ginseng, jeruk nipis, daun pandan ke seluruh tubuh sebelum mandi, ujar
Pawennari.
Di Sulawesi Utara, perempuan setempat secara turun-temurun melakukan
bakera. Perawatan tubuh ini lazim ditempuh oleh perempuan yang baru
melahirkan. Dua minggu sesudah melahirkan, perempuan Minahasa biasanya
melakukan bakera, kata Pawennari.
Untuk merasakan nikmatnya bakera, perempuan Minahasa dibantu oleh orang
yang mempunyai pengetahuan tentang bakera sekaligus tukang pijat yang biasa
disebut biang kampung. Namun, saat ini, bakera dapat dilakukan oleh suami
atau orang tua, kecuali untuk proses pengurutan. Bakera dilakukan pada pagi
hari, saat matahari terbit.
Spa bakera melibatkan minimal 20 macam tanaman. Sebanyak 40 persen di
antaranya merupakan tanaman obat, seperti daun cengkih, dukung anak, daun
pisang, daun balacai, daun sesewanua, daun tawaang, daun mangga, daun
beluntas, dan daun sirih. Lantas, 37 persen lainnya merupakan tanaman
beraroma yang biasa dijadikan bumbu dapur, misalnya daun pandan, daun
sereh, daun jeruk, jahe, daun kayu manis, bawang putih, dan daun pala. Dua
puluh tiga persen sisanya berupa buah atau bagian dari tanaman buah, seperti
lemon suangi, daun sirsak, atau daun jambu muda.
Pawennari menjelaskan dari segi medis, kandungan tanaman untuk spa bakera
terbukti mempunyai efek positif bagi kesehatan. Tanaman tersebut memiliki
khasiat sebagai immunostimulants (kekebalan tubuh), dapat mengurangi rasa
sakit dan menciptakan ketenangan (sedative), serta mengandung antiseptik (zat
pembunuh kuman). Ada pula herbal yang dapat mengurangi peradangan.
Persiapan bakera dimulai dengan merebus semua bahan sampai mendidih. Pada
saat bersamaan, warga Minahasa membakar batu kali sampai agak merah. Ibu
yang baru melahirkan tinggal duduk dalam keadaan tanpa busana dan ditutup
kain mulai kepala sampai kaki. Panci rebusan diletakkan di bawah tempat duduk
dan tutupnya dibuka sedikit demi sedikit mengeluarkan uap panas. Prosesnya
diulang tiga kali dengan durasi kurang lebih 30 menit. Air rebusan dalam
keadaan hangat bisa dipakai untuk air mandi dan keramas. Spa bakera makin
lengkap dengan meletakkan batu panas di depan kursi untuk disiram dengan air
rebusan sampai mengeluarkan asap dan aroma panas. Asap harus dihirup
sebanyak mungkin. Khasiatnya akan langsung terasa, sisa darah akan lancar
keluar, bau amis vagina setelah melahirkan hilang, otot yang kaku dan kendor
selama masa hamil dirangsang ke bentuk semula, dan wajah menjadi segar
kemerah-merahan. Setelahnya, ibu dapat merawat bayi dalam keadaan sehat,
kata Pawennari.
***
Spa Organ Kewanitaan
Mengadopsi spa tradisional, Lenywati mendirikan Tirta Ayu Spa. Ia
mengembangkan 21 jenis spa khusus organ kewanitaan. Saya menyesuaikan
jenisnya berdasarkan usia pelanggan, kebutuhan, dan permasalahan yang
dihadapi, kata Presiden Direktur Tirta Ayu Spa ini.
Spa organ intim Leny kembangkan setelah mempelajari tradisi Jawa yang
berkaitan dengan teknik dan jamu perawatan organ reproduksi wanita. Ia juga
belajar khusus tentang organ reproduksi wanita di dalam dan luar negeri. Saya
menggabungkan pengetahuan tersebut dengan metode pengobatan REN.
Lenywati menawarkan spa untuk perempuan usia pubertas (menstruasi
pertama), pascamelahirkan, hingga perawatan untuk ibu usia menopause. Tirta
Ayu Spa juga memiliki menu khusus untuk keharmonisan rumah tangga.
Manfaat spa organ kewanitaan ini untuk menyehatkan organ intim wanita,
mengembalikan vitalitas, mengatasi stres khusus pada vagina, dan mengobati
penyakit maupun kelainan seputar vagina.
Spa organ intim juga dapat mempercantik, meremajakan kulit di sekitar organ
intim perempuan. serta menghilangkan flek-flek hitam di area tersebut. Dengan
spa, organ intim dan kulit di sekitarnya akan lebih bersih, halus, dan tak
beraroma tak sedap.
***
Bakera spa dari Minahasa
Lebih lanjut Pawennari menjelaskan, Bakera, perawatan tubuh secara tradisional
di Minahasa. Perawatan tradisional untuk wanita yang baru melahirkan
dilaksanakan setelah dua minggu melahirkan. Dengan dibantu orangtua atau
suaminya pada pagi hari jam 06.00-07.00 WIB, katanya.
Orang Minahasa menyebutnya bakancing, yang diartikan organ intim dan
reproduksi yang kendor pada masa hamil dan melahirkan, akan dikembalikan
seperti sedia kala (dibuat kencang), vagina menjadi elastis dan tidak melar,
ungkapnya.
Menurutnya bakera dapat dilaksanakan dua kali dalam tenggang waktu hingga
40 hari, setelah 40 hari maka biang kampong (tukang pijat) akan mengurut
seluruh badan terutama organ reproduksi wanita.
Ada 20 tanaman ideal bakera yang digunakan, terdiri dari 40 persen tanaman
obat, yakni Daun Cengkeh, Dukung Anak, Daun Pisang, Daun Balacai, Daun
Sesewanua, Daun Tawaang, Daun Mangga, Daun Beluntas, daun sirih. 37 persen
tanaman beraroma yang biasa dijadikan bumbu dapur, yakni Daun Pandan, Daun
Sereh, Daun Jeruk, Jahe (menghangatkan tubuh), Daun Kayu Manis, Bawang
Putih, dan Daun Pala. 23 persen buah-buahan, yakni Lemong Suangi
(memanaskan badan), daun sirsak, daun /Jambu muda.
Dari segi medis kandungan dari jenis tumbuhan tersebut mempunyai efek
kekebalan tubuh, mengurangi rasa sakit dan menciptakan ketenangan, dan zat
pembunuh kuman.
Proses pelaksanaan bakera menurutnya dilakukan dengan proses semua
tanaman (buah, kembang, daun, batang, dan akar) direbus sampai mendidih.
Disaat bersamaan batu kali yang sudah disiapkan dibakar sampai agak merah.
Ibu yang baru melahirkan duduk dalam keadaan tanpa busana dan ditutup kain
mulai kepala sampai kaki, panic rebusan diletakan di bawah tempat duduk. Batu
diletakan di depan kursi dan mulai disiram air rebusan hingga mengeluarkan
asap dan aroma panas. Asap harus dihirup dan ditelan sebanyak tiga kali,
jelasnya.
diingat, kencing di atas bara api tidak boleh di lakukan pada ibu yang masih
memiliki luka pasca melahirkan khususnya di daerah vagina. Karena akan
memungkinkan si ibu terkena percikkan bara api atau abu yang dapat
menambah parah luka pasca melahirkan.