Anda di halaman 1dari 28

USULAN TUGAS AKHIR

(ME 141501)

PERENCANAAN SISTEM REGASIFIKASI SERTA DESAIN


SISTEM PERPIPAAN DI TERMINAL PENERIMA LNG DI
PEMARON, BALI MELALUI PEMILIHAN DAN ANALISA
KEBUTUHAN PANAS UNIT REGASIFIKASI
Pengusul:
Ade Putri Aulia Wijharnasir
4211 100 018
Calon Dosen Pembimbing:
1. Nama
NIP
2. Nama
NIP

: Sutopo Purwono Fitri, S.T., M.Eng., Ph.D


: 1975.1006.2001.12.1003
: Prof. Dr. Ketut Buda Artana, S.T., M.Sc.
: 1971.0915.1994.12.1001

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2014
Ikhtisar Tugas Akhir

Penelitian ini mengambil studi kasus rencana pembangunan fasilitas FSU


Bali beserta fasilitas terminal penerima yang berada di Pemaron, Jimbaran,
dan Gilimanuk. Rencana pembangunan FSU Bali adalah suatu terminal
penyimpanan LNG terapung. Dimana, LNG dari FSU Bali akan
didistribusikan menggunakan truk LNG menuju ke terminal penerima.
Kemudian LNG akan diregasifikasi di setiap terminal penerima. Sampai
dengan saat ini, belum terpasang sistem regasifikasi di terminal penerima.
Oleh sebab itu penelitian kali ini dilakukan untuk melakukan perencanaan
sistem regasifikasi melalui pemilihan dan analisa kebutuhan panas unit
regasifikasi. Proses pemilihan dan analisa panas dirasa dibutuhkan untuk
dilakukan agar proses regasifikasi yang dilakukan di terminal penerima
menjadi lebih efisien. Namun pada penelitian kali ini, studi kasus hanya akan
dilakukan untuk terminal penerima di Pemaron. Analisa yang dilakukan di
terminal penerima LNG di Pemaron akan dapat digunakan sebagai contoh
analisa untuk kedua terminal lainnya.
Sejauh ini teknologi sistem regasifikasi telah berkembang pesat dan
memiliki beragam tipe. Penggunaan tipe-tipe tertentu didasarkan pada kondisi
terminal penerima maupun kebutuhan (demand) dari konsumen. Berdasarkan
pemilihan yang dilakukan maka akan diperoleh tipe unit regasifikasi yang
tepat. Selanjutnya analisa kebutuhan panas dari sumber pemanas seperti air
laut, angin, ataupun fuel akan dilakukan untuk mengetahui jumlah panas yang
dibutuhkan untuk mengubah LNG menjadi gas sesuai dengan demand yang
dibutuhkan oleh konsumen. Perencanaan sistem regasifikasi tidak terlepas dari
perencanaan sistem perpipaan yang akan dirancang di mini LNG Plant
Pemaron. Sehingga nantinya di dalam tugas akhir ini akan dilakukan desain
sistem regasifikasi yang menunjukkan aliran dari dan keluar dari unit
regasifikasi.
Tempat Pelaksanaan
Tempat pengerjaan skripsi: Laboratorium Marine Machinery and System
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan
FTK ITS Surabaya
Tempat studi kasus skripsi: Pemaron, Bali

I.

PENDAHULUAN
Cadangan minyak bumi secara global semakin menipis, begitu pula dengan Indonesia.
Oleh sebab itu pemerintah Indonesia sendiri mencanangkan program peningkatan
pemanfaatan gas bumi sebagai sumber energi di Indonesia. Indonesia adalah suatu
negara yang kaya akan gas alam nya dimana cadangannya cukup besar sekitar 183
TCF. Namun sejak awal dieksplorasinya gas alam, Indonesia selalu mengekspor gas
alam tersebut ke luar negeri dan tidak pernah dimanfaatkan untuk kepentingan
domestik. Sehingga di Indonesia hanya tersedia infrastruktur untuk loading gas alam
yang telah diubah menjadi LNG tersebut, namun tidak tersedia infrastruktur untuk
proses unloading gas alam tersebut atau yang biasa dikenal dengan LNG Receiving
terminal.
Hal inilah yang menyebabkan pemerintah Indonesia mulai melakukan proyek
pembangunan LNG Receiving terminal di beberapa daerah di Indonesia sehingga
distribusi LNG untuk memenuhi kebutuhan domestik dapat terpenuhi dengan baik.
Sejauh ini telah dibangun proyek FSRU (Floating Storage and Regassification Unit)
sebagai LNG Receiving terminal. FSRU sendiri dipilih karena mengingat lebih
mudahnya proses pembangunan terminal terapung ini. Pembangunan terminal
regasifikasi ini menjadi lebih mudah karena tidak diperlukannya proses pembebasan
lahan.
Pada saat ini telah dibangun FSRU Jawa Barat yang mana penyimpanan dan
regasifikasi modul berada di atas kapal LNG Carrier yang telah dimodifikasi menjadi
FSRU. Hal ini berbeda dengan FSU Bali yang masih dalam rencanan pembangunan,
dimana FSU Bali hanya berfungsi sebagai penyimpanan, dimana nantinya proses
regasifikasi akan dilakukan di terminal penerima milik konsumen LNG yang berada
di Jimbaran, Gilimanuk, dan Pemaron.
Sampai saat ini proyek pembangunan FSU Bali masih dalam proses
perencanaan sehingga belum ada fasilitas yang existing termasuk sistem
regasifikasinya. Oleh sebab itu, penulis akan melakukan penelitian mengenai
pemilihan unit regasifikasi dan analisa sumber serta kebutuhan panas dari unit
regasifikasi ini. Dimana penelitian hanya akan dilakukan di Pemaron, Bali yang
direncanakan akan dibangun terminal penerima LNG. Di dalam penelitian ini juga
disertakan perencanaan desain sistem perpipaan di mini LNG Plant, Pemaron, Bali.
Perencanaan desain sistem perpipaan diberikan dalam output berupa P&ID dan 3D
yang dilakukan dengan bantuan software Plant 3D.
Pada penelitian ini proses pemilihan dan analisa kebutuhan panas dari unit
regasifikasi dilakukan karena selama ini proses pemilihan unit regasifikasi dirasa
belum dilakukan dengan optimal dengan mempertimbangkan beberapa aspek. Selain
itu analisa kebutuhan panas juga sebaiknya dilakukan karena hal ini dapat
mengoptimalkan penggunaan sumber panas untuk unit regasifikasi. Sumber panas
yang digunakan tergantung dari unit regasifikasi yang nantinya terpilih. Sumber panas
dapat berupa air laut, angin, ataupun fuel. Sebagai contoh jika digunakan bahan bakar
sebagai sumber pemanas maka konsumsi bahan bakar dapat dihemat dengan
memperhitungkan kebutuhan panas dari unit regasifikasi ini.

II.

PERUMUSAN MASALAH
1. Perumusan Masalah
1. Apakah tipe unit regasifikasi yang paling cocok digunakan di terminal
penerima Pemaron?
2. Berapa kebutuhan panas untuk unit regasifikasi agar bisa mengubah LNG
menjadi gas sesuai dengan demand dari konsumen?
3. Darimana sumber panas untuk kebutuhan panas unit regasifikasi?
4. Bagaimana sistem perpipaan yang akan dirancang untuk mengalirkan LNG
menuju unit regasifikasi sampai kemudian dialirkan menuju konsumen (PLTG
Pemaron)?
2. Batasan Masalah
1.
Objek yang dianalisis adalah terminal penerima LNG yang direncanakan
terletak di lingkungan PLTG Pemaron.
2.
Pemilihan sistem regasifikasi dibatasi untuk masalah lingkungan, teknikal, dan
ekonomi.
3.
Perencanaan sistem regasifikasi dibatasi hanya sebatas perencanaan sistem
perpipaan di dalam terminal penerima yang berkaitan dengan fungsi Unit
Regasifikasi tanpa perhitungan analisa tegangan pipa maupun dampak
lingkungan.
4.
Analisa kebutuhan panas dan estimasi biaya investasi hanya dilakukan untuk
unit regasifikasi yang terpilih.
5.
Desain sistem perpipaan tidak memperhitungkan peraturan mengenai jarak
antara outfitting dari jalur pipa. Dimana hal ini telah disesuaikan dengan standar
yang terintegrasi dengan software AutoDesk Plant 3D.

III.

TINJAUAN PUSTAKA
1.

Paper Review
Sejauh ini telah dilakukan berbagai penelitian yang berkaitan mengenai sistem
regasifikasi LNG atau yang lebih dikenal dengan LNG Vaporizer. LNG
Vaporizer secara umum dibagi menjadi Open Rack Vaporizer (ORV),
Submerged Combustion Vaporizer (SCV), Ambient Air Vaporizer (AAV), dan
Intermediate Fluid Vaporizer (IFV). (Kawamoto, Hannah). Pada penelitian
yang dilakukan oleh (Agarwaal) diberikan data bahwa Indonesia memiliki
potensi gas alam yang besar. Gas alam yang diproduksi Indonesia sebesar 9%
dari kebutuhan dunia. Hal inilah yang memberikan kesimpulan bahwa gas alam
adalah sumber energi pengganti minyak bumi yang dirasa paling tepat.
Saat ini industry gas tidak hanya berjalan di darat namun juga di laut. Sebagai
contoh dengan mulai banyaknya terminal regasifikasi terapung (FSRU) yang
dibangun di dunia. Namun yang harus diingat adalah meskipun FSRU ini
menawarkan banyak kemudahan dibandingkan terminal regasifikasi onshore,
namun FSRU juga memberikan tantangan, resiko, dan ketidak pastian yang
cukup tinggi. (Bulte, Augusto). Sejauh ini terminal regasifikasi LNG
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu primary receiving terminal dan secondary
receiving terminal. Primary receiving terminal adalah terminal yang digunakan
untuk menerima LNG dari LNG vessels dan kemudian meregasifikasinnya.

Sedangkan secondary receiving terminal adalah terminal yang digunakan untuk


menerima dan meragasifikasikan LNG yang ditransportasikan dari truk ataupun
dari primary LNG terminal. Egashira (2013) melakukan penelitian mengenai
berbagai vaporizer yang digunakan di primary receiving terminal.
Sementara itu, (Patel, Dhirav) telah melakukan studi pemilihan LNG Vaporizer
berdasarkan kondisi atau iklim di lokasi/lahan. Pada penelitian ini, diberikan
penjelasan mengenai cara kerja dan kelebihan dari setiap tipe vaporizer.
Dimana nantinya tipe-tipe vaporizer tersebut akan dirangking berdasarkan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
Di dalam penelitian kali ini, penulis akan melakukan studi pemilihan dengan
menggunakan metode AHP dan TOPSIS. Dimana metode AHP digunakan
untuk pembobotan, sedangkan metode TOPSIS digunakan untuk pemilihan.
Oleh sebab itu dilakukan paper review dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Irfan dan Nilsen telah melakukan penelitian mengenai
pemilihan fasilitas lokasi menggunakan penggabungan metode AHP dan
TOPSIS. Pada penelitian ini diberikan penjelasan mengenai bagaimana
penilaian oleh decision maker (pengambil keputusan) dilakukan. Begitupula
dengan penelitian yang dilakukan oleh Madi dan Osman mengenai penggunaan
TOPSIS dalam pemilihan Investment Board. Untuk studi kasus yang hampir
sama, Indrayuni telah melakukan penelitian mengenai pemilihan sistem supply
listrik dengan menggunakan metode TOPSIS untuk onshore receiving facility
LNG di Celukan Bawang, Buleleng, Bali.
Berdasarkan paper review yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa
penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat mengacu kepada data-data yang
telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian yang dilakukan penulis
kali ini bertujuan untuk melakukan pemilihan unit regasifikasi seperti yang
telah dilakukan oleh (Patel, Dhirav) namun pemilihan akan dilakukan di
terminal penerima LNG Pemaron dengan menggunakan metode yang sama
seperti yang telah dilakukan oleh Irfan dan Nilsen, dan Indrayuni.
2.

