Pada umumnya mesin-mesin penggerak yang digunakan di Industri mempunyai daya keluaran lebih besar dari 1
HP dan menggunakan motor Induksi
Tiga Fasa. Adapun kelebihan dan kekurangan motor induksi bila dibandingkan dengan jenis motor lainnya,
adalah :
Kelebihan Motor Induksi
Mempunyai konstruksi yang sederhana.
Relatif lebih murah harganya bila dibandingkan dengan jenis motor yang
lainnya.
Menghasilkan putaran yang konstan.
Mudah perawatannya.
Untuk pengasutan tidak memerlukan
motor lain sebagai penggerak mula.
Tidak membutuhkan sikat-sikat, sehingga rugi gesekan bisa dikurangi.
Kekurangan Motor Induksi
Putarannya sulit diatur.
Arus asut yang cukup tinggi, berkisar
antara 5 s/d 6 kali arus nominal motor
408
Mesin Listrik
Inti besi stator dan rotor terbuat dari lapisan baja silikon yang tebalnya berkisar
antara 0,35 mm - 1 mm yang tersusun
secara rapi dan masing-masing terisolasi secara listrik dan diikat pada ujungujungnya.
Celah udara antara stator dan rotor
pada motor yg berukuran kecil 0,25 mm0,75 mm, sedangkan pada motor yang
berukuran besar bisa mencapai 10 mm.
Celah udara yang besar ini disediakan
untuk mengantisipasi terjadinya pelengkungan pada sumbu sebagai akibat
pembebanan. Tarikan pada pita (belt)
atau beban yang tergantung akan menyebabkan sumbu motor melengkung.
5.6.1.1 Stator
tukan kecepatan motor tersebut. Semakin banyak jumlah kutubnya maka putaran yang terjadi semakin rendah.
5.6.1.2 Rotor
Motor Induksi bila ditinjau dari rotornya
terdiri atas dua tipe yaitu rotor sangkar
dan rotor lilit.
Rotor Sangkar
Motor induksi jenis rotor sangkar lebih
banyak digunakan daripada jenis rotor
lilit, sebab rotor sangkar mempunyai
bentuk yang sederhana. Belitan rotor
terdiri atas batang-batang penghantar
yang ditempatkan di dalam alur rotor.
Batang penghantar ini terbuat dari tembaga, alloy atau alumunium. Ujungujung batang penghantar dihubung singkat oleh cincin penghubung singkat, sehingga berbentuk sangkar burung. Motor induksi yang menggunakan rotor ini
disebut Motor Induksi Rotor Sangkar.
Karena batang penghantar rotor yang
telah dihubung singkat, maka tidak dibutuhkan tahanan luar yang dihubungkan
seri dengan rangkaian rotor pada saat
awal berputar. Alur-alur rotor biasanya
tidak dihubungkan sejajar dengan sumbu (poros) tetapi sedikit miring.
Pada dasarnya belitan stator motor induksi tiga fasa sama dengan belitan
motor sinkron. Konstruksi statornya belapis-lapis dan mempunyai alur untuk
melilitkan kumparan. Stator mempunyai
tiga buah kumparan, ujung-ujung belitan
kumparan dihubungkan melalui terminal
untuk memudahkan penyambungan dengan sumber tegangan. Masing-masing
kumparan stator mempunyai beberapa
buah kutub, jumlah kutub ini menenMesin Listrik
409
Rotor Lilit
Rotor lilit terdiri atas belitan fasa banyak,
belitan ini dimasukkan ke dalam aluralur initi rotor. Belitan ini sama dengan
belitan stator, tetapi belitan selalu dihubungkan secara bintang. Tiga buah
ujung-ujung belitan dihubungkan ke
terminal- terminal sikat/cincin seret yang
terletak pada poros rotor.
Pada jenis rotor lilit kita dapat mengatur
kecepatan motor dengan cara mengatur
tahanan belitan rotor tersebut. Pada
keadaan kerja normal sikat karbon yang
berhubungan dengan cincin seret tadi
dihubung singkat. Motor induksi rotor lilit
dikenal dengan sebutan Motor Induksi
Slipring atau Motor Induksi Rotor Lilit.
Putaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan putar
(fluksi yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini
timbul bila kumparan stator dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa.
