PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asesmen adalah proses mengamati sebuah sampel dari perilaku seorang murid
dan mengambil kesimpulan mengenai pengetahuan dan kemampuan murid tersebut
(Ormrod, 2008). Pada intinya, proses asesmen melibatkan perilaku dan sampel yang
dalam hal ini adalah murid.
Di dalam pendidikan sendiri, asesmen seharusnya didasarkan pada
pengetahuan mengenai belajar dan bagaimana kompetensi berkembang dalam dalam
materi yang diajarkan oleh guru. Hal ini jelas untuk membuat suatu asesmen dimana
pendidik dapat menggunakannya untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan
mengontrol hasil belajar murid serta cara mengajar yang kompleks.
Dari berbagai macam penelitian, ditemukan bahwa para guru mempraktekkan
bagaimana mengaplikasikan keterampilan yang dimiliki untuk tujuan nyata dan jelas.
Penilaian kinerja dari jawaban yang relative pendek sampai pada proyek jangka
panjang yang meminta para siswa untuk memeperagakan hasil kinerjanya. Hal ini
membutuhkan peran serta pemikiran tingkat tinggi murid untuk menyatukan
kemampuan yang berbeda-beda. Dalam suatu sistem penilaian yang lengkap,
seharusnya terdapat keseimbangan dalam penilaian kerja.
Dalam kegiatan belajar mengajar, asesmen dianggap sangat penting karena
selain dapat mengevaluasi hasil belajar peserta didik, juga dapat menjadi motivasi
bagi peserta didik agar dapat mencapai hasil yang maksimal.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Asesmen?
2. Apa saja jenis, fungsi, dan pengukuran hasil belajar dari asesmen?
1|Asesmen Pendidikan
C. Tujuan
Memahami definisi Asesmen.
Memahami jenis, fungsi, dan pengukuran hasil belajar dari asesmen.
Memahami apa saja yang terdapat dalam asesmen pendidikan.
Memahami penerapan Asesmen dalam pendidikan.
D. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
Evaluasi dan prestasi belajar menurut (Utami Munandar, 2004)
A.
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Menurut pemahaman
2|Asesmen Pendidikan
kami, proses penilaian menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai
dengan kriteria tata evaluasi yang ada.
Tujuan dan fungsi asesmen adalah agar dapat mengetahui kemajuan
perubahan tingkah laku siswa sebagai proses hasil belajar dan mengajar yang
melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu kegiatan belajar siswanya itu.
Fungsi Evaluasi ada lima :
1.
Fungsi administratif
Untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku rapor .
2.
Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan.
3.
Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan
merencakan program remidial teaching.
4.
Sebagai sumber data BP yang dapat memasok data siswa tertentu yang
memerlukan bimbingan dan penyuluhan.
5.
Sabagai bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang
yang merupakan perkembangan kurikulum, metode dan alat untuk proses PMB
(Proses Mengajar Belajar).
Fungsi penilaian dalam proses pendidikan (dalam Suyabrata, Sumadi 2002)
Dasar psikologis.
Dalam setiap usaha manusia selalu dibutuhkan penilaian usaha-usaha yang
dilakukan. Berguna bagi bahan orientasi untuk menghadapi usahanya yang lebih
jauh. Secara psikologis orang selalu butuh mengetahui sejauhmana dia menuju
ketujuan yang harus dicapai.
1.
Dasar dedaktis
Mengenai dasar didaktis dapat ditinjau dari 2 segi yaitu :
Ditinjau dari segi anak didik
Ditinjau dari segi guru
2.
Dasar administratif
Menilai hasil-hasil pendidikan yang mempunyai dasar administratif yang
berwujud rapor maka dapat dipenuhi berbagai kebutuhannya.
Selanjutnya selain memiliki fungsi-fungsi seperti diatas evaluasi juga
mengandung fungsi psikologis yang cukup signifikan. Bagi siswa maupun guru dan
orang tua. Bagi siswa, penilaian guru merupakan alat bantu untuk mengatasi
kekurang mampuan atau ketidakmampuannya dalam diri sendiri. Dengan mengetahui
3|Asesmen Pendidikan
Ragam Evaluasi
Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan
Evaluasi Sumatif
Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai ulangan umum yang
dilakukan unutk mengukur kinerja akademik atau prestasi siswa pada akhir periode
pelaksanaan program pengajaran.
Ujian Akhir Nasional
Yang disebut juga EBTANAS (dulu) pada prinsipnya sama dengan evaluasi
sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan status dari siswa.
4|Asesmen Pendidikan
peristiwa, tingkah laku atau fenoena dengan pengamatan langsung, namun observasi
harus dibedakan dari eksperimen karena pada umumnya dipandang sebagai salah satu
cara observasi.
