LP Ppok
LP Ppok
OLEH :
(0802105056)
A.
lebih
sering
menyerang
laki-laki
dan
sering
berakibat
fatal.
PPOK juga lebih sering terjadi pada suatu keluarga, sehingga diduga ada faktor
yang diturunkan.
Bekerja di lingkungan yang tercemar oleh asap kimia atau debu yang tidak
berbahaya, bisa meningkatkan resiko terjadinya PPOK. Tetapi kebiasaan merokok
pengaruhnya lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan seseorang, dimana sekitar
10-15% perokok menderita PPOK.
Penyakit PPOK merupakan penyebab kematian kelima terbesar di Amerika Serikat.
Penyakit ini menyerang lebih dari 25% populasi dewasa.
3. Penyebab/faktor Prediposisi
PPOK disebabkan oleh factor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian besar bisa
dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90% kasus PPOK.
Faktor resiko lainnya termasuk keadaan social-ekonomi dan status pekerjaaan yang
rendah, kondisi lingkungsn yang buruk karena dekat lokasi pertambangan, perokok
pasif, atau terkena polusi udara dan konsumsi alcohol yang berlebihan. Laki-laki
dengan usia antara 30 hingga 40 tahun paling banyak menderita PPOK.
4. Patologi/Patofisiologi Terjadinya Penyakit
Patofisiologi PPOK adalah sangat komplek dan komprehensif sehingga
mempengaruhi semua sistem tubuh yang artinya sama juga dengan mempengaruhi
gaya hidup manusia. Dalam prosesnya, penyakit ini bisa menimbulkan kerusakan
pada
alveolar
sehingga
bisa
mengubah
fisiologi
pernafasan,
kemudian
Patofisiologi Emfisema
Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas yaitu : inflamasi dan
pembengkakan bronki; produksi lendir yang berlebihan; kehilangan rekoil elastik
jalan napas; dan kolaps bronkiolus serta redistribusi udara ke alveoli yang
berfungsi.
Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang kontak
langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan peningkatan
ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat terjadi) dan
Sering terjadi nyeri kepala dan pilek. Selama pilek, dahak menjadi kuning atau
hijau karena adanya nanah. Lama-lama gejala tersebut akan semakin sering
dirasakan. Bisa juga disertai mengi/bengek.
Pada umur sekitar 60 tahun, sering timbul sesak nafas waktu bekerja dan bertambah
parah secara perlahan. Akhirnya sesak nafas akan dirasakan pada saat melakukan
kegiatan rutin sehari-hari, seperti di kamar mandi, mencuci baju, berpakaian dan
menyiapkan makanan. Sepertiga penderita mengalami penurunan berat badan,
karena setelah selesai makan mereka sering mengalami sesak yang berat sehingga
penderita menjadi malas makan.
Pembengkakan
pada
kaki
sering
terjadi
karena
adanya
gagal
jantung.
Pada stadium akhir dari penyakit, sesak nafas yang berat timbul bahkan pada saat
istirahat, yang merupakan petunjuk adanya kegagalan pernafasan akut.
Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri-ciri dari PPOK adalah malfungsi
kronis pada system pernafasan yang manifestasi awalnya adalah ditandai dengan
batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang menjadi di saat pagi hari. Nafas
pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut. Batuk dan produksi
dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk menjadi batuk persisten yang
disertai dengan produksi dahak yang semakin banyak. Biasanya, pasien akan sering
mengalami infeksi pernafasan dan kehilangan berat badan yang cukup drastis,
sehingga pada akhirnya pasien tersebut tidak akan mampu secara maksimal
melaksanakan tugas-tugas rumah tangga atau yang menyangkut tanggung jawab
pekerjaannya. Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak
mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, pasien PPOK banyak yang
mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis sebagai akibat dari hilangnya
nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah, penurunan daya
kekuatan tubuh, kehilangan selera makan, penurunan kemampuan pencernaan
sekunder karena tidak cukup oksigenasi sel dalam system gastrointestinal. Pasien
PPOK, lebih membutuhkan banyak kalori karena lebih banyak mengeluarkan
tenaga dalam melakukan pernafasan.
