Anda di halaman 1dari 38

EKSKURSI LAPANGAN

GEOLOGI STRUKTUR
Di Desa Cikidang, Kecamatan
Bantarujeg, Kabupaten
Majalengka, Povinsi Jawa Barat

KELOMPOK 7 (TUJUH)

Ketua :Richi Haperista. K


Anggota :Zepri Rezki Priaga

(10070111067)
(10070109018)

:Rully Adhi. Nugroho


(10070110009)
:Genta Ramadhan. F
(10070110072)
:Eli Ambarini
(10070110122)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Geologi struktur merupakan suatu ilmu yang
mempelajari dan mengenal bentuk struktur pemukaan
bumi secara langsung baik dalam kenampakan yang
muncul dipermukaan bumi atau tersingkap maupun
yang tidak muncul kepermukaan bumi, seperti halnya
lipatan, kekar dan sesar.
Sedangkan
struktur
geologi
merupakan
suatu
gambaran bentuk ataupun hubungan dari keadaan
batuan yang berada dipermukaan atau objek dari
pengamatan dari geologi struktur.
Oleh karena itu yang dilakukan dalam pengamatan
secara langsung. Sehingga menyebabkan struktur
geologi sangat berkaitan yang selama ini telah dengan
proses keterjadian dari batuan itu sendiri

Maksud
Ekskursi lapangan geologi struktur bermaksud untuk
melakukan pengamatan secara
langsung, observasi,
pengukuran suatu struktur geologi, singkapan batuan, serta
aspek geologinya.

Tujuan

Melakukan pengukuran singkapan batuan berupa panjang


dan lebar singkapan.
Mengetahui batuan apa saja yang terdapat didaerah
penelitian.
Mengetahui struktur geologi yang terdapat didaerah
penelitian.
Dapat menggambar keadaan geologi lokal daerah penelitian
Mendapatkan arah sebaran bahan tambang.
Mengetahui kedalaman lapisan batuan yang terdapat di
lokasi kegiatan melalui penampang Measure Section.

LOKASI KEGIATAN DAN KESAMPAIAN


DAERAH
Lokasi Kegiatan

Terletak di Desa Cikidang, Kecamatan Bantarujeg,


Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat yang
terletak pada koordinat antara 186942 mE 197968
mE dan 9228835 mN 9229000 mN (WGS 84 dan
zona 49 S). Dan berbatasan dengan :
Sebelah Utara
: Kec. Cadasngampar dan Kec. Maja.
Sebelah Selatan : Kab. Ciamis dan Kab. Tasikmalaya
Sebelah Barat
: Kec. Lemahsugih.
Sebelah Timur
: Kec. Talaga dan Kec. Cikijing

Kesampaian Daerah
Berjarak 153 KM dari pusat kota Bandung dengan
waktu yang ditempuh 7 jam dengan menggunakan
angkutan umum, kendaraan roda dua dan roda
empat.

PETA KESAMPAIAN DAERAH

TOPOGRAFI, MORFOLOGI DAN VEGETASI


Topografi dan Morfologi
Bagian utara, timur dan selatan memiliki keadaan
kontur yang rapat dengan persen lereng berkisar
antara 20-26 % dengan jarak pengukuran berkisar
antara 40 hingga 100 meter, dengan elevasi 375
hingga 750 mdpl. Sehingga daerah pada bagian utara
dari kegiatan tersebut merupakan bermorfologi daerah
perbukitan hingga pegunungan.
Bagian barat memiliki keadaan kontur yang renggang,
hal tersebut dapat pula terlihat pada persen lereng
yang berkisar antara 6-10 % dengan jarak pengukuran
berkisar antara 20 hingga 75 meter, dengan elevasi
275 hingga 375 mdpl, sehingga daerah pada bagian
utara dari kegiatan tersebut merupakan bermorfologi
daerah dataran hingga perbukitan.

PETA TOPOGRAFI DAERAH PENGAMATAN

Vegetasi
Vegetasi daerah penelitian secara umum didominasi
oleh pohon bambu dan pohon jagung. Hal tersebut
dapat terlihat dari kegiatan yang dilakukan pada
beberapa stasiun dihari pertama dan kedua.

KONDISI GEOLOGI
Keadaan Umum
Daerah Majalengka dan sekitarnya merupakan bagian
dari zona Bogor bagian Timur, dengan morfologi
berbentuk perbukitan disebelah Selatan dan dataran
di sebelah Utara. Atas dasar morfologi dan sumbu
tektoniknya yang mempunyai arah Barat ke Timur
sesuai dengan panjang Pulau Jawa.

