(ME 141501)
I.
PENDAHULUAN
Cadangan minyak bumi secara global semakin menipis, begitu pula dengan Indonesia.
Oleh sebab itu pemerintah Indonesia sendiri mencanangkan program peningkatan
pemanfaatan gas bumi sebagai sumber energi di Indonesia. Indonesia adalah suatu
negara yang kaya akan gas alam nya dimana cadangannya cukup besar sekitar 183
TCF. Namun sejak awal dieksplorasinya gas alam, Indonesia selalu mengekspor gas
alam tersebut ke luar negeri dan tidak pernah dimanfaatkan untuk kepentingan
domestik. Sehingga di Indonesia hanya tersedia infrastruktur untuk loading gas alam
yang telah diubah menjadi LNG tersebut, namun tidak tersedia infrastruktur untuk
proses unloading gas alam tersebut atau yang biasa dikenal dengan LNG Receiving
terminal.
Hal inilah yang menyebabkan pemerintah Indonesia mulai melakukan proyek
pembangunan LNG Receiving terminal di beberapa daerah di Indonesia sehingga
distribusi LNG untuk memenuhi kebutuhan domestik dapat terpenuhi dengan baik.
Sejauh ini telah dibangun proyek FSRU (Floating Storage and Regassification Unit)
sebagai LNG Receiving terminal. FSRU sendiri dipilih karena mengingat lebih
mudahnya proses pembangunan terminal terapung ini. Pembangunan terminal
regasifikasi ini menjadi lebih mudah karena tidak diperlukannya proses pembebasan
lahan.
Pada saat ini telah dibangun FSRU Jawa Barat yang mana penyimpanan dan
regasifikasi modul berada di atas kapal LNG Carrier yang telah dimodifikasi menjadi
FSRU. Hal ini berbeda dengan FSU Bali yang masih dalam rencanan pembangunan,
dimana FSU Bali hanya berfungsi sebagai penyimpanan, dimana nantinya proses
regasifikasi akan dilakukan di terminal penerima milik konsumen LNG yang berada
di Jimbaran, Gilimanuk, dan Pemaron.
Sampai saat ini proyek pembangunan FSU Bali masih dalam proses
perencanaan sehingga belum ada fasilitas yang existing termasuk sistem
regasifikasinya. Oleh sebab itu, penulis akan melakukan penelitian mengenai
pemilihan unit regasifikasi dan analisa sumber serta kebutuhan panas dari unit
regasifikasi ini. Dimana penelitian hanya akan dilakukan di Pemaron, Bali yang
direncanakan akan dibangun terminal penerima LNG. Di dalam penelitian ini juga
disertakan perencanaan desain sistem perpipaan di mini LNG Plant, Pemaron, Bali.
Perencanaan desain sistem perpipaan diberikan dalam output berupa P&ID dan 3D
yang dilakukan dengan bantuan software Plant 3D.
Pada penelitian ini proses pemilihan dan analisa kebutuhan panas dari unit
regasifikasi dilakukan karena selama ini proses pemilihan unit regasifikasi dirasa
belum dilakukan dengan optimal dengan mempertimbangkan beberapa aspek. Selain
itu analisa kebutuhan panas juga sebaiknya dilakukan karena hal ini dapat
mengoptimalkan penggunaan sumber panas untuk unit regasifikasi. Sumber panas
yang digunakan tergantung dari unit regasifikasi yang nantinya terpilih. Sumber panas
dapat berupa air laut, angin, ataupun fuel. Sebagai contoh jika digunakan bahan bakar
sebagai sumber pemanas maka konsumsi bahan bakar dapat dihemat dengan
memperhitungkan kebutuhan panas dari unit regasifikasi ini.
II.
PERUMUSAN MASALAH
1. Perumusan Masalah
1. Apakah tipe unit regasifikasi yang paling cocok digunakan di terminal
penerima Pemaron?
2. Berapa kebutuhan panas untuk unit regasifikasi agar bisa mengubah LNG
menjadi gas sesuai dengan demand dari konsumen?