Dispnea
Takipnea
Hipoksemia
Hiperkapnia
Anoreksia
Penurunan BB
Kelemahan
6. Pemeriksaan Fisik
Kondisi fisik yang bisa dijumpai pada pasien dengan PPOK, bisa meliputi dyspnea,
warna kulit pucat, pernafasan mulut yang dangkal dan cepat, dan bernafas
menggunakan otot assesori atau tambahan
PPOK menyebabkan peningkatan diameter anterior-posterior dada sehingga dada
tampak mengembung seperti tong. Karena mengalami kesulitan dalam menghirup
udara, maka pasien memiliki fase ekspirasi yang diperpanjang (lebih dari empat
detik). Tes fungsi paru digunakan untuk mendiagnosa PPOK.
Ciri-ciri khusus pasien yang menderita PPOK adalah mengalami penurunan aliran
udara ekspirasi. Pemerikasaan Sinar X di dada tidak digunakan untuk mendiagnosa
PPOK tahap awal karena studi radiografik biasanya normal dalam tahap yang masih
awal. Bersamaan dengan makin memburuknya kondisi pasien, maka dengan
bantuan sinar X, akan tampak diafragma yang makin mendatar dan gambaran
lusens semakin meningkat.
Pada PPOK yang ringan, mungkin tidak ditemukan kelainan selama pemeriksaan
fisik, kecuali terdengarnya beberapa mengi pada pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop. Suara pernafasan pada stetoskop juga terdengar lebih keras. Biasanya
foto dada juga normal. Untuk menunjukkan adanya sumbatan aliran udara dan
untuk menegakkan diagnosis, dilakukan pengukuran volume penghembusan nafas
dalam 1 detik dengan menggunakan spirometri.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Bronkitis Kronik
Emfisema
Pemeriksaan jasmani.
Pada tingkat penyakit yang dini mungkin tidak ditemukan kelainan apa-apa.
Kemungkinan kelainan dini yang perlu diperhatikan yaitu ekspirasi yang
obstruksi
jalan
nafas
yang
dibuktikan
dengan
pemerikasaan
spirometri(Husodo, Petty).
10. Therapy/Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan PPOK adalah :
Mobilisasi dahak.
Ditujukan untuk mengurangi keluhan, batuk-batuk, ekspektorasi,sesak dengan
cara memberikan obat-obat yang memudahkan pengeluaran sputum dan yang
melebarkan saluran nafas.
(a). Ekspektoransia.
Pengenceran dan mobilisasi dahak merupakan tujuan pengobatan yang
penting pada keadaan eksaserbasi dan juga pada keadaan-keadaan
menahun
dan
stabil
yang
disertai
jalan
nafas
yang
berat.
Obat-obat bronkodilator.
Merupakan obat utama dalam mengatasi obstruksi jalan nafas. Adanya respon
terhadap bronkodilator yang dinilai dengan spirometri merupakan petunjuk
yang dapat digunakan untuk pemakaian obat tersebut.
Kortikosteroid.
Manfaat kortikosteroid masih dalam perdebatan pada pengobatan terhadap
obstruksi jalan nafas pada PPOK namun mengingat banyak penderita
bronkitis yang juga menunjukkan gejala, seperti asma disertai hipertrofi otot
polos bronkus Snider, menganjurkan percobaan dengan obat steroid oral dapat
dilakukan pada setiap penderita PPOK terutama dengan obstruksi yang berat
apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut : Riwayat sesak dan
wheezing yang berubah-ubah, baik spontan maupun setelah pengobatan.
Riwayat
adanya
atopi,
sendiri
maupun
keluarga.
Polip
hidung.
Respons terhadap volume ekspirasi paksa satu detik pada spirometri lebih dari
25% setelah uji bronkodilator. Eosinofil perifer lebih dari 5%. Eosinofil
sputum lebih dari 10%.