Statifigrafi

Hasil Gunung Api Muda Tak Teruraikan (Qyu)


Hasil Gunung Api Tua Tak Teruraikan (Qvu)
Formasi Kaliwangu (Tpk)
Formasi Halang-Anggota Atas (Tmhu)
Formasi Halang-Anggota Bawah (Tmhl)
Formasi Cinambo-Anggota Serpih (Tomcu)

PETA GEOLOGI

KEGIATAN LAPANGAN

Kegiatan lapangan yang di lakukan di Desa Cikidang,


Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka telah
dilakukan selama dua hari.

Hari pertama dilakukan di Sungai


Cilutung dan
Ciwaru. Sedangkan pada hari kedua dilakukan di
Sungai Cijurey.

PETA LINTASAN SELURUH KEGIATAN

KEGIATAN LAPANGAN HARI PERTAMA


(PERJALANAN MENYUSURI SUNGAI CILUTUNG DAN CIWARU)

Stasiun 1
Telah dilakukan pengamatan pada pukul 07.55 08.56
WIB dengan cuaca cerah. Stasiun ini terletak pada titik
koordinat 197158 mE, 9229359 mS dengan elevasi
351 mdpl.
Kegiatan pada stasiun ini adalah dilakukannya
pengukuran pada singkapan yang terdapat disungai
Cilutung yang memiliki dimensi singkapan dengan
perlapisan batu pasir dan lanau berupa panjang 2 m
dan lebar 9,53 mdengan kedudukan N 104 E / 32.

Stasiun 2
Telah dilakukan pengamatan pada pukul 09.43 10.04
WIB dengan cuaca cerah. Stasiun ini terletak pada
titik koordinat 197301 mE, 9229277 mS dengan
elevasi 347 mdpl.
Kegiatan pada stasiun ini adalah dilakukannya
pengukuran pada singkapan yang memiliki dimensi
berupa panjang 30 m dan lebar 11,5 mdengan
kedudukan N 108 E / 33.
Perlapisan ini diselingi oleh batuan pasir halus 50 cm,
pasir sangat halus 2.5 cm, lanau 10 cm.

Stasiun 3
Telah dilakukan pengamatan pada pukul 10.11 10.47
WIB dengan cuaca cerah. Stasiun ini terletak pada
titik koordinat 197328 mE, 9229240 mS dengan
elevasi 345 mdpl.
Terdapat struktur berupa sesar kedudukan lapisan
sebelah barat N 104 E / 33 dan kedudukan lapisan
sebelah timurnya sebesar N 104 E / 78, sehingga
pada bagian ini terjadi pengangkatan.
Sesar ini juga memiliki perselingan batuan pasir halus,
pasir sangat halus dan lanau. Dengan lebar masingmasing perpelapisannya adalah pasir halus 25 cm,
pasir sangat halus 18 dan lanau 12 cm dengan arah
sesar dengan kedudukan N 104 E.

Stasiun 4
Dilakukan pengamatan pada pukul 09.43 10.04 WIB
dengan cuaca cerah. Stasiun ini terletak pada titik
koordinat 197331 mE, 9229155 mS dengan elevasi
342 mdpl.
Stasiun ini memliki vegetasi disekitarnya Pohon
Kersen, Bambu, dan Pohon Jati dengan persen lereng
kanan sungai 70 dari jarak tinjau 5 m, dan kiri sungai
22 dari 90 m. Terdapat singkapan dengan keudukan
lapisan N 104 E / 78 serta dimensi berupa panjang
12 m dan lebar 8 m. Dengan lebar masing-masing
perpelapisannya adalah pasir 10 cm dan lanau 32 cm.

Stasiun 5
Stasiun ini terletak pada titik koordinat 197332 mE,
9229141 mS dengan elevasi 341 mdpl.
Pada stasiun lima ini ditemukan sedimentasi yang
mempunyai bentuk butiran yang menyudut dengan
komponen kecil hingga besar, memiliki porositas dan
pemilahan yang buruk, dengan kemas terbuka dan
tidak bereaksi dengan HCL. Kekompakan batuan ini
pun padat dan dapat menggores kaca. Batuan ini
memiliki sifat butir nonkristalin sehingga dapat
dinyatakan bahwa batuan ini adalah breksi.
Pada batuan ini pula terdapat butiran pasir dengan
perlapisan butirannya halus hingga kasar (Gradded
Beddding), Lanau dan Greywack.

Stasiun 6
Dilakukan pengamatan pada pukul 09.43 10.04 WIB
dengan cuaca cerah. Stasiun ini terletak pada titik
koordinat 197315 mE, 9229099 mS dengan elevasi
345 mdpl.
Pada stasiun ini ditemukan batuan breksi dengan
ukuran fragmen yang besar dan terdapat pula struktur
Gradded Bedding pada fragmen (batu pasir) terebut,
selain itu pasir besi yang berwarna hitam diatas pasir.

