. Untuk
kedua keperluan tersebut, kumparan tertier selalu dihubungkan delta. Kumparan tertier sering
dipergunakan juga untuk penyambungan peralatan bantu seperti kondensator synchrone, kapasitor
shunt dan reactor shunt, namun demikian tidak semua trafo daya mempunyai kumparan tertier.
- Minyak trafo
Sebagian besar trafo tenaga kumparan-kumparan dan intinya direndam dalam minyak-trafo, terutama
trafo-trafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai media
pemindah panas (disirkulasi) dan bersifat pula sebagai isolasi (daya tegangan tembus tinggi) sehingga
berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi. Untuk itu minyak trafo harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:

kekuatan isolasi tinggi

penyalur panas yang baikberat jenis yang kecil, sehingga partikel-partikel dalam minyak dapat
mengendap dengan cepat

viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan pendinginan menjadi lebih
baik

titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat membahayakan

tidak merusak bahan isolasi padat

sifat kimia y

ang stabil.
- Bushing
Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah busing yaitu sebuah konduktor yang
diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut denga
tangki trafo.
- Tangki dan Konservator
Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak trafo berada (ditempatkan) dalam
tangki. Untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki dilengkapi dengan konservator.
Peralatan Bantu
- Pendingin
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi dan rugi-rugi tembaga.
Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak isolasi di dalam trafo,
maka untuk mengurangi kenaikan suhu yang berlebihan tersebut trafo perlu dilengkapi dengan sistem
pendingin untuk menyalurkan panas keluar trafo.
Media yang digunakan pada sistem pendingin dapat berupa: Udara/gas, minyak dan air. Pengalirannya
(sirkulasi) dapat dengan cara :

Alamiah (natural)

Tekanan/paksaan (forced).

Macam-macam dan sistem pendingin trafo berdasarkan media dan cara pengalirannya dapat
diklasifikasikan seperti pada Tabel 1.
- Tap Changer (perubah tap)
Tap Changer adalah perubah perbandingan transformator untuk mendapatkan tegangan operasi
sekunder sesuai yang diinginkan dari tegangan jaringan/primer yang berubah-ubah. Tap changer dapat
dilakukan baik dalam keadaan berbeban (on-load) atau dalam keadaan tak berbeban (off load),
tergantung jenisnya.
- Alat pernapasan
Karena pengaruh naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar, maka suhu minyakpun akan
berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan
mendesak udara di atas permukaan minyak keluar dari dalam tangki, sebaliknya bila suhu minyak turun,
minyak menyusut maka udara luar akan masuk ke dalam tangki.
Kedua proses di atas disebut pernapasan trafo. Permukaan minyak trafo akan selalu bersinggungan
dengan udara luar yang menurunkan nilai tegangan tembus minyak trafo, maka untuk mencegah hal
tersebut, pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi tabung berisi kristal zat hygroskopis.
- Indikator
Untuk mengawasi selama trafo beroperasi, maka perlu adanya indicator pada trafo sebagai berikut:

indikator suhu minyak

indikator permukaan minyak

indikator sistem pendingin

indikator kedudukan tap

dan sebagainya.

Peralatan Proteksi
- Rele Bucholz
Rele Bucholz adalah rele alat/rele untuk mendeteksi dan mengamankan terhadap gangguan di dalam
trafo yang menimbulkan gas.
Gas yang timbul diakibatkan oleh:
a. Hubung singkat antar lilitan pada/dalam phasa
b. Hubung singkat antar phasa
c. Hubung singkat antar phasa ke tanah
d. Busur api listrik antar laminasi
e. Busur api listrik karena kontak yang kurang baik.
- Pengaman tekanan lebih
Alat ini berupa membran yang dibuat dari kaca, plastik, tembaga atau katup berpegas, berfungsi
sebagai pengaman tangki trafo terhadap kenaikan tekan gas yang timbul di dalam tangki yang akan
pecah pada tekanan tertentu dan kekuatannya lebih rendah dari kakuatan tangi trafo.
- Rele tekanan lebih

Rele ini berfungsi hampir sama seperti rele Bucholz, yakni mengamankan terhadap gangguan di dalam
trafo. Bedanya rele ini hanya bekerja oleh kenaikan tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung mentripkan
P.M.T.
- Rele Diferensial
Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan di dalam trafo antara lain flash over antara kumparan
dengan kumparan atau kumparan dengan tangki atau belitan dengan belitan di dalam kumparan
ataupun beda kumparan.
- Rele Arus lebih
Befungsi mengamankan trafo arus yang melebihi dari arus yang diperkenankan lewat dari trafo terseut
dan arus lebih ini dapat terjadi oleh karena beban lebih atau gangguan hubung singkat.
- Rele Tangki tanah
Berfungsi untuk mengamankan trafo bila ada hubung singkat antara bagian yang bertegangan dengan
bagian yang tidak bertegangan pada trafo.
- Rele Hubung tanah
Berfungsi untuk mengamankan trafo bila terjadi gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah.
- Rele Termis
Berfungsi untuk mencegah/mengamankan trafo dari kerusakan isolasi kumparan, akibat adanya panas
lebih yang ditimbulkan oleh arus lebih. Besaran yang diukur di dalam rele ini adalah kenaikan
temperatur.
Pengujian Transformator
Pengujian transformator dilaksanakan menurut SPLN50-1982 dengan melalui tiga macam pengujian,
sebagaimana diuraikan juga dalam IEC 76 (1976), yaitu :
- Pengujian Rutin
Pengujian rutin adalah pengujian yang dilakukan terhadap setiap transformator, meliputi:

pengujian tahanan isolasi

pengujian tahanan kumparan

pengujian perbandingan belitan Pengujian vector group

pengujian rugi besi dan arus beban kosong

pengujian rugi tembaga dan impedansi

pengujian tegangan terapan (Withstand Test)

pengujian tegangan induksi (Induce Test).

- Pengujian jenis
Pengujian jenis adalah pengujian yang dilaksanakan terhadap sebuah trafo yang mewakili trafo lainnya
yang sejenis, guna menunjukkan bahwa semua trafo jenis ini memenuhi persyaratan yang belum diliput
oleh pengujian rutin. Pengujian jenis meliputi:

pengujian kenaikan suhu

pengujian impedansi

- Pengujian khusus
Pengujian khusus adalah pengujian yang lain dari uji rutin dan jenis, dilaksanakan atas persetujuan
pabrik denga pmbeli dan hanya dilaksanakan terhadap satu atau lebih trafo dari sejumlah trafo yang
dipesan dalam suatu kontrak. Pengujian khusus meliputi :

pengujian dielektrik

pengujian impedansi urutan nol pada trafo tiga phasa

pengujian hubung singkat

pengujian harmonik pada arus beban kosong

pengujian tingkat bunyi akuistik

pengukuran daya yang diambil oleh motor-motor kipas dan pompa minyak.

Pengujian Rutin
- Pengukuran tahanan isolasi
Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada awal pengujian dimaksudkan untuk mengetahui secara dini
kondisi isolasi trafo, untuk menghindari kegagalan yang fatal dan pengujian selanjutnya, pengukuran
dilakukan antara:

sisi HV - LV

sisi HV - Ground

sisi LV- Groud

X1/X2-X3/X4 (trafo 1 fasa)

X1-X2 dan X3-X4 )trafo 1 fasa yang dilengkapi dengan circuit breaker.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan megger, lebih baik yang menggunakan baterai karena
dapat membangkitkan tegangan tinggi yang lebih stabil. Harga tahanan isolasi ini digunakan untuk
kriteria kering tidaknya trafo, juga untuk mengetahui apakah ada bagian-bagian yang terhubung
singkat.
- Pengukuran tahanan kumparan
Pengukuran tahanan kumparan adalah untuk mengetahui berapa nilai tahanan listrik pada kumparan
yang akan menimbulkan panas bila kumparan tersebut dialiri arus.
Nilai tahanan belitan dipakai untuk perhitungan rugi-rugi tembaga trafo.
Pada saat melakukan pengukuran yang perlu diperhatikan adalah suhu belitan pada saat pengukuran
yang diusahakan sama dengan suhu udara sekitar, oleh karenanya diusahakan arus pengukuran kecil.

Peralatan yang digunakan untuk pengukuran tahanan di atas 1 ohm adalah Wheatstone Bridge,
sedangkan untuk tahanan yang lebih kecil dari 1 ohm digunakan Precition Double Bridge.
Pengukuran dilakukan pada setiap fasa trafo, yaitu antara terminal:
Untuk terminal tegangan tinggi:
a. Trafo 3 fasa
- fasa A - fasa B
- fasa B - fasa C
- fasa C - fasa A
b. Trafi 1 fasa
- terminal H1-H2 untuk trafo double bushing
- terminal H1-Ground untuk trafo single bushing
Untuk sisi tegangan rendah
a. Trafo 3 fasa

- fasa a - fasa b
- fasa b - fasa c
- fasa c - fasa a
b. Trafo 1 fasa
- terminal X1-X4 dengan X2-X3 dihubung singkat.
Pengukuran dengan Wheatstone bridge digunakan untuk tahanan di atas 1 ohm. Rangkaian pengukuran
dapat dilihat pada Gambar 1. Pada keadaan seimbang berlaku rumus:
Rx adalah hagra tahanan belitan yang diukur = factor pengali. Pengukuran dengan Precition double
bridge digunakan untuk tahanan yang lebih kecil dar 1 ohm. Rangkaian pengukuran seperti Gambar 2.
Tahanan yang diukur Rx dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
- Pengukuran perbandingan belitan
Pengukuran perbandingan belitan adalah untuk mengetahui perbandingan jumlah kumparan sisi
tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah pada setiap tapping, sehingga tegangan output yang
dihasilkan oleh trafo sesuai dengan yang dikehendaki. toleransi yang diijinkan adalah:
a. 0,5 % dari rasio tegangan atau b. 1/10 dari persentase impedansi pada tapping nominal.
Pengukuran perbandingan belitan dilakukan pada saat semi assembling yaitu setelah coil trafo di
assembling dengan inti besi dan setelah tap changer terpasang, pengujian kedua ini bertujuan untuk
mengetahui apakah posisi tap trafo telah terpasang secara benar dan juga untuk pemeriksaan vector
group trafo.
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan Transformer Turn Ratio Test (TTR), misalnya merk
Jemes G. Biddle Co Cat. No.55005 atau Cat. No. 550100-47.
- Pemeriksaan Vector Group
Pemeriksaan vector group bertujuan untuk mengetahui apakah polaritas terminal-terminal trafo positif
atau negatif. Standar dari notasi yang dipakai adalah ADDITIVE dan SUBTRACTIVE.
- Pengukuran rugi dan arus beban kosong
Pengukuran ini untuk mengetahui berapa daya yang hilang yang disebabkan oleh rugi histerisis dan
eddy current dari inti besi (core) dan besarnya arus yang ditimbulkan oleh kerugian tersebut.

Pengukuran dilakukan dengan memberikan tegangan nominal pada salah satu sisi dan sisi lainnya
dibiarkan terbuka.
- Pengukuran rugi tembaga dan impedansi
Pengukuran ini bertujuan untum mengetahui besarnya daya yang hilang pada saat trafo beroperasi
akibat dari tembaga (Wcu) dan strey loss (Ws) trafo yang digunakan.
Pengukuran dilakukan dengan memberi arus nominal pada salah satu sisi dan pada sisi yang lain
dihubung-singkat, dengan demikian akan terbangkit juga arus nominal pada sisi tersebut, sehingga trafo
seolah-olah dibebani penuh.
Perhitungan rugi beban penuh (Wcu) dan impedansi (Iz), dimana pada waktu pengukuran tahanan
belitan (R), Wcu dan Iz dilakukan pada saat suhu rendah (udara sekitar (t)), maka Wcu dan Iz perlu
dikoreksi terhadap suhu acuan 75C, dimana factor koreksi (a) adalah :
- Pengujian tegangan terapan (Withstand Test)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji kekuatan isolasi antara kumparan dan body tangki.
Pengujian dilakukan dengan memberi tegangan uji sesuai denga standar uji dan dilakukan pada:
- sisi tegangan tinggi terhadap sisi tegangan rendah dan body yang di ke tanahkan
- sisi tegangan rendah terhadap sisi tegangan tinggi dan body yang di ke tanahkan.
- waktu pengujian 60 detik.
- Pengujian tegangan induksi
Pengujian tegangan induksi bertujuan untuk mengetahui kekuatan isolasi antara layer dari tiap-tiap
belitan dan kekuatan isolasi antara belitan trafo. Pengujian dilakukan dengan memberi tegangan supply
dua kali tegangan nominal pada salah satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka. Untuk mengatasi
kejenuhan pada inti besi (core) maka frekwensi yang digunakan harus dinaikkan sesuai denga
kebutuhan. Lama pengujian tergantung pada besarnya frekwensi pengujian berdasarkan rumus:
waktu pengujian maksimum adalah 60 detik.
- Pengujian kebocoran tangki
Pengujian kebocoran tangki dilakukan setelah semua komponen trafo terpasang. Pengujian dilakukan
untuk mengetahui kekuatan dan kondisi paking dan las trafo. Pengujian dilakukan dengan memberikan
tekanan nitrogen (N2) sebesar kurang lebih 5 psi dan dilakukan pengamatan pada bagian-bagian las dan
paking dengan memberikan cairan sabun pada bagian tersebut. Pengujian dilakukan sekitar 3 jam
apakah terjadi penurunan tekanan.
Pengujian Jenis (Type Test)
- Pengujian kenaikan suhu
Pengujian kenaikan suhu dimaksudkan untuk mengetahui berapa kenaikan suhu oli dan kumparan trafo
yang disebabkan oleh rugi-rugi trafo apabila trafo dibebani. Pengujian ini juga bertujuan untuk melihat
apakah penyebab panas trafo sudah cukup effisien atau belum.
Pada trafo dengan tapping tegangan di atas 5% pengujian kenaikan suhu dilakukan pada tappng
tegangan terendah (arus tertinggi), pada trafo dengan tapping maksimum 5% pengujian dilakukan pada
tapping nominal.
Pengujian kenaikan suhu sama dengan pengujian beban penuh, pengujian dilakukan dengan
memberikan arus trafo sedemikian hingga membangkitkan rugi-rugi trafo, yaitu rugi beban penuh dan
rugi beban kosong.
Suhu kumparan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

t adalah suhu sekitar pada saat akhir pengujian.


- Pengujian tegangan impulse
Pengujian impulse ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dielektrik dari sistem isolasi trafo
terhadap tegangan surja petir.
Pengujian impuls adalah pengujian dengan memberi tegangan lebih sesaat dengan bentuk gelombang
tertentu. Bila trafo mengalami tegangan lebih, maka tegangan tersebut hampir didistribusikan melalui
effek kapasitansi yang terdapat pada :
- antar lilitan trafo
- antar layer trafo
- antara coil denga ground.
- Pengujian tegangan tembus oli
Pengujian tegangan tembus oli dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dielektrik oli. Hal ini
dilakukan karena selain berfungsi sebagai pendingin dari trafo, oli juga berfungsi sebagai isolasi.
Persyaratan yang ditentukan adalah sesuai denga standart SPLN 49 - 1 : 1982, IEC 158 dan IEC 296
yaitu:
- > = 30 KV/2,5 mm sebelum purifying
- > = 50 KV/2,5 mm setelah purifying
Peralatan yang dapat digunakan misalnya merk Hipotronics type EP600CD. Cara pengujian:
- bersihkan tempat sample oli dari kotoran dengan mencucinya dengan oli sampai bersih.
- ambil contoh/sample oli yang akan diuji, usahakan pada saat pengambilan sample oli tidak tersentuh
tangan atau terlalu lama terkena udara luar karena oli ini sanga sensitive.
- tempatkan sample oli padaalat tetes.
- nyalakan power alat tetes.
- tekan tombol start dan counter akan mencatat secara otomatis sejauh mana kemampuan dielektrik oli
tersebut. Setelah counter berhenti dan tombol reset menyala, tekan tombol reset untuk mengembalikan
ke posisi semula.
- hasil pengujian tegangan tembus diambil rata-ratanya setelah dilakukan 5 (lima) kali dengan selang
waktu 2 menit.

Kesimpulan
1.

Kelayakan operasi dari suatu transformator daya dapat ditetapkan setelah melalui tahapan-tahapan
pengujian berdasarkan standar yang berlaku.

2.

Ketelitian dari proses pengujian transformator daya sangan dipengaruhi oleh temperatur ruang serta
ketepatan waktu pelaksanaannya.

3.

Keandalan transformator selama masa operasi, sangat ditentukan oleh cara pemeliharaannya,
sehingga jadwal waktu pemeliharaan perlu dikaji lebih lanjut. q

Daftar Pustaka
1.

IEC 156/1963 Method for the determination of electric strength of insulating oils 1963

2.

IEC 76/1976 Power Transformer 1976.

3.

P.T. Bambang Djaya Methode Pengujian Transformator Distribusi P.T. Bambang Djaya, Surabaya
1995.

4.

P.T. PLN Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan untuk Transformator Tenagan Perusahaan Umum Listrik
Negara, Jakarta 1981.

5.

SPLN 17 : 1979 Pedoman Pembebanan Transformator Terendam Minyak Jakarta, 1979.

6.

SPLN 50 - 1982 Pengujian Transformator Jakarta, 1982.