Prestasi Belajar
a. Indikator prestasi belajar
Pada prinsipnya pengukapan hasil belajar ideal meliputi semua ranah psikologis
yang berubah seagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa namun, perubahan
tingkahlaku ranah rasa murid sangat sulit. Disebabkan karena disebabkan perubahan
hasil belajar yang bersifat intangible ( tidak dapat diraba ) oleh karena itu yang dapat
dilakukan guru dalam hal ini hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang
dianggap penting dan diharapkan dapat menceinkan perubahan sebagai hasil belajar
siswa baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa.
b. Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar
Ada 2 macam pendekatan dalam mengevaluasi / menilai tingkat keberhasilan
yakni :
Norm-referencing dan criterion-referencing. Di Indonesia pendekatan-pendekatan
ini lazim diseut sebagai penilaian acuan norma dan penilaian acuan kriteria :
Penilaian Acuan Norma
Prestasi belajar seorang peserta didik diukur dengan cara membandingkannya
dengan prestasi yang dicapai teman-temn sekelas atau sekelompoknya, jadi
pemberian skor atau nilai merujuk pada hasil perbandingan yang diperoleh temanteman sekelompoknya dengan skornya sendiri
Penilaian Acuan Kriteria
Penilaian dengan pendekatan ini merupakan proses pengukuran pestasi belajar
dengan cara membandingkan pencapaian seorang siswa dengan pelbagai perilaku
ranah yang telah ditetapkan sebagai patokan absolut. Karena itu dalam
mengimplementasikan penilaian acuan kriteria diperlukan kriteria mutlak yang
merujuk pada tujuan pembelajaran umum dan khusus. Nilai atau kelulusan seorang
siswa bukan berdasar dengan nilai yang dicapa oleh rekan-rekan sekelomponya tetapi
ditetukan oleh penguasannya atas materi pelajaran hingga batas yang sesuai dengan
tujuan instruksional.
c. Batas Minimal Prestasi Belajar
6|Asesmen Pendidikan
Peran Guru
7|Asesmen Pendidikan
Ada beberapa peran guru dalam ujian standar, yaitu mempersiapkan murid
untuk mengerjakan ujian, melaksanakan ujian, memahami dan menginterpretasikan
hasil ujian dan menyampaikan hasil tes pada orang tua. Guru juga menggunakan nilai
ujian untuk membuat rencana dan meningkatkan instruksi.
Mempersiapkan Murid untuk Mengikuti Tes Standar
Semua murid berhak untuk mengeluarkan apa yang terbaik di dalam diri
mereka dengan mengerjakan tes dengan baik.
Menjalankan Tes Standar.
Kebanyakan ujian standar mengungkapkan secara rinci cara tes tersebut
dilaksanakan. Misalnya adalah mengatur ruang tes, apa yang dilakukan saat ujian,
cara mendistribusikan lembar soal dan jawaban, dan mengatur waktu tes. Saat
menjalankan tugas, ruangan harus disesuaikan dengan standar yang ada, misalnya
ruang tes cukup terang dan memiliki ventilasi yang baik. Sebisa mungkin tempat
duduk diatur sehingga tidak menimbulkan tindakan curang antar peserta ujian .
Pastikan menulis waktu awal dan akhir tes di papan tulis. Sehingga murid bisa
memulai tes bersamaan dan selesai pada waktu yang bersamaan juga. Setelah semua
murid selesai, soal dikumpulkan dan hitung naskah soal dan lembar jawaban. Jangan
lupa untuk mencatat setiap insiden yang mungkin bisa menggugurkan hasil tes murid.
Memahami dan Menginterpretasikan Hasil Tes
Memahami dan menginterpretasikan tes berguna jika guru mengadakan
pertemuan dengan orangtua murid untuk membahas murid dikelas. Memahami dan
menginterpretasikan tes ini memerlukan pengetahuan tentang statistik deskriptif
dasar.
Mengkomunikasikan hasil tes pada orang tua :
Menggunakan Tes Standar untuk Merencanakan dan Meningkatkan Instruksi
8|Asesmen Pendidikan
Guru dapat menggunakan nilai tes standar dari akhir tahun sebelumnya untuk
merencanakan intruksi untuk tahun selanjutnya dan mengevaluasi efektivitas intruksi
setelah isi materi diajarkan. Setiap penggunaan hasil ujian standar harus diiringi
dengan informasi dari sumber yang lain. Sebelum intruksi hasil tes standar mungkin
menunjukkan kemampuan umum murid dikelas, sehingga guru bisa memilih materi
yang tepat untuk pengajaran setahun kedepan. Guru tidak boleh mempunyai
ekspektasi tinggi atau rendah terhadap kelas itu, guru harus melihat kondisi kelas
yang sebenarnya. Sehingga jika dari tes kesiapan berhitung menunjukkan bahwa
kelas secara keseluruhan kurang memiliki keahlian berhitung, maka guru harus lebih
berhati-hati dalam memilih materi yang mampu dipahami oleh murid.