Stasiun 7
Stasiun ini terletak pada titik koordinat 197303 mE,
9229083 mS dengan elevasi 341 mdpl. Vegetasi dari
stasiun ini didominasi pohon jati dan waru dengan
keadaan morfologi berupa perbukitan.
Pada stasiun ini terlihat lipatan pada bagian barat
daya perlapisan dan terlihat pula bidang gelincir (slip
surface) yang memisahkan antara bidang yang stabil
pada bagian selatan perlapisan.

Stasiun 8
Stasiun ini terletak pada titik koordinat 197552 mE,
9229225 mS dengan elevasi 339 mdpl.
Pada stasiun ini dilakukan pengukuran terhadap
singkapan (measure section) pada kedudukan N 104
E / 33 batuan sepanjang 50 m dengan arah azimut
meteran N 10 E / 33.
Singkapan ini didominasi oleh batuan sedimen dengan
perlapisan batu pasir dan lanau, terdapat pula sisipan
dari lapisan kalsit, batubara dan damarsella pada
perlapisan terebut.

Stasiun 9
Stasiun ini terletak pada titik koordinat 197254 mE,
9229051 mS dengan elevasi 352 mdpl.
Pada stasiun ini terdapat Load case dan nodul yang
terdapat pada batuan sedimen dengan perlapisan
batu pasir dan lanau.
Selain itu terdapat pula struktur yang mengulit
bawang pada lapisan ini.

KEGIATAN LAPANGAN HARI KEDUA


(PERJALANAN MENUJU SUNGAI CIJUREY)

Stasiun 1
Stasiun ini terletak di sungai Cijurey dengan titik
koordinat 197288 mE, 9229323 mS dengan elevasi
330 mdpl. Daerah ini memiliki vegetasi berupa pohon
bambu, pohon waru dan rerumputan dengan keadaan
morfolodi merupakan daerah dataran.
Pada titik ini terdapat batuan beku Basalt yang
merupakan hasil dari intrusi magma. Batuan tersebut
memiliki kedudukan yang searah dengan lapisan
batuan yang berada disampingnya yaitu berupa
batuan sedimen (perlapisan batu pasir dan lanau)
dengan kedudukan N 104 E / 33. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa batuan tersebut berbentuk sill.
Selain itu pada batuan beku tersebut terdapat struktur
sitting joint.
Batuan samping dari batuan Basalt tersebut terdiri
dari batuan breksi dan metasedimen () yang berada

SHEETING JOINT

Stasiun 2
Stasiun ini terletak di pinggir sungai Cijurey dengan titik
koordinat 197811 mE, 9229057 mS dan elevasi 331 mdpl.
Daerah ini memiliki vegetasi berupa pohon bambu, pohon
jati dan pohon pisan dengan keadaan morfologi merupakan
daerah dataran.
Pada stasiun ini terdapat lipatan dari batuan sedimen
dengan perlapisan batu pqsir dan lanau. Lipatan ini memilii
4 puncak antiklin dan sinkin. Pada lipatan pertama memiliki
sumbu axial planny yaitu N 283 E dengan tinggi lipatan
sebesar 3 m. Kemudian pada puncak antiklin yang kedua
memiliki sumbu axial plan sebesar N 279 E dengan 1,7 m.
Lipatan ini mempunyai jarak pengukuran sebesar 20 m.
Pada titik awal pengukuran memiliki kedudukan N 92 E /
52. Pengukuran pertama dengan jarak dan kedudukannya
adalah 7,5 m dan N 90 E / 50. Pengukuran kedua berjarak
2 m dan N 91 E / 55. Kemudian pada jarak 5 m dari jarak
ukur tadi memiliki kedudukan N 162 E / 19.

LIPATAN

KEGIATAN PENGAMATAN
Measure Section
Pengamtan measure section dimaksudkan untuk
mengetahui lebar setiap perlapisan batuan dan untuk
menggambarkan ketebalan semu dari lapisan
perselingan batu pasir dan lanau, serta kemiringan
lapisan batuan tersebut sehingga dapat diketahui
kedalaman batuan.
Pengamatan ini dilakukan sepanjang 2 meter pada
stasiun satu dan 50 meter pada stasiun delapan.
Pengamatan ini didasarkan pada bentuk singkapan
yang muncul ke permukaan yang mempunyai
kemenerusan yang melebihi 1 meter.

Pemetaan Sebaran Bahan Tambang


Pemetaan sebaran bahan tambang dilakukan setelah
mengolah data pengukuran kedudukan lapisan
perstasiun, pemetaan ini mencakupi ketebalan yang
dianggap paling berpotensi untuk diamati sebagai
sumberdaya. Pemetaan sebaran bahan tambang ini,
dilakukan dengan menggunakan metode 1 titik dan 2
titik. Dari hasil
pengamatan tersebut, dilakukan
penentuan sumberdaya dan luas daerah potensi
bahan tambang.
Berdasarkan peta sebaran bahan tambang dapat
diketahui bahwa arah umum (jurus) dari perlapisan
batuan berarah Tenggara Barat Baya. Sedangkan
arah kemiringan lapisan batuan berarah Barat Laut.