LNG
Gas alam merupakan potensi sumber daya alam yang menjadi pilihan
utama sebagai pengganti bahan bakar minyak saat ini. Khususnya untuk
pemerintah Indonesia, penggunaan gas alam untuk domestik sedang
ditingkatkan. Hal ini ditunjukkan dengan dibangunnya beberapa fasilitas
receiving terminal LNG di Indonesia. Sejak sekitar 30 tahun yang lalu
Indonesia telah memulai bisnis impor gas alam ke luar negeri, namun Indonesia
tidak pernah menikmati gas alam produksi dalam negerinya sendiri karena
tidak adanya infrastruktur penerimaan LNG di dalam negeri. Oleh sebab itu
saat ini Indonesia mulai membangun fasilitas-fasilitas receiving terminal LNG
di Indonesia, salah satunya adalah FSU Bali.
Gas alam sendiri memerlukan penanganan khusus dalam transportasinya.
Hal ini disebabkan karena karakteristik fluida gas itu sendiri adalah memiliki
massa jenis yang rendah. Sehingga pada proses pengangkutan gas, ruang yang
besar hanya akan mengandung sedikit volume gas alam. Hal inilah yang
menyebabkan gas alam dicairkan ataupun dikompresi agar pada saat proses
transportasi pengangkutan gas menjadi maksimal. Namun proses pencairan dan
kompresi inilah yang menyebabkan biaya tambahan harus diestimasikan dalam
biaya transportasi gas alam.
5

Liquified natural gas (LNG) merupakan cara transportasi gas alam dengan
mencairkan gas alam dengan suhu yang jauh dibawah titik beku. LNG
digolongkan sebagai cryogenic liquid, yaitu gas yang akan mencair saat
didinginkan hingga suhu -160oC. Suhu yang sangat rendah ini akan
menyebabkan bahaya (harm) bagi manusia atau lingkungan sekitar yang
menyentuhnya. Dimana fluida jenis ini dapat menyebabkan kerusakan langsung
pada jaringan yang hidup. Sehingga diperlukan penanganann khusus untuk
mesin fluida yang digunakan saat transportasi LNG.
3.

Sistem Regasifikasi (Regas Module)


Berbagai teknologi sistem regasifikasi telah banyak dikembangkan di
dunia, baik untuk penggunaan land-based ataupun offshore. Secara umum,
model terminal regasifikasi di dunia adalah 70% menggunakan ORV(Open
Rack Vaporizer), 25% menggunakan Submerged Combustion Vaporizer
(SCV), dan 5% sisanya menggunakan IFV (Intermediate Fluid Vaporizer).
Selain itu terkadang digunakan AAV (Ambient Air Vaporizers) pada terminal
regasifikasi dengan skala kecil.

Vaporization Systems as They Relate


to the Thermal Energy
Vaporization System

Direct or
Indirect Heat

Intermediate Fluid Vaporizer


(propane)
Intermediate Fluid Vaporizer
(glycol)
Ambient Air Vaporizer (AAV)
Open Rack Vaporizer ( ORV)
Shell and Tube Vaporizer (STV)
Submerged Combustion
Vaporizer (SCV)

Thermal Energy
Sources
NG
(Combus
-tion)

Indirect

Ambi
ent
Air
x

Indirect

Direct
Direct
Direct
Indirect

Sea
water
x
x
x
x

Tabel 1
Kawamoto, Hannah. Natural Gas Regassification Technologies

Direct heat adalah suatu metode dimana sumber panas memanaskan LNG
secara langsung, sedangkan indirect heat adalah suatu metode dimana sumber
panas akan memanaskan media perantara terlebih dahulu dan kemudian media
perantara itulah yang akan memanaskan LNG.

a. Open Rack Vaporizers (ORV)


ORV adalah model terminal regasifikasi yang umum digunakan di
daerah tropis dan sub-tropis. ORV menggunakan sebuah heat
exchanger dengan menggunakan air laut sebagai sumber panas
langsung. Pada ORV, air laut akan langsung memanaskan LNG sampai
menjadi gas tanpa adanya media perantara. Pada model regasifikasi ini
harus dipastikan kondisi air laut yang akan digunakan serta jaminan
dari kualitas logam yang digunakan untuk heat exchanger.

Gambar 1
Patel, Dhirav. LNG Vaporizer Selection Based On Site Ambient Condition

b. Submerged Combustion Vaporizers (SCV)


Pada SCV digunakan fuel untuk menyalakan burner. Exhaust gas dari
burner digunakan untuk memanaskan water bath yang kemudian panas
dari water bath akan memanaskan pipa stainless steel yang dialiri
LNG. LNG yang mengalir di pipa akan berubah fase dan keluar
menjadi gas. Sejauh ini SCV adalah sistem yang teruji keandalannya
dan terhindar dari resiko ledakan karena suhu waterbath yang selalu
dijaga dibawah titik nyala dari gas alam.

Gambar 2
Patel, Dhirav. LNG Vaporizer Selection Based On Site Ambient Condition

c. Ambient Air Vaporizers (AAV)


AAV adalah metode regasifikasi dengan menggunakan udara sebagai
pemanas LNG. AAV adalah vertical heat exchanger yang dilengkapi
dengan defrosting untuk menghindari terjadinya icing di pipa-pipa di
dalam heat exchanger. Metode ini cocok untuk daerah yang sensitif
dengan isu lingkungan mengenai buangan air laut dari ORV maupun
penggunaan fuel pada SCV.