Dalam menggunakan tes standar untuk merencanakan dan meningkatkan
instruksi, penting untuk tidak hanya melihat dari tes standar ini dalam membuat
keputusan, tapi guru juga harus melihat dari komentar guru sebelumnya, observasi,
dan penilaian lainnya. Penting juga untuk memastikan bahwa nilai tes murid
merefleksikan penilaian yang adil.
9|Asesmen Pendidikan
perspektif bagus untuk debat tes standar ini dengan mengatakan bahwa jika tes
standar dipakai secara benar, maka akan berguna untuk memberikan informasi yang
lebih baik mengenai pertanyaan gambar besar: Apakah seorang murid telah
memiliki kemapuan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Akan tetapi,
sebenarnya tes standar ini hanya memberikan sebagian dari gambaran penilaian dan
memiliki keterbatasan. Maka dari itu Worthen dan Spandel mendesak para guru untuk
menghindari penyalahgunaan tes atau hasil tes. Selain itu keduanya juga mendesak
para guru untuk memahami kemampuan dan keterbatsan tes standar, agar mereka
tidak mengharapkan lebih dari tujuan tes tersebut. Karena worthen dan Spandel
mengatakan bahwa tes standar hanyalah salah satu dari banyak penilaian yang
digunakan untuk mengevaluasi murid. Ronald Hambleton (1996) menyimpulkan
bahwa tes standar pilihan ganda tidak mungkin ditinggalkan semuanya, akan tetapi
dia memperkirakan bahwa akan lebih banyak keseimbangan dalam penilaian dengan
menggunakan tugas menulis, tes kinerja, ujian simulasi komputer, proyek, dan
portofolio. Beberapa pakar juga percaya bahwa ujian negara beresiko tinggi harus
mencakup penilaian alternatif.
Diversitas dan Tes Standar
Berdasarkan fakta pada kartu laporan dari National Assessment of
Educational Progress (Riley, 1997), menyatakan bahwa murid-murid AfrikaAmerika , Latino, dan suku Indian Asli menunjukkan level profisiensi yang rendah
diantara semua kelompok murid pada pelajaran matematika, sains, membaca,
menulis, sejarah, geografi, dan sastra.
Perhatian khusus adalah pada bias kultural dalam tes dan arti penting dari
pembuatan tes yang responsif secara kultural untuk keperluan diagnostik dan
instruksional. Bias kultural menjadi perhatian utama dalam tes standar, maka penting
untuk menilai murid dengan menggunakan berbagai macam metode. Beberapa pakar
11 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
12 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
13 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
Pra-instruksi
Apakah
Selama instruksi
murid
memiliki
saya Apakah
Pasca-instruksi
murid
pengetahuan
yang
dan
telah
dipelajari
murid saya?
saya
menarik
bagi
akan Apakah
murid memahami
saya?
Apa
murid
pelajaran?
yang
akan Kepada
murid
mana Apakah
saya
perlu
tidak
dipahami
kelas
grade
yang
saya?
Berapa lama saya harus Apa
mengajarkan
tipe
pertanyaan Berapa
mesti
gunakan?
saya menjawab
murid?
pertanyaan beritahukan
kepada
murid?
saya
harus Bagaimana
saya
bisa
pengajaran
nanti?
Apa tipe pembelajaran Siapa murid yang butuh Apakah nilai tes benarkelompok yang harus bantuan tambahan?
benar
merefleksikan
saya gunakan?
pengetahuan
dan
kemempuan murid?
Apa sasaran atau tujuan Murid mana yang mesti Apakah ada yang salah
pembelajaran saya?
dibiarkan sendiri?
sejumlah metode seperti soal pilihan ganda, soal esai, dan portofolio.Penilaian
ini memberi pandangan lebih luas terhadap pembelajaran dan prestasi siswa.
4. Menetapkan standar kinerja yang tinggi. Tren lainnya adalah tuntuta untuk
mencapai standar kinerja yang tinggi bahkan kelas dunia.
5. Menggunakan komputer sebagai bagian dari penilaian. Komputer bisa
digunakan untuk menyusun dan mengelola ujian dan membuat format
penilaian yang berbeda dalam bentuk multimedia.
Tren dalam penilaian kelas ini juga mencakup penilaian keahlian yang di
integrasikan, memberikan umpan balik kepada murid, dan menetapakan standar serta
kriteria secara terbuka.