PETA SEBARAN BAHAN TAMBANG

Pengamatan Batuan Beku Intrusi Basalt


Pengamatan yang telah dilakukan pada batuan ini
dilakukan dengan cara mendeskripsikan batuan
tersebut baik secara megaskopis, hal tersebut
berguna untuk menyatakan jenis batuan apa yang
telah diamati. Pendeskripsian dilakukan dengan
menggunakan kaca pembesar (loop), komparator, dan
tabel warna. Hasil deskripsi menyatakan bahwa
batuan tersebut adalah Basalt.
Batuan tersebut memiliki kedudukan yang searah
dengan lapisan batuan yang berada disampingnya
yaitu berupa batuan sedimen (perlapisan batu pasir
dan lanau) dengan kedudukan N 104 E / 33.
Sehingga dapat dinyatakan bahwa batuan tersebut
berbentuk sill. Selain itu pada batuan beku tersebut
terdapat struktur sitting joint.

ANALISA
Keadaan geologi daerah kegiatan cenderung lebih
banyak singkapan sedimen dibandingkan dengan
singkapan batuan lainnya. Hal tersebut dapat
dianalisa bahwa daerah tersebut merupakan suatu
daerah dataran rendah yang terlihat dari titik
ketinggian dengan tinggi 275 hingga 350 mdpl dan
juga merupakan daerah cekungan yang terus
menerus mengalami sedimentasi.
Pengukuran kedudukan lapisan (strike dan dip) yang
dilakukan pada setiap ditemukan berbagai singkapan
memiliki kedudukan yang hampir sama yaitu arah
kedudukan lapisan N 100-110 E dengan dip berkisar
30-35, sehingga daerah tersebut memiliki sebaran
batuan yang searah dengan strike yang memanjang
(Long Strike) dengan perlapisan batuan yang sama

Terdapat struktur
geologi yang menyebabkan
perubahan struktur yang menyebabkan adanya
bidang gelincir (slip surface). Sehingga dapat dianalisa
bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang
mempunyai bidang lemah sehingga terbentuk struktur
lipatan dengan lensa-lensa yang menyebabkan
adanya sesar naik yang terbentuk secara bersamaan
dengan keterbentukan struktur tersebut.
Dari hasil pengolahan data pada sebaran bahan
tambang berupa batu pasir dengan jumlah total
volume 1.771.720 m3 dan luas daerah penyebarannya
adalah 275,09 HA yang searah dengan strike ini dapat
dianalisa bahwa penyebaran batuan ini terjadi suatu
kemenerusan
lapisan
karena
adanya
suatu
pengendapan batu pasir dari daerah cekungan.

Selain batuan sedimen yang terlihat pada kegiatan ini,


terdapat pula batuan beku dan batuan metasedimen.
Batuan beku tersebut memiliki bentuk sill, hal
tersebut dapat dianalisa dari batuan samping yang
terdapat disekitar batuan tersebut yang memiliki
kedudukan yang searah dengan lapisan. Dan batuan
samping
terdapat
batuan
metasedimen
yang
merupakan ubahan dari batuan lanau yang terkena
suhu dan tekanan (regional) bahwa batuan beku
tersebut terbentuk dari kegiatan intrusi.

KESIMPULAN

Batuan didominasi oleh batuan sedimen dengan


perlapisan batu pasir dan lanau pada sungai Cilutung
dan Sungai Ciwaru. Sedangkan pada sungai Cijurey
terdapat intrusi batuan beku berupa batu Basalt.

Kedudukan lapisan pada pengamatan yang dilakukan


di sungai Cilutung dan Sungai Ciwaru ini memiliki
kedudukan yang sama yaitu N 104 E / 33. Sehingga
dapat disimpulkan arah sebaran dari arah Barat Daya
ke arah Tenggara.
Dilihat dari peta lintasan seluruh kegiatan diketahui
adanya kemenerusan kedudukan lapisan (Long Strike)
dengan arah N 100 - 110 E. Sehingga dari kegiatan
tersebut memiliki arah sebaran lapisan batuan yang
sama.
Didapatkan volume total sebesar 1.771.720 m3 dari
luas daerah penyebaran batu pasir adalah 275,09 HA

Terdapat batuan beku Basalt dan batuan metasedimen


di sungai Cijurey. Batuan beku tersebut memiliki
bentuk sill, hal tersebut diakibatkan pada batuan
samping yang terdapat disekitar batuan tersebut yang
memiliki kedudukan yang searah dengan lapisan.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai