OLEH:
SITI HAJAR
N111 13 065
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gambir Uncaria gambir (Hunter) Roxb merupakan komoditi unggulan
Sumatera Barat yang potensial karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan multi guna.
Gambir mengandung flavonoid yang merupakan bahan baku untuk pembuatan
obat-obatan anti-hepatitis B, anti-diare (Dharma 1985), penghambat pembentukan
plak gigi (Kozai et al. 1995. cit. Nazir 2000), antimikroba, antinematoda (Alen,
Bakhtiar, Noviantri 2004) dan manfaat lainnya dalam mendukung berbagai industri
farmasi, kosmetik, dan pertanian (Nazir, 2000).
Menurut Nazir (2000), Indonesia merupakan satu-satunya eksportir gambir
utama dunia dimana hampir 80% gambir yang dihasilkan Indonesia diekspor ke luar
negeri, terutama India. Kondisi saat ini menunjukkan kecenderungan bahwa harga
komoditas gambir ini masih ditentukan oleh pasar luar negeri dengan fluktuasi harga
gambir mencapai 400% (Linkeinheil, 1998). Walaupun gambir sudah lama
diperdagangkan, akan tetapi teknologi pengolahannya masih sederhana, gambir
masih dijual dalam bentuk "gambir mentah". Posisi tawar menawar (bargaining
power) petani kita masih rendah. Menurut Linkenheil (1998) harga gambir yang
dinikmati petani jauh lebih rendah dibandingkan harga yang berlaku di pasaran
international. Kondisi ini tidak dapat dibiarkan berlangsung terus menerus. Maka
dari itu diversifikasi produk gambir dan pemanfaatannya mutlak dilakukan. Salah
satu upaya adalah membuat sediaan senyawa flavonoid dari gambir untuk
dimanfaatkan sebagai antioksidan dan antimikroba.
Walaupun demikian, senyawa flavonoid mempunyai kelemahan. Flavonoid
umumnya memiliki kelarutan yang rendah serta tidak stabil terhadap pengaruh
cahaya, oksidasi dan perubahan kimia. Karena itu, apabila teroksidasi, strukturnya
akan berubah dan fungsinya sebagai bahan aktif akan berkurang dan bahkan hilang
(Kitao dan Sekine, 1994). Salah satu cara meningkatkan kelarutan dan kestabilan
senyawa flavonoid ialah dengan mengubah senyawa tersebut menjadi bentuk
glikosida yaitu flavonoid-glikosida (flavonoid dengan gula terikat) Norman Ferdinal,
dkk: Sintesis Enzimatis Flavonoid-glikosida dari Gambir (Uncaria gambir)
menggunakan Enzim CGT-ase dari Bacillus Licheniformis melalui reaksi
transglikosilasi, baik secara kimiawi maupun secara enzimatis dengan bantuan
enzim transferase (CG-Tase) (Kometani et al 1996). Akan tetapi dibandingkan
dengan sintesis enzimatis, sintesis senyawa flavonoid-glikosida secara kimiawi
selain tidak ekonomis, juga tidak mudah karena akan menghasilkan produk
campuran dengan konfigurasi - dan -glikosida (Funayama et.a, 1994, Sulistyo et
al 2000 dan Handayani et al 2002). Oleh karena itu, sintesis flavonoid-- glikosida
melalui reaksi transfer enzimatik menjadi pilihan untuk memperoleh senyawa yang
relatif stabil dan memiliki kelarutan tinggi, Sulistyo et al. (1998) melaporkan bahwa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak
remasan daun dan ranting tumbuhan yang bernama sama (Uncaria gambir Roxb.).
Di Indonesia gambir pada umumnya digunakan untuk menyirih. Kegunaan yang
lebih penting adalah sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna. Gambir juga
mengandung katekin (catechin), suatu bahan alami yang bersifat antioksidan. India
mengimpor 68% gambir dari Indonesia, dan menggunakannya sebagai bahan
campuran menyirih.
Uncaria gambir berupa tumbuhan setengah merambat/atau memanjat dengan
percabangan memanjang dan mendatar; batang menyegi empat --terutama ketika
muda-- dan dipersenjatai dengan duri-duri yang melengkung seperti kait. Daun-daun
tunggal, berhadapan, agak seperti kulit, oval hingga jorong lebar, (6-)9-12(-15) cm x
(3.5-)5-7(-8) cm, pangkalnya membundar atau bentuk jantung, ujungnya meruncing,
permukaan tidak berbulu (licin), dengan tangkai daun pendek. Bunganya tersusun
majemuk dalam bongkol dengan diameter (3.5-)4-5 cm; mahkota berwarna merah
muda atau hijau; kelopak bunga pendek, mahkota bunga berbentuk corong (seperti
bunga kopi), benang sari lima. Buah berupa kapsula dengan dua ruang, panjang 1418 mm, berbiji banyak, bersayap, dan bertangkai hingga 20 mm.
Gambir sejak lama telah dibudidayakan di Semenanjung Malaya, Singapura,
dan Indonesia (Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Maluku). Asal usulnya
diperkirakan dari Sumatera dan Kalimantan, di mana jenis-jenis liarnya didapati
tumbuh di alam. Rumphius melaporkan bahwa tumbuhan ini telah ditanam orang di
Maluku pada pertengahan abad ke-18, namun sumber lain meyakini bahwa
perdagangannya di kawasan Malaya telah berlangsung sejak abad ke-17.
Gambir liar kerap didapati di hutan sekunder. Ia tidak tumbuh di wilayah yang
kering, namun juga tidak tahan dengan penggenangan. Tumbuh baik hingga
ketinggian 200 m, gambir bisa hidup hingga elevasi 1.000 m dpl. Gambir ditanam
juga di r berproduksi dengan baik pada jenis tanah podsolik merah kuning sampai
merah kecoklatan. Ketinggian tempat yang sesuai antara 100-500 m dpl dengan
curah hujan sekitar 3.000 3.353 mm pertahun (Anonim, 2000 dalam Noor Roufiq
dkk, tt.).
Pada masa lalu gambir dihasilkan dari Sumatera Barat, Riau, Bangka,
Belitung dan Kalimantan Barat (Heyne, 1987), namun kini utamanya diproduksi oleh
Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu dengan sekitar 90%
produksi gambir Indonesia dihasilkan dari Provinsi Sumatera Barat dan Riau
(Roswita, 1998). Negara tujuan utama ekspor gambir Indonesia adalah India dan
Singapura.
a. Esktraksi Gambir
Daun gambir diambil dari sentra gambir
di Sumatera Barat yaitu Pesisir Selatan
yaitu tipe udang (U), tipe riau gadang
(RG), riau mancik (RM) dan tipe cubadak
(C). 100 gram daun gambir direbus selama
1 jam (sampai daun berwarna coklat),
diekstrak menggunakan blender, disaring,
filtratnya dibekukan 12 jam, diendapkan
dan dikeringkan.
Fenolik
Fraksi air dipindahkan kedalam tabung
reaksi, kemudian ditambahkan beberapa
tetes FeCl3. Pewarnaan biru atau biru ungu
Flavonoid
Sebagian fraksi air dipipet kedalam
tabung reaksi, lalu tambahkan HCl pekat (
0,5 volume air) dan beberapa butir serbuk
magnesium. Pewarnaan orange sampai
merah memberikan uji positif flavonoid.
Saponin
Dilakukan dengan pengocokan 10 ml
fraksi air dalam tabung reaksi tertutup
selama 10 menit. Adanya saponin
ditunjukan dengan terbentuknya buih stabil
( 15menit) dan tidak hilang dengan
penambahan 1 tetes HCl pekat.
Alkaloid.
Fraksi eter dipindahkan kedalam tabung
reaksi bertutup, kemudian tambahkan
beberapa tetes NH40H. Ekstrak kloroform
dalam tabung reaksi dikocok dengan 10
tetes H2SO4 2 M dan kemudian lapisan
asamnya dipisahkan ke dalam tabung reaksi
yang lain. Lapisan asam ini diteteskan pada
lempeng tetes dan ditambahkan pereaksi
Mayer, dan Dragendrof yang akan
menimbulkan endapan dengan warna
berturut-turut putih dan merah jingga
Kuinon
Keberadaan kuinon dalam contoh
tumbuhan biasanya ditandai dengan
pewarnaan kuning, orange,atau merah.
Pemeriksaan kuinon dapat dilakukan
dengan cara mengekstraksi contoh
tumbuhan segar (telah diracik) dengan eter.
Jika warna contoh yang diuji terekstrak ke
dalam eter, maka boleh jadi zat warnha
yang ada adalah kuinon. Selanjutnya jika
ekstrak eter ini diekstrak kembali dengan
larutan NaOH 5% ternyata warnanya
hilang dan jika ditambahkan asam klorida
encer sampai bereaksi asam ternyata warna
Tanin
Fraksi air dimasukkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak 3 mL, kemudian
ditambahkan dengan 3 tetes larutan FeCl3 1
%. Jika ekstrak mengandung senyawa tanin
akan menghasilkan warna hijau kehitaman
atau biru tua.
== 3 x 75 ml
EtOAc
= 3x 75 ml
BuOH
= 3 x 75 ml
C selama 24 jam.
Group of
Chemical
compoun
ds
Type of Gambir
Cubada
k
Udan
g
Riau
Manci
k
Riau
Gadan
g
Quinon + + + +
Terpenoid + + + +
Steroid - - - Alkaloid + ++ + +
Tannin + + + +
Flavonoid + + + +
Saponin + + + +
Ekstraksi Flavonoid
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
KESIMPULAN
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
Antinematoda Bursaphelenchus
xylophilus dari Ekstrak Gambir,
Makalah Poster Seminar Nasional TOI
XXVI, 7-8 September 2004.
Bakhtiar, A. 1991. Manfaat Tanaman
Gambir. Makalah Penataran Petani
dan Pedagang Pengumpul Gambir di
Kec. Pangkalan 50 Kota. 29-30
Nopember 1991. FMIPA Unand.
Padang. 23 hal. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
356-359.
Fauza, A. 2007. Variasi Genetik beberapa
Jenis Gambir Sumatera Barat (riset S-3
Faperta Unpad) . Komunikasi Pribadi.
Funayama, M. T. Nishino, A. Hirota, S.
Murao, S. Takenishi and H. Nakao.
1993- Enzymatic synthesis of (+)
catechin--glukosida and its effects on
tyronase activity.
Biosci Biotech.
58(1): 38-42
Kometami, T., Y. Terada, T. Nishimura, T.
Nakae, H. Takii and Okada. 1996.
Acceptor Specificity of Cyclodextrin
Glucanotransferase from an Alkalophilic
Bacillus species and Synthesis of
Glycosyl Rhamnose., Bioscience,
Biotechnology, and Biochemistry 60 (7):
1176-1178.
Linkenheil, K. 1998. Gambir Processing
Industry in West Sumatra. ATIAMI and
Departemen Perindustrian dan
Perdagangan Sumatera Barat
Mori, S., S. Hirose, T. Oya.and S. Kitahata.
1994. Purification and Properties of
Cyclodextrin Glucanotrasferase from
Brevibuctrium sp. No. 9605., Bio.sci.
Biotech. Biochem. 58(11), 1968-1972.
Enzymatic Synthesis of