410
Mesin Listrik
Hubungannya dapat berupa hubungan bintang atau segitiga. Pada gambar 5.98
diperlihatkan bagaimana terjadinya medan putar pada motor induksi tiga fasa.
Perhatikan gambar 5.99 a s/d f
Pada posisi ketiga atau c, fluks re Pada posisi pertama atau a, fluks
sultannya mempunyai arah yang saresultan mempunyai arah yang sama dengan fluks yang dihasilkan
ma dengan arah fluk yang dihasilkan
oleh kumparan b - b.
oleh kumparan a - a.
Pada posisi keempat s/d keenam
Pada posisi kedua atau b, fluks reterlihat fluks resultan yang terjadi
sultan mempunyai arah yang sama
arahnya akan berlawanan dengan
dengan arah fluks yang dihasilkan
arah fluks sebelumnya pada masingoleh kumparan c - c.
masing kumparan.
(a)
(c)
Mesin Listrik
(b)
(d)
411
(e)
(f)
Gambar 5.100 Proses Terjadinya Medan Putar
120. f
P
Rpm
(a)
120. f
P
412
Mesin Listrik
120f
. Medan putar yang terjadi
P
pada stator ini akan memotong penghantar- penghantar yang ada pada bagian rotor, sehingga terinduksi arus, dan
sesuai dengan dengan Hukum Lentz,
sehingga rotor akan berputar mengikuti
putaran medan stator.
Ns =
(c)
Gambar 5.101 Terjadinya Putaran pada Motor
Induksi
413
Slip Mutlak = Ns Nr
Slip (S) merupakan perbandingan slip
mutlak terhadap Ns, ditunjukkan per unit
atau prosen oleh hubungan :
Ns Nr
S=
x100%
Ns
Dalam keadaan diam, frekuensi rotor
( f 2 ) sama besarnya dengan frekuensi
sumber tegangan, bila rotor berputar
frekuensi rotor tergantung pada besarnya kecepatan relatif atau slip mutlak.
Hubungan antara frekuensi dengan slip
dapat dilihat sebagai berikut :
120.f1
P.Ns
dan f1 =
P
120
dan pada rotor berlaku hubungan :
Ns =
f2
= S f 2 = Sxf1
f1
414
Rotor
Mesin Listrik
Pada saat rotor berputar tegangan induksi rotor (E2) dan reaktansi bocor
rotor (X2) dipengaruhi oleh Slip, maka
arus rotor menjadi :
I2 =
E 2 .S
'
R 2 + (S.X 2 )
R2
1
= R 2 + R 2 ( 1)
S
S
E2
2
R2
.X 2 2
S
Gambar rangkaian ekuivalen pada gambar 5.102 bisa disederhanakan lagi dengan
merefrensikannya pada sisi primer (stator) seperti terlihat pada gambar 5.103
Mesin Listrik
415
atau
E2
Ts = k.E 2 .
R 22 + X22
k.E 2 2 .R 2
R 22 + X22
E 2r =
berputar
E 2r
=
Z 2r
Cos 2r =
Torsi Asut (Starting Torque)
I2 =
E2
=
Z2
Cos =
R2
=
Z2
Torsi Asut
416
E2
R 22 + X22
R2
R 22 + X22
Ts = k.E 2 .I 2 .Cos 2
R 22 + X22
R2
S.E 2
(R 2 ) 2 + ( X 2 .S) 2
R2
(R 2 ) 2 + (S.X 2 ) 2
k.S.E 2 2 .R 2
R 2 2 + (S.X 2 ) 2
k = konstanta, nilainya =
T=
3
2..Ns
S.E 2 2 .R 2
3
x
2..Ns R 2 2 + (S.X 2) ) 2
Mesin Listrik
Torsi Maksimum
dT
=0
dS
k.S.E 2 2 .R 2
R 2 2 + S 2 .X 2 2
R2
.E 2 2 .R 2
X2
=
R
R 2 + ( 2 ) 2 .X 2
X2
2.S.
=
R2
X2
R2
X2
2
+ S 2
k.E 2 2
2.X 2
2
Sm
S
+
S
Sm
Ts
2.R 2 .X 2
k.R 2 .E 2 2 2.X 2
=
=
x
2
2
k.E 2 R 2 2 + X 2 2
Tmax R 2 + X 2
k.
