Anda di halaman 1dari 6

MEMILIKI KARAKTER KRISTUS

Oleh: Zefanya MS

I. PENDAHULUAN
Menanggapi apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di kota
Roma yang berbunyi: "Sebab aku tahu, bahwa di da/am aku, yaitu di da/am aku sebagai manusia,
tidak ada sesuatu yang balk. Sebab kehendak memang ada di da/am aku, tetapi bukan hat berbuat
apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat,
me/ainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat
apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam
di da/am aku" (Rom 7: 18-20). Paulus membedakan antara dirinya dan "kekuatan yang tidak dapat
dikendalikan" di dalam dirinya dengan berkata, "Bukan iagi aku yang melakukannya, tetapi dosa
yang diam di dalam aku."
Perkataan "aku" menunjuk kepada pribadi, jiwa, kehendak dan pikiran manusiawi Paulus,
sedangkan "dosa" yang tinggal di dalam dirinya itu terjadi karena diakibatkan oleh kelemahankelemahan alami yang ia terima dari orang tuanya, seperti halnya dengan rnanusia lainnya pada
umumnya.
Secara konsepsi, kita mengakui bahwa kita semua mewarisi sebuah dasar tempera men
genetik yang mengandung
baik kekuatan-kekuatan
maupun kelemahan-kelemahan
kita.
Temperamen ini dinamakan dengan berbagai istilah di dalam Alkitab seperti: "manusia alami,
manusia daging, manusia lama, dan daging yang dapat di suap". Kecenderungan dasar hati dari
pribadi setiap kitalah yang mencari kepuasan atas apa yang kita inginkan.
Temperamen,

karakter dan kepribadian

Temperamen merupakan kombinasi dari sifat pembawaan kita sejak lahir yang secara
tidak sadar mempengaruhi seluruh perilaku kita. Sifat-sifat ini yang diteruskan oleh pembawapembawa sifat di dalam kromosom kita didasarkan pad a faktor-faktor keturunan dan disusun pada
saat konsepsi (=pembuahan). Setidaknya ada enam orang yang menyumbang melalui kelompok
gen (=pembawa sifat) pad a saat pembentukan setiap bayi yaitu: kedua orang tuanya dan keempat
eyangnya. (Beberapa ahli memberi kesan bahwa kita mendapatkan lebih banyak gen dari eyang kita dari
pada kedua orang tua kita. Ini menyebabkan keserupaan yang lebih beset dari beberapa anak kepada eyang
mereka dari pada kedua orang tua mereka). Temperamenlah yang bertanggung jawab sehingga

seseorang bersifat ramah dan ekstrovert atau pemalu dan introvert. Sebagian suka seni dan yang
lainnya olahraga
.'

Karakter merupakan diri kita yang sebenarnya. Alkitab menunjuknya sebagai "pribadi
tersembunyi dari bet!' (I Pet 3:4). Karakter merupakan hasil dari ternperarnen alami kita yang
uilrlouili~C:t:ji oit::il fJeiai.ir-.clll, perididikan,
pt::nciiriall-penciirTall
cia5ar, ;"t::yC:t;"imlll-;"t::ya~inan,
dan motivasi-motivasi
masa kanak-kanak. Sebagai hasil bersih dari seluruh pengaruh dan
komitmen kita maka karakter mengkombinasikan
temperamen, pe/atihan, nilai-nilai moral,
keyakinan-keyakinan
dan pola-pola dari kebiasaan kita. Sehingga kita adalah seperti apa
adanya kita ketika tidak ada seorangpun
di sekitar kita. Apa yang kita perbuat saat kita
memiliki kebebasan untuk melakukan apa yang ingin kita lakukan, itu merupakan sebuah ekspresi
dari diri kita sendiri. Itulah karakter yaitu siapa diri kita yang sebenarnya.
Kepribadian
merupakan ekspresi yang keluar dari pribadi seseorang, yang dapat sama
atau tidak sama dengan karakter sesorang, tergantung kepada seberapa murni atau tulus
keberadaan orang itu (=kita mengenal istilah integritas). Seringkali kepribadian merupakan bagian
depan (=tampilan) yang menyenangkan untuk sebuah karakter yang tidak menyenangkan atau
I

sebuah karakter yang lemah. Banyak orang berperan satu bagian pada hari ini diatas dasar
tentang apa yang mereka pikirkan "bagaimana" mereka harus ada sebagai sebuah pribadi, lebih
dari sekedar "apa yang sebenarnya" mereka harus ada. Hal itu mengakibatkan terjadinya kekacaubalau-an mental dan spiritual karena berusaha mengikuti rumusan manusia atas tingkah laku
yang dapat diterima. Alkitab menyatakan kepada kita, "Manusia melihat apa yang didepan mata,
tetapi Tuhan melihat hati" (II Sam 16:7). Perubahan harus dimulai dari dalam bukan dari luar.