Transformator adalah alat yang dapat digunakan untuk menaikkan tegangan (step
up) atau menurukan tegangan (step down) arus ac.
Transformator terdiri dari kumparan kawat primer, kumparan kawat sekunder, dan
inti besi. Apabila pada kumparan primer diberi arus ac maka pada kumparan
sekunder akan timbul arus ac.

dilambangkan
Perbedaan tegangan sekunder dengan tegangan primer tergatung dari perbandingan
jumlah kumparan. Pada transformator step up jumlah kumparan sekunde lebih
banyak dari jumlah kumparan primer. Sedangkan pada transformator step down,
jumlah kumparan sekunder lebih sedikit dari jumlah kumparan primer.
Transformator step down banyak digunakan pada peralatan elektronika seperti
radio, tape, televisi ataupun charger hand phone. Sekarang fungsi transformator
step down telah digantikan rangkaian elektronik yang disebut
switching.
Tranformator step up digunakan pada transmisi daya yaitu
pengiriman energi listrik dari satu kota ke kota lain. Transmisi ini
menggunakan tegangan tinggi arus kecil. Dengan arus kecil maka
akan diperoleh efosiensi berupa penggunakan kawat yang relatif kecil
dan kehilangan energi yang kecil pula.
Besarnya tegangan pada transformator sebanding dengan jumlah lilitannya
kesebandingan itu dinyatakan dengan:
V~ N atau
Sedangan efisiensi adalah perbandingan daya sekunder dengan daya primer.
Efisiensi maksimum adalah 100% yang berarti tidak ada energi yang hilang.
Efisiensi dirumuskan sebagai:

atau

Contoh : Sebuah transformator transformator dengan efisiensi 60% digunakan pada


tegangan 220 volt. Transformator akan digunakan untuk mencatu audio dengan
daya 60 watt dan tegangan 20 volt.
a. apabila kumparan primer ditentukan 1000 lilitan, maka tentukanlah jumlah
lilitan kumparan sekundernya!
b. tentukan kuat arus minimum pada kumparan primer!
Jawab:
a.
atau

atau Ns = 90,9 lilit

Ns = 91 lilitan.
b.
atau Ip = 6,6 A

Cobalah : Sebuah transformator transformator dengan efisiensi 80% dan memiliki


perbandingan jumlah lilitan Ns:Np=250:1000. Apabila transformator akan
digunakan untuk mencatu audio dengan daya 60 watt dan tegangan 20 volt.
Tetukanlah arus primernya.

Contoh Menentukan Sambungan Trafo Daya


07:46 uj0ng No comments

1.

Sambungan untuk vector group Yy6.

(klik gambar untuk melihat lebih jelas)


- Sambungan sisi primer A2 , B2 , C2.
- Sambungan vector a1 , a2 , b1 , b2 , c1 , c2 sedemikian sehingga searah dengan r , s , t , yaitu a1 b1
c1 diganti.
- Sambungan kumparan sekunder sesuai dengan hubungan vector sisi sekunder.
2. Sambungan untuk vector group Yd1.
(klik gambar untuk melihat lebih jelas)

- Sambungan sisi primer A2 , B2 , C2.


- Hubungkan vector a2 a1 , b2 b1 , c2 c1 , membentuk sebangun dan searah dengan r, s, t ; yaitu a2 b1
, b2 c2 , c2 a1 .

- Sambungan kumparan sekunder sesuai dengan hubungan vector sisi sekunder.

2. JENIS-JENIS DAN PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR


3.

JENIS-JENIS DAN PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR

Gizha Ardizha Efendi Nasution


Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma, Jakarta
Email : Giya_kumeh@yahoo.com

Abstraksi: Paper ini berkaitan dengan jenis-jenis transformator. Jenis-jenis transformator disini
menjelaskan step-up, step-down, autotransformator, autotransformator variabel, transformator
isolasi, dan transformator pulsa. Penggunaan transformator yang digunakan untuk pengiriman
tenaga listrik yang terdiri dari pasangan kumparan primer dan sekunder yang diisolasi (terpisah)
secara listrik dan lilitan pada inti besi lunak. Arus induksi pada transformator mengalir melalui
rangkaian sekunder ketika saklar pada rangkaian primer ditutup atau dibuka. Prinsip kerja pada
transformator, apabila kumparan primer dihubungkan dengan tegangan (sumber), maka akan
mengalir arus bolak-balik pada kumparan tersebut. Oleh karena itu kumparan mempunyai inti,
arus yang menimbulkan fluks magnet yang juga berubah-ubah, akibatnya pada kumparan
primer akan timbul GGL induksi ep.

Kata Kunci : transformator, jenis-jenis transformator, prinsip kerja transformator

I. Pendahuluan

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energy listrik
satu atau lebih rangkaian listrik satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain,
melalui suatu gendeng magnet berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Transformator
adalah alat yang digunakan untuk mengubah tegangan bolak balik (ac) dari suatu nilai tertentu
ke nilai yang kita inginkan terdiri dari kumparan primer dan sekunder.

Gambar 1. Transformator

Perkembangan dan penerapan system transformator pada perumahan, perkantoran maupun


pada kendaran yaitu mobil dewasa ini mengalami peningkatan yang pesat. Buktinya adalah
banyak industry, perkantoran maupun kendaran dilengkapi dengan penggunaan transformator
yang bertujuan untuk mengetahui informasi dan dapat menambah pengetahuan.
System pesawat telepon yang paling sederhana memiliki komponen utama yaitu ISDN
EXCHANGE, ISDN PRA, ISDN BRA, ISDN PHONE, ISDN PBX dan ISDN DATA TERMINAL.

II. Jenis-jenis Transformator

Berkaitan dengan topic yang dikaji yakni kegunaan transformator adalah alat untuk mengubah
tegangan arus bolak balik menjadi lebih tinggi atau rendah. Transformator terdiri dari pasangan
kumparan primer dan sekunder yang diisolasi (terpisah) secara listrik dan dililitkan pada inti
besi lunak. Inti besi lunak dibuat dari pelat yang berlapis-lapis untuk mengurangi daya yang
hilang karena arus pusar. Kumparan primer dan sekunder dililitkan pada kaki inti besi yang
terpisah. Bagian fluks magnetic bocor tampak bahwa pada pasangan kumparan terdapat fluks
magnetic bocor disisi primer dan sekunder. Secara lebih lengkap bisa dicermati pada gambar 2.
[1]

Gambar 2. Bagan fluks magnetic bocor pada pasangan kumparan

Hasil diatas untuk mengurangi fluks magnet bocor pada pasangan kumparan digunakan
pasangan kumparan seperti gambar diatas. Kumparan sekunder dililitkan pada kaki inti besi
yang sama (kaki yang tengah), dengan lilitan kumparan sekunder terletak diatas lilitan
kumparan primer, ditunjukkan pada fluks magnet bocornya, maka dapat dicermati pada gambar
dibawah ini.

Gambar 3. Hubungan primer dan sekunder

Rumus untuk fluks magnet yang ditimbulkan lilitan primer adalah[2]:


= x t (1)
Dan untuk rumus GGL induksi yang terjadi dililitan sekunder adalah
= N /t (2)
Karena kedua kumparan dihubungkan dengan fluks yang sama, maka
/t = Vp/Np = Vs/Ns (3)
Dimana dengan menyusun ulang persamaan akan didapat
Vp/Np = Vs/Ns (4)

Sedemikian sehingga
Vp.Ip = Vs.Is (5)

Dengan kata lain, hubungan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder ditentukan oleh
perbandingan jumlah lilitan primer dengan lilitan sekunder.

Jenis-jenis transformator adalah [3]:

1. Step-Up

Gambar 4. Lambang transformator step-up

Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih banyak
daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan. Transformator ini biasa
ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik tegangan yang dihasilkan generator
menjadi tegangan tinggi yang digunakan dalam transmisi jarak jauh.

2. Step-down

Gambar 5. Skema transformator step-down

Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan primer, sehingga
berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat mudah ditemui, terutama
dalam adaptor AC-DC.

3. Autotransformator

Gambar 6. Skema transformator

Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang berlanjut secara listrik, dengan

sadapan tengah. Dalam transformator ini, sebagian lilitan primer juga merupakan lilitan
sekunder. Fasa arus dalam lilitan sekunder selalu berlawanan dengan arus primer, sehingga
untuk tarif daya yang sama lilitan sekunder bisa dibuat dengan kawat yang lebih tipis
dibandingkan transformator biasa. Keuntungan dari autotransformator adalah ukuran fisiknya
yang kecil dan kerugian yang lebih rendah daripada jenis dua lilitan. Tetapi transformator jenis
ini tidak dapat memberikan isolasi secara listrik antara lilitan primer dengan lilitan sekunder.
Selain itu, autotransformator tidak dapat digunakan sebagai penaik tegangan lebih dari
beberapa kali lipat (biasanya tidak lebih dari 1,5 kali).