Gambar 3
Patel, Dhirav. LNG Vaporizer Selection Based On Site Ambient Condition

d. Intermediate Fluid Vaporizers (IFV)


IFV adalah metode regasifikasi dengan menggunakan media perantara
sehingga sumber panas tidak langsung memanaskan LNG. IFV
seringkali juga disebut sebagai STV (shell and tube vaporizer). Sejauh
ini media perantara yang digunakan adalah:
Glycol water
Untuk memanaskan glycol water ini sendiri digunakan
beberapa sumber panas seperti air heater, reverse cooling
tower, sea water heater, dan waste heat recovery system or
fired heater.
8

Gambar 4
Patel, Dhirav. LNG Vaporizer Selection Based On Site Ambient Condition

Hydrocarbon Based HTF (Propane, Butane or Mixed


Refrigerant)
Metode ini adalah modifikasi dari model regasifikasi ORV.
Pada metode ini umumnya digunakan pemanasan dua tingkat
untuk memanaskan LNG. Air laut akan digunakan untuk
memanaskan media perantara, kemudian media perantara akan
memanaskan LNG sampai menjadi gas alam. Kemudian gas
alam akan dipanaskan kembali di heat exchanger tingkat kedua
secara langsung dengan menggunakan air laut.

Gambar 5

Patel, Dhirav. LNG Vaporizer Selection Based On Site Ambient Condition

Tabel Perbandingan Kualitatif Pemilihan Unit Regasifikasi


Alternatif
Kriteria
Luas Lahan
Polusi
Kesesuaian dengan
Lingkungan
Proven technology
Kecocokan dengan
fluktuasi beban
Equipment Penunjang
Demand konsumen
Ketersediaan sumber
panas
Biaya perawatan
Ketersediaan spare part
Biaya investasi
Biaya operasional
Kemudahan operasional
Kemudahan perawatan
Keselamatan operasional

4.

ORV

SCV

AAV

IFV-SW

**
***
**

*
***
*

***
*
***

**
**
**

***
***

**
***

**
**

*
***

**
***
***

**
**
*

**
*
***

*
***
**

***
**
***
*
*
*
*

***
**
**
***
**
**
*

*
**
**
*
**
*
*

***
**
***
**
*
***
**

Pemilihan Unit Regasifikasi


4.1

MADM (Multiple Attribute Decision Making)


MCDM (Multiple Criteria Decision Making) adalah suatu metode
pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik
berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditentukan. Sementara itu
MCDM dibagi menjadi dua yaitu MADM (Multiple Attribute Decision
Making) dan MODM (Multiple Objective Attribuute Decision Making).
Kedua hal ini dibedakan berdasarkan tujuannya.
Pada umumnya MADM digunakan untuk menyelesaikan masalahmasalah dalam ruang diskret. Oleh karena itu, MADM digunakan
10

a.

untuk melakukan penilaian terhadap jumlah alternatif yang terbatas.


Sedangkan MODM digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
kontinyu seperti permasalahan pada program matematis.Secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa MADM digunakan untuk
menyeleksi alternatif terbaik dari beberapa alternatif,sedangkan
MODM digunakan untuk merancang alternatif terbaik.
Untuk penyelesaian masalah MADM dapat digunakan
beberapa metode dibawah ini:
Simple Additive Weighting Method (SAW)
b.
Weighted Product (WP)
c.
ELECTRE
d.
Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution
(TOPSIS)
e.
Analytic Hierarchy Process (AHP)

Pada penelitian kali ini akan digunakan metode AHP dan TOPSIS.
Pada mulanya metode AHP dilakukan untuk menghitung bobot dari
setiap kriteria terhadap alternatif yang akan dipilih. Selanjutnya bobot
yang telah dihitung sebelumnya digunakan di dalam metode TOPSIS
untuk menentukan alternatif yang terbaik.
AHP adalah suatu metode yang dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty sejak tahun 1970-an dan telah mengalami banyak perkembangan
seiring dengan penggunaannya dalam berbagai bidang. Kelebihan dari
AHP ini adalah dapat memberikan kerangka yang komprehensif dalam
menstrukturkan suatu permasalahan untuk menghasilkan suatu
pengambilan keputusan. AHP menguraikan suatu permasalahan yang
kompleks atau dengan kata lain multi faktor menjadi suatu hirarki.
Menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu
representasi dari suatu permasalahan yang kompleks dalam suatu multi
level terdiri dari tujuan, kriteria (termasuk sub kriteria dibawahnya)
dan alternatif.
AHP ini adalah suatu metode yang memberikan kesempatan bagi
setiap orang ataupun kelompok membangun gagasan dan
mendefinisikan persoalan serta membuat asumsi untuk memperoleh
pemecahan yang diingiinkan. Oleh sebab itu, didalam metode AHP
setiap elemen harus diketahui bobot relatifnya satu sama lain. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan (preferensi) pihakpihak yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap atribut dan
struktur hirarki secara keseluruhan. Pendekatan AHP menggunakan
skala Saaty dari skala 1-9 diberikan sebagai berikut:
Intensitas
Definisi Verbal
Kepentingan
Kedua elemen sama pentingnya. (strong)
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen
satunya. (slightly)
Kepentingan yang kuat terhadap yang lain, jelas lebih
penting dari elemen yang lain. (strongly)

11

Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lain.


(very strong)
Satu elemen mutlak lebih penting dari elemen lain.
(extreme)
Nilai tengah diantara dua pertimbangan yang
berdampingan.
Selanjutnya berdasarkan tabel diatas maka dibentuklah suatu
matriks
perbandingan
berpasangan
(pairwise
comparison).
Berdasarkan [1] matriks perbandingan berpasangan adalah matriks
berukuran n x n dengan elemen aij yang merupakana nilai relative
tujuan ke-I terhadap tujuan ke-j. Matrik perbandingan berpasangan
dikatakan konsisten jika dan hanya jika untuk setiap
, j , k i { 1, , n } :
aii =1 ;
1
aij = ;
a ji
aik =( aij ) ( a jk )

TOPSIS berdasarkan pada konsep dimana alternatif yang terpilih


tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif (PIS)
namun juga memiliki jarak terjauh dari solusi ideal negatif(NIS).
(Hwang, 1981) (Zeleny, 1982). Solusi ideal positif adalah solusi yang
memaksimalkan kriteria keuntungan dan meminimalkan kriteria biaya.
Sedangkan solusi ideal negatif sebaliknya. TOPSIS banyak digunakan
untuk penyelesaian masalah pengambilan keputusan secara praktis. Hal
ini disebabkan karena konsepnya sederhana dan mudah dipahami.
Prosedur TOPSIS menurut [1] mengikuti langkah-langkah berikut:
Membuat matriks keputusan ternormalisasi;
Membuat matriks keputusan yang ternomalisasi terbobot;
Menentukan matriks solusi ideal positif & matriks solusi ideal
negatif;
Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks
solusi ideal positif & matriks solusi ideal negatif;
Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif.

