Referat CA Colon
Referat CA Colon
PENDAHULUAN
Gejala yang di timbulkan antara lain adalah nyeri di perut bagian bawah, darah
pada tinja, diare, konstipasi, atau perubahan kebiasaan buang air besar, obstruksi
usus, anemia dengan penyebab tidak di ketahui dan berat badan tanpa alasan yang
diketahui. Dari anamnesa, apabila kita temukan gejala-gejala seperti itu, kita
perkuat dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologis yang dapat
1
dilakukan antara lain berupa ultrasonografi, CT-Scan, foto polos abdomen, barium
enema dan foto thoraks.
BAB II
ISI
fossa iliaca di sebelah medial dan lateral melalui lipatan peritoneum yaitu
plica caecalis, menghasilkan suatu kantong peritoneum kecil, recessus
retrocaecalis.
2. Kolon ascenden
Bagian ini memanjang dari caecum ke fossa iliaca kanan sampai ke sebelah
kanan abdomen. Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah
kanan, dan di bawah hati membelok ke kiri. Lengkungan ini disebut fleksura
hepatica (fleksura coli dextra) dan dilanjutkan dengan kolon transversum.23
3. Kolon Transversum
Merupakan bagian usus besar yang paling besar dan paling dapat bergerak
bebas karena tergantung pada mesokolon, yang ikut membentuk omentum
majus. Panjangnya antara 45-50 cm, berjalan menyilang abdomen dari
fleksura coli dekstra sinistra yang letaknya lebih tinggi dan lebih ke lateralis.
Letaknya tidak tepat melintang (transversal) tetapi sedikit melengkung ke
bawah sehingga terletak di regio umbilicalis.
4. Kolon descenden
Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri, dari
atas ke bawah, dari depan fleksura lienalis sampai di depan ileum kiri,
bersambung dengan sigmoid, dan dibelakang peritoneum.
5. Kolon sigmoid
6. Kolon Transversum
Merupakan bagian usus besar yang paling besar dan paling dapat bergerak
bebas karena tergantung pada mesokolon, yang ikut membentuk omentum
majus. Panjangnya antara 45-50 cm, berjalan menyilang abdomen dari
fleksura lienalis (fleksura coli dekstra sinistra) yang letaknya lebih tinggi dan
lebih ke lateralis. Letaknya tidak tepat melintang (transversal) tetapi sedikit
melengkung ke bawah sehingga terletak di regio umbilicalis.
7. Kolon descenden
Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri, dari
atas ke bawah, dari depan fleksura lienalis sampai di depan ileum kiri,
bersambung dengan sigmoid, dan dibelakang peritoneum.
8. Kolon sigmoid
Anatomi Rectum
Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu kolon sigmoid dengan
panjang sekitar 15 cm. Rectum memiliki tiga kurva lateral serta kurva
dorsoventral. Mukosa dubur lebih halus dibandingkan dengan usus besar.
Rectum memiliki 3 buah valvula : superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3
bagian distal rectum terletak di rongga pelvic dan terfiksir, sedangkan 1/3 bagian
proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile. Kedua bagian ini
dipisahkan oleh peritoneum reflectum dimana bagian anterior lebih panjang
dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari
usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih proksimal,
dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan internal ) serta otot-otot yang mengatur
pasase isi rectum kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas,
medial dan depan.
Fungsi Kolon
Usus besar atau kolon mengabsorbsi 80% sampai 90% air dan elektrolit dari
kimus yang tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat.
Usus besar hanya memproduksi mucus. Sekresinya tidak mengandung enzim atau
hormon pencernaan. Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah
kecil selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap
hari. Bakteri juga memproduksi vitamin K, riboflavin, dan tiamin, dan berbagai
gas. Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses.
Fungsi rectum dan canalis anal yang merupakan lanjutan dari kolon ialah untuk
mengeluarkan massa feses yang terbentuk dan melakukan hal tersebut dengan
cara yang terkontrol. Fungsi rectum berhubungan dengan defekasi sebagai hasil
refleks. Apabila feses masuk ke dalam rectum, terjadi peregangan rectum sehingga
menimbulkan gelombang peristaltik pada kolon descendens dan kolon sigmoid
mendorong feses ke arah anus, sfingter ani internus dihambat dan sfingter ani
internus melemas sehingga terjadi defekasi. Feses tidak keluar secara terus
menerus dan sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik otot
sfingter ani internus dan externus.