4. Autotransformator Variabel

Gambar 7. Skema Autotransformator Variabel

Autotransformator variabel sebenarnya adalah autotransformator biasa yang sadapan


tengahnya bisa diubah-ubah, memberikan perbandingan lilitan primer-sekunder yang berubahubah.

5. Transformator Isolasi

Transformator isolasi memiliki lilitan sekunder yang berjumlah sama dengan lilitan primer,
sehingga tegangan sekunder sama dengan tegangan primer. Tetapi pada beberapa desain,
gulungan sekunder dibuat sedikit lebih banyak untuk mengkompensasi kerugian. Transformator
seperti ini berfungsi sebagai isolasi antara dua kalang. Untuk penerapan audio, transformator
jenis ini telah banyak digantikan oleh kopling kapasitor.

6. Transformator Pulsa

Transformator pulsa adalah transformator yang didesain khusus untuk memberikan keluaran

gelombang pulsa. Transformator jenis ini menggunakan material inti yang cepat jenuh sehingga
setelah arus primer mencapai titik tertentu, fluks magnet berhenti berubah. Karena GGL induksi
pada lilitan sekunder hanya terbentuk jika terjadi perubahan fluks magnet, transformator hanya
memberikan keluaran saat inti tidak jenuh, yaitu saat arus pada lilitan primer berbalik arah.

7. Transformator Tiga Fasa

Transformator tiga fasa sebenarnya adalah tiga transformator yang dihubungkan secara khusus
satu sama lain. Lilitan primer biasanya dihubungkan secara bintang (Y) dan lilitan sekunder
dihubungkan secara delta ().

III. Prinsip Kerja Transformator


Komponen Transformator (trafo)
Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan
bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: kumparan pertama
(primer) yang bertindak sebagai input, kumparan kedua (skunder) yang bertindak sebagai
output, dan inti besi yang berfungsi untuk memperkuat medan magnet yang dihasilkan.[4]

Gambar 8. Bagian-Bagian Transformator

Gambar 9. Lambang Transformator

Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut. Ketika Kumparan primer

dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada kumparan
primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh
adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung
kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbal-balik (mutual
inductance).[5]

Gambar 10. Skema transformator kumparan primer dan kumparan sekunder terhadap medan
magnet

Pada skema transformator diatas, ketika arus listrik dari sumber tegangan yang mengalir pada
kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan magnet yang dihasilkan akan
berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder akan berubah
polaritasnya.

Gambar 11. Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan
jumlah lilitan sekunder

Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan jumlah lilitan
sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan[6]:

Vp/Vs = Np/Ns (6)

Vp = tegangan primer (volt)


Vs = tegangan sekunder (volt)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder

Simbol Transformator
Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan skunder transformator
ada dua jenis yaitu[7]:
1. Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik rendah
menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan sekunder lebih banyak
daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np).
2. Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik tinggi
menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan primer lebih banyak
daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns).
Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh kumparan sekunder
adalah:
1. Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns).
2. Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP).
3. Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer,

Vs ~ 1/Np (7)

Sehingga dapat dituliskan:

Vs = Ns/Np x Vp (8)

Penggunaan transformator

Transformator (trafo) digunakan pada peralatan listrik terutama yang memerlukan perubahan
atau penyesuaian besarnya tegangan bolak-balik. Misal radio memerlukan tegangan 12 volt
padahal listrik dari PLN 220 volt, maka diperlukan transformator untuk mengubah tegangan
listrik bolak-balik 220 volt menjadi tegangan listrik bolak-balik 12 volt. Contoh alat listrik yang
memerlukan transformator adalah: TV, komputer, mesin foto kopi, gardu listrik dan sebagainya.

[8]

IV. Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa energy dipindahkan dari
kumparan primer ke kumparan sekunder oleh magnetisasi dalam inti.

NOTASI
V tegangan primer (ggl induksi
V2 tegangan sekunder (ggl induksi)
N jumlah lilitan primer
N2 jumlah lilitan sekunder

V. Referensi

[2, 3] wiki. Rumus yang digunakan, dan Jenis-jenis transformator. Wikipedia; Jakarta.

Rumus yang digunakan yaitu fluks magnet yang ditimbulkan lilitan primer. Jenis-jenis
transformator adalah step-up, step-down, autotransformator, autotransformator variabel,
transformator isolasi, transformator pulsa, dan transformator tiga fasa.

[4, 5, 7, 8] edukasi.net. Prinsip kerja transformator, dan Penggunaan transformator.


Edukasi.net; Jakarta.

Prinsip kerja transformator adalah kumparan primer yang dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak-balik, sehingga terjadi perubahan arus listrik pada kumparan primer yang
menimbulkan medan magnet berubah. Penggunaan transformator pada kehidupan sehari-hari
adalah transformator yang dapat mengubah tegangan listrik bolak-balik yang dari 220volt
menjadi 120volt.

[1, 6] Kanginan, Marthen. Fisika 2B, Erlangga; Jakarta, 1994.

Kegunaan transformator adalah suatu alat yang berguna untuk mengubah tegangan arus bolak
balik menjadi lebih tinggi atau rendah. Transformator terdiri dari pasangan kumparan primer
dan sekunder yang diisolasi (terpisah) secara listrik. Mejelaskanp persamaan hubungan antara
tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan jumlah lilitan sekunder.

Konfigurasi Hubungan Belitan Transformator 3 fasa


12:44 HaGe 3Komentar

Pada artikel Transformator di sini, telah dibahas mengenai klasifikasi transformator dan bagian-bagian
transformator, dan kemudian diikuti dengan artikel selanjutnya tentang bagian-bagian transformator dan
peralatan proteksinya di sini. Rangkaian artikel mengenai transformator dilengkapi pula dengan artikel mengenai
perawatan dan pemantauan kondisi transformator saat bekerja di sini.
Sedangkan artikel kali ini akan dibahas secara umum, HANYA mengenai hubungan-hubungan belitan pada
transformator 3 fasa. Dan jika anda ingin mengetahui besarnya nilai tegangan, arus dan daya pada masingmasing hubungan, anda dapat membacanya pada artikel di sini.
Transformator 3 fasa pada dasarnya merupakan Transformator 1 fase yang disusun menjadi 3 buah dan
mempunyai 2 belitan, yaitu belitan primer dan belitan sekunder. Ada dua metode utama untuk menghubungkan
belitan primer yaitu hubungan segitiga dan bintang (delta dan wye). Sedangkan pada belitan sekundernya dapat
dihubungkan secara segitiga, bintang dan zig-zag (Delta, Wye dan Zig-zag). Ada juga hubungan dalam bentuk
khusus yaitu hubungan open-delta (VV connection)
Konfigurasi Transformator 3 Fasa
Transformator hubungan segitiga-segitiga (delta-delta)

Gambar 1. Hubungan delta-delta (segitiga-segitiga).


Pada gambar 1 baik belitan primer dan sekunder dihubungkan secara delta. Belitan primer terminal 1U, 1V dan
1W dihubungkan dengan suplai tegangan 3 fasa. Sedangkan belitan sekunder terminal 2U, 2V dan 2W
disambungkan dengan sisi beban. Pada hubungan Delta (segitiga) tidak ada titik netral, yang diperoleh ketiganya
merupakan tegangan line ke line, yaitu L1, L2 dan L3.

Dalam hubungan delta-delta (lihat gambar 1), tegangan pada sisi primer (sisi masukan) dan sisi sekunder (sisi
keluaran) adalah dalam satu fasa. Dan pada aplikasinya (lihat gambar 2), jika beban imbang dihubungkan ke
saluran 1-2-3, maka hasil arus keluaran adalah sama besarnya. Hal ini menghasilkan arus line imbang dalam
saluran masukan A-B-C. Seperti dalam beberapa hubungan delta, bahwa arus line adalah 1,73 kali lebih besar
dari masing-masing arus Ip (arus primer) dan Is (arus sekunder) yang mengalir dalam lilitan primer dan
sekunder. Power rating untuk transformator 3 fasa adalah 3 kali rating transformator tunggal.

Gambar 2. Diagram Hubungan Delta-Delta Transformator 3 Fasa Dihubungkan Pembangkit Listrik dan Beban
(Load)
Transformator hubungan bintang-bintang (wyewye)

Gambar 3. Hubungan Belitan Bintang-bintang.