Ujian Tradisional
Ujian tradisional adalah ujian yang biasanya menggunakan kertas soal dan
jawaban dimana murid mengerjakan soal pilihan, menghitung, memberi jawaban
pendek, atau menulis essay. Bahasan kita terrhadap ujian tradisional berfokus pada
dua tipe soal utama dalam penilaian ini: (1) soal dengan jawaban memilih; dan (2)
soal yang harus dijawab murid
1. Soal Jawaban Pilihan
Soal jawaban pilihan menggunakan format objektif yang akan mempercepat
penilaian hasil jawaban murid. Penilaian untuk jawaban yang benar dibuat dan dapat
diaplikasikan oleh penguji atau dengan menggunakan komputer. Bentuk soal yang
paling sering ditemui adalah soal benar/salah, soal pilihan ganda, dan soal
mencocokkan pertanyaan dengan jawaban.
17 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
Soal Benar/Salah
Bentuk soal ini meminta murid untuk menandai apakah sebuah penyataan benar atau
salah
Contoh: Malang adalah salah satu kota yang berada di Jawa Timur Benar Salah
Berikut adalah tabel kelebihan dan kekurangan soal benar/salah
Kelebihan
Kekurangan
1. Soal cocok untuk pernyataan yang 1. Sulit untuk menulis soal pada level
mengandung dua alternatif jawaban saja
pemahaman
yang benar
3. Dalam periode waktu tertentu, ada 3. Tidak ada informasi diagnostik yang
relatif banyak soal yang dapat dijawab
4.
Penilaianya
mudah,
objektif,
reliabel
unsur tebak-tebakan
dalam
pernyataan
benar/salah
harus
dihindari
karena
cenderung
18 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
benar/salah. Pernyataan yang benar harus benar dalam segala situasi dan tidak
mengandung makna barangkali atau kemungkinan. Istilah yang kabur seperti
jarang dan sering harus dihindari.
Gunakan kata negatif dengan efisien, jangan lebih dari satu
Hindari petunjuk berlebihan. Pernyataan yang memuat hal absolut seperti selalu,
tidak pernah, semua, tidaksatu pun, dan hanya, akan cenderung salah. Pernyataan
dengan kualifikasi seperti biasanya, mungkin, kadang-kadang, cenderung akan
benar. Hilangkan petunjuk ini untuk menyeimbangkan soal benar dan salah.
2.
Soal pilihan ganda adalah soal tes objektif yang terdiri dari dua bagian yaitu: soal,
dan satu set jawaban yang mungkin. Soal berbentuk pertanyaan atau pernyataan, dan
dilengkapi dengan satu set jawaban yang harus dipilih dengan tepat. Jawaban yang
salah disebut dengan distractor (pengganggu). Contoh:
Berapa jumlah roda sepeda motor?
(soal)
A. 2
(jawaban benar)
B. 4
(distractor)
C. 6
(distractor)
D. 8
(distractor)
Kekurangan
Hasil yang sederhana sekaligus kompleks Penyusunan soal memakan banyak waktu
dapat diukur
Tugasnya sangat terstruktur dan jelas
beberapa
tipe
pemecahan
19 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
masalah
dan
kemampuan
yang
membaca
Jangan sampai murid bisa membuat perbedaan sempit di antara pilihan jawaban
Jangan terlalu banyak menggunakan jawaban "tidak satu pun jawaban benar" dan
"semua jawaban benar". Juga jangan menggunakan variasi "A dan B" benar atau
"C dan D benar kecuali A"
Jangan menggunakan kata yang sama dengan yang ada di buku pegangan saat
menulis pertanyaan
3.
Soal Pencocokan
Bentuk soal ini sering dipakai untuk murid muda, di mana murid harus mencocokkan
satu kelompok soal secara tepat dengan satu kelompok jawaban (Hambleton, 1996).
Pencocokkan terutama sesuai untuk menilai asosiasi atau hubungan antara dua set
informasi. Dalam format soal pencocokkan yang lazim, guru meletakkan satu daftar
istilah pada sisi kiri halaman dan deskripsi atau definisi istilah itu pada sisi kanan
halaman. Dalam format lainnya, disediakan ruang kosong di sebelah masing-masing
istilah, tempat murid harus menuliskan angka atau huruf yang mewakili deskripsi
yang benar. Saat menggunakan bentuk soal ini, sebaiknya membatasi jumlah soal
yang hendak dicocokkan menjadi tidak lebih dari delapan atau sepuluh. Banyak pakar
merekomendasikan penggunaan tak lebih dari lima atau enam soal per set (Linden,
1996). Ujian pencocokkan dapat mempermudah guru karena (Pophamn, 2000): (1)
bentuknya yang padat tidak membutuhkan banyak tempat, dan karenanya mudah
untuk menilai banyak informasi secara efisien; dan (2) dapat dinilai dengan mudah
dengan menggunakan template jawaban yang benar.
Namun, ujian ini mungkin cenderung menyuruh murid menghubungkan informasi
yang tidak penting. Kebanyakan soal pencocokkan mensyaratkan murid untuk
menghubungkan informasi yang mereka ingat, walaupun soal itu dapat disusun untuk
mengukur keahlian kognitif secara lebih kompleks.