3. Darimana sumber panas untuk kebutuhan panas unit regasifikasi?
4. Bagaimana sistem perpipaan yang akan dirancang untuk mengalirkan LNG
menuju unit regasifikasi sampai kemudian dialirkan menuju konsumen (PLTG
Pemaron)?
2. Batasan Masalah
1.
Objek yang dianalisis adalah terminal penerima LNG yang direncanakan
terletak di lingkungan PLTG Pemaron.
2.
Pemilihan sistem regasifikasi dibatasi untuk masalah lingkungan, teknikal, dan
ekonomi.
3.
Perencanaan sistem regasifikasi dibatasi hanya sebatas perencanaan sistem
perpipaan di dalam terminal penerima yang berkaitan dengan fungsi Unit
Regasifikasi tanpa perhitungan analisa tegangan pipa maupun dampak
lingkungan.
4.
Analisa kebutuhan panas dan estimasi biaya investasi hanya dilakukan untuk
unit regasifikasi yang terpilih.
5.
Desain sistem perpipaan tidak memperhitungkan peraturan mengenai jarak
antara outfitting dari jalur pipa. Dimana hal ini telah disesuaikan dengan standar
yang terintegrasi dengan software AutoDesk Plant 3D.
III.
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Paper Review
Sejauh ini telah dilakukan berbagai penelitian yang berkaitan mengenai sistem
regasifikasi LNG atau yang lebih dikenal dengan LNG Vaporizer. LNG
Vaporizer secara umum dibagi menjadi Open Rack Vaporizer (ORV),
Submerged Combustion Vaporizer (SCV), Ambient Air Vaporizer (AAV), dan
Intermediate Fluid Vaporizer (IFV). (Kawamoto, Hannah). Pada penelitian
yang dilakukan oleh (Agarwaal) diberikan data bahwa Indonesia memiliki
potensi gas alam yang besar. Gas alam yang diproduksi Indonesia sebesar 9%
dari kebutuhan dunia. Hal inilah yang memberikan kesimpulan bahwa gas alam
adalah sumber energi pengganti minyak bumi yang dirasa paling tepat.
Saat ini industry gas tidak hanya berjalan di darat namun juga di laut. Sebagai
contoh dengan mulai banyaknya terminal regasifikasi terapung (FSRU) yang
dibangun di dunia. Namun yang harus diingat adalah meskipun FSRU ini
menawarkan banyak kemudahan dibandingkan terminal regasifikasi onshore,
namun FSRU juga memberikan tantangan, resiko, dan ketidak pastian yang
cukup tinggi. (Bulte, Augusto). Sejauh ini terminal regasifikasi LNG
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu primary receiving terminal dan secondary
receiving terminal. Primary receiving terminal adalah terminal yang digunakan
untuk menerima LNG dari LNG vessels dan kemudian meregasifikasinnya.
LNG
Gas alam merupakan potensi sumber daya alam yang menjadi pilihan
utama sebagai pengganti bahan bakar minyak saat ini. Khususnya untuk
pemerintah Indonesia, penggunaan gas alam untuk domestik sedang
ditingkatkan. Hal ini ditunjukkan dengan dibangunnya beberapa fasilitas
receiving terminal LNG di Indonesia. Sejak sekitar 30 tahun yang lalu
Indonesia telah memulai bisnis impor gas alam ke luar negeri, namun Indonesia
tidak pernah menikmati gas alam produksi dalam negerinya sendiri karena
tidak adanya infrastruktur penerimaan LNG di dalam negeri. Oleh sebab itu
saat ini Indonesia mulai membangun fasilitas-fasilitas receiving terminal LNG
di Indonesia, salah satunya adalah FSU Bali.
Gas alam sendiri memerlukan penanganan khusus dalam transportasinya.
Hal ini disebabkan karena karakteristik fluida gas itu sendiri adalah memiliki
massa jenis yang rendah. Sehingga pada proses pengangkutan gas, ruang yang
besar hanya akan mengandung sedikit volume gas alam. Hal inilah yang
menyebabkan gas alam dicairkan ataupun dikompresi agar pada saat proses
transportasi pengangkutan gas menjadi maksimal. Namun proses pencairan dan
kompresi inilah yang menyebabkan biaya tambahan harus diestimasikan dalam
biaya transportasi gas alam.
5
Liquified natural gas (LNG) merupakan cara transportasi gas alam dengan
mencairkan gas alam dengan suhu yang jauh dibawah titik beku. LNG
digolongkan sebagai cryogenic liquid, yaitu gas yang akan mencair saat
didinginkan hingga suhu -160oC. Suhu yang sangat rendah ini akan
menyebabkan bahaya (harm) bagi manusia atau lingkungan sekitar yang
menyentuhnya. Dimana fluida jenis ini dapat menyebabkan kerusakan langsung
pada jaringan yang hidup. Sehingga diperlukan penanganann khusus untuk
mesin fluida yang digunakan saat transportasi LNG.
3.
Direct or
Indirect Heat
Thermal Energy
Sources
NG
(Combus
-tion)
Indirect
Ambi
ent
Air
x
Indirect
Direct
Direct
Direct
Indirect
Sea
water
x
x
x
x
Tabel 1
Kawamoto, Hannah. Natural Gas Regassification Technologies
Direct heat adalah suatu metode dimana sumber panas memanaskan LNG
secara langsung, sedangkan indirect heat adalah suatu metode dimana sumber
panas akan memanaskan media perantara terlebih dahulu dan kemudian media
perantara itulah yang akan memanaskan LNG.
Gambar 1
Patel, Dhirav. LNG Vaporizer Selection Based On Site Ambient Condition
Gambar 2
Patel, Dhirav. LNG Vaporizer Selection Based On Site Ambient Condition
Gambar 3
Patel, Dhirav. LNG Vaporizer Selection Based On Site Ambient Condition
Gambar 4
Patel, Dhirav. LNG Vaporizer Selection Based On Site Ambient Condition
Gambar 5
4.
ORV
SCV
AAV
IFV-SW
**
***
**
*
***
*
***
*
***
**
**
**
***
***
**
***
**
**
*
***
**
***
***
**
**
*
**
*
***
*
***
**
***
**
***
*
*
*
*
***
**
**
***
**
**
*
*
**
**
*
**
*
*
***
**
***
**
*
***
**
a.
Pada penelitian kali ini akan digunakan metode AHP dan TOPSIS.
Pada mulanya metode AHP dilakukan untuk menghitung bobot dari
setiap kriteria terhadap alternatif yang akan dipilih. Selanjutnya bobot
yang telah dihitung sebelumnya digunakan di dalam metode TOPSIS
untuk menentukan alternatif yang terbaik.
AHP adalah suatu metode yang dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty sejak tahun 1970-an dan telah mengalami banyak perkembangan
seiring dengan penggunaannya dalam berbagai bidang. Kelebihan dari
AHP ini adalah dapat memberikan kerangka yang komprehensif dalam
menstrukturkan suatu permasalahan untuk menghasilkan suatu
pengambilan keputusan. AHP menguraikan suatu permasalahan yang
kompleks atau dengan kata lain multi faktor menjadi suatu hirarki.
Menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu
representasi dari suatu permasalahan yang kompleks dalam suatu multi
level terdiri dari tujuan, kriteria (termasuk sub kriteria dibawahnya)
dan alternatif.