2.
=
R2
X2
R
1 + 2
X2
2.Sm
1 + Sm 2
Tf =
k.S.R 2 .E 2 2
R 2 2 + S 2 .X 2 2
Tmax =
k.E 2 2
2.X 2
2
2.X 2
Tf
k.S.R 2 .E 2
=
x
Tmax R 2 2 + S 2 .X 2 2 k.E 2 2
Mesin Listrik
417
Saat Pengasutan S = 1
I2 =
Cos 2 =
T=
E2
(R 2 + Rx) 2 + ( X 2 ) 2
Saat Berputar
I2 =
Ampere
R 2 + Rx
(R 2 + Rx) 2 + ( X 2 ) 2
Cos 2 =
k.E 2 .( R 2 + Rx)
( R 2 + Rx) 2 + ( X 2 ) 2
N-m
T=
S.E 2
(R 2 + Rx) 2 + (S.X 2 ) 2
Ampere
R 2 + Rx
(R 2 + Rx) 2 + (S.X 2 ) 2
N-m
Daya keluar rotor dikonversi ke dalam energi mekanis dan menghasilkan Torsi Tg.
Sebagian torsi yang dihasilkan Tg hilang karena gesekan dan angin di rotor disebut
Torsi Poros Tsh.
418
Mesin Listrik
Keterangan :
Daya Keluar Rotor kotor = Pout rotor
= Pin rotor
Pcu= 3.I 2 2 .R 2
= Pcu rotor
Pout rotor
2..Nr
3.S 2 .E 2 2 .R 2
R 2 2 + S 2 .X 2 2
Pin rotor P2 =
=
Ns
Ns
Nr
Ns
Efisiensi Rotor =
Nr
Pcu rotor
S x Pin rotor
Juga
=
Pout rotor (1 S) Pin rotor
= 1
Watt
Pcu rotor
S
3.S 2 .E 2 2 .R 2
2
R 2 + S .X 2
1
S
3.S.E 2 2 .R 2
R 2 2 + S 2 .X 2 2
Watt
Pm
Pm
=
2Nr / 60
Pm
=
2..Ns(1 S) / 60
Tg =
3.S.E 2 2 .R 2
1
Nm
=
x
2..Ns / 60 R 2 2 + (S.X 2 ) 2
S
1 S
Mesin Listrik
419
I 2' =
Tg =
( )2 RS2
3
x
2.Ns / 60
V12
......
V1
'
R + R 2 + j( X + X ' )
1
2
1 S
(R1 +
'
Watt
R 2'
S
Tg =
2.Ns / 60
3(I 2 ' ) 2
R 2'
Nm
S
I1 =
' 2
1 S
= 3.(I 2 ' ) 2 .R 2 '
S
1 S
3(I 2 ' ) 2 .R 2 '
Tg =
2.Nr / 60
karenaNr = Ns(1 S),maka
R 2' 2
) + ( X1 + X 2 ' ) 2
S
(R eq1 + R L ) 2 + Xeq12
Pg =
3.V12 .R L
(R eq1 + R L ) 2 + Xeq12
, k diasumsikan = 1
Pg max =
=
3.V12 .Z eq1
(R eq1 + Z eq1 ) 2 + X eq12
3.V12
2(R eq1 + Z eq1 )
dari
rangkaian
ekuivalen
420
tukan berdasarkan hasil tes tanpa beban, tes hubung singkat, dan dari pengukuran tahanan dc dari belitan stator.
Mesin Listrik
Mesin Listrik
dan
Cos 0 =
W0
3.V.I 0
421
422
Whs
3.VhsL .I hsL
Whs Wint i
3.I hs
Vhs
I hs
Mesin Listrik
423
(a)
(b)
424
(c)
Gambar 5.114 Pengaturan Tegangan
Mesin Listrik
425
Desain
Torsi
Asut
Arus
Asut
A
B
C
D
F
N
N
T
T
R
N
N
N
R
R
Slip
Beban
Penuh
R
R
R
T
R
Torsi
Patah
LT
N
N
T
R
Motor tanpa
SF
Motor dengan
SF 1,15
Klas B
Isolasi
Klas F
Klas H
80C
105C
125C
90C
115C
135C
Mesin Listrik