Anda di halaman 1dari 3

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

TRADISIONAL ALTERNATIF
Surabaya Salah satu jenis pengobatan non konvesional yang sangat besar
penggunaannya dalam masyarakat adalah pengobatan tradisional
komplementer- alternatif. Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) tentang penggunaan pengobatan tradisional termasuk di
dalamnya
pengobatan
komplementer alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun
(digunakan
oleh
40
%
penduduk Indonesia).
Untuk
mendukung
penyelenggaraan pengobatan
tersebut
Kementerian
Kesehatan telah menerbitkan
Keputusan Menteri Kesehatan
No.
1076/Menkes/SK/2003
tentang pengobatan tradisional
dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer alternatif di fasilitas kesehatan
pelayanan kesehata, jenis pengobatan, tenaga pelaksana termasuk tenaga
asing . Demikian sambutan Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar, drg. S.R.
Mustikowati, M.Kes. dalam acara Pembinaan dan Pengembangan RS Pilot
Project Penyelenggaraan Sinergi Pelayanan Pengobatan Komplementer
Tradisional Alternatif di RSUD dr. Soetomo Surabaya, tanggal 22 s/d 24 Juni
2010. Acara dihadiri oleh unsur Kementerian Kesehatan (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Direktorat Bina Kesehatan Komunitas, Bina
Pelayanan Medik Dasar), RSUD Dr. Soetomo, RS TNI POLRI, RSUD, Dinas
Kesehatan, Puskesmas, Akademisi (Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga), Organisasi Profesi. Dalam acara tersebut makalah disampaikan
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Direktur Bina
Pelayanan Medik Dasar, Direktur Bina Kesehatan Komunitas Kementerian
Kesehatan (diwakilkan), Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan ada
kunjungan ke Poli Obat Tradisional Indonesia (OTI) di RSUD Dr. Soetomo.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer tradisional alternatif adalah
pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional.
Dalam penyelenggaraannya harus sinergi dan terintegrasi dengan pelayanan pengobatan konvensional dengan tenaga
pelaksananya dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang memiliki pendidikan dalam bidang pengobatan
komplementer tradisional alternatif. Jenis pengobatan komplementer tradisional -alternatif yang dapat
diselenggarakan secara sinergi dan terintegrasi harus ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah melalui pengkajian.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik telah ditetapkan 12 (dua belas) Rumah Sakit
Pendidikan yang melaksanakan pelayanan pengobatan komplementer tradisional - alternatif: RS Kanker Dharmais
Jakarta, RSUP Persahabatan Jakarta, RSUD Dr. Soetomo Surabaya, RSUP Prof. Dr. Kandau Menado, RSUP Sanglah
Denpasar, RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL Mintoharjo Jakarta, RSUD Dr. Pringadi Medan,
RSUD Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Dr. Suraji
Tirtonegoro Klaten. Menteri Kesehatan telah mengarahkan bahwa RS Pendidikan Vertikal harus ada pengobatan
komplementer tradisional alternatif yaitu ramuan jamu sedangkan herbal yang lain bisa setelah itu.
Pengobatan komplementer tradisional alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh

melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan
biomedik dan belum diterima dalam kedokteran konvensional. Jenis pelayanan pengobatan komplementer alternatif
berdasarkan Permenkes RI, Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :
1.

Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa
dan yoga

2.

Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda

3.

Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut

4.

Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah

5.

Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro nutrient

6.

Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik, EECP

Di Indonesia hasil pengobatan komplementer tradisional alternatif sudah banyak dilakukan selama lebih dari satu
dekade dan dijadikan bahan analisis kajian dan penentuan kebijakan lebih lanjut tentang keamanan dan efektivitas
pengobatan komplementer tradisional alternatif. Selama ini masalah dan hambatannya adalah :
1.

Belum menjadi program prioritas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

2.

Belum memadainya regulasi yang mendukung pelayanan kesehatan komplementer tradisional - alternatif

3.

Masih lemahnya pembinaan dan pengawasan

4.

Terbatasnya kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan bimbingan

5.

Masih terbatasnya pengembangan program Pelayanan Kesehatan Komplementer Tradisional Alternatif di


Pusat dan Daerah

6.

Terbatasnya anggaran yang tersedia untuk Pelayanan Kesehatan Komplementer Tradisional Alternatif

7.

Fungsi SP3T dalam penapisan Pelayanan Kesehatan Komplementer Tradisional Alternatif belum berjalan
sesuai harapan

Rencana tindak lanjut Kementerian Kesehatan adalah :


1.

Penyusunan sistem pelayanan pengobatan non konvensional untuk menata seluruh stakeholders yang terkait
dalam penyelenggaraan pengobatan komplementer tradisional-alternatif

2.

Penyusunan formularian vadenicum pengobatan herbal yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi
dokter/dokter gigi menuliskan resep (Physicians Desk Reference) sebagai penyempurnaan daftar obat herbal
asli Indonesia jamu / tanaman obat yang telah dikeluarkan oleh Badan POM dan Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Farmasi

3.

Penyusunan Pedoman / Panduan dan Standar Pelayanan Komplementer Tradisional Alternatif antara lain :
hipnoterapi, naturopi

4.

Mengembangkan RS dalam pelayanan pengobatan dan penelitian pelayanan komplementer tradisional


alternatif jamu dan herbal / tanaman asli Indonesia bekerja sama dengan : - Lintas Program Terkait : Badan
Litbangkes, Direktorat Jenderal Pelayanan Farmasi, Badan PPSDM - Lintas Sektor Terkait : Balai POM, LIPI,
Kemenristek, Universitas

5.

Menetapkan Kelompok Kerja Komplementer Tradisional Alternatif dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan

DASAR HUKUM PELAYANAN PENGOBATAN KOMPLEMENTER-ALTERNATIF


1.

Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Pasal 1 butir 16 Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan
cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat

Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional

Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisonal

2.

Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan tradisional.

3.

Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan


komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan.

4.

Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan hiperbarik.

5.

Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria
penetepan metode pengobatan komplementer alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas pelayanan
kesehatan

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI, 2010. Available at: http://buk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=66:pengobatan-komplementertradisional-alternatif

Anda mungkin juga menyukai