AHP ini adalah suatu metode yang memberikan kesempatan bagi
setiap orang ataupun kelompok membangun gagasan dan
mendefinisikan persoalan serta membuat asumsi untuk memperoleh
pemecahan yang diingiinkan. Oleh sebab itu, didalam metode AHP
setiap elemen harus diketahui bobot relatifnya satu sama lain. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan (preferensi) pihakpihak yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap atribut dan
struktur hirarki secara keseluruhan. Pendekatan AHP menggunakan
skala Saaty dari skala 1-9 diberikan sebagai berikut:
Intensitas
Definisi Verbal
Kepentingan
Kedua elemen sama pentingnya. (strong)
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen
satunya. (slightly)
Kepentingan yang kuat terhadap yang lain, jelas lebih
penting dari elemen yang lain. (strongly)
11
~
xm1 ~
x m 2 ~x mn
12
x 2ij
i=1
~
v1
+=max
A
, , ~vn
, ~v 2 ;
~
v 1
=min
A
g. Menghitung jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal positif
diberikan dalam rumus berikut:
13
+ y ij
y i
j=1
+=
Di
h. Menghitung jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal
negatif diberikan dalam rumus berikut:
y ij y i
j=1
=
Di
i. Menghitung nilai preferensi untuk setiap alternatif (CC i)
dirumuskan sebagai:
+ D+
i ; dengan 0<CC i <1
Di
D
i
CC i=
(4.9)
Nilai CCi yang lebih besar menunjukkan bahwa alternatif Ai lebih
dipilih.
5.
14
dan suhu keluar, untuk tetap dapat menggunakan LMTD maka harus
dilakukan proses iterasi logaritma. Sehingga dalam hal ini akan lebih mudah
jika dilakukan analisa dengan menggunakan metode yang berdasarkan
efektivitas penukar panas dalam memindahkan panas sejumlah tertentu.
Metode disebut dengan metode NTU-efektivitas.
Metode NTU efektivitas dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
mendefinisikan fluida minimum. Fluida minimum adalah fluida yang memiliki
c yang paling kecil.
nilai m
Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk aliran searah maka diberikan
persamaan
C
UA
1exp [
1+ min ]
Cmin
C max
=
C
1+ min
C max
Sedangkan untuk aliran yang tidak searah persamaan diatas diubah
menjadi
C
UA
(
)(1 min )
Cmin
Cmax
C min
1
exp
C max
( )(
( )
1exp [
=
5.1
C
UA
1 min ]
Cmin
C max
( )(
C x H y +a ( O2 +3.76 N 2 ). bC O2 +c H 2 O+dN 2
Jumlah energi yang dihasilkan oleh bahan bakar (CxHy) pada saat
bereaksi dengan udara dikenal dengan istilah heat of combustion atau
heating value. Nilai dari heating value diberikan dalam persatuan
massa bahan bakar.
16
HR(298K)
Di dalam suatu proses kimia, terdapat reaktan dan produk. Sebagai contoh
pada proses berikut
C x H y +a ( O2 +3.76 N 2 ). bC O2 +c H 2 O+dN 2
ruas sebelah kiri menunjukkan reaktan dan ruas sebelah kanan menunjukkan
produk. Setiap proses kimia akan menghasilkan panas ke lingkungan ataupun
mengambil panas dari lingkungan. Proses kimia yang menghasilkan panas
disebut eksotermis sedangkan yang mengambil panas disebut endotermis.
Panas yang berpindah ini dikenal dengan istilah heat of formation atau
enthalpy of formation. Berdasarkan tabel dibawah dapat diketahui bahwa CH 4
(LNG) mengalami proses eksotermis yang berarti melepaskan panas.
Untuk menghitung panas yang dilepaskan dari proses kimia ini maka dapat
dilakukan dengan persamaan
Q=H p H r
17
IV.
TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui tipe unit regasifikasi yang paling cocok digunakan di terminal
penerima LNG, Pemaron,Bali.
2. Menganalisa kebutuhan panas yang dibutuhkan oleh unit regasifikasi untuk
mengubah LNG menjadi gas sesuai dengan demand konsumen.
3. Membuat desain sistem perpipaan yang berkaitan dengan fungsi unit
regasifikasi di terminal penerima LNG, Pemaron.
V.
VI.
METODOLOGI
Metodologi adalah kerangka dasar dari tahap penyelesaian tugas akhir ini. Subbab ini
menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan penelitian ini.
Metodologi sendiri mencakup semua kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses
analisa maupun pemecahan masalah di dalam penelitian ini. Berikut ini adalah
metodologi yang digunakan:
I.
II.
Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan referensi dari berbagai sumber
mengenai unit regasifikasi yang dipakai di dunia, metode pemilihan dan juga
mengenai proses permodelan dengan menggunakan software Plant 3D. Detail data
yang dibutuhkan akan dijelaskan di subbab selanjutnya. Literatur-literatur tersebut
didapatkan dari:
1. Text Book
2. Paper
3. Tugas Akhir
4. Artikel
III.
Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan adalah data mengenai unit regasifikasi yang telah
digunakan selama ini di dunia dan data kondisi mini LNG Plant di Pemaron.
18
19
20
Pemilihan
Unit
Regasifikasi
Lingkungan
Teknikal
Biaya
Operasiona
l
Proven
technology
Ketersediaan
sumber panas
Kemudahan
Operasiona
Polusi
Fluktuasi
beban
Biaya
perawatan
Kemudahan
perawatan
Faktor
lingkungan
Jumlah
equipment
penunjang
Ketersediaan
sparepart
Demand
konsumen
Biaya investasi
Biaya
operasional
V.
Keselamata
operasiona
Data Teknis
MS 7001
General Electric
1977
3600
2 x 48800
7A-BF-1
2 x 51000
2 x 80860
N/A
22
23
24
VII.
VIII.
No
1
2
3
4
5
JADWAL PELAKSANAAN
Rencana Kegiatan
Bulan I
1
Bulan II
4
Identifikasi dan
perumusan masalah
Studi literatur
Pengumpulan Data
Penentuan kriteria dan
alternative pemilihan
Penyusunan kuisioner
dan pembobotan
25
Bulan III
9
1
0
11
Bulan IV
1
2
13
14
1
5
Bulan V
16
17
18
19
2
0
6
7
8
9
10
kriteria
Pemilihan alternatif
Studi empiris
Perancangan sistem
Pembuatan 3D
Drawing
Estimasi biaya
investasi
2. Studi literature
Studi literature dilakukan dengan mengumpulkan materi-materi yang sekiranya akan
mendasari teori pengerjaan skripsi ini. Studi literature yang dikumpulkan mencakup
mengenai cara kerja LNG Vaporizer, metode pembobotan dan pemilihan, serta analisa
kebutuhan panas serta metode desain sistem perpipaannya. Tahapan ini akan
dilakukan selama minggu 1- minggu 3.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan dengan mengutip data dari skripsi yang telah
dibuat sebelumnya ataupun dengan mengambil data langsung ke lokasi. Data-data
yang akan diperoleh telah dijelaskan di dalam subbab sebelumnya. Tahapan iniakan
dilakukan dari minggu 3-6.
6. Pemilihan alternative
Proses pemilihan akan dilakukan dengan metode TOPSIS. Untuk membantu proses
pemilihan maka digunakan software Expert Choice untuk mengkuantitatifkan data
kualitatif yang telah didapatkan dari kuisioner. Tahap ini dilakukan pada minggu 7minggu 10.
26
7. Studi empiris
Setelah diperoleh satu LNG Vaporizer yang terpilihh dari proses sebelumnya maka
akan dilakukan studi empiris. Studi empiris mencakup dari studi mengenai kinerja
sistem dari LNG Vaporizer terpilih, mengenai spesifikasi teknis PLTG, serta analisa
kebutuhan panas dari LNG Vaporizer. Proses ini akan dilakukan setelah proses
pemilihan selesai yaitu pada minggu 10-13.
8. Perancangan sistem
Perancangan sistem dibagi menjadi 3 yaitu pertimbangan lingkungan, keselamatan,
dan perancangan P&ID. Output dari tahap ini adalah P&ID dari sistem perpipaan
yang akan dirancang. Tahapan ini dilakukan dengan sebelumnya melakukan studi
mengenai code yang mengatur desain sistem perpipaan LNG serta peraturan
mengenai lingkungan di provinsi Bali. Tahap ini dilaksanakan dari minggu 13-minggu
17.
9. Pembuatan 3D Drawing
Pembuatan 3D Drawing akan dilakukan dengan bantuan software AutoDesk 3D
Drawing. Tahap ini dilakukan untuk memberikan gambaran layout dari desain sistem
perpipaan yang telah dirancang. Tahap ini dilakukan pada minggu 16-minggu 18.
27