Epidemiologi
1. Distribusi dan Frekuensi
a. Orang
Sekitar 75% dari kanker colorectal terjadi pada orang yang tidak memiliki
faktor risiko tertentu. Sisanya sebesar 25% kasus terjadi pada orang
dengan faktor-faktor risiko yang umum, sejarah keluarga atau pernah
menderita kanker colorectal atau polip, terjadi sekitar 15-20% dari semua
kasus. Faktor-faktor risiko penting lainnya adalah kecenderungan genetik
tertentu, seperti Hereditary Nonpolyposis Colorectal Cancer (HNPCC; 47% dari semua kasus) dan Familial Adenomatosa Polyposis (FAP, 1%)
serta Inflammatory Bowel Disease (IBD; 1% dari semua kasus).
10
risiko kanker colorectal yang tinggi. Hal ini menambah bukti bahwa
lingkungan
sentrum
perbedaan
pola
makanan
berpengaruh
pada
karsinogenesis.
4. Faktor Makanan
Makanan mempunyai peranan penting pada kejadian kanker colorectal.
Mengkonsumsi serat sebanyak 30 gr/hari terbukti dapat menurunkan risiko
timbulnya kanker colorectal sebesar 40% dibandingkan orang yang hanya
mengkonsumsi serat 12 gr/hari. Orang yang banyak mengkonsumsi daging
merah (misal daging sapi, kambing) atau daging olahan lebih dari 160 gr/hari
(2 porsi atau lebih) akan mengalami peningkatan risiko kanker colorectal
sebesar 35% dibandingkan orang yang mengkonsumsi kurang dari 1 porsi per
minggu.
Serat makanan terutama yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin
sebagian besar tidak dapat dihancurkan oleh enzim-enzim dan bakteri di dalam
tractus digestivus. Serat makanan ini akan menyerap air di dalam kolon,
sehingga volume feses menjadi lebih besar dan akan merangsang syaraf pada
rectum, sehingga menimbulkan keinginan untuk defekasi. Dengan demikian
tinja yang mengandung serat akan lebih mudah dieliminir atau dengan kata lain
transit time yaitu kurun waktu antara masuknya makanan dan dikeluarkannya
sebagai sisa makanan yang tidak dibutuhkan tubuh menjadi lebih singkat.
Waktu transit yang pendek, menyebabkan kontak antara zat-zat iritatif dengan
mukosa kolon menjadi singkat, sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit
di kolon dan rectum. Di samping menyerap air, serat makanan juga menyerap
11
asam empedu sehingga hanya sedikit asam empedu yang dapat merangsang
mukosa kolon, sehingga timbulnya karsinoma kolon dapat dicegah.
5. Polyposis Familial
Polyposis Familial diwariskan sebagai sifat dominan autosom. Insiden pada
populasi umum adalah satu per 10.000. Jumlah total polip bervariasi 10010.000 dalam setiap usus yang terserang. Bentuk polip ini biasanya mirip
dengan polip adenomatosun bertangkai atau berupa polip sesil, akan tetapi
multipel tersebar pada mukosa kolon. Sebagian dari poliposis ini asimtomatik
dan sebagian disertai keluhan sakit di abdomen, diare, sekresi lendir yang
meningkat dan perdarahan kecil yang mengganggu penderita. Polip cenderung
muncul pada masa remaja dan awal dewasa dan risiko karsinoma berkembang
di pasien yang tidak diobati adalah sekitar 90% pada usia 40 tahun.
6. Polip Adenoma
Polip Adenoma sering dijumpai pada usus besar. Insiden terbanyak pada umur
sesudah dekade ketiga, namun dapat juga dijumpai pada semua umur dan lakilaki lebih banyak dibanding dengan perempuan. Polip adenomatosum lebih
banyak pada kolon sigmoid (60%), ukuran bervariasi antara 1-3 cm, namun
terbanyak berukuran 1 cm. Polip terdiri dari 3 bagian yaitu puncak, badan dan
tangkai. Polip dengan ukuran 1,2 cm atau lebih dapat dicurigai adanya
adenokarsinoma. Semakin besar diameter polip semakin besar kecurigaan
keganasan. Perubahan dimulai dibagian puncak polip, baik pada epitel pelapis
mukosa maupun pada epitel kelenjar meluas ke bagian badan dan tangkai serta
basis polip. Risiko terjadinya kanker meningkat seiring dengan meningkatnya
ukuran dan jumlah polip.
