Teori Kelembagaan
Teori Kelembagaan
1.
Sejak ribuan tahun yang lalu para filosof yunani telah menyadari bahwa
institusi yang satu dengan yang lainnya saling berinteraksi. Abad 19-an
Max weber mencoba mengkaji birokrasi dan institusi secara sistematis.
Weber melihat bahwa politik sebagai hal yang berkaitan dengan
penyelenggaran negara. Dalam hal ini, Max weber merumuskan negara
sebagai komunitas manusia yang secara sukses memonopoli penggunaan
paksaan fisik yang sah dalam hal tertentu.
Negara dipandang sebagai sumber utama hak untuk menggunakan
paksaan fisik yang sah. Oleh karena itu, politik bagi weber merupakan
persaingan
untuk
membagi
kekuasaan
atau
persaingan
untuk
hal
ini
untuk
melaksanakan
kewenangan
maka
negara
Newcomb,
dikalangan
menyebabkan
pengaruh
institusionalis
memudar
perilaku
sekedar
menjalankan
tugas
sesuai
aturan.
kewajiban (duty),
Easton
memberi
kerangka
makro
dominan
tempat
berlangsungnya proses pembuatan keputusan, pada 1950-an dan 1960an, sementara Phillip Selznick juga berperan penting dalam menetapkan
agenda
analisis
mikro
dari
segi
perspektif
fungsionalis
tentang
Selznick
berpendapat
bahwa
dengan
mengadopsi
model
dan
lingkungan
jauh
lebih
eksternal
kompleks
dalam
yang
rangka
menyesuaikan
mempertahankan
diri
dengan
eksistensinya
membuat
keputusan
demi
mempertahankan
tujuan
sistem
terdapat
pembuatan
keputusan
ketimbang
struktur
konteks
pembuatan
keputusan
organisasional,
pendekatan
di
dalam
berbagai
unit
pemerintah
dan
ekonomi.
interaksi
negara
dan
masyarakat
seeta
ekonomi
berbagai
aspek
yang
diutamakan
oleh
pendekatan
mencakup
(1)
struktur
fisik,
(2)
strukur
demografis,
(3)
yang
sebenarnya
hanya
mementingkan
diri
sendiriuntuk
dengan
institusionalisme
lama
ialah
perhatian
yuridis.
Dapat
dikatakan
bahwa
ilmu
politik,
dengan
atau
kegiatan-kegiatan
dengan
pokok
lembaga/institusi
lembaga.
juga
Hubungan-hubungan
menjadikan
perhatiannya.
bagian
daripada
suatu
system
suatu public
birokrasi
yang
besar.
agency (sub-system)
Di
akan
bahwa
pandangan
konstitusional
dan
instrumentalitas
Sebelum
perang
dunia
kedua,
sarjana-sarjana
ilmu
politik,
mempelajari modern
national
state,
its
institutions,
laws
an
proceces.
Akan tetapi dewasa ini para ilmuan tidak lagi mengunakan konseptualisasi
itu sebabnya mereka berpendapat politik gejala serba hadir daam
masyarakat apa saja, yang tidak terbatas pada masyarakat atau negara
modern. Lalu mereka mencari dan merumuskan konsep politik yang
sejauh mungkin dapat diterapkan dalam sebanyak mungkin dapat
diterapkan dalam sebanyak mungkin tempat dan waktu.
Lalu dipertanyakan, mengapa mereka tidak lagi menggunakan pandangan
kelembagaan.
Pertama
konsep
itu
terlalu
sempit.
Ciri-ciri
negara,
tetapi sudah
diantars
berbagai
sebagai
kepentingan
dalam
masyarakat,
tetapi
juga
masyarkat.
Pandangan
ini
disebut
juga
Teori pluralis
kelompok
yang
terlalu
dominan.
Untuk
menjadi
mayoritas,
konteks
teori
pluralis
memberikan
contoh
sebagai
berikut.
berbagai
kepentingan
kelompok
yang
ada
di
kontrol
perilaku.
Dahl
menunjukan
bahwa
kekuasaan
Kesimpulan
Intitusionalisme sebenarnya dipicu oleh pendekatan behavioralis yang
melihat politik dan kebijakan publik sebagai hasil dari perilaku kelompok
besar atau massa, dan pemerintah sebagai institusi yang hanya
mencerminkan kegiatan masa itu. Bentuk dan sifat institusi ditentukan
oleh aktor serta pilihannya. Dengan demikian kedudukan sentral dari
institusi-institusi dalam membentuk kebijakan publik dinomorduakan.
Maka timbul keinginan untuk merenungkan kembali pandangan ini, dan
kembali memandang negara, dengan berbagai institusinya, sebagai
instansi utama, yang merupakan faktor penting dalam menentukan dan
membatasi
behavioralis.
berbagai
aspek
Pendekatan
yang
diutamakan
institusionalisme
oleh
pendekatan
menjelaskan
bagaimana
organisasi institusi itu, apa tanggung jawab dari setiap peran dan
bagaimana peran dan institusi berinteraksi.
Pada umumnya pendekatan institusional akan lebih berkonsentrasi dalam
penggambaran aspek formal instansi pemerintah, legal power procedure,
fungsi
formal
atau
kegiatan-kegiatan
dengan
pokok
lembaga/institusi
lembaga.
juga
Hubungan-hubungan
menjadikan
perhatiannya.
kelompok
yang
terlalu
dominan.
Untuk
menjadi
mayoritas,
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Cholisin, dkk. Dasar-Dasar Ilmu Politik. 2006. Yogyakarta: Bayu Indra
Grafika.
Gudono. 2009. Teori Organisasi. Sleman (DIY): Pensil Press.
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti (ed).1996. Teori-teori Politik
Dewasa Ini. Jakarta: PT Raja grafindo Persada. 235-236
Parsons, Wayne. 2008. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis
Kebijakan. Jakarta: Kencana.
Piliang, Yasraf A. 2005. Transpolitika: Dinamika Politik Di Era Virtualitas.
Yogyakarta: Jalasutra.
Subakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo