1.4 Manfaat
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini antara
lain:
a. Melalui makalah ini, baik penulis dan pembaca dapat mengetahui lebih jauh
mengenai proses pembuatan gas asetilen dalam industri.
b. Mengaitkan teknik-teknik yang digunakan dalam proses industri dengan
aplikasi dalam bidang ilmu kimia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asetilen
2.1.1 Sejarah Asetilen
Asetilen ditemukan pada tahun 1836, ketika Edmund Davy melakukan
ekserimen dengan potassium karbida.Salah satu produk reaksi kimianya adalah
gas yang mudah terbakar yang disebut dengan asetilen. Pada tahun 1859 Marcel
sederhana, karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom hidrogen.
Pada asetilena, kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga, dan masingmasing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma. Hal ini
menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus, dengan
sudut C-C-H sebesar 180.
2.1.3 Sifat Kimia dan Fisika Asetilen
Gas asetilen merupakan gas yang tidak berwarna dan berbau. Sebenarnya
gas asetilen dengan konsentrasi 100% pun tidak berbau, namun gas asetilen yang
dijual di pasaran berbau seperti bawang dengan bau yang tajam, hal tersebut
tergantung pada proses yang digunakan dalam penghasilan gas asetilen itu sendiri.
Sifat-sifat lain dari gas asetilen adalah sebagai berikut:
-Kemurnian
: 99%
-Impuritis
: 1%
-Spesifik Grafiti
: 0,906
-Berat molekul
: 26,04 gr/mol
-Titik didih (10 psig)
: -103,4oF (-75oC)
-Berat jenis (udara=1) : 0,906
- Titik lebur
: -116oF (-82,2oC)
-Tekanan uap (70oF)
: 635 Psig
- Rapat massa gas
: 0,07314 lb/ft3
-Kelarutan dalam air
: 1,7
-Konstanta Antoine
:A(16,348), B(1637,1), C(-19,77)
Gas etilen jangan digunakan pada tekanan di atas 15 psig. Dalam kondisi
tertentu, asetilen dapat bereaksi dengan tembaga, peral, dan merkuri dan
membentuk asetilida, suatu senyawa yang dapat menjadi sumber pengapian.
Kuningan yang mengandung kurang dari 65% tembaga dalam bentuk allot dan
alloy nikel tertentu cocok digunakan untuk asetilen dalam kondisi normal.
Asetilen dapat bereaksi dengan menimbulkan ledakan bila dikombinasikan dengan
oksigen dan oksidator lain termasuk semua halogen dan senyawa halogen.
Kehadiran cairan, asam-asam tertentu atau zat basa cenderung mempercepat laju
pembentukan tembaga asetilida
2.1.4 Fungsi Asetilen
Asetilen memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk
melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa
jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Sifat-sifat lain dari kalsium karbida adalah sebagai berikut:
-Berat molekul
:18
-Bentuk
:Cairan bening tidak berwarna
o
-Titik didih
:100 C
-Titik lebur
:0oC
-Suhu Kritis
:274oC
-Tekanan kritis
:374,25 atm
-Densitas (25o)
:1000 kg/m3
-Viskositas
:0,951 cp
-Kapasitas panas (Cp) :1 Kkal/kgoC
-Spesifik grafiti
:1
2.2.3 Gas Alam
Gas alam sering juga disebut sebagai gas Bumi atau gas rawa, adalah bahan
bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia dapat
ditemukan di ladang minyak, ladang gas Bumi dan juga tambang batu bara.
2.2.3.1 Komposisi
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan
molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung
molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana
(C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur
(belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika
terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber
energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon,
memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana
yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang
berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan
pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun
secara berturut-turut).
Komponen %
Metana (CH4)
80-95
Etana (C2H6)
5-15
Propana (C3H8) and Butana (C4H10)
<5
Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air
dapat juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam
jumlah kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.
Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan
menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung
mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup,
seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah
meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat
menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah
antara 5% hingga 15%.Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan,
umumnya tidak mengkhawatirkan karena sifatnya yang lebih ringan, dan
konsentrasi yang di luar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan ledakan.
2.2.4 Oksigen
2.2.4.1 Sifat Kimia dan Fisika
Oksigen lebih larut dalam air daripada nitrogen. Air mengandung sekitar
satu molekul O2 untuk setiap dua molekul N2, bandingkan dengan rasio
atmosferik yang sekitar 1:4. Kelarutan oksigen dalam air bergantung pada suhu.
Pada suhu 0 C, konsentrasi oksigen dalam air adalah 14,6 mgL1, manakala
pada suhu 20 C oksigen yang larut adalah sekitar 7,6 mgL1. Pada suhu 25 C
dan 1 atm udara, air tawar mengandung 6,04 mililiter (mL) oksigen per liter,
manakala dalam air laut mengandung sekitar 4,95 mL per liter. Pada suhu 5 C,
kelarutannya bertambah menjadi 9,0 mL (50% lebih banyak daripada 25 C) per
liter untuk air murni dan 7,2 mL (45% lebih) per liter untuk air laut.
