Contoh Buku Farmasetika
Contoh Buku Farmasetika
Akhirnya, penulis menyadari bahwa buku ajar ini belum sempurna dan
masih terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis
sangat berbesar hati menerima saran perbaikan dan kritik guna meningkatkan
mutu isi buku ini.
Alfi Ryzki
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR . i
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR TABEL vi
BAB 1 STUDI PREFORMULASI 1
Pendahuluan ... 1
Definisi Studi Preformulasi 2
Tujuan Preformulasi .. 3
Data Preformulasi .. 4
BAB 2 SIFAT FISIKA KIMIA OBAT DAN BAHAN
TAMBAHAN OBAT . 7
Pendahuluan .. 7
Stabilitas Kimia . 8
Ukuran dan Luas Permukaan Partikel 12
Turunnya Titik Beku . 20
Bobot Jenis 22
Prilaku leburan Lemak dan Zat-zat Sejenis Lemak 23
Fenomena Batas Antar Permukaan 25
Rheologi 29
Bahan Tambahn Obat . 30
BAB 3 PENERAPAN CARA PENCAMPURAN BAHAN . 37
iii
Pendahuluan .. 37
Perbaikan Kelarutan 41
Emulsi 63
Suspesifikasi .. 66
BAB 4 PENGARUH BENTUK SEDIAAN TERHADAP
KHASIAT OBAT .. 73
Pendahuluan 73
Bentuk Sediaan Obat Dengan Kerja Lama 75
Rute penggunaan Obat 76
DAFTAR PUSTAKA
83
iv
Daftar Gambar
Gambar 1. Hubungan sifat hidrofilik dan lipofilik dari senyawa .. 9
Gambar 2. Hubungan pH dengan Aktifitas biologi 10
Gambar 3. Diagram pengukuran dengan (1) diameter Martin; (2)
diameter Feret; (3) diameter bidang yang diproyeksikan . 14
Gambar 4. Pengayak vibrasi 15
Gambar 5. Pengayak angin kencang 15
Gambar 6. Pengayakan basah 15
Gambar 7. Cara hamburan cahaya 16
Gambar 8. Pelapis akibat gaya berat . 19
Gambar 9. Pembentukan tegangan 26
Gambar 10. Tegangan batas antar permukaan sebuah tetesan pada
suatu bodi padat .. 26
Gambar 11. Perlengkapan cincin pengukuran untuk tensiometer 27
Gambar 12. Perlengkapan lempeng pengukuran untuk tensiometer 27
Gambar 13. Metode menarik dalam pipa kapiler 27
Gambar 14. Metode lempeng miring 29
Gambar 15. Viskosimeter kapiler menurut UBBELOHDE . 30
Gambar 16. Viskosimeter bola jatuh menutrut HOEPPLER 30
Gambar 17. Bentuk misel 50
Gambar 18. Lokalisasi bahan obat di dalam misel .. 51
Daftar Tabel
Tabel 1. Gugus hidrofilik dan lipofilik .. 9
Tabel 2. Batas penggunaan metode untuk menentukan ukuran dan
permukaan partikel .. 13
Tabel 3. Fungsi bahan obat-bahan tambahan dari beberapa zat . 31
Tabel 4. Istilah kelarutan 41
Tabel 5. Contoh untuk dispersi padat . 46
Tabel 6. Contoh untuk peningkatan kelarutan melalui pembentukan
Garam ... 46
Tabel 7. Nilai HLB terhadap tipe sistem 60
Tabel 8. Nilai HLB beberapa surfaktan . 64
Tabel 9. Nilai HLB Butuh beberapa zat yang sering dipakai. 64
vi
1
STUDI PREFORMULASI
GARIS BESAR
Pendahuluan
Tujuan Preformulasi
Data Preformulasi
1.1.
Pendahuluan
Produksi obat dalam sekala besar yang dilakukan suatu industri ataupun dalam
sekala kecil yang dilakukan sebuah apotek harus memenuhi ketentuan ketentuan
CPOB (Cara Pembuatan Obat Baik) sehingga didapatkan suatu produk yang
stabil, efektif, dan aman.
Produksi obat di suatu industri tentunya diawali dengan pembuatan
dengan skala laboratorium (untuk tablet, kapsul: 5.000-10.000unit; untuk cairan
5-10L). Setelah ditemukan formulasi yang menjanjikan, dilakukan skala
menjadi skala pilot (maksimum kelipatan 10 dari skala laboratorium, diperlukan
penyesuaian formulasi), dan selanjutnya menjadi skala industri (produksi
maksimum kelipatan 10 dari skala pilot, diperlukan penyesuaian formulasi).
Selama peningkatan skala, kemungkinan terpaksa dilakukan pengantian
1.2.
HUB. 085725009909
2
SIFAT FISIKA KIMIA OBAT DAN
BAHAN TAMBAHAN OBAT
GARIS BESAR
2.1.
Pendahuluan
Stabilitas Kimia
Bobot Jenis
Rheologi
Pendahuluan
dan fisika berperan dalam proses penyerapan dan distribusi obat sehingga kadar
obat pada waktu tertentu mencapai reseptor dalam jumlah yang cukup besar.
Hanya obat yang mempunyai struktur dengan kekhasan yang tinggi saja
yang dapat berinteraksi dengan reseptor biologis, sifat kimia fisika harus
menunjang orientasi khas molekul pada permukaan reseptor.
2.2.
Stabilitas Kimia
HUB. 085725009909
3
PENERAPAN CARA PENCAMPURAN BAHAN
GARIS BESAR
3.1.
Pendahuluan
Perbaikan Kelarutan
Suspesifikasi
Emulsifikasi
Pendahuluan
Obat tidak tercampurkan disebabkan oleh :
37
38
Misalnya:
1) Antipirin + nitrit hijau
2) Amilum + iodine biru
2. Terjadinya perubahan fisika
Misalnya:
Golongan alkaloid akan diserap oleh norit
3. Terjadinya kerja farmakologis yang merugikan
Misalnya:
a. Fenasetin akan merusak ginjal sehingga tidak boleh digunakan untuk
pasien dengan kerusakan ginjal.
b. Amidopirin dapat menyebabkan kanker usus
c. Heksamin dengan gol. Sulfa antagonis
Untuk obat tidak tercampurkan yang dapat diatasi, masing-masing obat
dilapisi zat tambahan jika :
1. Terjadi reaksi kimia
Misalnya:
Alkaloid dengan logam berat (Extr. Belladona + AgNO3 teroksidasi)
HUB. 085725009909
4
PENGARUH BENTUK SEDIAN
TERHADAP KHASIAT OBAT
GARIS BESAR
4.1.
Pendahuluan
Pendahuluan
Obat jarang diberikan dalam keadaan murni, tetapi umumnya merupakan
kombinasi dalam formulasi dengan zat-zat yang bukan obat (bahan tambahan)
yang memiliki fungsi khusus, seperti zat pensuspensi, pengemulasi, pengisi,
pengikat, penghancur, basis salep, basis supositoria, zat pengawet, pewarna, dan
sebagainya. Oleh karena itu, obat dengan zat tambahan dicampur menjadi suatu
bentuk yang disebut bentuk sediaan farmasi.
Bentuk sediaan farmasi diperlukan karena zat aktif sering diberikan
dalam jumlah sang sangat kecil, misalnya reserpin 0.1 mg dan etinilestradiol
0.05mg. dengan demikian, zat-zat tambahan diperlukan agar zat aktif mudah
dibentuk menjadi bentuk sediaan obat.
Bentuk sediaan obat diperlukan untuk:
73
74
5. Menghilangkan atau menutupi rasa dan bau yang kurang enak, misalnya
kapsul, tablet bersalut, dan sirop;
6. Membuat serbuk yang tidak larut tetapi dapat terdispersi dalam cairan
pembawa, misalnya suspense;
7. Mencampurkan dua cairan yang tidak bias bercampur menjadi terdispersi
dalam cairan pembawa, misalnya emulsi;
8. Member pengobatan setempat agar diperoleh efek obat yang optimal,
misalnya salep, krim, tetes mata, tetes hidung, dan tetes telinga;
9. Memudahkan obat dimasukkan kedalam lubang tubuh, misalnya supositoria,
ovula, dan bacilli;
10.Memudahkan agar obat dapat langsung masuk ke dalam peredaran darah,
misalnya injeksi intramuscular (i.m), intravena (i.v), intraarteri (i.a), dan
intratekal (i.t);
HUB. 085725009909
Daftar Pustaka
1. Lachman, L., et. Al., The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, Lea
& Febiger, 1986.
2. Lieberman, H. A., et. Al.,Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets, 2nd ed.,
Revised and Expanded, Marcel Dekker, Inc., 1989. Volume I.
3. Aulton, M. E., Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design,
Churchill Livingstone, 1990.
4. Martin, A., et. Al., Physical Pharmacy, Physical Chemical Principles in The
Pharmaceutical sciences, Lea & Febiger, 1992.
5. Voigt, R., Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Ed.5, Gadjah Mada
University Press, Jogjakarta, 1995.
6. Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995.
7. Siswandono dan Bambang Soekarjo, Prinsip-prinsip Rancangan obat,
Airlangga University Press, Surabaya, 1998.
8. Anief, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gadjah Mada University press,
Jogjakarta,2000.
9. Syamsuni, Ilmu Resep, EGC, Jakarta, 2007.
10.Dhadhang Wahyu K dan Saifullah Sulaiman, Teknologi Sediaan Farmasi,
Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009.
83