Prednison diberikan dalam dosis 30 mg selama 2 sampai 4 minggu.
Obat-obat dihentikan bila tidak ada respons. Methylprednisolon memberikan
manfaat pada bronkitis menahun yang disertai kegagalan pernafasan
mendadak
Antibiotika.
Peranan infeksi sebagai faktor penyebab timbulnya PPOK terutama pada
bronkitis menahun masih dalam perdebatan namun jelas infeksi berpengaruh
terhadap perjalanan penyakit bronkitis menahun dan terutama pada keadaankeadaan dengan eksaserbasi. Penyebab eksaserbasi tersering adalah virus,
yang sering diikuti infeksi bakterial. S. pneumonia dan H. influensa
merupakan kuman yang paling sering ditemukan pada penderita bronkitis
menahun terutama pada masa eksaserbasi. Antibiotika yang efektif terhadap
eksaserbasi infeksi ampicillin, tetracyclin, cotrimoxazole, erythromycin,
diberikan 1 - 2 minggu. Antibiotik profilaksik pemah dianjurkan oleh karena
mengencerkan dahak
memobilisasi dahak
10. Prognosis
30% penderita PPOK dengan sumbatan yang berat akan meninggal dalam waktu
1 tahun, dan 95% meninggal dalam waktu 10 tahun. Kematian bisa disebabkan
oleh kegagalan pernafasan, pneumonia, pneumotoraks (masuknya udara ke
dalam rongga paru), aritmia jantung atau emboli paru (penyumbatan arteri yang
menuju ke paru-paru). Penderita PPOK juga memiliki resiko tinggi terhadap
terjadinya kanker paru.
B.
A. PENGKAJIAN
1. AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
Gejala :
Keletihan, kelelahan, malaise,
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas
Ketidakmampian untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
Dispnea pasa saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda :
Keletihan
Gelisah, insomnia
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
2. SIRKULASI
Gejala :
Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher
Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung
Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameterAP
dada)
Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh dan
sianosis perifer
Pucat dapat menunjukkan anemia.
3. INTEGRITAS EGO
Gejala :
Peningkatan factor resiko
Perubahan pola hidup
Tanda :
Ansietas, ketakutan, peka rangsang
4. MAKANAN/CAIRAN
Gejala :
Mual/muntah
Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
ketidakmampuan untuk makankarena distress pernafasan
kronis)
Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap dini
hidung.
Dada: gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); menyebar,
lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis); ronki, mengi sepanjang area
7. KEAMANAN
Gejala :
Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan
Adanya/berulang infeksi
Kemerahan/berkeringat (asma)
8. SEKSUALITAS
Gejala : penurunan libido
9. INTERAKSI SOSIAL
Gejala :
Hubungan ketergantungan Kurang sistem penndukung
Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat
Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
Tanda :
Ketidakmampuan untuk membuat//mempertahankan suara karena distress
pernafasan
Keterbatasan mobilitas fisik
Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain.
Nafas pendek
Alveoli mengalami
kolaps
Penurunan ventilasi paru
Resiko tinggi
infeksi
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
1
Batuk tidak efektif
Gangguan pertukaran
gas
Kelemahan
ADL dibantu
Intoleransi aktivitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagosa keperawatan yang mungkin muncul pada Penyakit Paru Obstruktif Menahun
antara lain :
1. Tidak efektifnnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan kontriksi bronkus
peningkatan pembentukan sputum, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi.
3. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan napas pendek dan produksi
sputum.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi
sputum berlebih.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksemia,keletihan, pola napas tidak
efektif.
6. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan obstruktif/kerusakan alveoli.
C. PERENCANAAN
Dari diagnosa di atas dapat di susun perencanaan sebagai berikut :
Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
kontriksi bronkus peningkatan pembentukan sputum, batuk tidak efektif,
infeksi bronkopulmonal.