Sementara itu algoritma pengerjaan TOPSIS berdasarkan [2] adalah:


a. Menentukan evaluasi kriteria
b. Menentukan bobot setiap kriteria dengan menggunakan
pairwise comparison
c. Membentuk matriks keputusan D mengacu terhadap m
alternatif yang akan dievaluasi berdasarkan n kriteria yang
didefinisikan sebagai berikut:
~
x 11 ~
x 12 ~
x1 n
~
~
~
~
D= x 21 x 22 x 2 n

~
xm1 ~
x m 2 ~x mn
12

Dengan x ij menyatakan performansi dari perhitungan untuk


alternatif ke-i terhadap atribut ke-j. Nilai bobot preferensi
menunjukkan tingkat kepentingan suatu kriteria atau sub-kriteria
terhadap kriteria lainnya. Nilai bobot dapat dihitung menggunakan
rumus
W = { w1, , w 2 , , w n }
k
k
Dimana ~
x ij dan ~
wij adalah variabel linguistic yang dapat
~
x ij =( aij , bij , c ij ) dan
ditunjukkan dengan nilai segitiga fuzzy :
~
wij =( w j1 , w j 2 , w j 3 ) .

d. Menentukan matriks keputusan yang ternornalisasi yang


menunjukkan rating kinerja setiap alternatif Ai untuk setiap
kriteria Ci yang mana dapat dirumuskan sebagai:
~ ~
R=[ r ij ]mxn
x
r ij = m ij ; dengan i=1,2, m; j=1,2, n

x 2ij

i=1

e. Menghitung matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot


dengan rumus.
~ ~
V =[ vij ] mxn , i=1,2,3, ; j=1,2,3, , n \
Dimana
~
v ij =~
wi (.) ~r ij ; dengan i=1,2, m; j=1,2, n
f. Menghitung matriks solusi ideal positif A+ dan solusi ideal
negatif A-.
+
+ , , ~v n
+ , v 2 ;

~
v1
+=max
A

, , ~vn
, ~v 2 ;
~
v 1
=min
A
g. Menghitung jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal positif
diberikan dalam rumus berikut:

13

+ y ij
y i

j=1

+=
Di
h. Menghitung jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal
negatif diberikan dalam rumus berikut:

y ij y i

j=1

=
Di
i. Menghitung nilai preferensi untuk setiap alternatif (CC i)
dirumuskan sebagai:
+ D+
i ; dengan 0<CC i <1
Di
D
i

CC i=
(4.9)
Nilai CCi yang lebih besar menunjukkan bahwa alternatif Ai lebih
dipilih.
5.

Analisa Kebutuhan Panas Unit Regasifikasi


Unit regasifikasi pada dasarnya adalah suatu penukar panas. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa unit regasifikasi yang terdapat di dunia secara
umum dibagi menjadi 4 yaitu:
1. ORV (Open Rack Vaporizer)
bekerja dengan menukarkan panas antara sea water (fluida panas) dan
LNG (fluida dingin).
2. SCV (Submerged Combustion Vaporizer)
bekerja dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan burner untuk
membuat water bath menjadi fluida panas, panas kemudian bertukar antara
water bath (fluida panas) dengan LNG (fluida dingin).
3. AAV (Air Ambient Vaporizer)

14

bekerja dengan menukarkan panas antara udara sebagai fluida panas


dengan LNG sebagai fluida dingin.
4. IFV (Intermediate Fluid Vaporizer)/STV (Shell and Tube Vaporizer)
bekerja dengan menukarkan panas antara fluida panas dengan media lain
yang dapat berupa HTF,glycol water maupun hot water. Selanjutnya panas
dari media lain ini ditukarkan dengan fluida dingin yaitu LNG.
Selanjutnya berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
seluruh unit regasifikasi adalah penukar panas. Dimana untuk analisa
kebutuhan panas unit regasifikasi dapat dilakukan dengan metode LMTD dan
NTU. Selain itu sebagai tambahan untuk SCV diperlukan analisa heating
value karena untuk memanaskan water bath dibutuhkan proses pembakaran
yang dilakukan oleh burner.
Analisa kebutuhan panas unit regasifikasi sama halnya dengan melakukan
perhitungan untuk mengetahui performance dari penukar panas (heat
exchanger). Penukar panas identik dengan panas yang ditukarkan secara
konduksi dan konveksi. Kemampuan untuk menerima panas dipengaruhi oleh
3 hal, yaitu:
a. Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (U)
U adalah koefisien yang menyatakan seberapa mudah panas
berpindah antar fluida dan juga menyatakan aliran panas yang
berpindah sebagai gabungan dari proses konduksi dan konveksi.
1
U o=
r
A o ln ( o )
Ao
ri
1
+
+
Ai
2 kL
ho
1
U i=
r
A i ln ( o )
ri
A 1
1
+
+ i
hi
2 kL
Ao ho
b. Luas bidang yang tegak lurus terhadap arah perpindahan panas
c. Selisih temperature rata-rata logaritmik (T LMTD)
LMTD adalah beda suhu pada satu ujung penukar panas dikurangi
beda suhu pada ujung yang satu lagi dibagi dengan logaritma alamiah
daripada perbandingan kedua suhu tersebut.
( T h 2T c 2 )(T h 1T c1 )
T m=
T T c 2
ln [ h2
]
T h1 T c 1
Namun jika penukar panas tersebut bukan merupakan jenis penukar panas
pipa ganda maka diberikan faktor koreksi sebagai berikut:
q=UAF T m
LMTD dapat digunakan jika suhu masuk dan suhu keluar diketahui atau
dapat ditentukan dengan mudah. Jika suatu kasus tidak diketahui suhu masuk
15

