Anda di halaman 1dari 17

LAB.

KULTUR JARINGAN

LABORATORIUM KULTUR JARINGAN :


Pusat Edukasi Masyarakat
KABUPATEN KAUR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isu sentral yang melatar-belakangi rencana Pembangunan Kabupaten Kaur yang
tersusun dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Kaur Tahun 2011-2016 adalah kualitas sumberdaya manusia yang rendah,
kemiskinan, dan ketertinggalan. Isu sentral tersebut merupakan resultan dari berbagai
akar permasalahan yang bermula dari rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Juga,
letak geografi yang kurang menguntungkan yang tidak didukung oleh sarana dan
prasarana transportasi yang memadai serta sistem perekonomian yang tidak berpihak
kepada rakyat kecil. Ragam pembatas pembangunan di atas mengakibatkan rendahnya
produktivitas manusia pada wilayah ini.
Diantar oleh latar belakang tersebut maka tersusunlah Visi Pembangunan Kabupaten
Kaur Tahun 2011 2016 adalah sebagai berikut :
KABUPATEN KAUR MAJU DAN SEJAHTERA BERBASISKAN KEUNGGULAN
SUMBERDAYA MANUSIA DAN EKONOMI LOKAL
Kabupaten Kaur Maju ditunjukkan oleh kondisi masyarakat yang terpenuhi kebutuhan
prasarana dasar, seperti prasarana pendidikan, kesehatan, transportasi, ekonomi, energi
dan air bersih.
Kabupaten Kaur sejahtera, merupakan kondisi masyarakat yang makmur, aman dan
sentosa, serta terlepas dari segala macam kesukaran. Kondisi tersebut ditandai oleh
terpenuhinya kebutuhan masyarakat di bidang sandang, pangan, perumahan, dan
rekreasi.
Dalam konteks keterpaduan pembangunan provinsi dan nasional, visi pembangunan
Kabupaten Kaur Tahun 2011-2016 merupakan wujud komitmen seluruh masyarakat
1
Pemerintah Kabupaten Kaur

LAB. KULTUR JARINGAN


Kabupaten Kaur untuk mendukung pencapaian visi pembangunan Propinsi Bengkulu
dan visi pembangunan Nasional.
Dalam mewujudkan Visi pembangunan Kabupaten Kaur tersebut, maka disusun Misi
Pertama Pembangunan sebagai berikut :
Mewujudkan Pemerataan, Kualitas dan Relevansi Pelayanan Pendidikan
Dan, untuk mencapai Misi Pertama Pembangunan Kabupaten Kaur, juga disusun
Sasaran Pembangunan Kabupaten Kaur sebagai berikut :

Meningkatnya Akses dan Mutu Pelayanan Pendidikan Bagi Masyarakat

Berkembangnya Pendidikan Yang Membentuk SDM Handal dan Berdaya Saing


Namun, memperhatikan Gambaran Umum Kondisi Daerah, untuk menjalankan visi, misi,
tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam Pembangunan Kabupaten Kaur,
dihadapkan pada permasalahan-permasalahan pendidikan, antara lain :
Kurangnya fasilitas prasarana pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan

kondisi dan potensi daerah;


Rendahnya kualitas rill pendidikan daerah;
Materi dan metode pembelajaran yang kurang aplikatif dalam rangka membentuk
kecakapan ketrampilan (skill).
Untuk menghapus ketertinggalan di bidang pendidikan tersebut diperlukan percepatan
pembangunan pada semua sektor. Percepatan pembangunan ini hanya mungkin
dilakukan apabila diadakan perubahan-perubahan menuju pemerintahan yang baik dan
bersih (good and clean government) di pihak pemerintah daerah, perbaikan kualitas
sumber daya manusia (SDM) secara menyeluruh, dan penyediaan fasilitas sarana dan
prasarana pendidikan dan pengajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi
daerah serta keterbelakangan pembangunan wilayah Kabupaten Kaur.
Untuk itu diperlukan pembangunan LABORATORIUM KULTUR JARINGAN DAN
AKLIMATISASI TANAMAN untuk merevolusi kualitas sumberdaya manusia secara
menyeluruh melalui penyediaan fasilitas penunjang

dan prasarana pendidikan dan

pengajaran yang disesuaikan dengan potensi daerah sehingga dapat menghapus


kemiskinan dan keterbelakangan pembangunan tanpa menguras sumber daya lahan dan
hutan Kabupaten Kaur.