Tujuan
Kreteria hasil
1.Setelah dilakukan Frekuensi napas
Intervensi
Mandiri
Rasional
ASKEP
selama
jam
diharapkan
bersihan
nafas
jalan
20x/menit)
Tidak sesak
Tidak ada
sputum
Batuk berkurang
krekels, ronki
dapat/tak dimanifestasikan
normal (16
kembali
efektif
adventisius, mis.,
penyebaran, krekels
basah, (bronchitis); bunyi
napas redup dengan
ekspirasi mengi
(emfisema); atau tak
adanya bunyi napas (asma
berat).
Kaji/pantau frekuensi
inspirasi/ekspirasi.
tidur mempermudah
menggunakan graviatsi.
padasandaran tempat
tidur.
bernapas. Sokongan
tangan/kaki dengan meja,
bantal, dan lain-lain
membantu menurunkan
kelemahan otot dan dapat
sebagai alat ekspansi
dada.
Pertahankan posisi
lingkungan minimum,
mis., debu, asap, dan
ulu bantal yang
berhubungan dengan
kondisi individu.
Memberikan pasien
beberapa cara untuk
Dorong/bantu latihan
mengatasi dan
bibir
menurunkan jebakan
udara.
Observasi karakteristik
batuk, mis., menetap,
batuk pendek, basah.
Bantu tindakan untuk
memperbaiki
keefektifan upaya
batuk.
Hidrasi memebantu
Tingkatkan masukan
menurunkan kekentalan
cairan sampai
sekret, mempermudah
3000ml/hari sesuai
pengeluaran.
toleransi jantung.
Pengguanaan cairan
hangat dapat menurunkan
spasme bronkus. Cairan
selama makan dapat
meningkatkan distensi
gaster dan tekanan pada
diafragma.
Kolaborasi
indikasi.
Bronkodilator, mis., -
agonis: epinefrin
(Adrenalin,
Vaponefrin); albuterol
( Proventil, Ventolin);
terbutalin (Brethine,
Menurunkan edema
Brethaire); isoetarin
(Brokosol,
Bronkometer);
menurunkan kelemahan
Xantin, mis.aminofilin,
oxtrifilin, teofilin.
kontraktilitas diafragma.
Kromolin (intal),
flunisolida (Aerobid)
Menurunkan inflamasi
jalan napas lokal dan
edema dengan
menghambat efek
histamin dan mediator
lain.
Kortikosteroid digunakan
inhalasi;
metilprednisolon
pengeluaran histamin,
(Medrol);
deksametason
(Decadral);
antihistamin mis.
dan dispnea
Beklometason,
triamnisolon;
Antimikrobal;
pernapasan/pneumonia.
Analgesik, penekan
batuk/antitusif mis.,
kodein, produk
dextrometorfan (Benylin
istirahat.
DM, Comtrex,
Novahistine).
Kelembaban menurunkan
kekentalan sekret
Berikan humidifikasi
mempermudah
tambahan, mis.,
nebuliser ultranik,
membantu
humidifier aerosol
menurunkan/mencegah
ruangan
pembentukan mukosa
tebal pada bronkus.
Bantu pengobatan
untuk membuang
fisioterapi dada.
banyaknya sekresi/kental
dan memperbaiki ventilasi
pada segmen dasar paru.
Catatan: dapat
meningkatkan spasme
foto dada.
kemajuan/kemunduran
proses penyakit dan
komplikasi.
Mandiri
ASKEP selama
jantung normal
(16-20 x/menit)
Tidak terdapat
Setelah
Tujuan
dilakukan
jam
diharapkan tidak
terjadi gangguan
pertukaran gas.
Intervensi
disritmia
Melaporkan
Kaji frekuensi,
kedalaman pernapasan.
penyakit.
penurunan
ketidakmampuan
dispnea
Menunjukkan
bicara/berbincang.
Rasional
Tinggikan kepala
laju aliran
ekspirasi
perbaikan dalam
untuk bernapas.
tubuh.
membrane mukosa.
sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia.
Adany mengi
bunyi tambahan.
mengindikasikan spasme
bronkus/ tertahannya
sekret. Krekels basah
menyebar menunjukkan
cairan pada
Awasi tingkat
interstisial/dekompensasi
kesadaran/status
jantung.
Evaluasi tingkat
toleransi aktifitas.
Berikan lingkungan
tenang dan kalem.
memburuk disertai
bingung/somnolen
menunjukkan disfungsi
serebral yang
berhubungan dengan
hipoksemia.
tidur/istirahat di kursi
selama fase akut.
Mungkinkan pasien
melakukan aktifitas
mampu melakukan
tingkatkan sesuai
toleransi individu.
irama jantung
ditunjukkan untuk
meningkatkan ketahanan
dan kekuatan tanpa
menyebabkan dispnea
berat, dan dapat
meningkatkan rasa sehat.
Kolaborasi
PaCO2 biasanya
meningkat (bronkitis,
oksimetri
Berikan oksigen
kegagalan pernapasan
asmatik.
(mis., antiansietas,
dikeluarkan dengan
dengan hati-hati.
peningkatan PaO2
berlebihan.
Digunakan untuk
mengontrol ansietas/
Bantu intubasi,
gelisah yang
berikan/pertahankan
meningkatkan konsumsi
oksigen/kebutuhan,
pindahkan ke UPI
eksaserbasi dispnea.
pasien.
Terjadinya/kegagalan
napas yang akan datang
memerlukan upaya
tindakan penyelamatan
hidup.
Kreteria
Melatih
Intervensi
Ajarkan pasien
Rasional
Membantu pasien
ASKEP
pernapasan bibir
pernapasan diafragmatik
memperpanjang waktu
dirapatkan dan
diharapkan
diafragmatik
dirapatkan.
pola
napas efektif
serta
menggunakanny
tanda-tanda
penurunan
Menguatkan dan
mengkondisikan otot-otot
toleran pasien.
Berikan dorongan
pernapasan.
penggunaan pelatihan
jarak dalam
beberapa keputusan
aktivitas
Memperlihatkan
dan membuat
melakukan
upaya bernapas
menyelingi aktivitas
a ketika sesak
aktivitas.
Menggunakan
diharuskan.
Kriteria
dilakukan
ASKEP
selama ...x... jam
Intervensi
menunjukkan Mandiri
perilaku
Rasional
diharapkan
mempertahan
terpenuhinya
kn
kebutuhan nutrisi
nutrisi
PPOM mempunyai
sesuai kebutuhan.
adekuat
masukan
Mengidentifik
asi kebutuhan
hipermetabolik dengan
nutrisi
peningkatan kebutuhan
individual
Peningkatan
asupan masukan
dari sepertiga
porsi menjadi
setengah porsi
konstipasi (komplikasi
dengan pembatasan
tisu.
penampilan adalah
sering.
Hindari makanan
dengan peningkatan
kesulitan napas.
Membantu menurunkan
kelemahan selama waktu
kesempatan untuk
dingin.
meningkatkan masukan
kalori total.
Dapat menghasilkan distensi
abdomen yang mengganggu
Kolaborasi
mencetus/meningkatkan
parental
Kaji pemeriksaan
laboratorium, mis.albumin
serum, transferin, profil
evaluasi keadekuatan
rencana nutrisi.
Metode makan dan
kebutuhan kalori didasarkan
pada situasi/kebutuhan
pemeriksaan
keseimbangan nitrogen,
glukosa, pemeriksaan
upaya minimal
pasien/penggunaan energy.
Berikan
vitamin/mineral/erlektrolit
spasme batuk.
Berguna untuk menentukan
kebutuhan kalori, menyusun
oral/selang, nutrisi
meningkatkan dispnea.
Suhu ekstrem dapat
Mengevaluasi/mengatasi
kekurangan dan mengawasi
sesuai indikasi.
Kriteria
Melakukan
Intervensi
Dukung pasien dalam
Rasional
Otot-otot yang mengalami
ASKEP
aktivitas dengan
menegakkan regimen
kontaminasi membutuhkan
napas pendek
diharapkan dapat
lebih sedikit.
Mengungkapkan
memberikan beban
melakukan
aktivitas
seperti
perlunya untuk
orang
normal
melakukan
(sehat)
hari dan
memperagakan
untuk menentukan
rencana latihan
yang akan di
terhadap kemampuan
lakukan di
rumah.
Berjalan dan
latihan setiap
secara bertahap
meningkatkan
waktu dan jarak
berjalan untuk
memperbaiki
kondisi fisik.
Minimal bisa
berjalan 10-15
meter.
selama
jam
orang
(sehat)
demam
Pasien dapat
Intervensi
Mandiri
Awasi suhu
mempraktekkan
dapat
seperti
tangan yang
normal
benar.
Antara aktivitas
dan istirahat
sudah seimbang.
Rasional
Demam dapat
terjadi karena
infeksi dan /atau
dehidrasi.
Aktivitas ini
meningkatkan
mobilisasi dan
pengeluaaran
secret untuk
menurunkan
resiko terjadinya
Kaji pentingnya
latihan napas, batuk
bagaimana cuci
melakukan
aktivitas
Kriteria
Pasien tidak
efektif, perubahan
posisi sering, dan
masukan cairan
adekuat.
Tunjukan dan bantu
pasien tentang
pembuangan tisu an
sputum. Tekankan
cuci tangan yang
benar (perawat dan
infeksi paru.
Mencegah
penyebaran
pathogen melalui
cairan.
Menurunkan
potensial terpajan
pada penyakit
infeksius
(mis.ISK)
Menurunkan
konsumsi/kebutu
han
keseimbangan
oksigen dan
memperbaiki
pertahanan pasien
terhadap infeksi.
Meningkatkan
penyembuhan.
Malnutrisi dapat
mempengaruhi
kesehatan umum
dan menurunkan
tahanan terhadap
infeksi.
Dilakukan untuk
mengidentifikasi
pasien) dan
penggunaan sarung
tangan bila
memegang/membua
ng tisu, wadah
sputum.
Awasi pengunjung;
berikan masker
sesuai indikasi.
Dorong
keseimbangan
antara aktivitas dan
istirahat.
Diskusikan
kebutuhan masukan
nutrisi adekuat.
Kolaborasi
Dapatkan specimen
sputum dengan
batuk atau
penghisapan untuk
pewarnaan kuman
Gram,
kultur/sensitivitas.
Berikan
antimikroba sesuai
indikasi.
organism
penyebab dan
kerentanan
terhadap berbagai
antimicrobial.
Dapat diberikan
untuk organism
khusus yang
teridentifikasi
dengan kultur dan
sensitivitas, atau
diberikan secra
profilaktit karena
resiko tinggi.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dibuat berdasarkan perencanaan yang sudah dibuat.
E. EVALUASI
Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
kontriksi bronkus peningkatan pembentukan sputum, batuk tidak efektif,
infeksi bronkopulmonal.
Pasien mengatakan tidak sesak.
Pada saat batuk produksi sputum berkurang,
Frekuensi napas normal (16-20 x/menit)
Diagnosa 2 : Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan
ventilasi perfusi.
Pasien mengatakan saat bernapas tidak lagi menggunakan bibir dan tidak
mengalami sesak.
Tidak menunjukkan tanda-tanda gelisah,
Tidak terdapat disritmia
Tidak Dispnea
Tidak ada sianosis
bibir dirapatkan.
Klien menunjukkan penurunan tanda-tanda upaya bernapas.
sedikit
Klien dapat mengungkapkan perlunya untuk melakukan latihan setiap hari dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddart. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2.
Jakarta, EGC.
2. Doenges, Moorhouse, Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta.
EGC.
3. Price, Sylvia. 2003 . Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC
4. Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
EGC
5. NANDA, Panduan Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2005-2006.
6. Sarwono, W.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Balai Penerbit FKUI