Ketika transformator dihubungkan secara bintang-bintang, yang perlu diperhatikan adalah mencegah
penyimpangan dari tegangan line ke netral (fase ke netral). Cara untuk mencegah menyimpangan adalah
menghubungkan netral untuk primer ke netral sumber yang biasanya dengan cara ditanahkan (ground), seperti
ditunjukkan pada
Gambar 4. Cara lain adalah dengan menyediakan setiap transformator dengan lilitan ke tiga, yang disebut lilitan
tertiary. Lilitan tertiary untuk tiga transformator dihubungkan secara delta seperti ditunjukkan pada Gambar 5,
yang sering menyediakan cabang yang melalui tegangan dimana transformator dipasang. Tidak ada beda fasa
antara tegangan line transmisi masukan dan keluaran (primer & sekunder) untuk transformator yang
dihubungkan bintang-bintang.

Gambar 4. Hubungan bintang-bintang.

Gambar 5. Hubungan Bintang-bintang dengan belitan tertier.


Transformator hubungan segitiga-bintang (delta-wye)
Pada hubungan segitiga-bintang (delta-wye), tegangan yang melalui setiap lilitan primer adalah sama dengan
tegangan line masukan. Tegangan saluran keluaran adalah sama dengan 1,73 kali tegangan sekunder yang
melalui setiap transformator. Arus line pada phasa A, B dan C adalah 1,73 kali arus pada lilitan sekunder. Arus
line pada fasa 1, 2 dan 3 adalah sama dengan arus pada lilitan sekunder.

Gambar 6. Hubungan Segitiga-Bintang (Delta-wye)


Hubungan delta-bintang menghasilkan beda fasa 30 antara tegangan saluran masukan dan saluran transmisi
keluaran. Maka dari itu, tegangan line keluaran E12 adalah 30 mendahului tegangan line masukan EAB, seperti
dapat dilihat dari diagram phasor. Jika saluran keluaran memasuki kelompok beban terisolasi, beda fasanya
tidak masalah. Tetapi jika saluran dihubungkan paralel dengan saluran masukan dengan sumber lain, beda
phasa 30 mungkin akan membuat hubungan paralel tidak memungkinkan, sekalipun jika saluran tegangannya
sebaliknya identik.
Keuntungan penting dari hubungan bintang adalah bahwa akan menghasilkan banyak isolasi/penyekatan yang
dihasilkan di dalam transformator. Lilitan HV (high Voltage/tegangan tinggi) telah diisolasi/dipisahkan hanya
1/1,73 atau 58% dari tegangan saluran.

Gambar 8. Skema Diagram Hubungan Delta-Bintang dan Diagram Phasor


Transformator hubungan segitiga terbuka (open-delta)
Hubungan open-delta ini untuk merubah tegangan sistem 3 fasa dengan menggunakan hanya 2 transformator
yang dihubungkan secara opendelta. Rangkaian opendelta adalah identik dengan rangkaian deltadelta,
kecuali bahwa satu transformer tidak ada. Bagaimanapun, hubungan open-delta jarang digunakan sebab hanya
mampu dibebani sebesar 86.6% (0,577 x 3 x rating trafo) dari kapasitas transformator yang terpasang.

Gambar 7. Hubungan Open Delta.


Sebagai contoh, jika 2 transformator 50 kVA dihubungkan secara opendelta, kapasitas transformator bank yang
terpasang adalah jelas 2x50 = 100kVA. karen terhubung open-delta, maka transformator hanya dapat dibebani
86.6 kVA sebelum transformator mulai menjadi overheat (panas berlebih). Hubungan opendelta utamanya
digunakan dalam situasi darurat. Maka, jika 3 transformator dihubungkan secara deltadelta dan salah satunya
rusak dan harus diperbaiki/dipindahkan, maka hal ini memungkinkan
Transformator hubungan Zig-zag
Transformator dengan hubungan Zig-zag memiliki ciri khusus, yaitu belitan primer memiliki tiga belitan, belitan
sekunder memiliki enam belitan dan biasa digunakan untuk beban yang tidak seimbang (asimetris) - artinya
beban antar fasa tidak sama, ada yang lebih besar atau lebih kecil-

Gambar 9. Hubungan Bintang-zigzag (Yzn5)


Gambar 9 menunjukkan belitan primer 20 KV terhubung dalam bintang L1, L2 dan L3 tanpa netral N dan belitan
sekunder 400 V merupakan hubungan Zig-zag dimana hubungan dari enam belitan sekunder saling menyilang
satu dengan lainnya. Saat beban terhubung dgn phasa U dan N arus sekunder I2 mengalir melalui belitan phasa
phasa U dan phasa S. Bentuk vektor tegangan Zig-zag garis tegangan bukan garis lurus,tetapi bergeser dengan
sudut 60.
Demikian sedikit ulasan mengenai konfigurasi hubungan belitan transformator 3 fasa, Semoga bermanfaat.
Transformator atau transformer atau trafo adalah komponenelektromagnet yang dapat mengubah
taraf
suatu
tegangan AC ke
taraf
yang
lain.
Transformator
bekerja
berdasarkan
prinsip induksielektromagnetik.
Tegangan
masukan
bolak-balik
yang
membentangi
primer
menimbulkan fluks magnet yang idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder. Fluks bolak-balik
ini menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi sempurna, semua daya pada lilitan primer
akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.
Jenis-Jenis Transformator

Step-Up
Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih banyak daripada lilitan
primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit
tenaga listrik sebagai penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang
digunakan dalam transmisi jarak jauh.

Step-Down
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan primer, sehingga
berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat mudah ditemui, terutama
dalam adaptor AC-DC.

Autotransformator
Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang berlanjut secara listrik, dengan sadapan
tengah. Dalam transformator ini, sebagian lilitan primer juga merupakan lilitan sekunder. Fasa arus

dalam lilitan sekunder selalu berlawanan dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya yang sama
lilitan sekunder bisa dibuat dengan kawat yang lebih tipis dibandingkan transformator biasa. Keuntungan
dari autotransformator adalah ukuran fisiknya yang kecil dan kerugian yang lebih rendah daripada jenis
dua lilitan. Tetapi transformator jenis ini tidak dapat memberikanisolasi secara listrik antara lilitan primer
dengan lilitan sekunder.
Selain itu, autotransformator tidak dapat digunakan sebagai penaik tegangan lebih dari beberapa kali
lipat (biasanya tidak lebih dari 1,5 kali).

Autotransformator variabel
Autotransformator variabel sebenarnya adalah autotransformator biasa yang sadapan tengahnya bisa
diubah-ubah, memberikan perbandingan lilitan primer-sekunder yang berubah-ubah.

Transformator isolasi
Transformator isolasi memiliki lilitan sekunder yang berjumlah sama dengan lilitan primer, sehingga
tegangan sekunder sama dengan tegangan primer. Tetapi pada beberapa desain, gulungan sekunder
dibuat sedikit lebih banyak untuk mengkompensasi kerugian. Transformator seperti ini berfungsi sebagai
isolasi antara dua kalang. Untuk penerapan audio, transformator jenis ini telah banyak digantikan oleh
kopling kapasitor.

Transformator pulsa
Transformator pulsa adalah transformator yang didesain khusus untuk memberikan keluaran gelombang
pulsa. Transformator jenis ini menggunakan material inti yang cepat jenuh sehingga setelah arus primer
mencapai titik tertentu, fluks magnet berhenti berubah. Karena GGL induksi pada lilitan sekunder hanya
terbentuk jika terjadi perubahan fluks magnet, transformator hanya memberikan keluaran saat inti tidak
jenuh, yaitu saat arus pada lilitan primer berbalik arah.

Transformator tiga fasa


Transformator tiga fasa sebenarnya adalah tiga transformator yang dihubungkan secara khusus satu
sama lain. Lilitan primer biasanya dihubungkan secara bintang (Y) dan lilitan sekunder dihubungkan
secara delta ().

Prinsip kerja
Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Tegangan masukan bolak-balik
yang membentangi primer menimbulkan fluks magnet yang idealnya semua bersambung dengan
lilitan sekunder. Fluks bolak-balik ini menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi
sempurna, semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.

[sunting]Hubungan

Primer-Sekunder

Fluks pada transformator

Rumus untuk fluks magnet yang ditimbulkan lilitan primer adalah


GGL induksi yang terjadi di lilitan sekunder adalah

dan rumus untuk

Karena kedua kumparan dihubungkan dengan fluks yang sama, maka

dimana

dengan menyusun ulang persamaan akan didapat


sedemikian hingga
Dengan kata lain, hubungan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder ditentukan oleh
perbandingan jumlah lilitan primer dengan lilitan sekunder.
[sunting]Kerugian

dalam transformator

Perhitungan diatas hanya berlaku apabila kopling primer-sekunder sempurna dan tidak ada kerugian,
tetapi dalam praktek terjadi beberapa kerugian yaitu:
1. kerugian tembaga. Kerugian
dalam lilitan tembaga yang disebabkan
oleh resistansi tembaga dan arus listrik yang mengalirinya.
2. Kerugian kopling. Kerugian yang terjadi karena kopling primer-sekunder tidak sempurna,
sehingga tidak semua fluks magnet yang diinduksikan primer memotong lilitan sekunder.

Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan secara berlapis-lapis antara primer
dan sekunder.
3. Kerugian kapasitas liar. Kerugian yang disebabkan oleh kapasitas liar yang terdapat pada
lilitan-lilitan transformator. Kerugian ini sangat memengaruhi efisiensi transformator untuk
frekuensi tinggi. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan primer dan sekunder
secara semi-acak (bank winding)
4. Kerugian histeresis. Kerugian yang terjadi ketika arus primer AC berbalik arah. Disebabkan
karena inti transformator tidak dapat mengubah arah fluks magnetnya dengan seketika.
Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggunakan material inti reluktansi rendah.
5. Kerugian efek kulit. Sebagaimana konduktor lain yang dialiri arus bolak-balik, arus
cenderung untuk mengalir pada permukaan konduktor. Hal ini memperbesar kerugian
kapasitas dan juga menambah resistansi relatif lilitan. Kerugian ini dapat dikurang dengan
menggunakan kawat Litz, yaitu kawat yang terdiri dari beberapa kawat kecil yang saling
terisolasi. Untuk frekuensi radio digunakan kawat geronggong atau lembaran tipis tembaga
sebagai ganti kawat biasa.
6. Kerugian arus eddy (arus olak). Kerugian yang disebabkan oleh GGL masukan yang
menimbulkan arus dalam inti magnet yang melawan perubahan fluks magnet yang
membangkitkan GGL. Karena adanya fluks magnet yang berubah-ubah, terjadi olakan fluks
magnet pada material inti. Kerugian ini berkurang kalau digunakan inti berlapis-lapisan.
[sunting]Efisiensi

Efisiensi transformator dapat diketahui dengan rumus


Karena adanya kerugian
pada transformator. Maka efisiensi transformator tidak dapat mencapai 100%. Untuk transformator
daya frekuensi rendah, efisiensi bisa mencapai 98%.
[sunting]Jenis-jenis

transformator

[sunting]Step-Up

lambang transformator step-up

Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih banyak daripada
lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada

pembangkit tenaga listrik sebagai penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan
tinggi yang digunakan dalam transmisi jarak jauh.
[sunting]Step-Down

skema transformator step-down

Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan primer, sehingga
berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat mudah ditemui, terutama
dalam adaptor AC-DC.
[sunting]Autotransformator

skema autotransformator

Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang berlanjut secara listrik, dengan sadapan
tengah. Dalam transformator ini, sebagian lilitan primer juga merupakan lilitan sekunder. Fasa arus
dalam lilitan sekunder selalu berlawanan dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya yang sama
lilitan sekunder bisa dibuat dengan kawat yang lebih tipis dibandingkan transformator biasa.
Keuntungan dari autotransformator adalah ukuran fisiknya yang kecil dan kerugian yang lebih rendah
daripada jenis dua lilitan. Tetapi transformator jenis ini tidak dapat memberikan isolasi secara listrik
antara lilitan primer dengan lilitan sekunder.
Selain itu, autotransformator tidak dapat digunakan sebagai penaik tegangan lebih dari beberapa kali
lipat (biasanya tidak lebih dari 1,5 kali).
[sunting]Autotransformator

variabel

skema autotransformator variabel

Autotransformator variabel sebenarnya adalah autotransformator biasa yang sadapan tengahnya bisa
diubah-ubah, memberikan perbandingan lilitan primer-sekunder yang berubah-ubah.
[sunting]Transformator

isolasi

Transformator isolasi memiliki lilitan sekunder yang berjumlah sama dengan lilitan primer, sehingga
tegangan sekunder sama dengan tegangan primer. Tetapi pada beberapa desain, gulungan sekunder
dibuat sedikit lebih banyak untuk mengkompensasi kerugian. Transformator seperti ini berfungsi
sebagai isolasi antara dua kalang. Untuk penerapan audio, transformator jenis ini telah banyak
digantikan oleh kopling kapasitor.
[sunting]Transformator

pulsa

Transformator pulsa adalah transformator yang didesain khusus untuk memberikan keluaran
gelombang pulsa. Transformator jenis ini menggunakan material inti yang cepat jenuh sehingga
setelah arus primer mencapai titik tertentu, fluks magnet berhenti berubah. Karena GGL induksi pada
lilitan sekunder hanya terbentuk jika terjadi perubahan fluks magnet, transformator hanya
memberikan keluaran saat inti tidak jenuh, yaitu saat arus pada lilitan primer berbalik arah.
[sunting]Transformator

tiga fase

Transformator tiga fase sebenarnya adalah tiga transformator yang dihubungkan secara khusus satu
sama lain. Lilitan primer biasanya dihubungkan secara bintang (Y) dan lilitan sekunder dihubungkan
secara delta ().

trafo sebagai step up/step down


dear all, Kalau secara teori trafo step up bisa dijadikan step down
dengan membalik input. Apakah secara praktek bisa di lakukan
trafo daya step up difungsikan sebagai step down atau
sebaliknya? makasih

addin- 08-18-2011
Re: trafo sebagai step up/step down
dear all, Kalau secara teori trafo step up bisa dijadikan step down
dengan membalik input. Apakah secara praktek bisa di lakukan
trafo daya step up difungsikan sebagai step down atau
sebaliknya? makasih Bisa dgn catatan hrs dilihat fungsinya.
Contoh. Sebh listrik desa 200 kW akan mengirimkan daya ke
desa sebelah dgn memakai teg 20 kV. Atas pertimbangan
ekonomis dipakai trafo distribusi yg dibalik, primer 380 V
hubungan Yn teg sekunder 20 kV delta. Tiba di desa sebelah
diturunkan lagi dgn memakai trafo distribusi. Catatannya adalah
pd jaringan 20 kV sebaiknya dipasang monitoring gangguan hub
tanah, gangguan fase-fase bisa diamankan oleh fuse cut-out.
Modelnya adalah memasang relay 64 V (over voltage ground
fault). Krn 64 V ini tdk berarah, jadi hanya bisa memonitor saja.
Namun kalo hanya 1 penyulang saja (hanya yg ke desa sebelah),
mk 64 V bisa dibuat mentrip PMT.
JB stuck- 08-31-2011
Re: trafo sebagai step up/step down
dear all, Kalau secara teori trafo step up bisa dijadikan step down
dengan membalik input. Apakah secara praktek bisa di lakukan
trafo daya step up difungsikan sebagai step down atau
sebaliknya? makasih Bisa dgn catatan hrs dilihat fungsinya.
Contoh. Sebh listrik desa 200 kW akan mengirimkan daya ke
desa sebelah dgn memakai teg 20 kV. Atas pertimbangan
ekonomis dipakai trafo distribusi yg dibalik, primer 380 V
hubungan Yn teg sekunder 20 kV delta. Tiba di desa sebelah
diturunkan lagi dgn memakai trafo distribusi. Catatannya adalah
pd jaringan 20 kV sebaiknya dipasang monitoring gangguan hub

tanah, gangguan fase-fase bisa diamankan oleh fuse cut-out.


Modelnya adalah memasang relay 64 V (over voltage ground
fault). Krn 64 V ini tdk berarah, jadi hanya bisa memonitor saja.
Namun kalo hanya 1 penyulang saja (hanya yg ke desa sebelah),
mk 64 V bisa dibuat mentrip PMT. maksudnya tidak berarah itu
apa ya pak addin?? saya pernah dengar rele OCR directed /
berarah juga tapi blum faham?? trus bukannya di trafo distribusi
hubungan belitan sekunder nya harus Zig-zag? (agar beban
seimbang)?? thankz
addin- 09-04-2011
Re: trafo sebagai step up/step down
dear all, Kalau secara teori trafo step up bisa dijadikan step down
dengan membalik input. Apakah secara praktek bisa di lakukan
trafo daya step up difungsikan sebagai step down atau
sebaliknya? makasih Bisa dgn catatan hrs dilihat fungsinya.
Contoh. Sebh listrik desa 200 kW akan mengirimkan daya ke
desa sebelah dgn memakai teg 20 kV. Atas pertimbangan
ekonomis dipakai trafo distribusi yg dibalik, primer 380 V
hubungan Yn teg sekunder 20 kV delta. Tiba di desa sebelah
diturunkan lagi dgn memakai trafo distribusi. Catatannya adalah
pd jaringan 20 kV sebaiknya dipasang monitoring gangguan hub
tanah, gangguan fase-fase bisa diamankan oleh fuse cut-out.
Modelnya adalah memasang relay 64 V (over voltage ground
fault). Krn 64 V ini tdk berarah, jadi hanya bisa memonitor saja.
Namun kalo hanya 1 penyulang saja (hanya yg ke desa sebelah),
mk 64 V bisa dibuat mentrip PMT. maksudnya tidak berarah itu
apa ya pak addin?? saya pernah dengar rele OCR directed /
berarah juga tapi blum faham?? trus bukannya di trafo distribusi
hubungan belitan sekunder nya harus Zig-zag? (agar beban
seimbang)?? thankz Maaf baru buka lagi, maklum lebaran. Begini
pak. 64 V itu adalah Overvoltage ground fault. Pd sistem tdk
ditanahkan, gangguan 1 ph tdk kelihatan krn arus yg ada hanya
arus kapasitip (sangat kecil), shg dipasang 64V. Sumbernya dari
trafo 3 phase dihubung delta ttp ujung ph 3 tdk disambung dgn
pangkal ph 1. Keduanya dimasukkan kedalam relay 64 V. Bila
trjadi hubung tanah, kedua ttk ini bertegangan ttp tdk diketahui
di daerah mana (tdk berarah), shg operasinya harus main cobacoba, itu kalau ada beberapa penyulang. Klo hnya 1 penyulNG,
saya usulkan dibuat saja mentrip penyulang tsb. Trafo Distribusi
sebaiknya Zig-zag utk Teg Rendahnya, ttp PLN sendiri banyak
memasang hubungan yn. Demikian semoga sdh jelas ?