Oksigen mengembun pada 90,20 K (182,95 C, 297,31 F), dan membeku
pada 54.36 K (218,79 C, 361,82 F). Baik oksigen cair dan oksigen padat
berwarna biru langit. Hal ini dikarenakan oleh penyerapan warna merah. Oksigen
cair dengan kadar kemurnian yang tinggi biasanya didapatkan dengan distilasi
bertingkat udara cair; Oksigen cair juga dapat dihasilkan dari pengembunan udara,
menggunakan nitrogen cair dengan pendingin. Oksigen merupakan zat yang
sangat reaktif dan harus dipisahkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar.
Dua buah reaktor disusun dimana air dan kalsium karbida dicampur dan
dialirkan. Reaksi berlangsung dalam fasa liquid dengan residence time dan reaksi
berjalan 60%-90% saat direaktor pertama. Aliran produksi reaksi dan material
umpan yang tak bereaksi yang terdiri dari fasa padat menuju reaktor kedua dengan
tipe laminar plug-flow. Kalsium hidroksida yang dihasilkan diendapkan dan
dipisahkan dari bagian bawah reaktor. Air yang tak bereaksi dipisahkan dari
kalsium hidroksida dan kemudian di-recycled menuju reaktor pertama. Yield yang
dihasilkan dari proses ini sebesar 93%-95%.
Namun ada beberapa masalah yang timbul dalam operasi ini, yakni:
1. Kontak antara karbida dengan air tidak terkendali. Jika tekanan asetilen lebih
tinggi dari 27 lb/in2abs , akan terjadi reaksi detonasi atau deflagarasi dalam
asetilen yang menyebabkan peningkatan tekanan yang semakin besar,
pecahnya bejana, da nisi yang bias saja tumpah. Kondisi ini bias menimbulkan
api yang besar dan membahayakan. Karena itu proses hanya bias dilakukan
dengan tekanan rendah.
2. Bejana didesain berpengaduk, baik CSTR ataupun plug-flow reaktor, yang
bersifat kurang mendukung karena bejana yang digunakan besar, menghasilkan
rate control yang lemah dan unsteady operation. Oleh karena itu dibutuhkan
desain bejana yang sangat tepat untuk proses.
Produk samping berupa kalsium hidroksida berkualitas rendah dan tidak
memiliki nilai jual. Masalah ini dapat diatasi dengan menambah unit
neutralizer dimana kalsium hidroksida akan bereaksi dengan hydrogen klorida
membentuk kalsium klorida yang memiliki nilai jual.
2.3.2 BASF process
(gambar)
400.000 t/a etilen menghasilkan 4500-11.000 t/a asetilena. Pada produksi etilen,
asetilen yang dihasilkan dipisahkan dengan hidrogenasi katalitik yang selektif atau
dengan ekstraksi.
Hidrogenasi asetilena
Kebanyakan produksi etilen dilengkapi dengan unit hidrogenasi dengan
bantuan katalis Pd. Kondisi operasi mengikuti suhu sekitar 40oC-120oC tekanan
15-40 bar dan kecepatan 1000-120.000 kg/l.h. Kondisi ini bergantung pada jenis
umpan yang digunakan.
Asetilen Recovery
Asetilen diekstrak dari C2 steam cracker dengan bantan solvent. Solven yang
paling sesuai untuk proses yaitu DMF.
(gambar)
Campuran gas C2 yang terdiri dari etilen, etana, dan asetilen, diumpakan ke
absorber asetilen, aliran gas dihubungkan dengan counter flowing besar DMF pada
tekanan 0,8-3,0 MPa. Seluruh asetilen dan beberapa etilen dan etana terlarut oleh
pelarut. Fraksi C2 yang telah dimurnikan, mengandng <1 ppm asetilen, diumpankan
ke C2 splitter. Aliran yang kaya akan pelarut dikirim ke stripper etilen, yang
beroperasi sedikit diatas tekanan atmosfer. Etilen dan etana yang terpisah didaur
ulang menuju kompresor tahap pertama untuk cracked gas. Asetilen keluaran
kemudian dicuci dengan pelarut dingin di bagian atas splitter. Dalam stripper
asetilen, asetilen murni terisolasi di bagian atas kolom. Setelah pendinginan dan
heat recovery, asetilena bebas pelarut didaur ulang ke absorber dan etilen stripper.
Produk asetilena memiliki kemurnian >99.8% dan kandungan DMF kurang dari 50
ppm dan tersedia pada tekanan 10 kPa dan suhu ambien. Evaluasi ekonomi
menunjukkan bahwa asetilena petrokimia tetap menarik bahkan meskipun harga
etilena dua kali lipat. Hal ini ekonomis untuk retrofit penyerapan asetilena di
pabrik olefin yang ada dilengkapin dengan hidrogenasi katalitik.
2.3.4 Produksi Asetilena dari Batu Bara (arc coal process)
rendah dibandingkan untuk produksi utama etilen. Yield gas yang dihasilkan
berkisar 33% sampai 50%. Artinya 50% dari batubara tetap sebagai char. Namun,
char