II. KARAKTER
Karakter dalam Perjanjian Baru diterjemahkan sebagai "gambar wujud". Menurut The
Complete Word Study Dictionary New Testament, kata ini pad a awalnya menggambarkan seorang
pemahat atau alat pahat. Kemudia kata itu berarti karya itu sendiri, biasanya sesuatu yang dipahat,
diiris, atau dicap, sebuah karakter, huruf, tanda atau sirnbol. Karya ukir ini dan ciri-ciri khususnya
dianggap sebagai perwakilan yang persis serupa dengan wujud yang ditirunya. Dalam Ibrani 1:3,
Kristus ditunjuk sebagai "gambar wujud" Allah.
Berkenaan dengan Kristus adalah gambar wujud Allah maka kita perlu memahami betapa
penting mempelajari karakter yang baik dalam hidup setiap orang yang percaya.
Pentingnya pelajaran karakter adalah:
1. Karakter mengarah kepada Tuhan Yesus Kristus, karena Dia adalah perwujudan penuh
dari seluruh kualitas karakter yang baik.
2. Pemahaman karakter menjelaskan mengapa hal-hal terjadi pada kita, karena segala hal
bekerja bersama-sama untuk kebaikan sehingga kita menyesuaikan diri kita dengan
karakter Kristus.
3. Pengetahuan akan kualitas karakter yang berharga memberikan kepada kita dasar untuk
memuji karakter Allah dan orang lain.
Dengan berlandaskan pada pemahaman bahwa Kristus adalah perwujudan penuh dari seluruh
kualitas karakter yang baik maka kita dapat mengatakan bahwa:
1. Karakter adalah motivasi batiniah untuk melakukan apa yang benar menurut standarstandar perilaku tertinggi di dalam setiap keadaan.
2. Karakter terdiri dari kualitas-kualitas yang stabil dan jelas yang dibangun di dalam
kehidupan seseorang yang menentukan tanggapan-tanggapannya
di dalam keadaan
apapun.
3. Karakter adalah tanggapan yang bijaksana atas tekanan yang muncul dari keadaan yang
sukar dan apa yang kita lakukan ketika kita mengira tidak ada orang yang melihat. Ini
adalah prediktor perilaku yang baik.
Oil.."

I"i"~

_.,_

,,

hl':'.\ ..",..."i

II

i, ,i. , .
J-J-'

...",..,"""l... ,I"",,, t_

'I_f.,.(,
_1.,_

r'V'I .

111_'

':;:,_

. _11

'J -

"'""""""",,_
t"'1""'\t""11
I.

,_'''

'

':;j~_'

,hr"''''....,
II

OJ -

~O+; .."'" l,,"'I"'\.fI;(,

--"'-t'

.,_,

,...,; M~I..,t"V'I hi,...,.

_. __

0_0

__

,n

ini

I,

II

dapat ditelusuri sebagai akibat dari pengabaian, pelanggaran atau penerapan yang salah dari satu
atau lebih kualitas karakter. Sebagai contoh:

Konflik yang dialami oleh seorang remaja dengan orang tuanya dapat ditelusuri sebagai
akibat kurangnya karakter rasa hormat, ketaatan atau pengampunan.
Konflik yang dialami oleh seorang istri dalam situasinya dapat ditelusuri sebagai akibat
perlunya karakter berpuas hati, tahu berterima kasih dan bersukacita.
Seorang ayah yang keras terhadap keluarganya perlu mendalami kualitas karakter sabar,
lemah lembut, bJjak, fleksibel, rendah hati, pengendalian diri, dan kasih yang mumi.

8erbagai keadaan yang bisa menyebabkan orang menjadi tawar hati dan pahit sehingga
tidak mengindahkan kualitas-kualitas karakter, sebenarnya dirancang atau diijinkan Tuhan untuk
membantu kita menyadari bahwa kita memerlukan Oia dan kuasa-Nya di da/am hidup kita. Hanya
dengan kuasa Allah kit a dapat mernperoleh kasih yang murni beserta seluruh kualitas karakter
yang berkaitan dengannya.
Cuuaer: selldaknya oo 49 karakter posisif versus 49 karakter negatif. Conioti. Kasih(=Love) vs Egois
(=Selfishness), Taat (=Obedience) vs Keras Kepala (=Willfulness), Saleh (=Virtue) vs Lemah (=Weakness),
dll. (Institute in Basic Life Principles - Oak Brook, Illinois)

Definisi yang tepat dan akurat dari kualitas karakter tertentu secara universal dikenal dan
difahami karena didasarkan pada Hukum Allah, yang tertulis di dalam hati setiap orang. Sebab
pada waktu Allah menciptakan kita menurut gambar-Nya, Dia menaruh di dalam kita kapasitas
untuk mengenali dan memerlukan karakter-Nya. Karena itu pada waktu seseorang berbohong,
mencuri atau bertindak amoral, hati nuraninya menuduh dia, dan dia iahu bahwa dia telah berbuat
salah. Contoh: pada waktu Adam dan Hawa jatuh dalam dosa dan mata mereka terbuka sehingga
melihat ketelanjangan mereka, mereka tidak perlu orang lain untuk memberitahu mereka bahwa
mereka tidak sopan. Pengetahuan ini adalah sebuah respon naluriah saat berada di hadirat Allah.
Meskipun kebenaran dasar dari suatu karakter telah dipahami, perlu klarifikasi yang lebih
lanjut tentang bagaimana meng-aplikasikannya
di dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang
digambarkan pada zaman Ezra bahwa "".maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di ha/aman
di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab
Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel. ...mengajarkan Taurat itu
kepada orang-orang itu, semen tara orang-orang itu berdiri di tempatnya. Bagian-bagian dari pada
kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan,
sehingga pembacaan dimengertt' (Neh 8:2, 8-9).

II. KETAATAN PAD A OTORITAS SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER


Kisah menqenai bagaimana Yesus menyernbuhkan harnba seorang perwira di Kapernaum
ini (Mat 8:4-13) sangatlah menarik. Mengapa? Karena kisah ini berisi suatu pelajaran yang sanqat
berharga bagi kita untuk diteladani. Sebagai perwira tentara Romawi tentunya ia adalah seorang
yang tidak percaya kepada Allah (= bangsa kafir), tapi uniknya dia memiliki kadar IMAN yang
mengherankan Tuhan Yesus bahkan kualitas iman seperti itu belum pernah la jumpai diantara
orang Israel (ay.1 0).
Baqairnanakah perwira ini dapat menunjukan kualitas iman yang begitu besar? Hal ini
dapat kita ketahui dari perkataan perwira tersebut yang menunjukkan bahwa ia mernaharni dan
mentaati rantai komando (=chain of command). Sikap dan perkataan perwira ini memperlihatkan
ketaatanl ketundukkannya kepada pemegang otoritas tertinggi, yaitu Tuhan Yesus.
"Bagaimana sikap kite terhadap pemimpin (=otoritas vena ada diatas kita) mencerminkan
sikap iman dan ketaatan (=ketundukan) kita kepada Allah".
A. Bentuk Otoritas
Allah melalui firman-Nya menetapkan otoritas diatas manusia sebagai sistem yang menjadi
seperti suatu payung yang memberi perlindungan dan pengarahan bagi setiap orang yang
bersedia bernaung dibawahnya. Berkat dan pencobaan turun melalui payung otoritas bagi setiap
orang yang ada dibawahnya. Tetapi 5aat seseorang mencoba keluar dari payung otoritas (= tidak
taat / memberontak), ia membuka diri kepada pencobaan yang sebenarnya tidak perlu ia terima.
Ketaatan membuat kita tetap berada dalam payung perlindungan Allah.