12
7. Adenoma Vilosa
Adenoma vilosa jarang terjadi, berjumlah kurang dari 10% adenoma kolon.
Terbanyak dijumpai di daerah rectosigmoid dan biasanya berupa massa
papiler, soliter, tidak bertangkai dan diameter puncak tidak jauh berbeda
dengan ukuran basis polip. Adenoma vilosa mempunyai insiden kanker
sebesar 30-70%. Adenoma dengan diameter lebih dari 2 cm, risiko menjadi
kanker adalah 45%. Semakin besar diameter semakin tinggi pula insiden
kanker.
8. Colitis Ulserosa
Perkiraan kejadian kumulatif dari kanker kolon yang berhubungan dengan
colitis ulserosa adalah 2,5% pada 10 tahun, 7,6% pada 30 tahun, dan 10,8%
pada 50 tahun.Colitis ulserosa dimulai dengan mikroabses pada kripta mukosa
kolon dan beberapa abses bersatu membentuk ulkus. Pada stadium lanjut
timbul pseudopolip yaitu penonjolan mukosa kolon yang ada diantara ulkus.
Perjalanan penyakit yang sudah lama, berulang-ulang, dan lesi luas disertai
adanya pseudopolip merupakan resiko tinggi terhadap karsinoma. Pada kasus
demikian harus dipertimbangkan tindakan kolektomi. Tujuannya adalah
mencegah terjadinya karsinoma (preventif) dan menghindari penyakit yang
sering berulang-ulang. Karsinoma yang timbul sebagai komplikasi colitis
ulserosa sifatnya lebih ganas, cepat tumbuh dan metastasis.
13
Gambaran Klinis
Pasien dengan karsinoma kolon umumnya memberikan keluhan berupa gangguan
proses defekasi (Change of bowel habit), berupa konstipasi atau diare, perdarahan
segar lewat anus (rectal bleeding), perasaan tidak puas setelah buang air besar
(tenesmus), buang air besar berlendir (mucoid diarrhea), anemia tanpa sebab yang
jelas,dan penurunan berat badan. Adanya suatu massa yang dapat teraba dalam
perut jugadapat menjadi keluhan yang dikemukakan.
Manifestasi klinik karsinoma kolon tergantung dari bentuk makroskopis dan letak
tumor. Bentuk polipoid (cauli flower) dan koloid (mukoid) menghasilkan banyak
mukus, bentuk anuler menimbulkan obstruksi dan kolik, sedangkan bentuk
infiltratif (schirrhus) tumbuh longitudinal sesuai sumbu panjang dinding rektal
14
Keluhan dan gejala tergantung juga dari lokasi dan besarnya tumor.
15
3. Karsinoma Rectum
Sering terjadi gangguan defekasi, misalnya konstipasi atau diare. Sering
terjadi perdarahan yang segar dan sering bercampur lendir, berat badan
menurun. Perlu diketahui bahwa rasa nyeri tidak biasa timbul pada kanker
rectum. Kadang-kadang menimbulkan tenesmus dan sering merupakan gejala
utama.
Patologi
Pada umumnya, dalam perjalanan penyakit, pertumbuhan adenokarsinoma usus
besar sebelah kanan dan kiri berbeda. Adenokarsinoma usus besar kanan (caecum,
kolon ascenden, transversum sampai batas flexura lienalis), tumor cenderung
tumbuh eksofitik atau polipoid. Pada permulaan, massa tumor berbentuk sesil,
sama seperti tumor kolon kiri. Akan tetapi kemudian tumbuh progresif, bentuk
polipoid yang mudah iritasi dengan simtom habit bowel: sakit di abdomen yang
sifatnya lama. Keluhan sakit, sering berkaitan dengan makanan/minuman atau
gerakan peristaltik dan kadang-kadang disertai diare ringan. Berat badan semakin
menurun dan anemia karena adanya perdarahan kecil tersembunyi. Konstipasi
jarang terjadi, mungkin karena volum kolon kanan lebih besar. Suatu saat dapat
dipalpasi massa tumor di rongga abdomen sebelah kanan.
16
Karsinoma usus besar kiri (kolon transversum batas flexura lienalis, kolon
descenden, sigmoid dan rectum) tumbuh berbentuk cincin menimbulkan napkinring. Pada permulaan, tumor tampak seperti massa berbentuk sesil, kemudian
tumbuh berbentuk plak melingkar yang menimbulkan obstipasi. Kemudian bagian
tengah mengalami ulserasi yang menimbulkan simtom diare, tinja campur lendir
dan darah, konstipasi dan tenesmus mirip dengan sindrom disentri.
17
Metastasis
Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada saat
direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus.
Metastase sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal,
ovarium dan tulang. Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik
dan vena dari rektum menuju vena cava inferior, maka metastase karsinoma
rektum lebih sering muncul pertama kali di paru-paru. Berbeda dengan kolon
dimana jalur limfatik dan vena menuju vena porta, maka metastase karsinoma
kolon pertama kali paling sering di hepar
Stadium
Prognosis dari pasien karsinoma kolon berhubungan dengan dalamnya penetrasi
tumor ke dinding kolon, keterlibatan kelenjar getah bening regional atau
metastasis jauh. Semua variabel ini digabung sehingga dapat ditentukan sistem
staging yang awalnya diperhatikan oleh Dukes.
18
2.8. Pencegahan
Diagnosis
Diagnosis karsinoma kolon ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratoris, radiologis, kolonoskopi,
dan histopatologis.
1. Anamnesis
Pada stadium dini, karsinoma kolon tidak memberikan gejala. Gejala biasanya
muncul saat perjalanan penyakit sudah lanjut. Pasien dengan karsinoma kolon
biasanya mengeluh rasa tidak enak, kembung, tidak bisa flatus, sampai rasa
nyeri di perut. Didapatkan juga perubahan kebiasaan buang air besar berupa
diare atau sebaliknya, obstipasi, kadang disertai darah dan lendir. Buang air
besar yang disertaidengan darah dan lendir biasanya dikeluhkan oleh pasien
dengan karsinoma kolon bagian proksimal. Hal ini disebabkan karena darah
yang dikeluarkan oleh karsinoma tersebut sudah bercampur dengan feses.
Gejala umum lain yang dikeluhkan oleh pasien berupa kelemahan, kehilangan
nafsu makan dan penurunan berat badan.
Secara umum gejala meliputi perubahan pola kebiasaan defekasi, baik berupa
diare ataupun konstipasi (change of bowel habit), perdarahan per anum (darah
segar), penurunan berat badan, faktor predisposisi (risk factor), riwayat
kanker dalam keluarga, riwayat polip usus, riwayat colitis ulserosa, riwayat
kanker payudara/ovarium, uretero sigmoidostomi, serta kebiasaan makan
(rendah serat, banyak lemak)
19
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik mungkin tidak banyak menolong dalam menegakkan
diagnosis. T u mor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi abdomen,
bila teraba menunjukkan keadaan yang sudah lanjut. Bila tumor sudah
metastasis ke hepar akan teraba hepar yang noduler dengan bagian yang keras
dan yang kenyal. Asites biasa didapatkan jika tumor sudah metastasis
ke peritoneal. Perabaan limfonodi inguinal,iliaka, dan supraklavikular
penting untuk mengetahui ada atau tidaknya metastasis ke limfonodi tersebut.
Pada pasien yang diduga menderita karsinoma kolorektal harusdilakukan
rectal toucher . Bila letak tumor ada di rektum atau rektosigmoid, akanteraba
massa maligna (keras dan berbenjol-benjol dengan striktura) di rektum atau
rektosigmoid teraba keras dan kenyal. Biasanya pada sarung tangan akan
terdapat lendir dan darah.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak dapat menentukan diagnosis. Walau
demikian, setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa kadar
hemoglobin.Pemeriksaan radiologis yang dapat dikerjakan berupa foto polos
abdomen,barium enema dengan single contrast maupun double contrast dan
foto thoraks
a. Pemeriksaan Laboratotium
-
b. Pemeriksaan Radiologi
- Ultrasonografi (USG)
20
21
22
CT-Scan Kolon
Pemanfaatan alat CT scan dalam melakukan pemeriksaan Kolon
merupakan teknik yang baru dan dapat kita lakukan dengan sangat
cepat dan dapat meniadakan radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi.
Dengan pemeriksaan CT Kolon ini dapat dilihat gambaran Kolon baik
dalam maupun luarnya sebagaimana kita melakukan Kolonoskopi.
