BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
1. Faktor Budaya
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku
pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar.
Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih
menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Subbudaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis.
Pada dasarnya, semua masyarakat manusia memiliki stratifikasi sosial.
Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial, pembagian
masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hirarkis
dan yang para anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku serupa.
Kelas sosial memiliki beberapa ciri. Pertama, orang-orang didalam
kelas sosial yang sama cenderung berperilaku lebih seragam daripada orangorang dari dua kelas sosial yang berbeda. Kedua, orang merasa dirinya
menempati posisi inferior atau superior dikelas sosial mereka. Ketiga, kelas
11
2. Faktor Sosial
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti
kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. Kelompok acuan
membuat seseorang menjalani perilaku dan gaya hidup baru dan
memengaruhi perilaku serta konsep pribadi seseorang, kelompok acuan
menuntut orang untuk mengikuti kebiasaan kelompok sehingga dapat
mempengaruhi pilihan seseorang akan produk dan merek aktual. Keluarga
orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua
seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik, dan ekonomi serta
ambisi, pribadi, harga diri dan cinta. Kedudukan orang itu dimasing-masing
kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi
kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing
peran menghasilkan status.
3. Faktor Pribadi
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.
Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan,
keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta nilai dan gaya hidup
pembeli.
4. Faktor Psikologi
Satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakteristik
konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan
pembelian.
Empat
proses
psikologis
penting-motivasi,
persepsi,
12
2) Perspektif Pengalaman
Perspektif pengalaman atas pembelian konsumen menyatakan bahwa
untuk beberapa hal, konsumen tidak melakukan pembelian sesuai dengan proses
pengambilan keputusan yang rasional dan konsumen membeli produk dan jasa
tertentu untuk memperoleh kesenangan, menciptakan fantasi, atau perasaan emosi
saja. Pengklasifikasian berdasarkan perspektif pengalaman menyatakan bahwa
pembelian akan dilakukan karena dorongan hati (impulsif) dan mencari variasi.
13
pengambilan
keputusan
konsumen
adalah
suatu
proses
14
Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi ALternatif
Keputusan Pembelian
15
menyempitkan
pilihan
hingga
alternatif
yang
dipilih
Faktor keputusan pembelian terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Berikut penjelasannya:
1) Faktor Internal
Faktor internal dapat didefinisikan sebagai faktor-faktor yang ada dalam diri
individu (konsumen), dimana faktor tersebut akan dapat berubah bila ada pengaruh
dari faktor luar (eksternal). Sebaliknya jika faktor internal memiliki posisi yang kuat
maka faktor eksternal tidak akan memiliki pengaruh yang berarti. Menurut Amirullah
(2002:62) faktor internal terdiri dari:
16
d. Sikap (attitude)
Menurut Swastha dan Irawan (2000:114), sikap adalah suatu
kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk
dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsistensi.
e. Persepsi (perception)
Persepsi dapat diartikan sebagai proses dimana individu memilih,
mengelola, dan menginterpretasikan stimulus ke dalam bentuk arti dan
gambar. Atau dapat juga dikatakan bahwa persepsi adalah bagaimana
orang memandang lingkungan di sekelilingnya.
2) Faktor Eksternal
Input
Usaha-usaha
Pemasaran
4P
Proses
Sadar akan
kebutuhan
Area psikologis
1. Motivasi
2. Persepsi
3. Pembelajaran
4. Kepribadian
Mencari sebelum
membeli
Pengalaman
Perilaku pascaMengevaluasi
keputusan
alternatif
Output
Pembelian
1.Percobaan
2.Pembelian
Ulang
17
18
a. Faktor Budaya
Budaya didefinisikan sebagai sejumlah nilai, kepercayaan dan kebiasaan yang
digunakan untuk menunjukkan perilaku konsumen langsung dari kelompok
masyarakat tertentu.
b. Faktor Sosial
Menurut Swastha dan Irawan (2000:107), faktor sosio-kebudayaan lain yang
dapat mempengaruhi pandangan tingkah laku pembeli adalah kelas sosial. Pada
pokoknya, masyarakat kita ini dapat dikelompokkan kedalam tiga golongan yaitu
golongan atas, menengah dan rendah.
c. Faktor Ekonomi
Pada prinsipnya kekuatan yang sangat basar yang mempengaruhi daya beli
dan pola pembelian konsumen meliputi: pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan
per kapita, dan inflasi. Oleh karena itu, pemasar harus jeli dalam melihat
kecenderungan-kecenderungan kondisi ekonomi dimana mereka bersaing.
19
perilaku
pembelian
impulsif.
20
21
22
sumber yang bebas seperti laporan konsumen adalah sumber utama dari
informasi konsumen.
b. Posisi barang yang dipamerkan dan lokasi toko yang menonjol turut
mempengaruhi
impulse
buying.