2
Pemerintah Kabupaten Kaur

LAB. KULTUR JARINGAN

B.

Tujuan

Pembangunan Laboratorium Kultur Jaringan dan Aklimatisasi Tanaman Dinas Pertanian


Kabupaten Kaur merupakan kekuatan agresif bagi kepentingan pembangunan secara
menyeluruh di Kabupaten Kaur.
Laboratorium Kultur Jaringan yang akan dibangun di Kabupaten Kaur bertujuan untuk :
-

Membentuk generasi inovatif,


Meretas mutu sumberdaya manusia yang rendah,
Meretas disparitas pendidikan antar wilayah,
- Meningkatkan produktivitas dan potensi sumberdaya alam lokal; lahan kehutanan,
-

lahan pertanian, biodiversitas lokal


Menuntaskan belenggu kemiskinan karena pengelolaan potensi sumberdaya

manusia dan sumberdaya alam yang tidak bijak.


Melestarian sumberdaya hutan sesuai dengan peruntukannya.
C.

Sasaran

Laboratorium Kultur Jaringan Dinas Pertanian Kabupaten Kaur ini merupakan pusat
belajar dan pengembangan pembibitan tanaman untuk masyarakat sasaran, yaitu:
- Siswa-siswi pada Sekolah Layanan Khusus
- Siswa-siswi pada Sekolah Berasrama.
- Siswa-siswi pada Madrasah Aliyah Negeri Kejuruan (dalam perencanaan)
- Mahasiswa pada Akademi Komunitas Negeri PUSAKA KAUR
- Pemuda-pemudi yang dibina pada Youth Center
- Kelompok Tani Binaan Badan Penyuluhan Pertanian
- Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan (HKm) binaan Dinas Kehutanan, dan
- Masyarakat umum lainnya.

D.

3
Pemerintah Kabupaten Kaur

LAB. KULTUR JARINGAN

II. DESKRIPSI SINGKAT


KEADAAN UMUM DAERAH
A. Kondisi Geografis dan Demografis
Kabupaten Kaur dengan ibukota Bintuhan terletak antara 10348,76 - 1034650,12
Bujur Timur dan 04158,21 - 045527,77 Lintang Selatan. Kabupaten ini merupakan
wilayah paling selatan Propinsi Bengkulu dan berbatas langsung dengan Propinsi
Lampung dan Propinsi Sumatera Selatan.
Berdasarkan Undang-undang No 3 Tahun 2003, secara administrasi Kabupaten Kaur
berbatasan dengan :
Sebelah Utara :

Kecamatan Kedurang, Kabupaten Bengkulu Selatan,


dan Kabupaten Lahat Propinsi Sumatera Selatan

Sebelah Selatan:

Kabupaten Lampung Barat,Propinsi Lampung

Sebelah Barat :

Samudera Hindia

Sebelah Timur :

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan,


Propinsi Sumatera Selatan

Orientasi dari Kabupaten Kaur terhadap pulau sumatera dan Provinsi Bengkulu dapat
dilihat dalam gambar 2.1.
Berdasarkan Undang-undang No 3 Tahun 2003 dan Surat Mendagri No. 136/205/PUM
Tanggal 12 September 2005 luas wilayah Kabupaten Kaur adalah 255.600 Ha yang
terdiri dari 143.568,2 Ha kawasan Non Budidaya dan 112.031,8 Ha kawasan Budidaya.
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 64 69 tahun 2005 wilayah administrasi Kabupaten
Kaur terdiri dari 15 kecamatan, 152 desa dan 3 kelurahan.
Luas Kabupaten Kaur sebesar 2.556 km2 yang dihuni oleh penduduk sebesar 107.627
jiwa, sehingga kepadatan penduduk Kabupaten Kaur hanya 42 jiwa/km2. Luas wilayah,
jumlah penduduk dan kepadatan penduduk tersaji pada Tabel 2.2. Dengan luas dan
jumlah penduduk seperti itu, maka daya dukung wilayah untuk pengembangan
perekonomian berbasis sumberdaya lahan masih sangat potensial.