CT-Scan kolon dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain :
Dengan memasukkan kontras media positif.
Dengan memasukkan kontras media negative.
pasien
diperbolehkan
keluar
dari
ruangan
pemeriksaan,
dan
Hemoroid
Kontra indikasi :
Perforasi
Keadaan umum pasien jelek
Diare
Persiapan Pasien :
Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien dianjurkan makanan lunak /
bubur kecap dan disarankan banyak minum air
Jika kita lakukan pagi maka makan bubur kecap yg terakhir jam
19.00 wib. Dan jika pemeriksaan dilakukan siang, makan terakhir
jam 07.00 wib.
Jika kita lakukan pemeriksaan pagi, maka pasien minum garam
inggris 1 bks dicmpur dgn air 1 gelas jam20.00 wib. Utk
pemeriksaan siang maka minum garam inggris dicampur air 1
gelas jam 07.00 wib.
Jika dilakukan pemeriksaan pagi maka mulai puasa jam24.00 wib
dan jika dilakukan siang, puasa jam07.00, pasien dianjurkan tdk
merokok dan tdk boleh bnyak bicara.
Besok pagi / siang pasien dtg ke radiologi dlm keadaan puasa.
Sebaiknya sebelum pemeriksaan pasien dilakukan klisma.
Gunting klem
Spuit 20cc
Jelly
Spuit cateter
Handscone
Bahan Kontras
26
mengidentifikasi
metastase
pada
hepar
dan
daerah
intraperitoneal.
27
Foto polos abdomen sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan
sinar horizontal. Posisi supine perlu untuk melihat distribusi gas,
sedangkan di sikap tegak untuk melihat batas udara-air dan letak
obstruksi karena massa.
Foto Polos Abdomen menjadi salah satu alat bantu dalam
mendiagnosis terjadinya gangguan pada abdomen. Pemeriksaan
radiologis merupakan pemeriksaan penunjang untuk pertimbangan
dalam memperkirakan pasien dengan abdomen akut. Foto polos
abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu :
Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi
anteroposterior (AP).
Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan,
dengan sinar horizontal proyeksi AP.
Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar
29
Colon In Loop
Tujuan Pemeriksaan :
Membantu menegakkan diagnosis dari carcinoma kolon dan
penyakit inflamasi kolon.
Mendeteksi adanya polip, inflamasi dan perubahan struktural pada
kolon.
Resiko dan Tindakan Pencegahan :
30
Kontra indikasi :
Absolute
Toxic megakolon
Relatif
31
Komplikasi :
Perforasi usus
Extraluminasi ke venous
Water intoxication
Intramural barium
Cardiac arithmia
Transient bactericemia
ES obat-obatan yang dipergunakan (buscopan, dll)
Persiapan Pemeriksaan
48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah
serat
18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax
4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak
kapsul per anus selanjutnya dilavement
Seterusnya puasa sampai pemeriksaan
30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 1
mg / oral untuk mengurangi pembentukan lendir
32
33
10
menit).
Lakukan
pemotretan
AP
dengan
34
Tahap pemotretan
35
Pemotretan
dilakukan
apabila
yakin
seluruh
kolon
mengembang semua
36
Setelah Pemeriksaan :
Jika X-ray lebih lanjut tidak dimintakan , maka penderita dapat
kembali makan secara normal.
Minum banyak cairan karena pemeriksaan dapat menyebabkan
dehydrasi.
Kotoran penderita akan berwarna keputihan hingga 24 72 jam ( 1
3 hari ).
37
Keuntungan:
Sensitivitasnya untuk mendiagnosis karsinoma kolon-rektum: 65
95 %
Aman
Tingkat keberhasilan prosedur sangat tinggi
Tidak memerlukan sedasi
Telah tersedia di hampir seluruh rumah sakit.
Kelemahan:
Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi di rekto-sigmoid
dengan divertikulosis dan di sekum
Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi tipe datar
Rendahnya sensitivitas (7095 %) di dalam mendiagnosis polip
<1cm
Mendapat paparan radiasi.
-
Kolonoskopi
Kolonoskopi dianjurkan untuk memeriksa pasien lebih dari 50 tahun
rata-rata berusia risiko karsinoma kolon atau polip kolon. Karsinoma
usus jarang tidak dapat dideteksi pada kolonoskopi karena ia
cenderung lebih besar daripada adenomatosa polip. Kolonoskopi
adalah tes yang sangat spesifik. Pada kolonoskopi, massa dibiopsi
untuk diagnosis patologis.
38
terapipada polipektomi
Kolonoskopi dapat mengidentifikasi dan melakukan reseksi
synchronous polyp
Tidak ada paparan radiasi.
Kerugian:
Pada 5 30 % pemeriksaan tidak dapat mencapai sekum
Sedasi intravena selalu diperlukan
Lokalisasi tumor dapat tidak akurat
Tingkat mortalitas adalah 1 : 5000 kolonoskopi.
39
c. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi melalui biopsi merupakan diagnosis pasti dari
karsinoma. Klinisi harus mereview penemuan hasil pemeriksaan ini untuk
mengkonfirmasi diagnosis dan dapat segera memberikan terapi yang tepat.
Dalam kedokteran onkologi, ini merupakan prinsip dasar dalam
menegakkan diagnosis keganasan.
Diagnosa Banding
Gejala dari tumor kolon dapat menyerupai beberapa penyakit seperti :
1. Divertikulitis
Terutama divertikulitis yang terjadi di daerah sigmoid atau kolon descendens,
dimana pada kolon dan divertikulitis sama-sama ditemukan feces yang
bercampur dengan darah dan lendir.
2. Colitis Ulcerative
Pada colitis ulcerativa juga ditemukan feces yang berdarah dan berlendir,
tenesmus, mules dan nyeri perut. Tetapi pada colitis ulserativa terdapat diare
sedangkan pada tumor kolon biasanya feces berbentuk kecil-kecil seperti
kotoran kambing.
3. Appendicitis Infiltrat
Pada appendicitis infiltrat terasa nyeri dan panas yang mirip dengan tumor
sekum stadium lanjut (tumor sekum pada stadium awal bersifat mobile).
40
4. Haemoroid
Pada haemoroid, feces juga bercampur darah namun pada haemoroid darah
keluar sesudah feces keluar baru kemudian bercampur. Sedangkan pada tumor
kolon darah keluar bersamaan dengan feces.
5. Tumor Ovarium
Pada tumor ovarium dan tumor kolon kiri sama-sama sering ditemukan
gangguan konstipasi. Pada tumor ovarium, juga didapati pembesaran abdomen
namun tumor ini tidak menyebabkan keluarnya darah bersama feces. Selain itu
tumor ovarium menyebabkan gangguan pada miksi berupa peningkatan
frekuensi di mana hal ini tidak dijumpai pada tumor kolon.
Penatalaksanaan
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif adalah tindakan bedah. Tujuan utama
tindakan bedah adalah memperlancar saluran cerna baik bersifat kuratif maupun
non kuratif dengan mengangkat karsinoma dan kemudian memulihkan
41
42
dapat memberikan hasil 25-35% rata-rata masa bebas tumor (disease free
survival rate).
2. Terapi paliatif
meningkatkan harapan hidup dan masa interval bebas tumor (disease free
interval). Kemoterapi ajuvan tidak berpengaruh pada kanker colorectal Dukes
B.
Komplikasi
1. Anemia
Anemia pada tumor kolon terutama disebabkan akibat adanya perdarahan.
Anemia yang terjadi adalah anemia hipokrom mikrositik.
2. Perforasi
Perforasi terjadi karena adanya sumbatan oleh tumor yang akan mengganggu
pasase dari feses.
3. Ileus obstruksi
4. Metastasis
Terutama ke hepar, paru, tulang, dan otak.
44
da atau tidaknya metastasis jauh, yaitu klasifikasi penyebaran tumor dan tingkat
keganasan sel tumor. Bila disertai dengan diferensiasi sel tumor buruk,
prognosisnya sangat buruk.
45
BAB III
PENUTUP
46
abdomen, barium enema dengan single contrast maupun double contrast dan foto
thoraks.
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif adalah tindakan bedah. Tujuan utama
tindakan bedah adalah memperlancar saluran cerna baik bersifat kuratif maupun
non kuratif dengan mengangkat karsinoma dan kemudian memulihkan
kesinambungan usus. Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif dan tidak
memberikan manfaat kuratif.
Prognosis tergantung dari ada atau tidaknya metastasis jauh, yaitu klasifikasi
penyebaran tumor dan tingkat keganasan sel tumor. Bila disertai dengan
diferensiasi sel tumor buruk, prognosisnya sangat buruk.
47