Hawkins
dkk
(2007)
juga
Perceived value dianggap sebagai salah satu konsep yang paling penting
bagi pelaku bisnis untuk memahami konsumen. Perceived value adalah
hubungan antara produk dan pelanggan yaitu pemahaman pelanggan
mengenai apa yang mereka inginkan dengan produk atau jasa yang
ditawarkan dalam memenuhi kebutuhannya, dibandingkan dengan biaya
yang dikeluarkannya (Woodruff dan Gardial, 2000). Dalam literatur
pemasaran, dimensi perceived value yang paling sering digunakan adalah hedonic
value dan utilitarian value.
Utilitarian value didefinisikan sebagai penilaian keseluruhan antara
manfaat fungsional dan pengorbanannya. Komponen utama yang membentuk
utilitarian value antara lain penghematan uang serta kenyamanan konsumen
dalam berbelanja (Rintamaki, et. Al, 2006). Sedangkan hedonic value mengacu
pada sensasi, berupa kenikmatan dan kesenangan, yang diperoleh konsumen dari
keseluruhan pengalaman membeli yang terkait dengan berbelanja di suatu toko
(Kaul, 2006). Nilai ini terkait dengan perasaan, fantasi dan kesenangan konsumen.
23
24
shopping
merupakan
suatu
pandangan
dimana
25
4) Idea shopping
Berbelanja digunakan untuk mengetahui informasi yang up to date
mengenai produk dan trend. Biasanya konmsumen berbelanja karena
melihat sesuatu yang baru dari iklan yang ditawarkan melalui media masa.
5) Role shopping
Motif
berbelanja
berhubungan
dengan
perannya
dalam
26
mix yang
27
Christina
Whidya
Utami
(2008:217),
Suasana
toko
suasana
toko
yang
sengaja
diciptakan,
ritel
berupaya
untuk
1) Desain Gerai
Desain gerai merupakan strategi penting dalam menciptakan atmosfer
yang dapat membuat pelanggan merasa betah berada dalam suatu gerai. Desain
gerai bertujuan untuk memenuhi syarat fungsional sekaligus menyediakan
pengalaman berbelanja yang menyenangkan sehingga mendukung terjadinya
transaksi.
28
2) Perencanaan Gerai
Perencanaan gerai mencakup layout (tata letak) dan alokasi ruang. Layout
mencakup rencana jalan atau gang dalam gerai dan sirkulasi arus orang.
3) Komunikasi Visual
Komunikasi
visual
adalah
komunikasi
perusahaan
ritel
dengan
konsumennya melalui wujud fisik berupa identitas peritel, grafis, dan instore
communication. Identitas peritel berupa wajah gerai dan marquee, kedua hal
inilah yang pertama kali dilihat oleh calon pembeli ketika berniat berbelanja,
sedangkan grafis merupakan pendukung dari komunikasi dalam gerai yang
melibatkan tata suara, tekstur, entertainment, promosi, dan personal.
5) Penyajian Merchandise
Berkenaan dengan teknik penyajian barang-barang dalam gerai untuk
menciptakan situasi dan atmosfer tertentu. Teknik dan penyajian merchandise
berkenaan dengan keragaman produk, koordinasi kategori produk, display contoh,
pencahayaan, tata warna, dan window display.
Penyajian merchandise sering kali dikaitkan dengan teknik visual
merchandising. Visual merchandising adalah gabungan unsur-unsur desain
lingkungan gerai, penyajian merchandise, dan komunikasi dalam gerai, contohnya
adalah display harga khususnya harga yang menciptakan citra ritel dan atmosfer
ritel di benak pelanggan. Penyajian merchandise dan visual merchandising
29
bertujuan memikat pelanggan dari segi penampilan, suara, dan aroma, bahkan
pada rupa barang yang disentuh konsumen.
Gabungan unsur-unsur atmosfer gerai tersebut dapat menggambarkan
momen of truth, yaitu situasi langsung yang dirasakan konsumen saat berbelanja.
Jika setting dari gabungan unsur-unsur tersebut dapat berjalan optimal, peritel
akan dapat menyentuh emosi konsumen dan memberi pengalaman berbelanja
yang akan berdampak pada peluang untuk meningkatkan pangsa pasar serta
memenangkan hati konsumen.
30
lantai yang teratur dengan memajang barang dagangan diatas meja dan
rak daripada diatas rak-rak pipa tradisional, memungkinkan pelanggan
lebih mudah melihat dan menyentuh barang dagangan dengan lebih
mudah.
4. Bunyi Suara
Bunyi suara bisa menyenangkan atau menjengkelkan bagi
seorang pelanggan. Musik klasik di restoran Italia membantu
menciptakan suasana yang pas bagi konsumen. Sama halnya dengan
musik country yang diputar dipemberhentian truk. Musik juga bisa
membuat konsumen tinggal lebih lama di toko dan membeli lebih
banyak atau makan dengan cepat dan meninggalkan meja untuk
pelanggan lainnya.