Ada 4 bentuk otoritas


1.
2.
3.
4.

yang Allah tempatkan

diatas kita, yaitu:

Keluarga
(KoI3:20
; 6:1-3)
Pemerintah
(I Pet 2:13-14;
Rom 13:1-6)
Gereja (I Tes 5:12-13;
Ibr 13:17;
I Tim 5:17-18)
Majikan atau Atasan (Kol 3:22; I Pet 2:18;
I Tim 6:1)

Orang percaya perlu belajar untuk tunduk kepada otoritas yang ada diatasnya. Mungkin kita
tidak terfa/u suka kepada orangnya
tapi kita harus tetap taat karena otoritasnya.
Kita harus
pisahkan antara PRIBADI dengan POSISI-nya. Tuhan menghormati jabatan/kedudukan
yang telah
Dia tetapkan walaupun itu tidak berarti Dia menghormati
pribadinya.
Contohnya:
imam Eli (I Sam 1 :9-18). Sebagai
pemimpin
imam Eli telah mengalami
kemunduran secara rohani, terbukti dia tidak peka terhadap situasi yang terjadi dihadapannya
yaitu
saat Hana berdoa dengan hati yang hancur didalam bait suci. Imam Eli dengan gampangnya
menghakimi
perilaku Hana dan menganggapnya
sedang mabuk (ay. 12-14). Namun demikian
Allah tetap menghargai
perkataan
berkat yang diucapkan
oleh imam Eli kepada Hana (ay. 17)
karena jabatan keimaman
yang dipegangnya.
Dan perkataan
itu menjadi kenyataan dalarr. diri
Hana pada saat Hana mengandung
dan kemudian melahirkan
Samuel (ay. 20). Hal ini terjadi
karena Hana dengan rendah hati menghargai
dan mempercayai
perkataan
imam Eli walaupun
mungkin saja Hana telah mendengar
dan mengetahui
reputasi buruk dari pribadi imam Eli. Hana
diberkati karena tunduk kepada otoritas rohani di atasnya yaitu Imam Eli.

B. Tujuan

Dasar

Otoritas

3 tujuan dasar mengapa Allah menempatkan


1. Agar kita bertumbuh

dida/am

otoritas diatas kita :

hikmat dan karakter

sesuai Firman Allah.

Contoh : Sebagai Anak, Yesus belajar tunduk pada otoritas yang ada diatasnya (Ibr 5:8).
Saat usia 12 th, Yesus dibawa oleh Yusuf dan Maria ke dalam Bait Allah (Luk 2:41-52).
Ketika itu Yesus diperhadapkan
dengan pilihan "mengikuti panggilan rohaniNya" atau "taat
kepada kedua orang tuaNya" (ay. 49). Tuhan Yesus memberikan teladan yang baik kepada
kita, Dia memilih untuk tunduk kepada Yusuf dan Maria yang Allah telah tempatkan sebagai
otoritas diatasNya
(ay. 51). Dalam asuhan kedua orang tuaNya inilah Yesus makin
bertambah
besar dan bertambah
hikmatNya.
Saat kita tunduk pada otoritas diatas kita,
maka kita akan bertumbuh
didalam hikmat dan karakter kita. Dioutuhken
iekanan dan
ketesunen uutuk metutusken ba/ang sungai (= karakter). Lih. Ams 21 : 1
2.

Agar kita ter/indung dari pencobaan destruktif yang tidak seharusnya terjadi pada kita.
Saat kita tunduk/taat
pad a otoritas
diatas
kit a berarti
kita berada
dalam
payung
oerlinduncan
(= covering).
bukan dominasi
otoritas. Tarii ~::lrl::l C:::::l::ltkit::! tirl::!k b::!t I
memberontak
kepada otoritas diatas kita, kita keluar dari payung perlindungan
tersebut,
yang artinya membuka
diri kepada pencobaan
yang tidak seharusnya
yang terlalu kuat
untuk kita atasi. Allah menyatakan
bahwa pemberontakan
sama dengan dosa sihir / ten Ling
(I Sam 15:23) karena prinsip kedua dosa ini ada/ah rnenyerotinen diri kita (secara sadar) ke
da/am wi/ayah dan kekuasaan
iblis. Saat seorang anak memilih tidak taat pada nasehat
orang tua, berarti anak ini membuka diri pad a serangan si iblis. Lihat: Efesus 4 : 26 - 27 "
... jangan beri kesempatan
kepada lblis."

3.