JB stuck- 09-07-2011
dear all, Kalau secara teori trafo step up bisa dijadikan step down
dengan membalik input. Apakah secara praktek bisa di lakukan
trafo daya step up difungsikan sebagai step down atau
sebaliknya? makasih Bisa dgn catatan hrs dilihat fungsinya.
Contoh. Sebh listrik desa 200 kW akan mengirimkan daya ke
desa sebelah dgn memakai teg 20 kV. Atas pertimbangan
ekonomis dipakai trafo distribusi yg dibalik, primer 380 V
hubungan Yn teg sekunder 20 kV delta. Tiba di desa sebelah
diturunkan lagi dgn memakai trafo distribusi. Catatannya adalah
pd jaringan 20 kV sebaiknya dipasang monitoring gangguan hub
tanah, gangguan fase-fase bisa diamankan oleh fuse cut-out.
Modelnya adalah memasang relay 64 V (over voltage ground
fault). Krn 64 V ini tdk berarah, jadi hanya bisa memonitor saja.
Namun kalo hanya 1 penyulang saja (hanya yg ke desa sebelah),
mk 64 V bisa dibuat mentrip PMT. maksudnya tidak berarah itu
apa ya pak addin?? saya pernah dengar rele OCR directed /
berarah juga tapi blum faham?? trus bukannya di trafo distribusi
hubungan belitan sekunder nya harus Zig-zag? (agar beban
seimbang)?? thankz Maaf baru buka lagi, maklum lebaran. Begini
pak. 64 V itu adalah Overvoltage ground fault. Pd sistem tdk
ditanahkan, gangguan 1 ph tdk kelihatan krn arus yg ada hanya
arus kapasitip (sangat kecil), shg dipasang 64V. Sumbernya dari
trafo 3 phase dihubung delta ttp ujung ph 3 tdk disambung dgn
pangkal ph 1. Keduanya dimasukkan kedalam relay 64 V. Bila
trjadi hubung tanah, kedua ttk ini bertegangan ttp tdk diketahui
di daerah mana (tdk berarah), shg operasinya harus main cobacoba, itu kalau ada beberapa penyulang. Klo hnya 1 penyulNG,
saya usulkan dibuat saja mentrip penyulang tsb. Trafo Distribusi
sebaiknya Zig-zag utk Teg Rendahnya, ttp PLN sendiri banyak
memasang hubungan yn. Demikian semoga sdh jelas ?mav pak
64 v itu berati sumbernya memakai 64Volt atau hanya simbol?
JB stuck- 09-07-2011
Re: trafo sebagai step up/step down
dear all, Kalau secara teori trafo step up bisa dijadikan step down
dengan membalik input. Apakah secara praktek bisa di lakukan
trafo daya step up difungsikan sebagai step down atau
sebaliknya? makasih Bisa dgn catatan hrs dilihat fungsinya.
Contoh. Sebh listrik desa 200 kW akan mengirimkan daya ke
desa sebelah dgn memakai teg 20 kV. Atas pertimbangan

ekonomis dipakai trafo distribusi yg dibalik, primer 380 V


hubungan Yn teg sekunder 20 kV delta. Tiba di desa sebelah
diturunkan lagi dgn memakai trafo distribusi. Catatannya adalah
pd jaringan 20 kV sebaiknya dipasang monitoring gangguan hub
tanah, gangguan fase-fase bisa diamankan oleh fuse cut-out.
Modelnya adalah memasang relay 64 V (over voltage ground
fault). Krn 64 V ini tdk berarah, jadi hanya bisa memonitor saja.
Namun kalo hanya 1 penyulang saja (hanya yg ke desa sebelah),
mk 64 V bisa dibuat mentrip PMT. maksudnya tidak berarah itu
apa ya pak addin?? saya pernah dengar rele OCR directed /
berarah juga tapi blum faham?? trus bukannya di trafo distribusi
hubungan belitan sekunder nya harus Zig-zag? (agar beban
seimbang)?? thankz Maaf baru buka lagi, maklum lebaran. Begini
pak. 64 V itu adalah Overvoltage ground fault. Pd sistem tdk
ditanahkan, gangguan 1 ph tdk kelihatan krn arus yg ada hanya
arus kapasitip (sangat kecil), shg dipasang 64V. Sumbernya dari
trafo 3 phase dihubung delta ttp ujung ph 3 tdk disambung dgn
pangkal ph 1. Keduanya dimasukkan kedalam relay 64 V. Bila
trjadi hubung tanah, kedua ttk ini bertegangan ttp tdk diketahui
di daerah mana (tdk berarah), shg operasinya harus main cobacoba, itu kalau ada beberapa penyulang. Klo hnya 1 penyulNG,
saya usulkan dibuat saja mentrip penyulang tsb. Trafo Distribusi
sebaiknya Zig-zag utk Teg Rendahnya, ttp PLN sendiri banyak
memasang hubungan yn. Demikian semoga sdh jelas ? pak
maksudnya sistem yang tidak ditanahkan itu apa ya? apa
maksudnya sistem itu DELTA..?? lalu pertimbangan suatu sitem
ditanahkan & tidak itu apa??
RSM- 09-07-2011
Sistem tidak ditanahkan bisa delta bisa bintang, maunya yang
disain. Itu maksud saya. Kayaknya saya sudah tulis diposting
yang lalu-lalu deh tolong deh dicari. Nggak enak rasanya nulis
berulang ulang untuk hal yang sama.
JB stuck- 09-07-2011
Sistem tidak ditanahkan bisa delta bisa bintang, maunya yang
disain. Itu maksud saya. Kayaknya saya sudah tulis diposting
yang lalu-lalu deh tolong deh dicari. Nggak enak rasanya nulis
berulang ulang untuk hal yang sama. ok ok ok :roll: :lol: :lol:
:lol: :lol:

addin- 09-07-2011
dear all, Kalau secara teori trafo step up bisa dijadikan step down
dengan membalik input. Apakah secara praktek bisa di lakukan
trafo daya step up difungsikan sebagai step down atau
sebaliknya? makasih Bisa dgn catatan hrs dilihat fungsinya.
Contoh. Sebh listrik desa 200 kW akan mengirimkan daya ke
desa sebelah dgn memakai teg 20 kV. Atas pertimbangan
ekonomis dipakai trafo distribusi yg dibalik, primer 380 V
hubungan Yn teg sekunder 20 kV delta. Tiba di desa sebelah
diturunkan lagi dgn memakai trafo distribusi. Catatannya adalah
pd jaringan 20 kV sebaiknya dipasang monitoring gangguan hub
tanah, gangguan fase-fase bisa diamankan oleh fuse cut-out.
Modelnya adalah memasang relay 64 V (over voltage ground
fault). Krn 64 V ini tdk berarah, jadi hanya bisa memonitor saja.
Namun kalo hanya 1 penyulang saja (hanya yg ke desa sebelah),
mk 64 V bisa dibuat mentrip PMT. maksudnya tidak berarah itu
apa ya pak addin?? saya pernah dengar rele OCR directed /
berarah juga tapi blum faham?? trus bukannya di trafo distribusi
hubungan belitan sekunder nya harus Zig-zag? (agar beban
seimbang)?? thankz Maaf baru buka lagi, maklum lebaran. Begini
pak. 64 V itu adalah Overvoltage ground fault. Pd sistem tdk
ditanahkan, gangguan 1 ph tdk kelihatan krn arus yg ada hanya
arus kapasitip (sangat kecil), shg dipasang 64V. Sumbernya dari
trafo 3 phase dihubung delta ttp ujung ph 3 tdk disambung dgn
pangkal ph 1. Keduanya dimasukkan kedalam relay 64 V. Bila
trjadi hubung tanah, kedua ttk ini bertegangan ttp tdk diketahui
di daerah mana (tdk berarah), shg operasinya harus main cobacoba, itu kalau ada beberapa penyulang. Klo hnya 1 penyulNG,
saya usulkan dibuat saja mentrip penyulang tsb. Trafo Distribusi
sebaiknya Zig-zag utk Teg Rendahnya, ttp PLN sendiri banyak
memasang hubungan yn. Demikian semoga sdh jelas ?mav pak
64 v itu berati sumbernya memakai 64Volt atau hanya simbol? 64
V adalah simbol dari standar (lupa standar dari mana), misalnya
saja utk Overcurrent memakai kode 51, kalau utk ground fault
51G, kalau tdk salah utkdifferential 87, under voltage 27, dst.
Kalau tdk salah kode ini dari 1 sd 99.
RSM- 09-08-2011
(64, 27,87 dll) adalah symbol dari ANSI Device No. dari 1 sampai
100.

Mr.Arif- 09-16-2011
(64, 27,87 dll) adalah symbol dari ANSI Device No. dari 1 sampai
100. salam kenal bwt semuanya... ane mw tanya misal qta punya
pembangkit terus mw dikoneksikan/jual ke PLN kira2 peralatan
yg qta dibutuhkan apa saja? misal trafo type nya apa?dan kabel
type apa? - apakah ada kapasitas minimal untuk bisa dijual ke
PLN?klo ada brapa kapasitas yg diizinkan? terimakasih.
RSM- 09-17-2011
Karena banyaknya kira2 yg anda tahu apa saja? Untuk
memudahkan kita memberikan pengarahan.
Mr.Arif- 09-18-2011
Karena banyaknya kira2 yg anda tahu apa saja? Untuk
memudahkan kita memberikan pengarahan. maaf mksdnya
banyaknya apa?pertanyaannya atw apa, jujur saya blm bgtu
mengerti dgn masalah ini. sdikit yg saya tahu menggunakan
penghantar Low Voltage Twisted Cable (LVTC).
RSM- 09-18-2011
Maksudnya banyaknya parameter yang diperlukan. Kalau cuma
tahunya twisted cable yah berarti anda tahunya tegangan rendah.
Saya sudah jawab diposting yang lain dan pertanyaannya sama
kok. Hari ini sebelum saya menjawab pertanyaan ini.
Mr.Arif- 09-19-2011
Maksudnya banyaknya parameter yang diperlukan. Kalau cuma
tahunya twisted cable yah berarti anda tahunya tegangan rendah.
Saya sudah jawab diposting yang lain dan pertanyaannya sama
kok. Hari ini sebelum saya menjawab pertanyaan ini. bgmn
jawabnya?postingannya bsa mnta url nya?

Kalau pakai trafo 5 ampere bisa gak y buat rangkaian


inverter dengan daya 250 watt?
terus bisa g menghidupkan televisi?

2 tahun lalu

(Penentu Putusan)
Lapor Penyalahgunaan

Sign in untuk Memilih Jawaban Terbaik

Jawaban (2)

Penjawab 1
Betul kata pak @Henkie..
Sumber tegangannya yg 12 volt mengharuskan Trafo yg dipakai adalah 250watt dibagi 12 volt : 20
amper lebih lah,sebab 12 x 20 baru 240 watt.
Jika trafo 20A sulit,bisa saja dipakai trafo 10A tetapi sumber DC nya harus dinaikkan jadi 24volt dgn
cara menyambung seri 2 aki.
Dengan trafo 5A sangat susah mendapat 250watt.Yg dekat2 saja paling banter dgn batu 24volt DC
utk menghasilkan 24x5=100watt.
Berapa Amper trafo yg dibutuhkan bermula dari berapa Volt DC yg digunakan sebagai input.

o
o

2 tahun lalu
Lapor Penyalahgunaan

Penjawab 2
Kalau trafonya jenis inti besi dan cuma 5 amper, menggunakan tegangan 12 volt accu, maka
hasilnya, secara ideal, tanpa memperhitungkan rugi-rugi karena panas, magnetik, hanya 5 amper di
kali 12 volt sama dengan 60 Watt !
Kalau mau yang bisa 250 Watt, maka anda butuh trafo yang bisa menghasilkan arus 20.83 amper
sedikitnya !
materi referensi:

NAMA PRODUK
SPESIFIKASI
HARGA
Trafo 2 Amp CT- Trafo
step
down
CT 1-49 Rp.32.000,00
18V Universal
- Tegangan input primer:
110V / 220V / 230V @ AC
50Hz.
- Tegangan output sekunder: 50-99 Rp.29.500,00
9V
/
15V
/
18V.
- Arus output sekunder:
maks. 2 A.
100> Rp.27.000,00
Trafo 10 Amp 0- Trafo step down dengan 2 1-9 Rp.297.000,00
32V & 500 mA CT- bagian
sekunder
18V Belt
- Tegangan input primer (2
kumparan): 110V / 117V @
AC
50Hz. 10>Rp.285.000,00
- Tegangan output sekunder
1: 12V / 15V / 18V / 20V / 25V
/ 28V
/ 32V, non CT.
- Arus output sekunder 1:
maks.
10
A.

- Tegangan output sekunder


2: 12V / 15V / 18V, CT.
- Arus output sekunder 2:
maks. 500 mA.
Hybrid
Telp Hybrid
Telephone 1-49 Rp.25.000,00
Transformer
Transformer untuk matching
impedance
dengan
line
telepon
pada
rangkaian
antarmuka telepon (Tx & 50> Rp.24.000,00
Rx).
- Frekuensi respon: 300
3400Hz.
- Longitudinal balance sesuai
standar
FCC
part
68.
- Line impedance: 600 ohm.
- Tx & Rx impedance: 600
ohm.
Trafo 3 Amp CT- Trafo
step
down
CT 1-24 Rp.48.500,00
18V Universal
- Tegangan input primer:
110V / 120V / 220V / 240V @
AC
50Hz.
- Tegangan output sekunder 25-99
6V / 12V / 15V / 18V. Rp.46.000,00
- Arus output sekunder:
maks. 3A.
100>
Rp.44.000,00
Trafo 1 Amp 0-18V Trafo step down non CT 1-49
Belt
- Tegangan input primer: Rp.23.500,00
110V / 220V @ AC 50Hz.
- Tegangan output sekunder:
6V / 9V / 12V / 15V / 18V.
- Arus output sekunder: 50-99
maks. 1 A.
Rp.22.500,00

100>
Rp.21.000,00
Trafo 3 Amp 0-20V Trafo step down non CT 1-24
Universal
- Tegangan input primer: Rp.48.500,00
110V / 220V / 240V @ AC
50Hz.
- Tegangan output sekunder
6V / 7,5V / 9V / 12V / 15V / 25-99
18V
/
20V. Rp.46.000,00
- Arus output sekunder:
maks. 3A.
100>
Rp.44.000,00
Trafo 5 Amp 0-20V Trafo step down non CT 1-24
Universal
- Tegangan input primer: Rp.66.000,00
110V / 120V / 220V / 240V @
AC
50Hz.
- Tegangan output sekunder:
6V / 9V / 12V / 15V / 18V / 25-99
20V.

- Arus output
maks. 5 A.

sekunder:
Rp.61.000,00

100>
Rp.59.000,00
Trafo 5 Amp CT & Trafo step down dengan 2 1-24
500
mA
0- bagian
sekunder Rp.66.000,00
12VUniversal.
- Tegangan input primer:
110V / 220V @ AC 50Hz.
- Tegangan output sekunder
1: 12V / 18V / 25V / 32V, CT. 25-99
- Arus output sekunder 1: Rp.61.000,00
maks.
5
A.
- Tegangan output sekunder
2: 6V / 9V / 12V, non CT.
- Arus output sekunder 2:
100>
maks. 500 mA.
Rp.59.000,00
Trafo 500 mA 0- Trafo step down non CT
1-49
12V Universal.
Rp.21.000,00
- Tegangan input primer:
110V / 220V / 240V @ AC
50Hz.
- Tegangan output sekunder: 50-99
3V / 4,5V / 6V / 7,5V / 9V / Rp.20.000,00
12V.
- Arus output sekunder:
maks. 500 mA.
100>
Rp.19.000,00
Trafo 2 Amp 0-20V Trafo step down non CT 1-49
Universal
- Tegangan input primer: Rp.30.000,00
110V / 220V / 240V @ AC
50Hz.
- Tegangan output sekunder:
6V / 9V / 12V / 15V/ 18V / 50-99
20V.
Rp.28.500,00
- Arus output sekunder:
maks. 2 A.
100>
Rp.26.000,00

DAN JENIS LAINNYA

Anda mungkin juga menyukai