dan suhu keluar, untuk tetap dapat menggunakan LMTD maka harus
dilakukan proses iterasi logaritma. Sehingga dalam hal ini akan lebih mudah
jika dilakukan analisa dengan menggunakan metode yang berdasarkan
efektivitas penukar panas dalam memindahkan panas sejumlah tertentu.
Metode disebut dengan metode NTU-efektivitas.
Metode NTU efektivitas dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
mendefinisikan fluida minimum. Fluida minimum adalah fluida yang memiliki
c yang paling kecil.
nilai m
Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk aliran searah maka diberikan
persamaan
C
UA
1exp [
1+ min ]
Cmin
C max
=
C
1+ min
C max
Sedangkan untuk aliran yang tidak searah persamaan diatas diubah
menjadi
C
UA
(
)(1 min )
Cmin
Cmax

C min
1
exp
C max

( )(

( )

1exp [
=
5.1

C
UA
1 min ]
Cmin
C max

( )(

Heating value dan Heat transfer pada Proses Pembakaran


Proses pembakaran terjadi dalam suatu reaksi yang dapat diberikan
pade persamaan berikut:

C x H y +a ( O2 +3.76 N 2 ). bC O2 +c H 2 O+dN 2
Jumlah energi yang dihasilkan oleh bahan bakar (CxHy) pada saat
bereaksi dengan udara dikenal dengan istilah heat of combustion atau
heating value. Nilai dari heating value diberikan dalam persatuan
massa bahan bakar.

16

HR(298K)

Di dalam suatu proses kimia, terdapat reaktan dan produk. Sebagai contoh
pada proses berikut
C x H y +a ( O2 +3.76 N 2 ). bC O2 +c H 2 O+dN 2
ruas sebelah kiri menunjukkan reaktan dan ruas sebelah kanan menunjukkan
produk. Setiap proses kimia akan menghasilkan panas ke lingkungan ataupun
mengambil panas dari lingkungan. Proses kimia yang menghasilkan panas
disebut eksotermis sedangkan yang mengambil panas disebut endotermis.
Panas yang berpindah ini dikenal dengan istilah heat of formation atau
enthalpy of formation. Berdasarkan tabel dibawah dapat diketahui bahwa CH 4
(LNG) mengalami proses eksotermis yang berarti melepaskan panas.

Untuk menghitung panas yang dilepaskan dari proses kimia ini maka dapat
dilakukan dengan persamaan
Q=H p H r

17

Dimana Q adalah panas yang dilepaskan, H menunjukkan enthalpy, subskrip p


menunjukkan product dan r menunjukkan reaktan. Sehingga Hp adalah total
dari enthalpy seluruh produk dan Hr adalah total dari enthalpy seluruh reaktan.

IV.

TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui tipe unit regasifikasi yang paling cocok digunakan di terminal
penerima LNG, Pemaron,Bali.
2. Menganalisa kebutuhan panas yang dibutuhkan oleh unit regasifikasi untuk
mengubah LNG menjadi gas sesuai dengan demand konsumen.
3. Membuat desain sistem perpipaan yang berkaitan dengan fungsi unit
regasifikasi di terminal penerima LNG, Pemaron.

V.

MANFAAT TUGAS AKHIR


1.
2.

VI.

Memberikan saran desain sistem regasifikasi untuk rencana pembangunan


proyek FSU Bali.
Turut serta dalam mendukung proyek pemerintah untuk peningkatan konsumsi
LNG domestik.

METODOLOGI
Metodologi adalah kerangka dasar dari tahap penyelesaian tugas akhir ini. Subbab ini
menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan penelitian ini.
Metodologi sendiri mencakup semua kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses
analisa maupun pemecahan masalah di dalam penelitian ini. Berikut ini adalah
metodologi yang digunakan:
I.

Identifikasi dan Perumusan Masalah


Penulisan tugas akhir ini dimulai dengan melakukan identifikasi dan penjabaran
mengenai permasalahan yang akan dipecahkan. Selain itu batasan masalah juga
diberikan untuk memberikan batasan agar permasalahan tidak melebar dan proses
pengerjaan menjadi lebih sederhana.

II.

Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan referensi dari berbagai sumber
mengenai unit regasifikasi yang dipakai di dunia, metode pemilihan dan juga
mengenai proses permodelan dengan menggunakan software Plant 3D. Detail data
yang dibutuhkan akan dijelaskan di subbab selanjutnya. Literatur-literatur tersebut
didapatkan dari:
1. Text Book
2. Paper
3. Tugas Akhir
4. Artikel

III.

Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan adalah data mengenai unit regasifikasi yang telah
digunakan selama ini di dunia dan data kondisi mini LNG Plant di Pemaron.
18

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi literature maupun survei.


Berikut ini adalah detail dari data-data yang dibutuhkan untuk melakukan
penelitian ini. Data-data tersebut dibagi dua berdasarkan tujuannya yaitu untuk
pemilihan dan analisa kebutuhan panas serta desain sistem perpipaan.
1. Pemilihan
Peraturan pemerintah provinsi Bali mengenai lingkungan
Layout lokasi rencana terminal penerima LNG Pemaron dan luas
lahan yang disediakan.
Kondisi lingkungan di lokasi seperti kelembaban, suhu udara,
altitude, kecepatan angin dan radiasi matahari.
Prosentase penggunaan unit regasifikasi yang dijadikan alternatif di
dunia.
Fluktuasi beban di PLTG Pemaron.
Spesifikasi teknis/brosur dari unit regasifikasi yang dijadikan
alternatif.
Demand PLTG Pemaron.

2. Analisa kebutuhan panas dan desain sistem perpipaan


Spesifikasi teknis PLTG Pemaron (spesifikasi gas turbin).
Peraturan yang mengatur tentang desain sistem perpipaan di
terminal penerima LNG.
PFD dari rencana terminal penerima LNG.
Komposisi LNG yang dibeli.
IV.

Penentuan Pemilihan Unit Regasifikasi


Pemilihan Unit Regasifikasi dilakukan dengan menggabungkan dua buah metode
yaitu metode AHP dan metode TOPSIS. Metode AHP digunakan untuk
menentukan pembobotan setiap kriteria sedangkan metode TOPSIS digunakan
untuk menentukan alternatif unit regasifikasi yang terpilih. Berikut ini daftar
pertanyaan yang akan digunakan untuk menentukan kriteria pemilihan:
1. Apakah sumber pemanas (air laut, udara, atau fuel) unit regasifikasi
tersedia?
2. Berapa banyak sumber pemanas dibutuhkan dan berapa biaya yang
dikeluarkan untuk menyediakan sumber pemanas ini?
3. Apakah unit regasifikasi yang terpilih memberikan dampak yang buruk
terhadap lingkungan?
4. Apakah unit regasifikasi yang terpilih sesuai dengan batasan yang
diberikan oleh peraturan daerah setempat?
5. Apakah unit regasifikasi yang terpilih adalah proven technology dan
memiliki safety record yang baik?
6. Berapa banyak unit regasifikasi yang terpilih telah digunakan di dunia?
7. Apakah unit regasifikasi yang terpilih dapat digunakan untuk beban yang
fluktuatif?

19

8. Apakah pada saat perawatan diperlukan treatment tambahan (sebagai


contoh adalah netralisasi water bath)?
9. Apakah terdapat banyak komponen tambahan sebagai penunjang kerja
sistem?
10. Jika unit regasifikasi terjadi kerusakan, apakah suku cadang mudah
didapatkan?
11. Bagaimana kondisi luas lahan yang tersedia?
12. Bagaimana kondisi lingkungan sekitar (seperti kelembaban, suhu, dan
kondisi angin)?
13. Berapa demand yang diminta oleh konsumen?
14. Berapa besar dimensi dari unit regasifikasi yang terpilih?

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan diatas maka dapat dibuat suatu hierarki


kriteria seperti dibawah ini:

20

Pemilihan
Unit
Regasifikasi
Lingkungan

Teknikal

Biaya

Operasiona
l

Lokasi & Luas


Lahan

Proven
technology

Ketersediaan
sumber panas

Kemudahan
Operasiona

Polusi

Fluktuasi
beban

Biaya
perawatan

Kemudahan
perawatan

Faktor
lingkungan

Jumlah
equipment
penunjang

Ketersediaan
sparepart

Demand
konsumen

Biaya investasi

Biaya
operasional

V.

Analisa Perhitungan Kebutuhan Panas Unit Regasifikasi


21

Keselamata
operasiona

Analisa perhitungan kebutuhan panas unit regasifikasi dilakukan setelah unit


regasifikasi terpilih melalui proses sebelumnya. Namun yang harus diingat
sebelum melakukan perhitungan kebutuhan panas harus diketahui terlebih dahulu
spesifikasi teknis dari PLTG Pemaron. PLTG Pemaron memiliki kapasitas 97.6
MW. Berikut ini adalah spesifikasi teknis PLTG Pemaron:
Uraian Data
Tipe Turbin
Merek
Tahun Operasi
Putaran (RPM)
Daya Terpasang Base (kW)
Tipe Generator
Daya Terpasang (kVA)
Tegangan (kV)
Arus (Amp)
VI.

Data Teknis
MS 7001
General Electric
1977
3600
2 x 48800
7A-BF-1
2 x 51000
2 x 80860
N/A

Desain Sistem Perpipaan


Desain Sistem Perpipaan pada Mini LNG Plant di PLTG Pemaron didasarkan
kepada NFPA 59A (National Fire Protection Association 59A). Pada pengerjaan
ini beberapa komponen lain yang terintegrasi dengan unit regasifikasi juga
direncanakan. Namun proses perhitungan untuk mendapatkan spesifikasi
kebutuhan komponen-komponen tersebut diperoleh dari penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya.
Selanjutnya sistem perpipaan akan dimodelkan dalam bentuk 3D layout dengan
menggunakan AutoCad Plant3D. AutoCad Plant 3D adalah software yang
digunakan untuk mendesain layout 3D dari suatu plant. Pada perencanaan sistem
perpipaan di terminal regasifikasi ini digunakan AutoCad Plant 3D untuk
memodelkan jalur perpipaannya. Pada software ini disediakan komponenkomponen dengan material sesuai dengan katalog ANSI/ASME(B16) dan
DIN/ISO.
Software ini menyediakan komponen-komponen di dalam library-nya. Sehingga
pemakai cukup melakukan input komponen yang dipakai dan jalur yang
direncanakan.
Desain sistem perpipaan ini tidak akan memperhitungkan dan mempertimbangkan
mengenai peraturan jarak antara outfitting pada jalur pipa. Jarak antar outfitting
akan disesuaikan dengan standar yang terintegrasi dengan software yang akan
digunakan.

22

23

24

VII.

DAFTAR PUSTAKA AWAL


[1] K.Sri, H. Sri, H. Agus, W. Retyanto.2006.Fuzzy Multi Attribute Decision Making
(Fuzzy MADM). Yogyakarta. Graha Ilmu.
[2] I.P.. Fadilla, B.A.Ketut, S.Sardono. 2014. Studi Pemilihan Sistem Supply Listrik
dengan Pendekatan TOPSIS dan Desain Sistem Kelistrikan pada Onshore receiving
facility LNG di Celukan Bawang, Buleleng, Bali. Surabaya. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
[3] Shinji. 2013. LNG Vaporizer for LNG Re-gasification Terminal.
[4] A.Randeep. LNG Regasification-Technology Evaluation and Cold Energy Utilisation.
Australia. Queensland University of Technology.
[5] B.Augusto. An Innovative Solution for Fixed Offshore LNG Regasification
Terminals.Madrid.
[6] Patel, Dhirav. LNG Vaporizer Selection Based On Site Ambient Conditions.
[7] K. Hannah.2009. Natural Gas Regassification Technologies.San Fransisco.
[8] N.M.Elissa, O.M.T.Abu. 2011. Fuzzy TOPSIS Method in the Selection of Investment
Boards by Incorporating Operational Risks. London.
[9] A.K. Renato, C.C. Vinicius. Fuzzy TOPSIS for Group Decision Making: A Case
Study for Accidents with Oil Spill in The Sea. Espirito Santo.Departemento de
Informatica, Universidade Federal do Espirito Santo.
[10]
E. Irfan, K.Nilsen. 2007.Comparison of Fuzzy AHP and Fuzzy TOPSIS
Metods for Facility Location Selection. London. Springer-verlag.

VIII.
No
1
2
3
4
5

JADWAL PELAKSANAAN
Rencana Kegiatan

Bulan I
1

Bulan II
4

Identifikasi dan
perumusan masalah
Studi literatur
Pengumpulan Data
Penentuan kriteria dan
alternative pemilihan
Penyusunan kuisioner
dan pembobotan

25

Bulan III
9

1
0

11

Bulan IV
1
2

13

14

1
5

Bulan V
16

17

18

19

2
0

6
7
8
9
10

kriteria
Pemilihan alternatif
Studi empiris
Perancangan sistem
Pembuatan 3D
Drawing
Estimasi biaya
investasi

1. Identifikasi dan Perumusan Masalah


Identifikasi dan perumusan masalah telah dilakukan pada saat perencanaan proposal
skripsi. Sehingga pada saat pengerjaan maka pada minggu 1, identifikasi dan
perumusan masalah yang sebelumnya telah dibuat cukup dilakukan review agar sesuai
dengan pekerjaan yang akan dilakukan.

2. Studi literature
Studi literature dilakukan dengan mengumpulkan materi-materi yang sekiranya akan
mendasari teori pengerjaan skripsi ini. Studi literature yang dikumpulkan mencakup
mengenai cara kerja LNG Vaporizer, metode pembobotan dan pemilihan, serta analisa
kebutuhan panas serta metode desain sistem perpipaannya. Tahapan ini akan
dilakukan selama minggu 1- minggu 3.

3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan dengan mengutip data dari skripsi yang telah
dibuat sebelumnya ataupun dengan mengambil data langsung ke lokasi. Data-data
yang akan diperoleh telah dijelaskan di dalam subbab sebelumnya. Tahapan iniakan
dilakukan dari minggu 3-6.

4. Penentuan kriteria dan alternative pemilihan


Setelah studi literature dan pengumpulan data telah dirasa cukup maka dilakukan
penentuan kriteria dan alternative pemilihan. Penentuan ini dilakukan berdasarkan
data-data karakteristik dan cara kerja LNG Vaporizer yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahap ini dilakukan pada minggu 2- minggu 3 , pada saat tahap studi
literature juga dikerjakan.

5. Penyusunan kuisioner dan pembobotan kriteria


Setelah kriteria dan alternating ditentukan maka kuisioner dapat disusun. Setelah
kuisioner diisi maka dapat dilakukan proses pembobotan kriteria untuk selanjutnya
menjadi pertimbangan pada proses pemilihan. Kuisioner akan diberikan kepada pada
expert yang dinilai mengerti bidang LNG khususnya mengenai LNG Vaporizer. Tahap
ini dilakukan pada minggu 4- minggu 6, dimana kuisioner akan diberikan kepada
expert pada saat proses pengambilan data ke lokasi dilakukan.

6. Pemilihan alternative
Proses pemilihan akan dilakukan dengan metode TOPSIS. Untuk membantu proses
pemilihan maka digunakan software Expert Choice untuk mengkuantitatifkan data
kualitatif yang telah didapatkan dari kuisioner. Tahap ini dilakukan pada minggu 7minggu 10.

26

7. Studi empiris
Setelah diperoleh satu LNG Vaporizer yang terpilihh dari proses sebelumnya maka
akan dilakukan studi empiris. Studi empiris mencakup dari studi mengenai kinerja
sistem dari LNG Vaporizer terpilih, mengenai spesifikasi teknis PLTG, serta analisa
kebutuhan panas dari LNG Vaporizer. Proses ini akan dilakukan setelah proses
pemilihan selesai yaitu pada minggu 10-13.

8. Perancangan sistem
Perancangan sistem dibagi menjadi 3 yaitu pertimbangan lingkungan, keselamatan,
dan perancangan P&ID. Output dari tahap ini adalah P&ID dari sistem perpipaan
yang akan dirancang. Tahapan ini dilakukan dengan sebelumnya melakukan studi
mengenai code yang mengatur desain sistem perpipaan LNG serta peraturan
mengenai lingkungan di provinsi Bali. Tahap ini dilaksanakan dari minggu 13-minggu
17.

9. Pembuatan 3D Drawing
Pembuatan 3D Drawing akan dilakukan dengan bantuan software AutoDesk 3D
Drawing. Tahap ini dilakukan untuk memberikan gambaran layout dari desain sistem
perpipaan yang telah dirancang. Tahap ini dilakukan pada minggu 16-minggu 18.

10.Estimasi biaya investasi


Untuk mempermudah pemahaman dari hasil skripsi yang telah dilakukan. Maka
output dari skripsi ini adalah estimasi biaya investasi dari pemasangan LNG Vaporizer
beserta instalasi perpipaannya pada terminal penerima LNG, Pemaron, Bali. Tahap ini
dilakukan pada akhir pengerjaan dari minggu 18- minggu 20.
Sejauh ini tahap 1 5 telah dikerjakan pada saat proses penyusunan proposal skripsi. Namun
pengambilan data ke lokasi dan pengisian kuisioner masih dalam perencanaan untuk
dikerjakan selama periode libur semester gasal 2014/2015.

27

Anda mungkin juga menyukai