4
Pemerintah Kabupaten Kaur

LAB. KULTUR JARINGAN

Gambar 2.1. Orientasi Kabupaten Kaur di Provinsi Bengkulu dan Pulau Sumatera

Tabel 2.1
Kepadatan Penduduk Kabupaten Kaur menurut Kecamatan
Kecamatan
Kaur Selatan
Kaur Utara
Kinal
Luas
Maje
Muara Sahung
Tetap
Nasal
Padang Guci Hilir
Padang Guci Hulu
Kaur Tengah
Kelam Tengah
Lungkang Kule
Semidang Gumay
Tanjung Kemuning
Kabupaten Kaur

Luas
(km2)

Penduduk
(jiwa)

Kepadatan
(jiwa/km2)

98,64
61,15
192,22
128,49
382,01
292,17
98,97
599,37
131,92
350,97
25,80
40,64
28,85
45,06
79,75
2.556

13.972
6.414
4.271
4.821
11.775
5.556
5.851
15.179
3.581
6.628
4.368
6.071
3.225
5.400
10.509
107.627

142
105
23
38
31
20
60
26
28
19
170
150
112
120
132
42

Sumber: Hasil Sementara SP 2010 BPS Kabupaten Kaur


B. Gambaran Perkonomian Daerah
Berdasarkan Struktur perekonomian Kabupaten Kaur Sektor pertanian mempunyai
peranan yang sangat dominan dalam perekonomian Kabupaten Kaur hingga tahun 2009.
5
Pemerintah Kabupaten Kaur

LAB. KULTUR JARINGAN


Sektor ini memberikan sumbangan sebesar 47% dari PDRB atas harga berlaku tahun
2009, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restaurant (18,8%), sektor lainnya
(10,14%), sektor pengangkutan dan komunikasi (9,70%).

Gambar 2.2. Distribusi PDRB Kabupaten Kaur menurut lapangan usaha atas
dasar harga berlaku pada tahun 2009 (KKDA, 2010)

PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Kaur pada tahun 2009 mencapai 235,6
milyar rupiah, sedangkan PDRB atas dasar harga harga berlaku telah mencapai 482,3
milyar rupiah.
Pada tahun 2005 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kaur mencapai 5,71 persen,
tahun 2006 tumbuh sebesar 4,69 persen dan pada tahun 2007 laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Kaur sebesar 4,65 persen. Sedangkan untuk tahun 2008, laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kaur meningkat menjadi 5,45 persen. Laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kaur tahun 2009 sebesar 4,30 persen, menurun bila
dibandingkan tahun sebelumnya, dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan mencapai
235,6 milyar rupiah

6
Pemerintah Kabupaten Kaur

LAB. KULTUR JARINGAN


Tabel. 2.2
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kaur Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005 - 2009 (Juta Rupiah)

Sumber : KKDA, 2010


Pada tahun 2009 nilai nominal pendapatan regional perkapita (pendapatan perkapita)
pertahun penduduk Kabupaten Kaur diperkirakan sebesar Rp. 3.800.661,00 atau
meningkat sebesar 5,88 persen jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya
sebesar Rp. 3.589.690,00. Sedangkan nilai riil pendapatan perkapita pertahun penduduk
Kabupaten Kaur pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 1.848.338,00 atau meningkat
sebesar 2,03 persen jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya sebesar Rp.
1.811.545,00. Hal tersebut dapat ditunjukan pada gambar berikut:

Gambar 2.3 Pendapatan Perkapita Kabupaten Kaur 2005 2009


(PDRB Kab. Kaur 2009, 2010)
7
Pemerintah Kabupaten Kaur

LAB. KULTUR JARINGAN


C. Lahan Repung Kabupaten Kaur

Dalam rangka mengantisipasi rawan pangan di Indonesia, BAPPENAS telah menyusun


Rencana Pembangunan Nasional yang terkait dengan ketahanan pangan. Salah satu
yang menjadi kekhawatiran penyebab terjadinya kerawanan pangan adalah perubahan
iklim global yang bisa melanda Indonesia. Rencana pengembangan tanaman pangan
nasional dikelompokkan berdasarkan lokasi, yakni:
1. Model pertanian organik, dimana Provinsi Bengkulu termasuk Kabupaten Kaur
diarahkan untuk pengembangan tanaman umbi-umbian (root crops), bersamasama dengan Provinsi Jawa Tengah, DIY, NTT dan Kalimantan Selatan.
2. Daerah-daerah tetangga Provinsi Bengkulu seperti Lampung, Sumatera Selatan
dan Sumatera Barat diarahkan untuk pengembangan tanaman penghasil
karbohidrat selain umbi-umbian sehingga Kabupaten Kaur dapat berperan
sebagai pendukung bagi daerah-daerah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka Kabupaten Kaur dapat mengembangkan semua jenis
tanaman pangan penghasil karbohidrat, baik dalam kapasitasnya sebagai daerah sentra
(seperti umbi-umbian) maupun sebagai pendukung daerah sentra untuk tanaman nonumbi-umbian. Pengembangan umbi-umbian di Kabupaten Kaur ini juga tetap mengacu
pada roadmap pengembangan umbi-umbian Kementerian Pertanian RI seperti yang
tersaji pada Gambar 2.4.
Antisipasi kerawanan pangan di kawasan Sumatera Bagian Selatan harus dilakukan
karena beberapa hal berikut:
1. Perubahan iklim secara global dapat menyebabkan gagal panen di daerahdaerah tertentu sehingga dibutuhkan sumber pangan alternatif (non-beras) yang
dapat bertahan tumbuh pada kondisi iklim yang kurang baik.
2. Dari aspek pertahanan dan keamanan, kondisi darurat membutuhkan logistik
yang memadai bagi prajurit dalam mempertahankan wilayah negara Republik
Indonesia, terutama di kawasan regional Sumatera Bagian Selatan.
3. Kerawanan pangan dapat pula terjadi akibat bencana yang menimpa masyarakat
seperti banjir, gempa dan tsunami. Dalam hal ini, lokasi pembangunan LAREKA,
LARECA, LARESA

sebagai lumbung pangan dan logistik on-farm dapat

dimanfaatkan sebagai lokasi evakuasi yang memiliki suplai bahan pangan yang
cukup sehingga tidak harus bergantung pada bantuan dari luar.

8
Pemerintah Kabupaten Kaur

LAB. KULTUR JARINGAN

Pencapaian
Pasar

2007-2009

2010-2014

Kemandirian Lokal

2015-2019

2020-2025

Regional/
Nasional

Nasional/
Ekspor
Industri / Biofuel

Produk

Pakan Ternak
Aneka Produk Pangan Berbasis Ubi-ubian
Produk Aneka Ubi-ubian
Teknologi

Teknologi Pascapanen Ubi-ubian


Teknologi Produksi Ubi-ubian

R&D

Intensifikasi
Ekstensifikasi
Reklamasi/Optimalisasi Lahan Marjinal
Pemetaan Potensi / Kesesuaian Lahan Marjinal

Identifikasi/
Domestikasi
/Introduksi
Potensi Ubi-ubian
Support

Kelembagaan (Petani, Teknologi, Agribisnis, Modal)


Infrastruktur Pendukung

Gambar 2.4. Roadmap Pengembangan Ubi-ubian


9
Pemerintah Kabupaten Kaur

LAB. KULTUR JARINGAN


Masyarakat Kabupaten Kaur sudah memiliki budaya penyediaan pangan umbi-umbian
dan buah-buahan di tanah marga, yang disebut REPUNG. Sekarang REPUNG di
Kabupaten Kaur sudah hilang karena sudah beralihfungsi menjadi lahan perkebunan.
Dengan kondisi di Kabupaten Kaur dan sekitarnya yang rawan terhadap kelangkaan
pangan seperti diuraikan di atas maka budaya REPUNG yang ada di Kabupaten Kaur
perlu dikembangkan kembali.

Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Kaur merancang

program LAHAN REPUNG (repung=cadangan) sebagai berikut :


Tingkat Kabupaten

: LAREKA = Lahan Repung Kabupaten seluas 20 Ha,

Tingkat Kecamatan

: LARECA = Lahan Repung Kecamatan seluas 5 Ha di


15 kecamatan

Tingkat Desa

: LARESA = Lahan Repung Desa di 196 Desa/Kelurahan

Tingkat Keluarga

: LAREGA = Lahan Repung Keluarga.

Pengembangan LAHAN REPUNG sebagai lumbung pangan dan logistik on-farm, adalah
kegiatan pencadangan pangan dan logistik di daerah yang berpotensi mengalami rawan
pangan dengan mengembangkan cadangan pangan dalam bentuk tanaman budidaya di
lapangan (on-farm), untuk antisipasi masa rawan pangan, secara terus menerus. Apabila
tidak terjadi kerawanan pangandalam kurun waktu tertentu, atau ketika produk segar
yang dihasilkan melebihi kebutuhan suplai pangan ke konsumen, maka produk segar
tersebut dapat dipasarkan untuk keperluan bahan baku industri pengolahan.
Tujuan dari program LAHAN REPUNG sebagai lumbung pangan On-Farm Kabupaten
Kaur adalah:

mencadangkan pangan hidup on-farm untuk mengantisipasi kekurangan pangan

(paceklik) pada skala regionalSumatera Bagian Selatan,


menyediakan kawasan evakuasi bencana yang mandiri pangan,
menyediakan pusat logistik on-farm daerah untuk menunjang kebutuhan
pertahanan dan keamanan, dan
menyediakan bahan baku untuk industri pangan olahan.
Luaran program LAHAN REPUNG adalah:

terbangunnya lumbung pangan hidup (on-farm),


terbangunnya tempat evakuasi bencana yang mandiri pangan,
terbangunnya pusat logistik daerah untuk keperluan pertahanan dan keamanan,
tersedianya bahan baku untuk industri olahan pangan.

10
Pemerintah Kabupaten Kaur

LAB. KULTUR JARINGAN


Produk-produk pangan yang akan dihasilkan melalui program Lumbung Pangan dan
Logistik On-Farm di Kabupaten Kaur terdiri dari tiga kelompok pangan, sebagaimana
diilustrasikan pada Gambar 3:
1. Kelompok produk pangan on-farm
2. Kelompok produk pangan segar
3. Kelompok produk pangan olahan
Diversifikasi komoditi dan sistem penyediaan pangan sebagaimana diilustrasikan pada
Gambar 2 dimaksudkan agar LAHAN REPUNG Lumbung Pangan dan Logistik yang
dibangun mampu menyediakan bahan pangan dalam berbagai kondisi.

Panga
n
on
far
m

Pangan
seg
ar

Pang
a
n
o
l
a
h
a
11

Pemerintah Kabupaten Kaur

LAB. KULTUR JARINGAN

Re
gis
tra
si
ke
bu
n
Se
rti
fik
asi
la
ha
n

Kon
su
msi
lan
gsu
ng
Ba
han
bak
u
ind
ust
ri

n
M
a
k
a
n
a
n
p
o
k
o
k
M
a
k
a
n
a
n
ri
n
g
a
n

Gambar 2.5. Model pengembangan lumbung pangan dan logistik on-farm di


Kabupaten Kaur (atas: gadung; bawah: uwi; bawah: sukun)

D.

Potensi Hortikultura di Kabupaten Kaur

Subsektor

pertanian

tanaman

pangan dan subsektor perkebunan


adalah penyumbang terbesar dari
sektor pertanian terhadap laju roda
perekonomian Kabupaten Kaur. Dari
subsektor
pangan,

pertanian
sub-subsektor

hortikultura

belum

mendapat
Pemerintah Kabupaten Kaur

tanaman
tanaman
banyak
perhatian
12

LAB. KULTUR JARINGAN


pengembangannya walaupun cukup memberikan kontribusi terhadap ekonomi
masyarakat

Kaur.

Secara

geografis

dan

agroekologi,

Kabupaten

Kaur

mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif untuk pengembangan


agrokultur dan agribisnis tanaman hortikultura.
dataran

pantai

sampai

dataran

tinggi,

Terletak di wilayah mulai

pemilihan

komoditas

untuk

pengembangan tanaman hortikultura dapat sangat beragaram mulai tanaman


hortikultura yang dapat beradaptasi di dataran rendah sampai komoditas
hortikultura spesifik dataran tinggi.
Potensi agroekologi Kabupaten Kaur yang sangat tinggi untuk pengembangan tanaman
hortikultura ditunjukkan dengan keragaman yang tinggi dari komoditi sayur-sayuran,
buah-buahan, dan bahkan berpotensi juga untuk pengembangan hortikultura biofarmaka.
Keragaman yang tinggi jenis hortikultura ini memberikan peluang yang besar bagi
pengembangan ekonomi masyarakat karena dengan keragaman komoditi ini akan
memberikan daya lenting yang tinggi terhadap perekonomian masyarakat tani
hortikultura di Kabupaten Kaur. Pengembangan investasi hortikultura harus didasarkan
pada

potensi

agroekologi

dan

penerimaan petani terhadap suatu


komoditas.
Potensi luas tanam dan produksi
tanaman hortikultura sayur-sayuran,
buah-buahan dan biofarmaka rimpang
di Kabupaten Kaur seperti berikut ini.
1. Hortikultura Sayur-Sayuran
Tanaman hortikultura sayuran dataran sedang yang
dikembangkan di Kabupaten Kaur adalah
tomat,

ketimun,

kacang panjang, kacang merah, sawi/petsai.

Sayuran dataran rendah adalah cabe.

Sementara,

sayuran dataran rendah yang cukup tinggi produksinya


adalah kangkung dan bayam.

Catatan inovasi budidaya cabedi Provinsi Bengkulu


sebagai referensi antara lain :
13
Pemerintah Kabupaten Kaur

LAB. KULTUR JARINGAN


Pengguna Benih unggul

: 30% petani.

Jenis benih unggul

: Lado, Taro, Rodeo, Balado.

Jumlah kebutuhan benih

: 50 g Ha-1

Pengguna Benih lokal/turunan

: 70% petani

Jumlah kebutuhan benih

: 79 g Ha-1

Jarak tanam

: 40 x 60 cm sampai 50 x 90 cm.

Pupuk

: Urea 190 kg Ha-1, 200 kg Ha-1 setara SP-36,


156 kg KCl Ha-1, 124 kg NPK Ha-1,
675 kg pupuk kandang.
: 7.5 ton Ha-1 (1.9 21.4 ton Ha-1).

Produksi rata-rata

Petani yang menggunakan bibit unggul hanya sekitar 30%, sehingga


keragaman penerapan GAP ini akan mempengaruhi produksi. Juga, besarnya
kisaran produksi per satuan hektar pada penanaman cabe di Bengkulu
menunjukkan bahwa petani secara merata petani belum menerapkan usaha
budidaya cabe sesuai dengan Good Agricultural Practices (GAP) dan Standar
Operational Procedure (SOP).

Baik penggunaan bibit unggul, standar

pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman.


2. Hortikultura Buah-Buahan
Produksi buah-buahan dari Propinsi Bengkulu selama ini masih berasal dari tanaman
buah-buahan yang ditanam di pekarangan dan di kebun rakyat. Relatif masih sedikit
pengembangan tanaman hortikultura buah-buahan yang dilakukan secara intensif,
walaupun potensi untuk mengembangkan buah-buahan eksotis Kabupaten Kaur sangat
potensial.
Beberapa jenis buah-buahan eksotis Kabupaten Kaur yang layak untuk dikembangkan
karena produk unggulan buah-buahan lokal yaitu durian, sawo, dan mangga Bengkulu,
Buah-buahan eksotis yang cukup tinggi populasinya di Kabupaten Kaur yaitu sawo.
Pohon sawo umumnya diusahakan masyarakat hanya sebagai tanaman pekarangan,
sementara buah-buahan introdusir dari daerah lain yang telah dikembangkan dan
diusahakan relatif intensif yaitu salak.

Karena pengusahaan tanaman buah-buahan

belum dilakukan secara intesif, produksi buah-buahan dari daerah ini sangat berfluktuasi
dari musim panen ke musim panen buah berikutnya.
Pisang juga adalah buah-buahan yang sangat layak untuk dikembangkan di
Kabupaten Kaur.

Beragam jenis pisang dapat dikembangkan, baik pisang


14

Pemerintah Kabupaten Kaur

LAB. KULTUR JARINGAN


untuk dikonsumsi segar maupun pisang untuk industri olahan. Produksi pisang
dari Kabupaten Kaur selama ini tidak hanya untuk konsumsi lokal, tetapi juga
dipasarkan di wilayah lain. Produksi pisang dari Kabupaten Kaur dipasarkan
ke arah Lampung.
3. Hortikultura Biofarmaka
Kabupaten Kaur juga terkenal sebagai
wilayah penghasil tanaman hortikultura
biofarmaka seperti jahe, temulawak, laos,
kencur. Wilayah penghasil jahe gajah di
Kabupaten

Kaur

yang

terkenal

yaitu

daerah Kecamatan Muara Sahung. Pada


tahun 2000 dikarenakan serangan epidemi
layu

bakteri

oleh

Pseudomonas

solanacearum, sehingga melemahkan kemauan petani untuk mengembangkan jahe.


Jahe yang diproduksi oleh petani Kaur dijual dalam bentuk segar.

Industri

rumah tangga yang telah mengembangkan produk jahe olahan dalam bentuk
jahe instan dan bubuk kopi-jahe sudah dimulai walaupun kontinuitas
produksinya masih sangat terbatas karena terbatasnya informasi dan akses
pasar.
Jahe, temulawak, kencur dan kunyit mempunyai potensi yang sangat besar
untuk digunakan dalam hampir semua produk obat tradisional/jamu karena
paling banyak diklaim sebagai penyembuh berbagai penyakit yang menjadi
trend di dalam masyarakat modern (degeneratif, penurunan immunitas,
penurunan vitalitas).

Trend masyarakat konsumen dunia yang menuntut

pangan dan produk kesehatan yang aman dengan slogan back to nature,
biofarmaka rimpang-rimpangan (Zingiberaceae) memiliki prospek yang besar
ke masa depan karena klaim khasiat yang dimiliki, jumlah serapan oleh
industri obat tradisional dan jumlah serta tenaga yang terlibat pada agribisnis
biofarmaka ini.

15
Pemerintah Kabupaten Kaur

LAB. KULTUR JARINGAN

III. RANCANGAN ANGGARAN BIAYA

NO
I

DISKRIPSI PEKERJAAN
PEKERJAAN KONSTRUKSI

JUMLAH BIAYA
Rp

1,096,725,719.93

Persiapan

Rp

55,525,000.00

Rooting Green House 13m x 20m dan 13m x 5m

Rp 267,237,406.73

Shaded Area, 30m x 20m, 2 unit

Rp 240,183,360.52

Open Area Ukuran 36 x 30 m, 3 unit

Rp 189,101,210.67

Open Area Ukuran 12 x 30 m, 1 unit


5

Control Panel Room 4 X 4 m

Rp

33,670,214.76

Bangunan Laboratorium dan Pendukung 10mx12m

Rp 205,283,735.98

Reservoar, 6m x 5m x 2m

Rp

22,668,934.66

Jalan Lingkungan, Parkir, Parit, dan pagar kawat

Rp

83,055,856.60

II

PEKERJAAN SARANA DAN PRASARANA

Rp 384,210,802.32

III

PEKERJAAN PENGADAAN ALAT-ALAT LABORATORIUM

Rp 472,925,000.00

JUMLAH BIAYA I + II + III

Rp 1,953,861,522.25

TOTAL

Rp 1,953,861,522.25

DIBULATKAN

Rp 1,953,861,500.00

Terbilang :
Satu Milyar Sembilan Ratus Lima Puluh Tiga Juta Delapan Ratus Enam Puluh
Satu Ribu Lima Ratus Rupiah

16
Pemerintah Kabupaten Kaur

LAB. KULTUR JARINGAN

IV. PENUTUP

Pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Kaur yang tercermin pada PDRB Kabupaten
Kaur belum mencapai Rp. 4 juta merupakan potret keterbelakangan dan kemiskinan akibat dari
pembangunan nasional yang tidak berkeadilan selama ini. Besaran Nilai PDRB ini tergambar
hanya setengah (1/2) dari pendapatan perkapita Provinsi Bengkulu, Rp.8 juta, dan hanya
seperempat (1/3) dari pendapatan perkapita nasional, Rp. 12 juta.
Rendahnya pendapatan masyarakat tersebut bersumbu pada rendahnya sumberdaya manusia
dan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan dan fasilitas pendidikan dan pengajaran slama
inil
Pembangunan Sarana dan prasarana pendidikan, khususnya pembangunan Laboratorium Kultur
Jaringan dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia ini merupakan stimulant untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk mengembangkan sumberdaya alam local
yang sangat melimpah. Fasilitasi pendidikan Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman,
pengembangan pengetahuan dengan pendampingan, dan akselerasi informasi melalui edukasi
dan jaringan teknologi informasi akan segera membuka ruang bagi pengembangan sumberdaya
manusia dan perekonomian masyarakat Kabupaten Kaur. Intensifikasi pendampingan akan
memberikan loncatan pengembangan sumberdaya local untuk bermain di kanca nasional
maupun global. Untuk itu, dukungan dan fasilitasi dan semua pihak sangat diharapkan.

Bintuhan,

17
Pemerintah Kabupaten Kaur

September 2013

Anda mungkin juga menyukai