Agar kita mendapatkan


bimbingan
yang je/as da/am mengambil
keputusan.
Keputusan
yang benar harus di/andasi o/eh iman yaitu membayangkan
apa yang dimaksudkan
o/eh
Allah bagi kita, karena segala sesuatu yang tidak berdasarkan
iman adalah dosa (Rom

14:23). Aspek paling mendasar dari iman adalah : Allah membimbing kita melalui orangorang yang Allah tempatkan diatas kita. Perwira Romawi dalam Matius 8:8-10 menyadari
bahwa seperti halnya kehidupan ini tersusun berdasarkan mata rantai komando (=tanggung
jawab) ia percaya (=iman) demikian pulalah halnya dengan kerajaan Allah.

Dalam kehidupan setiap kita Allah mempunyai rancangan yang begitu indah dan mulia.
Namun terkadang kita merusaknya dengan ketidaktaatan (= pemberontakan) kita pada otoritas
yang Allah sudah tempatkan diatas kita. Pencobaan datang silih berganti dan kehidupan rohani
kita mengalami jatuh bangun. Marilah kita kembali merenungkan betapa Allah begitu baik dan :
mengasihi kita dengan menempatkan otoritas diatas kita, agar perlindungan dan bimbingan Allah
menyertai kita. Iman kita bertambah saat melihat bagaimana Allah berbicara kepada kita melalui
otoritas. Kita pun akan didapati menjadi anak-anakNya yang bertumbuh dalam hikmat dan karakter
Illahi.
C. Sikap terhadap

Otoritas

Bagaimanakah sikap kita dalam tunduk kepada otoritas di atas kita? Ada 4 sikap yang
harus kita miliki ketika kita ada di bawah otoritas, agar rencana dan kehendak Allah berlaku dalam
hidup kita. Hidup kita senantiasa ada dalam kehendak Allah, dilindungi dan diberkati.
1. Roh yang penuti dengan rasa honnat kepada otoritas (=reverent spirit) yang Tuhan percayakan
ada cJiataskit.
Seperti Yesus yang telah belajar taat dari apa yang dideritaNya (Ibr 5:8) dan Dia menaruh
hormat kepada kedua orang tuanya di dalam dunia dengan cara tetap hidup di bawah asuhan
orang tuanya (Luk 2:51). Kunci untuk hormat kepada otoritas adalah dengan cara memisahkan
pribadi dengan posisi. Vvalaupun kita tidak suka dengan pribadi dari otoritas yang di atas kita
namun kita harus tetap menaruh rasa hormat kepadanya karena posisinya itu. Contoh : II Sam
12:13 Walaupun Daud adalah seorang raja yang memiliki kedudukan tertinggi dalam
kerajaannya, namun dia menaruh hormat kepada teguran dari nabi Tuhan.
2. Roh yang tahu berterimakasih

(=grateful spirit).

Adalah suatu sikap yang menyadari bahwa keberadaan kita tidak berlayak dihadapan Tuhan.
Matius 5:3 "". poor in the spirit"."
suatu roh yang tahu bahwa apa yang kita punya adalah
karena kemurahan Tuhan. Contoh : Matius 15:21-28 Seorang wanita yang menyadari bahwa
keberadaannya memang tidak berlayak dihadapan Tuhan (diumpamakan seperti seekor
anjing). Ketika kita merasa tidak berlayak dan mempunyai hati yang berterima kasih maka
berkat-berkat Allah akan di curahkan atas kita.
3. Roh seorang hamba (=servant spirit) Mar 10:44.
Menyadari bahwa inilah cara Allah untuk kita menjadi yang terbesar yaitu menjadi pelayan.
:;C:~~-~~ 'r' u:;ur LiLia" Illtllal ui I ueudarn kepaca saucara-saucaranya yang
telah berbuat jahat kepadanya. Yusuf percaya apa yang direncanakan manusia terhadap
dirinya jahat, namun Allah telah menjadikan itu baik untuknya. Tidak menuntut balas adalah ciri
hati seorang hamba.
SCil~C:--, : :~cja~iail

4. Memiliki roh yang tenang (=quiet spirit) Maz 62:5-9.


Memiliki keyakinan bahwa Allah akan bekerja walaupun tidak demikian pad a awalnya. Kita
harus memiliki kepercayaan penuh kepada Allah, karena Allah sangat peduli pad a kita. Allah
takkan pernah salah dalam segala tindakanNya. Contoh : II Raja 6:14-17. Walaupun dalam
keadaan terkepung oleh tentara Aram yang banyak, namun Elisa memiliki ketenangan karena
dengan mata iman dia dapat melihat penyertaan dan perlindungan Allah yang begitu dahsyat.