5. Aroma
Bau bisa merangsang ataupun mengganggu penjualan. Bau kue
kering dan roti akan memikat konsumen roti. Sebaliknya, pelanggan
dapat dipukul mundur oleh bau busuk seperti asap rokok, bau apek,
aroma antiseptik, dan pengharum ruangan yang terlalu menyengat. Jika
sebuah toko menggunakan bau harum roti panggang, penjualan di
departemen itu meningkat tiga kali lipat. Departemen toko yang
menyemprotkan wangi-wangian yang menyenangkan bagi pasar
sasaran mereka, responnya adalah menguntungkan.
6. Faktor visual
Warna dapat menciptakan suasana hati dan oleh karena menjadi
faktor yang penting dalam suasana. Warna merah, kuning, orange,
dianggap sebagai warna yang hangat dan kedekatan yang diinginkan.
Warna-warna yang menyejukan seperti biru dan violet digunakan
untuk membuka tempat-tempat yang tertutup dan menciptakan suasana
elegan dan bersih. Warna-warna tertentu lebih pas untuk barangbarang yang dipajang dengan bludru hitam atau biru tua. Pencahayaan
juga bisa mempunyai pengaruh penting terhadap suasana toko.
31
exterior
interior
displays
store
atmosphre
created by
retailer
general
interior
store
layout
1. Exterior
Menurut Berman dan Evans (2010), exterior sebuah toko mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap image toko dan harus direncanakan secara matang.
Konsumen terkadang menilai sebuah toko dari bagian depannya. Bagian depan
sebuah toko merupakan keseluruhan physical exterior dari sebuah toko. Yang
termasuk exterior adalah pintu masuk, etalase, teras, papan nama toko, dan
konstruksi material lainnya.
Dalam beberapa kasus, tercapainya tujuan atmosphere adalah melalui
penataan yang unik dan menarik perhatian. Bagian depan toko yang berbeda,
papan nama toko yang menarik, sirkulasi udara yang baik, dekorasi etalase yang
baik, dan bangunan toko yang tidak biasa adalah merupakan kelengkapankelengkapan yang dapat menarik perhatian karena keunikannya.
32
2. General Interior
Menurut Berman dan Evans (2010), general interior merupakan elemenelemen yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen ketika berada dalam sebuah
toko. Lampu yang terang dengan vibrant colours dapat memberikan kontribusi
terhadap atmosfir yang berbeda daripada penerangan dengan lampu yang remang.
Suara dan aroma dapat mempengaruhi perasaan konsumen. Sebuah restoran dapat
menggunakan aroma makanan untuk merangsang konsumen. Toko kosmetik
dapat menggunakan aroma dari parfum untuk menarik konsumen. Salon
kecantikan dapat memainkan musik yang slow atau rock tergantung permintaan
pelanggannya. Musik dengan tempo yang lambat dapat membuat orang yang
berada dalam supermarket bergerak lebih lambat.
3. Store layout
Menurut Berman dan Evans (2010), perencanaan store layout meliputi
penataan penempatan ruang untuk mengisi
33
2. Pola curving ( free flowing) traffic flow memilki kelebihan sebagai berikut:
dan
produk
sejenis
lainnya
merupakan
produk-produk
34
yang
Theme
setting
display
digunakan
dengan
tujuan
35
2.6 Retail
36
2) Convenience store: gerai ini mirip minimarket dalam hal produk yang dijual,
tetapi berbeda dalam hal harga, jam buka, luas ruang, dan lokasi. Convenience
store ada yang buka 24 jam dengan luas antara 200 m2 hingga 450 m2 dan
berlokasi di tempat yang strategis. Sebagian produknya sedikit lebih mahal
daripada yang dijual minimarket.
3) Specialty store: Sebagian masyarakat lebih menyukai berbelanja di toko di
mana pilihan produk tersedia lengkap sehingga tidak harus mencari lagi toko
lain. Keragaman produk disertai harga yang bervariasi dari yang terjangkau
hingga yang premium membuat specialty store unggul. Contoh specialty store
adalah Electronic City dan Automall.
4) Factory outlet merupakan sebuah toko berbentuk fisik ataupun online dimana
produsen secara langsung menjual produknya kepada konsumen.
5) Distro atau distribution outlet adalah jenis toko yang menjual pakaian dan
aksesori yang dititipkan oleh pembuat pakaian atau diproduksi sendiri.
6) Supermarket: sebanyak 700 buah berdiri dalam kurun waktu 10 tahun sampai
tahun 2002. Supermarket kecil mempunyai luas ruang antara 300 m2 sampai
1.100 m2, sedangkan supermarket besar mempunyai luas antara 1.100 m2
sampai 2.300 m2.
7) Department store atau toserba (toko serba ada) : Gerai jenis ini mempunyai
ukuran luas ruang yang beragam, mulai dari beberapa ratus m2, hingga 2.000m2
sampai 3.000m2.
8) Perkulakan atau gudang rabat (semacam warehouse club) yang hanya
melayani pembelian dalam jumlah besar.
9) Superstore: luas ruang mulai 2.300 m2 sampai 4.700 m2.
10) Hypermarket: luas ruang diatas 5.000 m2.
11) Pusat Perbelanjaan (Mall dan Trade center): Mall memuat banyak gerai
mulai dari toko (store) biasa sampai supermarket, department store,
amusement center, dan foodcourt. Trade center mirip mall tetapi tidak
memiliki ruang publik seluas mall dan biasanya tidak tersedia department
store dan amusement center.
37
Paris Van Java merupakan perusahaan ritel modern jenis mall. MerriamWebster (2009) menjelaskan shopping mall adalah sebuah tempat dimana di
dalamnya terdapat toko-toko yang berhubungan sehingga pengunjung dapat
dengan mudah berpindah dari satu toko ke toko yang lain. Secara umum,
pusat perbelanjaan atau shopping mall dapat diartikan sebagai kumpulan
dari berbagai macam barang dan jasa, yang diatur secara strategis untuk
menarik perhatian konsumen (Agustina, 2005). Strategi pemasaran itu terus
berubah selama beberapa dekade dalam masa perkembangannya. Mall telah
mengalami transformasi menjadi pusat perbelanjaan sekaligus sebagai pusat
hiburan.
Paris Van Java merupakan pusat perbelanjaan yang tidak hanya menjadi
tempat berbelanja barang-barang kebutuhan saja, tetapi juga sebagai tempat
hiburan. Berbagai usaha telah dilakukan manajemen Paris Van Java untuk
menciptakan atmosfer gerai yang nyaman dan berkesan guna merangsang
terjadinya pembelian oleh konsumen. Mall yang diresmikan pada bulan Juli 2006
ini, dirancang dengan nuansa open air yang alami serta pemandangan burungburung merpati hias yang berterbangan bebas. Faktor lain yang menjadi daya tarik
adalah konsep bangunan yang kental dengan desain Eropa. Paris Van Java ini
sangat cocok sebagai tempat berbelanja sekaligus rekreasi bagi keluarga.
38
Menurut Maruf (2006) bauran pemasaran ritel terdiri dari enam elemen
yang meliputi:
1) Lokasi: merupakan faktor yang sangat penting dalam bauran pemasaran ritel.
Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai
lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk
yang sama, oleh wiraniaga yang sama banyaknya, dan sama terampilnya, dan
sama-sama punya pengaturan atmosfer yang bagus.
2) Merchandise: merupakan keseluruhan produk yang dijual oleh peritel dalam
gerai.
3) Harga: penetapan harga dalam pemasaran ritel merupakan hal yang penting
mengingat penetapan harga akan menghasilkan dampak yang besar bagi usaha
ritel itu sendiri karena akan menentukan laba/rugi yang akan diperoleh peritel.
4) Promosi: promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu
program pemasaran usaha ritel. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh peritel
biasanya bertujuan untuk menginformasikan, mempengaruhi, dan membujuk
serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran
pemasarannya. Program promosi yang biasanya diterapkan oleh peritel terdiri
atas iklan, sales promotion, public relations (publisitas), dan personal selling.
5) Atmosfer gerai: atmosfer atau suasana gerai berperan penting dalam memikat
pembeli dan membuat nyaman pembeli dalam memilih barang belanjaan.
Atmosfer yang dimaksud adalah suasana dan ambience yang tercipta dari
gabungan unsur-unsur desain gerai, perencanaan gerai, komunikasi visual, dan
penyajian merchandise (display barang).
6) Pelayanan ritel: bertujuan untuk memberikan berbagai jenis fasilitas kepada
konsumen saat konsumen melakukan kegiatan belanja dalam gerai ritel.
Pelayanan ritel bersama unsur-unsur bauran pemasaran ritel lainnya
mempunyai fungsi memenuhi kebutuhan pembeli dalam berbelanja.
39
40
2.8 Hipotesis
Berdasarkan hal di atas maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Ho: rs 0, artinya tidak ada pengaruh antara hedonic value dengan impulse
buying konsumen
H1: rs > 0, artinya hedonic value berpengaruh terhadap impulse buying
konsumen
2. Ho: rs 0, artinya tidak ada pengaruh antara store atmosphere dengan impulse
buying konsumen
H2: rs > 0, artinya store atmosphere berpengaruh terhadap impulse buying
konsumen.
Kriteria yang dapat digunakan sebagai berikut: