Penggunaan Manitol Pada Cedera Kepala
Penggunaan Manitol Pada Cedera Kepala
Pendahuluan
Data dari Health Interview Survey menunjukkan bahwa sekitar seperlima
trauma kepada masuk kategori moderate sampai parah. Hanya 15% dari total trauma
kepala di populasi yang dirawat di Rumah Sakit, dan hanya 9,6% dari yang masuk
rumah sakit mempunyai GCS antara 3-11.
Angka kematian trauma kepala di Amerika Serikat berkisar antara 14-30 per
100.000 penduduk. Angka kematian dari pasien yang masuk rumah sakit berkisar
sangat lebar antara 4 25%. Lebih dari 60% kematian terjadi sebelum pasien masuk
rumah sakit.
Sekitar 40% pasien yang datang yang tidak sadar setelah cedera kepala
mempunyai TIK yang meninggi (Miller, 1977). Pada 50% dari yang mati, peninggian
TIK adalah penyebab utama. Makin tinggi TIK, makin besar mortalitas. Pada
beberapa pasien peninggian TIK mungkin secara sederhana menggambarkan beratnya
cedera otak primer. Dilain pihak cedera otak primer mempunyai potensi untuk pulih
dan pada kelompok ini tindakan aktif merupakan penyelamat hidup. Hingga saat ini
belum ada metoda yang tersedia yang membedakan kedua kelompok pada awalnya.
Peninggian tekanan intrakranial (TIK/ICP, Intracranial Pressure) merupakan
bencana sejak masa awal bedah saraf, dan tetap merupakan penyebab kematian paling
sering pada penderita bedah saraf. Ini terjadi pada penderita cedera kepala, stroke
hemoragik dan trombotik, serta lesi desak ruang seperti tumor otak. Massa
intrakranial bersama pembengkakan otak meninggikan TIK dan mendistorsikan otak.
Cara untuk mengurangi TIK dengan cairan hipertonik yang mendehidrasi otak,
menjadi bagian penting pada tindakan bedah saraf. Beberapa proses patologi yang
mengenai otak dapat menimbulkan peninggian tekanan intrakranial. Sebaliknya
hipertensi intrakranial mempunyai konsekuensi yang buruk terhadap outcome pasien.
Jadi peninggian TIK tidak hanya menunjukkan adanya masalah, namun sering
bertanggung jawab terhadapnya.
Walau hubungan antara pembengkakan otak dengan hipertensi intrakranial dan
tanda tanda neurologi yang umum terjadi pada herniasi tentorial, hingga saat ini
sedikit informasi langsung tentang kejadian, derajat dan tanda klinik yang jelas dari
peninggian TIK. Sebabnya adalah bahwa tekanan jarang yang langsung diukur
intrakranial. Untuk itu, pengukuran dilakukan pada rongga subarakhnoid lumbar dan
1
hanya kadang-kadang dicatat serta pada waktu yang singkat pula. Pungsi lumbar tidak
hanya memacu herniasi tentorial atau tonsilar, namun juga tekanan yang terbaca lebih
rendah dari yang sebenarnya.
II. Anatomi, Fisiologi, dan Patofisiologi
Kranium merupakan kerangka kaku yang berisi tiga komponen : otak, cairan
serebrospinal dan darah. Kranium hanya mempunyai sebuah lubang keluar utama
yaitu foramen magnum. Ia juga memiliki tentorium kaku yang memisahkan hemisfer
serebral dari serebelum. Otak tengah terletak pada hiatus dari tentorium.
Cairan serebrospinal atau cerebrospinal fluid atau liquor cerebrospinalis
adalah merupakan cairan jernih yang diproduksi di dalam ventrikel otak. Cairan ini
mengisi ruangan subarachnoid di dalam otak (ruang antara skull dan kortek cerebral)
atau secara lebih spesifik adalah mengisi ruangan antara arachnoid dan lapisan pia
meninges. CSS adalah cairan bersifat basa dan berperan sebagai cushion atau buffer
kortek termasuk otak dan spinal cord dan untuk merendami sistem syaraf pusat
(central nervous system / CNS) di dalam milieu cair yang dinamis
Total volume CSS pada manusia adalah sekitar 140 ml, 23 ml dari total
volume CSS tersebut mengisi sistem ventrikel dan sisanya terdistribusi di antara
ruang subarachnoid yang melingkupi otak dan spinal cord dan ruang interstitial yang
melingkupi elemen-elemen CNS. Permukaan ventrikel atau ependymal, bersifat
permiabel terhadap CSS maupun molekul-molekul berukuran besar lainnya.
Sebaliknya, kompartemen vaskular otak terpisahkan dari ruang CSS oleh endotel
kapiler khusus, dan dapat berperan untuk mencegah mengalirnya molekul yang
berdiameter lebih besar dari 20 angstrom. Lapisan ependyma adalah pembentuk
anatomi dasar dari blood-brain barrier.
Rate produksi CSS pada manusia adalah sekitar 0,3-0,4 ml/menit. Sehingga
volume CSS diperbaharui setiap 5-7 jam. Sekitar 70 % CSS diproduksi oleh pleksus
koroid, dan sisanya terbentuk sebagai hasil dari aktivitas metabolik otak dan spinal
chord parenchyma. Produksi CSS oleh pleksus koroid berawal sebagai darah
kemudian disaring melalui fenestrations kapiler koroid. Ultrafiltrat yang dihasilkan
kaya dengan protein masuk menuju stroma pleksus koroid dan berpindah menuju
clefts sel-sel epitil koroid. Pada tahap ini terjadi bermacam-macam tahapan proses,
natrium dipisahkan menuju ventrikel digantikan oleh kalium melalui pompa sodiumpotassium-adenosine triphospahte (Na+-K+-ATPase), yang diatur oleh sel epitel. Ion2
ion klorida dan bikarbonat berpindah secara pasif menuju CSS sebagai akibat adanya
aktivitas anhidrase karbonat pada sel epitil. Protein selanjutnya menuju sistem
ventrikel melalui dua mekanisme yang memungkikan; pinocytosis dan melalui poripori yang kecil. Pemisahan air dari epitie koroid menuju ventrikel terjadi akibat
perbedaan tekanan osmotik pada sekresi natrium, pemisahan ini lebih dikenal sebagai
migrasi pasif. Di samping itu juga dikenal adanya produksi CSS ekstra koroid
(Extrachoroidal), sekitar 30 % CSS terjadi pada CNS parenchyma.
Setelah dibentuk oleh pleksus khoroid, cairan bersirkulasi pada sistem
ventrikuler, dari ventrikel lateral melalui foramen Monro (foramen interventrikuler)
keventrikel tiga, akuaduktus dan ventrikel keempat. Dari sini keluar melalui foramina
diatap ventrikel keempat kesisterna magna. Sirkulasi Subarakhnoid Sebagian cairan
menuju rongga subarakhnoid spinal, namun kebanyakan melalui pintu tentorial (pada
sisterna ambien) sekeliling otak tengah untuk mencapai rongga subarakhnoid diatas
konveksitas hemisfer serebral.
Cairan selanjutnya diabsorpsi kesistem vena melalui villi arakhnoid. Villa
arakhnoid adalah evaginasi penting rongga subarakhnoid kesinus venosus dural dan
vena epidural; mereka berbentuk tubuli mikro, jadi tidak ada membran yang terletak
antara CSS dan darah vena pada villi. Villi merupakan katup yang sensitif tekanan
hingga aliran padanya adalah satu arah. Bila tekanan CSS melebihi tekanan vena,
katup terbuka, sedang bila lebih rendah dari tekanan vena maka katup akan menutup
sehingga mencegah berbaliknya darah dari sinus kerongga subarakhnoid. Secara
keseluruhan, kebanyakan CSS dibentuk di ventrikel lateral dan ventrikel keempat dan
kebanyakan diabsorpsi di sinus sagittal. Dalam keadaan normal, terdapat
keseimbangan antara pembentukan dan absorpsi CSS. Derajat absorpsi adalah
tergantung tekanan dan bertambah bila tekanan CSS meningkat. Sebagai tambahan,
tahanan terhadap aliran tampaknya berkurang pada tekanan CSS yang lebih tinggi
dibanding tekanan normal. Ini membantu untuk mengkompensasi peninggian TIK
dengan meningkatkan aliran dan absorpsi CSS. Hampir dapat dipastikan bahwa jalur
absorptif adalah bagian dari villi arakhnoid, seperti juga lapisan ependima ventrikel
dan selaput saraf spinal; dan kepentingan relatifnya mungkin bervariasi tergantung
pada TIK dan patensi dari jalur CSS secara keseluruhan. Sebagai tambahan atas jalur
utama aliran CSS, terdapat aliran CSS melalui otak, mirip dengan cara cairan limfe.
Cara ini kompleks dan mungkin berperan dalam pergerakan dan pembuangan cairan
edem serebral pada keadaan patologis.
CSS mempunyai banyak peran mencakup perlindungan mekanik otak,
distribusi faktor-faktor neuroendokrin dan memfasilitasi aliran darah pada otak. Aliran
CSS mengikuti ekspansi dan kontraksi arteri yang menyerupai pergerakan airmancur
yang dapat mencegah perubahan aliran darah intrakranial. Bila terjadi gangguan aliran
CSS, maka tidak hanya berpengaruh pada aliran CSS itu sendiri, tetapi juga
berpengaruh pada aliran darah intrakranial yang sudah pasti akan berpengaruh pada
gangguan fungsi neuron dan glial. Dalam kesetimbangan ini juga sangat dipengaruhi
oleh sistem vena.
Fenomena otoregolasi cenderung mempertahankan aliran darah otak (ADO)
stabil bila tekanan darah rata-rata 50-160 mmHg (untuk pasien normotensif, dan
bergeser kekanan pada pasien hipertensif dan sebaliknya). Dibawah 50 mmHg ADO
berkurang bertahap, dan diatas 160 mmHg terjadi dilatasi pasif pembuluh otak dengan
akibat peninggian tekanan intrakranial.
Tekanan Garis Dasar (Baseline Pressure) Batas atas normal TIK untuk
sementara bertambah setiap saat pasien batuk atau menggeliat, dan setiap peningkatan
dapat mencapai tingkat yang ekstrem (100 mmHg). Ini menjadi penting hanya bila
peninggian bertahan semenit atau lebih. Lundberg menganjurkan bahwa tingkat ratarata diatas 20 mmHg harus diingat sebagai peninggian sedang dan tingkat diatas 40
mmHg sebagai peninggian berat.
Tingkat normal 0-10 mmHg
TIK abnormal diatas 15 mmHg
Peninggian sedang 21-40 mmHg
Peninggian berat diatas 40 mmHg
Peninggian menetap TIK garis dasar adalah penting, namun makna klinik
tergantung pada keadaan patologi yang mendasarinya. Pasien dengan lesi intrakranial
yang meluas, peninggian TIK sedang dalam daerah 15-20 mmHg mungkin dapat
volume CSS yang telah ada dan oleh kecenderungan jalur CSS untuk mengalami
obstruksi. Sekali hal ini terjadi, produksi CSS diatas bendungan yang tetap
berlangsung akan menambah peninggian TIK. Jalur subarakhnoid mungkin
terbendung di tentorium atau foramen magnum. Jalur CSS intraventrikular mungkin
terbendung pada ventrikel tiga atau akuaduktus yang akan menyebabkan temuan yang
khas pada sken CT dimana ventrikel lateral kolaps pada sisi massa, sedangkan
ventrikel lateral disisi berlawanan akan tampak distensi. Pada banyak keadaan klinis,
perubahan volume sangat kompleks. Ini terutama pada cedera kepala dimana mungkin
terdapat bekuan darah, edema otak serta gangguan absorpsi CSS akibat perdarahan
subarakhnoid atau perdarahan intraventrikuler.
Pasien nyeri kepala yang memburuk oleh hal yang meninggikan TIK seperti
batuk, membungkuk dan terlentang, kemudian mulai mengantuk. Kompresi atau
pergeseran batang otak berakibat peninggian tekanan darah, sedang denyut nadi dan
respirasi menjadi lambat. Pupil sisi massa berdilatasi, bisa dengan hemiparesisi
sisikontralateral massa. Selanjutnya pasien jadi tidak responsif, pupil tidak bereaksi
dan berdilatasi, serta refleks batang otak hilang. Akhirnya fungsi batang otak berhenti,
tekanan darah merosot, nadi lambat, respirasi lambat dan tidak teratur untuk akhirnya
berhenti. Penyebab akhir kegagalan otak adalah iskemia. Peninggian TIK
mempengaruhi ADO akibat kompresi arterial, regangan atau robekan arteria dan vena
batang otak serta gangguan perfusi. ADO konstan 50 ml/100 gr/menit pada
otoregulasi normal. Jadi ADO dipengaruhi oleh tekanan darah arterial, tekanan
intrakranial, otoregulasi, stimulasi metabolik serta distorsi atau kompresi pembuluh
darah oleh massa atau herniasi.
Pada kenyataannya, banyak dari akibat klinis dari peninggian TIK adalah akibat
pergeseran otak dibanding tingkat TIK sendiri.
Transtentorial
Lateral
Massa yang terletak lebih kelateral menyebabkan pergeseran bagian medial lobus
temporal (unkus) melalui hiatus tentorial serta akan menekan batang otak secara
transversal. Saraf ketiga terkompresi menyebabkan dilatasi pupil ipsilateral.
Penekanan pedunkel serebral menyebabkan hemiparesis kontralateral. Pergeseran
selanjutnya menekan pedunkel serebral yang berseberangan terhadap tepi tentorial
6
yaitu cedera korteks bilateral serta cedera pada sistem pengaktif retikuler batang otak
disamping peninggian TIK dan penurunan ADO dapat menurunkan tingkat kesadaran.
Edema otak didefinisikan sebagai peningkatan volume otak diakibatkan
bertambahnya kandung air jaringan. Istilah pembengkakan otak juga umum, dimana
volume bertambah mungkin pada air jaringan (edema otak), atau pada volume
intravaskular (pembengkakkan otak kongestif). Istilah-istilah ini tak seluruhnya dapat
dipertukarkan. Kandung air otak normal adalah 80 % dari berat bersih pada substansi
kelabu, dan 68 % berat bersih substansi putih. Pada otak yang edema, nilainya adalah
77 % pada substansi putih dan 82 % pada substansi kelabu. Jadi kebanyakan
peningkatan jumlah air adalah pada substansi putih, yang kini dapat dipastikan in vivo
dengan CT dan MRI. Ada beberapa jenis edema otak; vasogenik, sitotoksik,
hidrostatik, hipo-osmolar dan interstitial. Pada konteks bedah saraf, jenis terpenting
adalah edema vasogenik yang khas dengan penambahan permeabilitas sel kapiler
otak. Penambahan utama tekanan intravaskular intrakranial dihantarkan pada bed
kapiler yang tak terlindung, dan cairan merembes ke rongga ekstraselular. Penjelasan
lain pembentukan pembengkakan otak adalah bendungan karena hilangnya
autoregulasi dan ekspansi VDS.
Efek merusak edema otak digambarkan melalui tiga mekanisme yang saling
berhubungan. Pertama adalah peninggian TIK yang terjadi bila volume air yang
mengalami ekstravasasi melebihi batas kompensasi spasial. Akhirnya terjadi
pengurangan ADS, menyebabkan iskemia. Kedua, akumulasi air akan menambah
tahanan serebrovaskuler karena distorsi atau kompresi bed vaskuler, dan ini akan
mengurangi juga ADS regional. Akhirnya efek massa daerah edema memperparah
distorsi dan pergeseran otak. Karena iskemi serebral sendiri menyebabkan edema
otak, mudah untuk melihat bagaimana siklus visius dapat timbul, dimana edema dan
iskemi otak menjadi progresif.
Tingkat TIK dan Mortalitas pada Penderita Cedera Kepala Berat (Miller, 1983).
Kurang dari 20 mmHg 18%
Lebih dari 20 mmHg 45%
robeknya piamater.
Laserasi, jika kerusakan tersebut disertai dengan robeknya piamater.
Perdarahan intracranial, mencakup perdarahan ekstradural dan intra dural.
1. Perdarahan Ekstradural
9
Tetap sadar
Tetap tidak sadar
Mula-mula sadar lalu menjadi tidak sadar
Mula-mula tidak sadar lalu menjadi sadar
Mula-mula tidak sadar, lalu menjadi sadar (lucid interval) dan akhirnya
menjadi tidak sadar. Lucid interval tidak patognomonik untuk EDH dan hanya
terjadi pada sepertiga kasus.
2. Perdarahan Intradural
Perdarahan
intradural
mencakup
perdarahan
subdural,
subarachnoid,
10
11
3. grade 3, yaitu grade 2 + lesi fokal pada kuadran dorsolateral rostral batang
otak
Pembengkakan otak menyeluruh (diffuse brain swelling), terjadi karena
peningkatan kandungan air dalam jaringan otak atau peningkatan volume darah
(intravaskuler), atau kombinasi keduanya. Pada diffuse brain swelling, sebenarnya
belum jelas patogenesisnya, diperkirakan sebagai jenis kongestif karena kehilangan
tonus vasomotor.
Bermacam-macam edema otak:
-
pada trauma.
Hydrostatic edema, akibat peningkatan mendadak tekanan darah pada vascular
bed yang utuh, terjadi penumpukan cairan rendah protein pada ekstrasel.
12
13
dll.
Saat ini manitol menjadi pilihan utama untuk resusitasi awal pasien cedera
kepala yang disertai dengan hipotensi, dikenal sebagai small volume
resuscitation fluid.
14
15
V. Kesimpulan
Sekitar 40% pasien yang datang yang tidak sadar setelah cedera kepala
mempunyai TIK yang meninggi (Miller, 1977). Pada 50% dari yang mati, peninggian
TIK adalah penyebab utama. Makin tinggi TIK, makin besar mortalitas.
Peninggian menetap TIK garis dasar adalah penting, namun makna klinik
tergantung pada keadaan patologi yang mendasarinya. Pasien dengan lesi intrakranial
yang meluas, peninggian TIK sedang dalam daerah 15-20 mmHg mungkin dapat
ditolerasi dengan baik namun peninggian diatas 40 mmHg biasanya berhubungan
dengan penurunan aktifitas listrik serebral dan tanda klinik dari iskemia serebral.
Kompresi atau pergeseran batang otak berakibat peninggian tekanan darah,
sedang denyut nadi dan respirasi menjadi lambat. Pupil sisi massa berdilatasi, bisa
dengan hemiparesisi sisikontralateral massa. Selanjutnya pasien jadi tidak responsif,
pupil tidak bereaksi dan berdilatasi, serta refleks batang otak hilang. Akhirnya fungsi
batang otak berhenti, tekanan darah merosot, nadi lambat, respirasi lambat dan tidak
teratur untuk akhirnya berhenti.
Edema otak adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa. Pada edema otak
harus segera diintervensi sesuai dengan penyebabnya agar tidak terjadi herniasi otak,
misalnya dengan pemberian manitol. Manitol diperkirakan memiliki paling sedikit
16
tiga mekanisme kerja yang saling melengkapi yaitu meningkatkan tekanan darah,
memperbaiki aspek rheologik sirkulasi, dan dehidrasi serebral. Manitol diberikan
bolus 0,25-0,5 g/ kg BB dalam 10-2- menit dan dapat diulangi setiap 6 jam. Menurut
Marshall dan rekan-rekan, bahwa dosis sebesar 0,25 g/kgBB memberikan efek
penurunan ICP sama baiknya dengan dosis 1 g/kg BB.
Kegunaan mannitol berkenaan dengan penanganan hipertensi intrakranial pada
neurotrauma dan efeknya dalam mengurangi viskositas dan akhirnya meningkatkan
cerebral blood flow (CBF) daripada secara spesifik menurunkan tekanan intracranial
(ICP) akibat dehidrasi osmotik serebral.
Komplikasi dari pemberian manitol dapat berupa gagal ginjal praprenal
hiperosmotik, gangguan elektrolit, dehidrasi dan hipotensi, serta perdarahan
intrakranial yang meluas akibat penciutan otak yang terjadi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Thomsons, G. Cerebrospinal Fluid from World of Anatomy and Physiology.
Thompson Corporation.USA: 2006.
A joint project of the Brain Trauma Fondation American Association of
Neurological Surgeons, Joint Section on Neurotrauma and Critical Care.Management
and Prognosis of severe traumatic head injury. Part I : Guidelines for the
Management of Severe Traumatic Brain Injury. Brain Trauma Fondation. 2000
Kelly, FD, Nikas, DL and Becker, DP. Diagnosis and Treatment of Moderate and
Severe Head Injuries in Adult. In : Youmans, ed. Neurological Surgery. Philadelphia :
WB Saunders, 1996. 1618-1718
Sakowitz, OW, Stofer, JF.Effects of Mannitol Bolus Administration on Intracranial
Pressure, Cerebral Extracellular Metabolites, and Tissue Oxygenation in Severely
Head-Injured Patients, J Trauma. 2007;62:292298
17
18