Format Penilaian Objektif Lain
21 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
Ujian objektif atau jawaban pilihan lainnya dapat menggunakan bentuk audiovisual
dan seperangkat probelm.
Format audiovisual memudahkan kita untuk membuat dan menunjukkan slide
dan rekaman video. Murid diberi problem, dalam bentuk audiovisual dan diminta
membuat keputusan tentang apa yang akan terjadi atau bagaimana memecahkan
masalah. Murid memilih jawaban dari satu set opsi, seperti dalam soal pilihan
ganda bentuk tulisan. Keuntungan utamanya adalah format ini dapat
menggambarkan dunia real dan dapat dipakai untuk mengevaluasi keahlian
kognitif yang lebih tinggi. Kekurangan utamanya adalah akan memakan banyak
biaya dan waktu.
Seperangkat problem adalah menyajikan dua atau lebih pilihan ganda atau
jawaban pendek-objektif yang mengacu pada satu stimulus, seperti ilustrasi,
grafik, atau pesan. Misalnya, untuk pelajaran matematika, sebuah grafik
ditampilkan bersama dengan serangkaian soal pilihan ganda. Dalam studi sosial
atau sejarah, peta dapat menjadi stimulus untuk beberapa soal. Beberapa murid
mengatakan bahwa format problem ini tampak lebih realistis daripada soal yang
independen dan diskret.
Cara Untuk Mengevaluasi Soal Tes
Salah satu cara untuk mengevaluasi soal tes adalah melakukan analisis soal tersebut.
Salah satu metodenya adalah menghitung tingkat kesulitan tes. Metode lainnya adalah
menentukan seberapa baikkah soal itu bisa membedakan antara murid yang mampu
dan tidak.
Indeks kesulitan soal adalah presentase murid yang mendapatkan jawaban yang
benar. Untuk menghitung indeks kesulitan masing-masing soal, terdapat beberapa
langkah, yaitu
22 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
Soal yang harus dijawab adalah soal yang mensyaratkan agar murid menuliskan
informasi, bukan memilih dari suatu opsi. Bentuk yang paling lazim adalah soal essay
dan jawaban singkat.
Soal dengan jawaban pendek adalah format soal-jawab di mana murid diminta
23 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
untuk menulis jawaban dalam kalimat pendek. Format jawaban pendek ini dapat
memberikan penilaian atas pemecahan masalah untuk berbagai macam materi
pelajaran. Kekurangan pertanyaan jenis ini adalah pertanyaan ini membutuhkan
penilaian dan biasanya hanya mengukur daya ingat. Melengkapi kalimat adalah
variasi dari soal dengan jawaban pendek, di mana murid mengekspresikan
pengetahuan dan keahlian mereka dengan melengkapi suatu kalimat.
Essay. Soal essay memberi lebih banyak kebebasan untuk menjawab pertanyaan,
tetapi membutuhkan lebih banyak kalimat daripada format lain. Soal essay sangat
baik terutama untuk menilai pemahaman murid mengenai suatu materi, keahlian
berpikir level tinggi, kemampuan untuk mengorganisasikan informasi, dan
keahlian menulis. Saran untuk menulis soal esai yang baik antara lain :
Spesifikasikan batasan. Beri penjelasan mengenai batas panjang jawaban dan
bobot nilai untuk masing-masing soal
Susun soal dengan baik dan jelaskan tugasnya. Jelaskan apa yang harus murid
tulis. Soal essay yang lebih tertata akan membuat murid harus lebih banyak
berpikir
Ajukan pertanyaan secara langsung
Kelebihan
Kekurangan
Level tertinggi dari hasil pembelajaran Prestasi tidak bisa dibuat sampel secara
(analisis, sintesis, evaluasi) dapat diukur
Integrasi dan aplikasi ide dapat ditekankan Sulit untuk menghubungkan jawaban essay
dengan
hasil
pembelajaran
yang
penilaian autentik dan tidak bisa menilai pengetahuan dan keahlian dasar secara
memadai.
2.
telah
dideskripsikan
sebagai
berpindah
dari
"mengetahui"
ke
efektif sebagai bagian dari penilaian. Kriteria kinerja akan membantu guru
melampaui deskripsi umum dalam menentukan apa yang perlu dilakukan murid.
Kriteria kinerja membantu observasi lebih sistematis dan fokus. Sebagai
pedoman, kriteria ini akan mengarahkan observasi.