Elisa membuka mata iman Gehazi bujangnya, agar dapat melihat bahwa tentara Allah yang
menyertai mereka lebih banyak daripada tentara Aram yang mengepung mereka.
Mari kita sadari sepenuhnya bahwa Ailah turut bekerja dalam segala sesuatu atas kita
untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi Dia (Rom 8:28). Dengan
bersikap tunduk/taat pada otoritas diatas kita, maka perlindungan dan penyertaan Allah kiranya
selalu ada dalam hidup kita.

D. Konsekuensi Ketidaktaatan
Setelah alami karya penebusan, Tuhan ingin memakai kita menjadi alat kemuliaan-Nya.
Untuk itu Tuhan harus mempersiapkan kita terlebih dahulu. Seperti palu dan pahat dipakai untuk
membentuk sebuah bongkahan batu permata menjadi batu permata yang indah, demikianlah
Tuhan memakai otoritas diatas kita untuk membentuk karakter kita, agar menjadi serupa dengan
karakter Kristus.
Bila kita terus menerus menolak teguran atau arahan dari otoritas diatas kita, Allah
memperingatkan bahwa potensi kehidupan kita dapat mengalami kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki atau diperbaharui lagi (Ams 29:1). Waspadalah!
Dari kehidupan raja Saul kita bisa melihat ada 3 konsekuensi yang harus diterima bila kita
terus menerus menolak teguran/nasehat dari otoritas yang Tuhan sudah tetapkan yaitu :
1. Anak-anaknya kehilangan warisan (I Sam 13:5-14)
Saul tidak bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya karena Saul gagal mempelajari
wawasan rohani dan karakter Ilahi yang Allah kehendaki. Dalam keadaan terdesak seka\ipun
kita harus belajar untuk tetap percaya kepada Tuhan dan jangan mengandalkan pengertian kita
dalam mencari jalan keluar Tetaplah pegang janji Tuhan dan turuti perintahNya.
2.

Pelayanannya sendiri akan menjadi rusak (I Sam 15: 1-9)


Karena ketidaktaatannya, Allah menolak Saul menjadi raja Israel (ay. 26) dan Roh Allah
undur darinya. Hikmat dan karakter kita tidak akan berkembang saat kita menolak otoritas
diatas kita, dan itu akan sangat merusak potensi kita untuk melayani. Sayangnya, walau sudah
berdosa Saul lebih mementingkan reputasinya sendiri daripada reputasi Allah (ay. 30). Saul
lebih peduli pendapat manusia daripada pendapat Aflah.

3.

Kehidupannya dipersingkat (I Sam 28:3-7)


Saul mengeraskan hati menolak perintah Allah, maka Allah meninggalkan dia. Kira-kira 40
tahun lamanya semasa pemerintahannya, Allah memberi kesempatan kepada Saul untuk
bertobat (Kisah 13:21) tapi Saul terus menerus menolak perintah Allah. Akhirnya hukuman
datang juga saat Saul melakukan apa yang pernah dia larang yaitu mendatangi pemanggil
o;-..
Ci:Odi ~ii-8ul.
rci-I-ltJci'ui-lld~dl-lIlyd fJC::H:lapelililah Aiiah harus cioayar oien Saui ciengan
kematiaannya yang begitu tragis (I Taw 10:13-14). Kita harus ingat bahwa Allah panjang sabar
tapi kesabaran-Nya tetap ada batasnya.

Dengan mempelajari ketiga konsekuensi yang didapat Saul saat dia menolak perintah atau
teguran otoritas yang ada diatasnya, baiklah kita belajar untuk taat dan tunduk pad a otoritas yang
ada diatas kita. Terlalu mahal harga sebuah ketidaktaatan. Karena itu hiduplah seturut Firman
Tuhan dan tunduklah dibawah otoritas yang Tuhan taruh diatas kita. Karena ketaatan kepada Allah
membuahkan urnur panjang dan kesehatan bagi hidup kita (Ams 3:7-8). Amin.

Jakarta, 21 Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai