Hukum Lingkungan: Rencana
Hukum Lingkungan: Rencana
Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk
menyusunkan AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL diharapkan telah memiliki
sertifikat Penyusun AMDAL (lulus kursus AMDAL B) dan ahli di bidangnya. Ketentuan
standar minimal cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala
Bapedal Nomor 09/2000. Berbagai pedoman penyusunan yang lebih rinci dan
spesifik menurut tipe kegiatan maupun ekosistem yang berlaku juga diatur dalam
berbagai Keputusan Kepala Bapedal
Siapa saja pihak yang terlibat dalam AMDAL?
"...pada dasarnya pihak-pihak yang berkepentingan dalam AMDAL adalah
Komisi Penilai, pemrakarsa, masyarakat terkena dampak, dan pemberi Ijin"
Komisi Penilai AMDAL; Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai
dokumen AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di Bapedal, di tingkat Propinsi
berkedudukan di Bapedal/Instansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat
Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedal/Instansi pengelola lingkungan hidup
Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga
masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini.
Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi
Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan
Bupati/Walikota.
Pemrakarsa; pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab
atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Warga Masyarakat yang terkena dampak; yaitu seorang atau kelompok warga
masyarakat yang akibat akan dibangunnya suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
tersebut akan menjadi kelompok yang banyak diuntungkan (beneficiary groups), dan
kelompok yang banyak dirugikan (at-risk groups). Lingkup warga masyarakat yang
terkena dampak ini dibatasi sebagai berada dalam ruang dampak rencana usaha dan
atau kegiatan tersebut.
Pemberi Ijin; cukup jelas
Apa itu UKL dan UPL ?
"...kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan
upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan"
Upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan;
serangkaian kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh
pemrakarsa suatu rencana usaha/kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL;
yaitu kegiatan yang diperkirakan tidak akan menimbulkan dampak
"...pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan
lingkungan
terdiri dari dua kategori, yaitu :
- harus melewati suatu kajian lingkungan terlebih dulu yang disebut
Dokumen UKL-UPL;
- tidak perlu melewati kajian lingkungan dalam Dokumen UKL-UPL"
Ada beberapa kegiatan yang walaupun tidak akan menimbulkan dampak penting
tetap membutuhkan identifikasi dampak terlebih dulu sebelum dapat dipastikan
upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungannya. Identifikasi
dampak ini dibutuhkan karena ada kombinasi antara frekuensi kegiatan yang tinggi
dengan intensitas dampak yang tinggi sehingga menyebabkan munculnya
ketidakpastian pengelolaan dampak yang perlu dikomunikasikan kepada pihak terkait
lainnya.
Kajian lingkungan yang dibutuhkan dikenal dengan nama Dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Dokumen ini berisi uraian singkat dari proses identifikasi dampak yang dilakukan
secara sistematis, dan program pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang akan
dilaksanakan.
"...Dokumen UKL-UPL dibutuhkan bagi
kegiatan tidak wajib AMDAL yang masih memerlukan identifikasi dampak
akibat ketidakpastian yang muncul dari
kombinasi frekuensi kegiatan dan intensitas dampak yang relatif tinggi
sehingga perlu dikomunikasikan kepada pihak lain yang terkait"
penggunaannya
diharapkan
Dokumen-dokumen lingkungan yang sifatnya sukarela ini sangat bermacammacam dan terbukti amat berguna bagi pemrakarsa, termasuk dalam
melancarkan hubungan perdagangan dengan luar negeri. Dokumen-dokumen
tersebut antara lain adalah Audit Lingkungan Sukarela, dokumen-dokumen yang
diatur dalam ISO 14000, dokumen-dokumen yang dipromosikan penyusunannya
oleh asosiasi-asosiasi industri/bisnis, dan macam-macam lainnya
peraturan, lama waktu maksimal penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari diluar waktu
yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya.
Dari sudut legislatif, istilah revisi RKL dan RPL tidak dikenal dalam prosedur resmi
AMDAL. Namun demikian istilah ini sering disebut/dipergunakan untuk situasi
perbaikan isi dokumen RKL dan RPL saja untuk menyesuaikan atas perubahan pola
pengelolaan dan pemantauan lingkungan dari suatu kegiatan yang telah beroperasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai revisi RKL dan RPL adalah :
Revisi RKL dan RPL bukan merupakan prosedur umum bagi sebuah kegiatan
yang membutuhkan perubahan atas pola pengelolaan dan pemantauan
lingkungannya. Penerapannya bersifat kasuistik.
Revisi RKL dan RPL tidak selalu harus dinilai di Komisi Penilai AMDAL.
Penilaian dilakukan apabila ada situasi khusus yang menyebabkan perubahan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan kegiatan tersebut wajib
dikomunikasikan kepada seluruh pihak yang terkait.
Penyempurnaan RKL dan RPL harus selalu dilakukan secara otomatis oleh
pemrakarsa sendiri untuk memperbaiki kinerja pengelolaan lingkungannya.
Penyempurnaan yang bersifat sukarela ini tidak usah diproses secara formal
apabila memang tidak ada perubahan detail kegiatan yang berarti.