Terakhir adalah memberi nilai kinerja. Rubrik penilaian menggunakan kriteria
yang dipakai untuk menilai kinerja, penilaian kualitas kinerja, nilai yang harus
diberikan dan apa maknanya, serta bagaimana tingkat kualitas yang berbeda-beda
harus dideskripsikan dan dibedakan dari satu murid ke murid lain. Salah satu
strategi untuk menyusun rubrik adalah berdasarkan contoh-contoh dari kerja
murid. Contoh-contoh ini dapat dianalisis untuk menentukan deskriptor-deskriptor
yang membedakannya. Ia juga bisa dipakai sebagai patokan untuk membuat
penilaian dan ditujukkan kepada murid untuk mengilustrasikan dimensi-dimensi
dari rubrik tersebut. Sebuah "jangkar" atau patokan adalah sampel dari kerja atau
kinerja siswa yang dipakai untuk menentukan standar kinerja bagi level rubrik.
Jadi, dalam sebuah paragraf yang mendeskripsikan enam level kinerja dalam
pelajaran menulis dapat dilampirkan tiga sampel tulisan untuk mengilustrasikan
beberapa level :
Mengevaluasi Penilaian Berbasis Kinerja. Banyak psikolog pendidikan
mendukung penilaian berbasis kinerja. Mereka percaya penilaian berbasis kinerja
akan membuat murid lebih aktif dalam pembelajaran dan mendorong pemikiran
pada level yang lebih tinggi, mengukur hal-hal yang benar-benar penting dalam
kurikulim, dan penilaian dapat dikaitkan dengan pengalaman dunia riil.
Walaupun dukungan pada penilaian berbasis kinerja sangat tinggi di banyak
kawasan di AS dan Kanada, namun implementasi efektifnya masih menghadapi
kendala. Dibanding tes objektif, penilaian kinerja sering membutuhkan banyak
waktu dalam penyusunannya, pelaksanaaannya dan penilaiannya. Banyak tes
kinerja tidak memenuhi standar validitas dan reliabilitas yang ditetapkan oleh
kelompok pendidikan seperti American Educational Research Association,
American Psychological Association, dan National Council on Measurement in
28 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
Education.
Tetapi, para pendukung tes tradisional juga mengakui bahwa tes tradisioonal tidak
mengukur semua yang dipelajarimurid. Walaupun perencanaan, penyusunan dan
penilaian tes kinerja masih sulit, guru harus berusaha keras untuk memasukkan tes
kinerja sebagai aspek penting dari pengajaran mereka.
3.
Penilaian Portofolio
Sebuah portofolio terdiri dari sekumpulan hasil karya murid yang sistematis dan
terorganisir, yang menunjukkan keahlian dan prestasi murid. Sebuah portofolio
adalah sekumpulan hasil kerja yang berguna untuk memberi tahu kita tentang
kemajuan dan prestasi siswa. Portofolio dapat mencakup banyak tipe karya,
seperti contoh tulisan, entri jurnal, rekaman video, catatan komunikasi dengan
bahasa asing, penilaian diri, dan prestasi-prestasi lainnya. Portofolio dapat
dikumpulkan pada kertas, foto, dan rekaman, video, atau disket, atau harddisk
komputer, atau CD-ROM.
Empat kelompok bukti yang dapat diletakkan dalam portofolio adalah artifak,
reproduksi, kesaksian atau pengesahan karya, dan produksi. Artifak adalah
dokumen atau produk, seperti papaer dan pekerjaan rumah siswa, yang dihasilkan
selama masa akademik normal di kelas
Reproduksi adalah dokumentasi kerja murid di luar kelas, seperti proyek
spesial atau wawancara
Pengesahan atau atestasi merepresentasikan dokumentasi kemajuan murid
yang dibuat oleh guru atau orang berwenang lainnya
Produksi adalah dokumen yang dibuat murd terutama untuk portofolio
Menggunakan Portofolio Secara Efektif. Penggunaan portofolio secara efektif
untuk penilaian membutuhkan 5 hal yaitu:
1. Menentukan tujuan
29 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
lainnya,
beberapa
guru
memberi
kesempatan
murid
untuk
31 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
32 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
33 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
bila jenis kurikulum bersifat dinamis karena materi selalu berubah mengikuti era
zaman dan bertujuan untuk mengembangkan kreativitas. Kriteria grading adalah :
- Memberikan skor pada semua murid
- Mencari nilai rata-rata kelompok
- Mencari besar kecil simpang baku
- Membuat pedoman skala yang dikehendaki
- Menentukan nilai masing-masing murid sesuai pedoman yang telah dibuat
2. Grading berdasar kriteria
Grading yang didasarkan pada proporsi poin pada level penguasaan yang
diharapkan telah dicapai dalam keahlian kinerja sehingga terdapat standar-standar
nilai yang telah ditentukan sebelumnya dalam memberikan penilaian. (Airasian, 2001
dalam Santrock, 2004).
Grading ini dapat digunakan pada pendidikan dengan asumsi pedagogik,
dengan pertimbangan bahwa keragaman kendala dalam kemampuan murid
merupakan hal yang dapat dikurangi. Maka dari itu pendidik seharusnya mampu
memacu peserta yang pintar dan membantu yang. Grading ini biasanya juga
digunakan dalam kurikulum yang bersifat statis atau tetap yaitu tidak mengalami
perubahan.
3. Grading berbasis standar
Grading ini merupakan pembaruan dari grading berdasar kriteria. Disini
terdapat standar-standar yang memang harus dicapai oleh murid. (Santrock, 2004).
Aspek Kerja Siswa
Dalam proses grading terdapat bermacam-macam alternatif yang dapat
digunakan, seperti pekerjaan rumah, tugas kelas, tugas kelompok, ulangan harian,
catatan harian, dsb. Hal ini merupakan pembantu para guru dalam membandingkan
kemampuan setiap siswa. Tidak sedikit pula guru yang memberi imbuhan pada
penilaian mereka berupa penilaian afeksi dan psikomotor. Untuk mengevaluasi siswa
yang berhasil dalam psikomotornya adalah dengan observasi, mengenai peristiwa,
34 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
tingkah laku, atau fenomena lain dan pengamatan langsung. Hal ini juga dapat
digunakan untuk melihat tingkat validitas dan reliabilitas.
Pertimbangan Jenis Bukti yang Berbeda.
Dalam penilaian ini, guru biasanya membandingkan nilai siswa dalam
berbagai bentuk, seperti tugas kelompok, tugas rumah, tugas lapangan, ulangan
harian, nilai akan bermacam-macam dan itu akan membantu guru untuk menentukan
nilai secara objektif dengan melihat keseluruhan dari hasil belajar siswa. Dengan ata
lain pendidik mensintesiskan informasi-informasi dari berbagai aspek untuk menilai
siswa.
Melaporkan Kemajuan dan Nilai Siswa ke Orang Tua
Dalam (Santrock, 2004), nilai merupakan metode yang umum dalam
menyampaikan informasi pada orang tua siswa tentang kinerja siswa selama proses
belajar. Akan tetapi, nilai memberikan informasi yang sangat terbatas pada hal-hal
yang diujikan dan dijadikan sebagai standar penilaian sehingga mengakibatkan nilai
yang diinformasikan kurang spesifik. Karena hal inilah diperlukan bentuk atau
penjelasan lain yang lebih lengkap dan spesifik yang dapat disampaikan kepada
orangtua siswa.
-
Kartu laporan,
Bentuk laporan kinerja siswa selama proses belajar dalam bentuk kartu yang
berisi huruf mulai A hingga F, atau bahkan nilai angka serta dengan imbuhan
35 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
pesan kepada orang tua dalam hal bagaiana membantu anak meningkatkan
-
kemampuannya.
Konferensi orang tua-guru,
Dalam mengetahui hasil kerja anak, orang tua memiliki hak untuk mengetahui
keadaan serta hasil penilaian terhadap anaknya. Konferensi sendiri berguna
untuk orang tua terkait bagaimana mereka mampu menjadi rekan dan
membantu anak belajar dengan lebih baik dan meningkatkan prestasinya.
BAB III
STUDI KASUS
Paparan Kasus
36 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
37 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
2. Adanya standar yang sama untuk setiap mata pelajaran sebagai standar minimum
pencapaian kompetensi.
Adanya UN ini menimbulkan kontroversi antara kaum yang menyetujui
diadakannya UN dan kaum yang tidak menyetujui adanya UN.
Analisa Kasus
UN dapat dikatakan sebagagai tes beresiko tinggi dimana tes beresiko tinggi
menggunakan tes dengan cara sedemikian rupa yang mengandung konsekuensi
penting bagi murid, mempengaruhi keputusan seperti apakah murid tersebut akan
naik kelas atau lulus (Santrock, 2004). Sampai saat ini tes beresiko tinggo seperti UN
masih menjadi bahan perdebatan bagi masyarakat. Seperti pada umumnya
permasalahan, terdapat dua kubu yang bertolak belakang atas adanya UN atau Ujian
Nasional ini. Kubu pro menyetujui adanya UN dengan argumen-argumen tertentu.
Namun, kubu kontra pun tidak kalah aksi. Mereka yang berada di kubu kontra juga
memiliki alasan-alasan yang kuat mengenai penolakan adanya UN.
Sisi Positif
Bila dilihat dari sisi positifnya, ada beberapa hal yang dapat dijadikan alasan
mengapa UN perlu tetap dipertahankan, antara lain:
Beberapa pasal pada Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang terkait
langsung dengan kegiatan ujian atau evaluasi pendidikan adalah pasal 35, pasal 57,
pasal 58, dan pasal 59. Berdasarkan pasal-pasal dan ayat-ayatnya serta kaitannya satu
sama lain, maka dapat ditarik suatu pemahaman seperti berikut ini.
1) Terhadap hasil belajar peserta didik perlu dilakukan evaluasi oleh pendidik
dengan tujuan utama untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan (pasal 58, ayat 1).
2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, satuan/lembaga pendidikan, dan
program pendidikan untuk memantau (pasal 35, ayat 3) dan/atau menilai (pasal
58, ayat 2) pencapaian standar nasional pendidikan (isi, proses, kompetensi
38 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
Sisi Negatif
39 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
UN di sisi lain juga memiliki nilai negatif yang menjadi dasar argumentasi
pihak-pihak yang tidak menyetujui diadakannya UN tersebut sebagai standar
kelulusan nasional. Sisi negatifnya antara lain sebagai berikut.
1) Akibat sifat ujiannya nasional, maka bidang kajian yang di-UN-kan dianggap
lebih penting daripada pelajaran lain, sehingga sebagian besar upaya sekolah
hanya ditujukan untuk mengantarkan peserta didik mencapai keberhasilan dalam
UN. Padahal materi UN hanya mencakup aspek intelektual, belum mampu
mengukur seluruh aspek pendidikan secara utuh.
2) Menurut McMillan (2002 dalam Santrock, 2004), UN dapat menumpulkan
kurikulum dengan penekanan yang lebih besar pada hafalan ketimbang pada
keahlian berpikir dan memecahkan masalah.
3) Guru dalam mengajar cenderung didasarkan pada mengajar demi ujian
(McMillan, 2002 dalam Santrock, 2004). Guru akan mengajarkan pengetahuan
dan keahlian yang akan diujikan saja.
4) Tujuan asesmen dalam pendidikan pada dasarnya adalah sebagai pertimbangan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Namun, dengan adanya UN
dan konsekuensinya mengakibatkan UN terlihat sebagai sesuatu yang
menghukum, bukan hanya pertimbangan peningkatan kualitas. Siswa yang tidak
lulus UN dinyatakan gagal hanya karena tidak berhasil mengerjakan soal-soal
mata pelajaran yang di UN-kan tanpa mempertimbangkan record nilai mata
pelajaran lain yang telah ia dapat selama bersekolah. Sehingga memberi kesan
bahwa kesalahan sepenuhnya dibebankan kepada siswa.
5) Karena adanya UN, berdiri banyak lembaga-lembaga belajar di luar sekolah yang
menawarkan program sukses UN, sehingga sekolah sudah tidak sepenuhnya
menjadi fasilitas pendidikan formal seperti yang seharusnya karena siswa lebih
percaya terhadap trik-trik mengerjakan UN yang diberikan oleh lembaga-lembaga
belajar tersebut.
6) Siswa cenderung untuk hanya termotivasi untuk lulus dibandingkan memahami
mata pelajaran dengan baik. Sehingga timbul perilaku-perilaku mencontek.
40 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
Kesimpulan
Dalam materi asesmen ini UN termasuk salah satu ujian beresiko tinggi (high
skates testing) karena ujian nasional mengandung konsekuensi penting bagi murid,
mempengaruhi keputusan murid lulus atau tidak. Evaluasi pendidikan yang
terstandarisasi bagaimanapun tetap dibutuhkan karena Negara harus terus
meningkatkan kualitas sistem pendidikannya. Sehingga UN lebih baik tetap diadakan
demi kepentingan tersebut. Pemerataan kualitas pendidikan juga dapat direalisasi
dengan pertimbangan nilai UN sebagai perbandingan antar satu sekolah dengan
sekolah
lainnya.
Meskipun
demikian,
efek-efek
negatif
UN
juga
harus
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam melakukan evaluasi pendidikan, asesmen dibutuhkan. Asesmen tersebut
dapat berupa tes yang terstandarisasi maupun penilaian dalam kelas yang juga sesuai
dengan sistem standar yang berlaku. Kedua bentuk asesmen ini sama pentingnya.
Hanya, hasil evaluasinya saja yang berbeda. Dengan tes standar, hasil evaluasi dapat
digunakan untuk pertimbangan peningkatan kualitas sistem pendidikan Negara,
41 | A s e s m e n P e n d i d i k a n
maupun sebagai pertimbangan bagi sekolah itu untuk bersaing dengan sekolah lain
dalam peningkatan kualitas pendidikannya.
Selain tes standar, penilaian dalam sekolah dengan sistem yang sudah
terstandarisasi juga diperlukan seperti penilaian melalui ujian tradisional, portofolio
dan lain sebagainya. Penilaian dengan cara ini dapat memberi pertimbangan untuk
peningkatan pendidikan siswa secara individual sehingga dapat terlihat siswa-siswa
yang membutuhkan pembelajaran intesif untuk meningkatkan hasil evaluasinya.
42 | A s e s m e n P e n d i d i k a n