Pemeriksaan Laboratorium Forensik
Pemeriksaan Laboratorium Forensik
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Tingginya tingkat kriminalitas saat ini berbanding lurus dengan tingginya
permintaan visum. Hal ini menjadi perhatian kita sebagai dokter umum, karena
walaupun permintaan visum biasanya diajukan kepada rumah sakit besar baik umum
maupun swasta, tidak menutup kemungkinan permintaan visum diajukan kepada kita
sebagai dokter umum pada saat kita melakukan tugas PTT di suatu daerah. Untuk itu
sebagai dokter umum kita wajib dapat melakukan visum dan membuat laporannya
melalui V et R.
Dalam setiap melakukan visum, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
memperjelas dan membuktikan kebenaran suatu kasus. Karena sebenarnya, pada
setiap kejadian kejahatan hampir selalu ada barang bukti yang tertinggal, seperti yang
dipergunakan oleh seorang ahli hukum kenamaan Italia yang bernama E. Ferri, 18591927, bahwa ada yang dinamakan saksi diam yang terdiri atas::
1. Benda atau tubuh manusia yang telah mengalami kekerasan.
2. Senjata atau alat yang dipakai untuk melakukan kejahatan.
3. Jejak atau bekas yang ditinggalkan oleh si penjahat pada tempat kejadian.
4. Benda-benda yang terbawa oleh si penjahat baik yang berasal dari benda atau tubuh
manusia yang mengalami kekerasan maupun yang berasal dari tempat kejadian.
5. Benda-benda yang tertinggal pada benda atau tubuh manusia yang mengalami
kekerasan atau ditempat kejadian yang berasal dari alat atau senjata yang dipakai
ataupun berasal dari si penjahat sendiri.
Bila saksi diam tersebut diteliti dengan memanfaatkan berbagai macam ilmu
forensik (forensic sciences) maka tidak mustahil kejahatan tersebut akan dapat
terungkap dan bahkan korban yang sudah membusuk atau hangus serta pelakunya
akan dapat dikenali. Sebagai contoh, pada kasus infantisida, untuk kepentingan
pengadilan perlu diketahui apakah bayi tersebut lahir hidup kemudian meninggal
karena pembunuhan atau memang lahir mati, dengan mudah dapat kita ketahui
dengan melakukan pemeriksaan hidrostatik, dimana bila jaringan paru yang
1
dicelupkan ke dalam air tawar tersebut mengapung maka bayi tersebut dilahirkan
dalam keadaan hidup.
Oleh sebab itu, pemeriksaan penunjang khususnya pemeriksaan laboratorium
sederhana menjadi sangat dibutuhkan keberadaannya. Dalam membantu kita sebagai
si pembuat visum untuk memperjelas suatu kasus kejadian kejahatan, karena dengan
mengetahui secara pasti pemeriksaan penunjang laboratorium sederhana apa saja yang
dapat dilakukan dalam kasus-kasus tertentu, apa yang kita lakukan menjadi tepat
guna. Sehingga dapat membantu terungkapnya kebenaran yang sesungguhnya akan
suatu kasus kejadian kejahatan seperti moto yang berlaku dalam forensik bahwa
melalui visum, barang/ benda yang tidak bernyawa dan tidak bergerak dapat dibuat
berbicara oleh para dokter yang melakukan visum melalui V et R.
I.2
Tujuan
Penyusunan referat ini bertujuan agar tenaga medis khususnya para dokter
umum yang diwajibkan untuk dapat melakukan visum dan membuat V et R, dapat
mengetahui dan memahami macam-macam pemeriksaan laboratorium sederhana yang
ada pada ilmu forensik dan dapat menentukan pemeriksaan laboratorium sederhana
yang dapat dilakukan pada kasus tertentu untuk membantu mengetahui penyebab
kematian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
II.2
Cairan tubuh
Terdiri atas: darah, semen, air liur, urin, keringat dan feses. Pemeriksaan
terutama terhadap darah, semen dan air liur baik dalam bentuk basah maupun
kering yang biasa terdapat pada pakaian atau bahan lainnya.
Jaringan tubuh
Sampel dari berbagai organ yang dikumpulkan saat otopsi untuk pemeriksaan
histopatologi bersama dengan darah, urin dan isi perut bermanfaat untuk analisa
toksikologi.
Obat dan bahan-bahan tertentu seperti material yang berasal dan tanaman, bubuk,
tablet, kapsul atau sediaan zat yang lain untuk identifikasi senyawa yang telah
masuk ke tubuh.
Bahan alam seperti kapas atau benang wol. Bahan atau serat sintetis seperti rayon
dan dacron untuk identifikasi dan perbandingan.
Jejak telapak kaki atau tangan bermanfaat untuk identifikasi dan perbandingan.
Cap atau cetakan dari pola ban kendaraan dan alas sepatu seringkali masuk
kategori ini.
Bahan cairan padat ataupun sisa hasil bakaran bermanfaat untuk identifikasi residu
ledakan dan akselerasi.
Peluru atau proyektil dan tes senjata melalui jarak tembakan dan kemampuan
kerja dari masing-masing senjata.
Kaca
Pecahan
kaca
dapat
dihubungkan
diperlukan
untuk
menganalisa
atau
memperkirakan arah kekerasan yang terjadi atau urutan arah penembakan. Analisa
gelas juga digunakan untuk rekonstruksi kecelakaan lalu lintas (tabrakan).
Rambut
Rambut diperlukan untuk identifikasi spesies (hewan atau manusia), ras dan
bagian tubuh asal dari rambut tersebut.
Bentuk dari bukti fisik yang mungkin berisi tulisan tangan, ketikan, salinan atau
tulisan yang dihasilkan komputer yang diperiksa untuk bukti pemalsuan.
Pemeriksaan terdiri dari analisa tinta dan kertas, juga perbandingan tulisan tangan
untuk memperkirakan keaslian.
II.3
II.4
dikerjakan sesuai dengan racun yang ingin dibuktikan berdasarkan dugaan ahli
forensik.
Darah merupakan port de entre dari zat-zat narkotika. Cara pengambilan darah
untuk pemeriksaan adalah dengan mengambil darah dari vena perifer secara
terpisah ataupun secara langsung dari jantung. Dengan meneliti kadar obat-obatan
dari berbagai tempat akan dapat diperkirakan seberapa jauh tingkat keracunannya.
Pengambilan sampel darah dalam bentuk cair atau kering yang dilakukan
terhadap tiap noda darah yang ada ditempat kejadian perkara. Untuk menghindarkan
terjadinya cross contamination, para ahli harus mengikuti panduan umum:
1. Menggunakan sarung tangan baru dan mengganti sarung tangan tiap pengambilan
pola darah. Tidak dianjurkan menggunakan peralatan standart, namun sebaiknya
menggunakan scalpel disposibble atau single edge razor blades untuk
pengambilan kerokan sampel darah kering, swab steril atau pipet disposable dan
semprotan untuk pengambilan sampel darah cair. Penting diingat untuk mengganti
mata scalpel atau pipet tiap pengambilan darah dari pola darah yang berbeda.
2. Setelah sampel diambil, maka harus dikemas sebaik-baiknya, sesuai dengan
bentuk sediaan sampel. Sediaan darah kering sebaiknya ditempatkan pada plastik
obat kemudian dimasukkan ke amplop. Jangan menggunakan amplop berperekat
kecuali benar-benar perlu, dan hanya diizinkan untuk membasahi bagian
berperekat dengan air steril. Sediaan darah cair sebaiknya diambil dengan pipet,
ditempatkan pada tabung dan dimasukkan ke dalam tas tertutup dengan
penghangat, dan dibawa dengan hati-hati untuk menghindari pecahnya tabung.
Untuk noda darah yang menempel pada benda-benda tertentu seperti pakaian
ataupun senjata maka benda tersebut harus dikemas dalam kantung kertas bersih
dalam keadaan kering. Perlu diingat, bukan hanya tentang darah siapa pada
pakaian
tersebut penting,
namun
untuk
dilakukan dengan spuit. Contoh zat racun yang dapat ditemukan dalam pemeriksaan
urin adalah racun golongan barbiturate dan dapat pula menemukan alkohol.
Rambut dan kuku diperiksa terutama pada korban yang dicurigai keracunan
logam berat kronis seperti keracunan arsen, antimony, thalium, batang rambut beserta
akhirnya dan potongan kuku harus diikutsertakan untuk pemeriksaan. Disamping itu
bermanfaat pula untuk pemeriksaan DNA.
Barang Bukti Biologik
Swab bukal atau darah dari korban untuk identifikasi DNA korban dan pelaku
Gunakan dua buah cutton bud dan usapkan dengan seksama pada
mukosa antara pipi dan gusi, antara bibir dan gusi, pertemuan antara gusi dan
langit-langit mulut dan di belakang gigi seri. Beri label pada cutton bud,
kemudian kemas hasil swab pada tempat berlabel setelah sebelumnya
dikeringkan terlebih dahulu, kemudian didokumentasikan.
Sepatu
Bahan biologis dapat ditemukan pula pada sepatu. Foto noda bahan
tersebut dengan posisi sepatu awal, kemudian pindahkan sepatu, foto kembali
dari sudut yang berbeda dan tempatkan sepatu ke dalam kantung kertas.
Rambut
Bila didapati rambut pada tempat kejadian perkara, maka haruslah
barang bukti ini difoto, dan diambil dengan menggunakan sarung tangan.
Gunakan Post It Notes untuk mengambil rambut atau gunakan cotton bud
kemudian tempatkan ke dalam jilidan kertas. Hindarkan menggunakan
penjepit atau memungut rambut dengan rambut, karena rambut tersebut dapat
jatuh dan hilang.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika suatu saat kita menemukan bercak
darah pada tempat kejadian perkara, karena selain dapat diambil dari tubuh jenazah
juga dapat diambil dari tempat kejadian perkara tanpa ada sumber perdarahan
tersebut, yaitu :
1. Bentuk dari bercak darah
2. Apakah bercak tersebut bercak darah
3. Apakah bercak tersebut darah manusia atau bukan
4. Darah berasal dari tubuh bagian mana
5. Berapa banyak darah terdapat pada suatu tempat dan sudah berapa lama
II.4.2 Wadah sampel
Wadah untuk pengawetan sampel bervariasi antar laboratorium. Setiap
laboratorium memiliki peralatan tersendiri untuk menampung sampel. Peralatanperalatan ini biasanya dilengkapi dengan spuit dan jarum steril untuk mengambil
sampel. Tidak lupa juga menyertakan petunjuk pengambilan dan pengawetan sampel.
10
11
100 mg sodium fluoride per 100 ml darah, mampu mempertahankan kadar alkohol
dalam darah meskipun sampel telah disimpan diatas 3 bulan (Glendening dan
Waugh)
0,5 mg sodium citrate dan 0,1 mg mercuric chloride per 1 ml darah. Menjamin
darah tetap cair dan steril. (Bradford)
Catatan:
jantung
Darah diambil dan vena femoral. Jika vena ini tidak berisi, dapat diambil dari
subclavia.
2.
Pengambilan darah dengan cara jarum ditusuk pada trans-thoracic secara acak,
secara umum tidak bisa diterima, karena bila tidak berhati-hati darah bisa
terkontaminasi dengan cairan dari esophagus, kantung perikardial, perut/ cavitas
pleura.
3.
e. Jantung
Darah seharusnya diberi label sesuai dengan tempat pengambilan.
Pada kejadian yang jarang terjadi, yang biasanya berhubungan dengan trauma
massive, darah tidak dapat diambil dari pembuluh darah tetapi terdapat darah
bebas pada rongga badan.
- Darah diambil dan diberi label sesuai dengan tempat pengambilan.
- Jika dilakukan tes untuk obat dan hasilnya negatif, maka dapat diasumsikan bahwa
orang tersebut tidak dibawah efek obat pada saat kematian.
- Jika tes positif harus diperhitungkan kemungkinan kontamina
Pada beberapa kasus bahan lain seperti vitreus/ otot dapat dianalisa untuk
mengevaluasi akurasi dari hasil tes dalam kavitas darah.
II.5
II.5.A Darah5
1.
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling
sering dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer
pada hampir semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah
ini sangat berguna untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminil.
Pemeriksaan darah pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu identifikasi
pemilik darah tersebut.
Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu kita
harus dapat memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu
perlu dilakukan pemeriksaan guna menentukan :
a. Bercak tersebut benar darah
b. Darah dari manusia atau hewan
c. Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia
Pemeriksaan bercak darah antara lain dengan menggunakan luminol, benzidin,
tes Teichmann, fluoresin, leukokristal violet, leokomalasit hijau, Amido Black, DAB,
dan TMB, ketiga teknik yang terakhir disebutkan selain digunakan untuk visualisasi
bekas bercak darah dapat pula digunakan untuk sidik jari dan sidik peralatan.
13
Mudah diaplikasikan
Tidak merusak bahan darah yang akan digunakan untuk tes ABO
Bereaksi dengan bahan metal, peroksidase nabati dan bahan kimia seperti pemutih
Interpretasinya terbatas
Hasil fotonya berupa gambaran luminesens yang bagus, namun kelemahannya,
barang buktinya tidak terlihat, sehingga tidak dapat ditentukan dimana letak reaksinya
muncul pada barang bukti. Dengan menggunakan lukisan dengan teknik flash
digunakan untuk mendokumentasikan noda darah pada tempat kejadian perkara di luar
14
Hasil:
Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap
pada kertas saring.
Kelebihan tes ini dibandingkan dengan luminol adalah memberikan reaksi
warna yang lebih jelas. Hasilnya lebih mudah dilihat, diukur dan didokumentasikan
daripada luminol. Preparat leukomalasit dalam bentuk solutio dan disemprotkan pada
permukaan barang bukti. Noda darah akan memperlihatkan warna hijau kehitaman.
Tes Takayama
Apabila heme sudah dipanaskan dengan seksama dengan menggunakan
pyridine dibawah kondisi basa dengan tambahan sedikit gula seperti glukosa, Kristal
pyridine ferroprotoporphyrin atau hemokromogen akan terbentuk.6
Tes Takayama dilakukan dengan cara meletakkan seujung jarum bercak pada
gelas kaca objek, kemudian ditetesi dengan setetes reagen takayama, tutup dengan
gelas penutup kemudian dipanaskan.
Selanjutnya dilihat di bawah mikroskop. Hasil pemeriksaaaan positif bila
ditemukan ditemukan kristal pyridine hemochromogen yang berbentuk bulu berwarna
jingga.
Kelebihan:
Test dapat dilakukan dan efektif dilakukan pada sampel atau bercak yang
sudah lama dan juga dapat memunculkan noda darah yang menempel pada baju.
Selain itu test ini juga memunculkan hasil positif pada sampel yang mempunyai hasil
negative pada test Teichmann. Tes ini lebih spesifik tapi kurang sensitif dibandingkan
tes benzidin.
Tes Teichmann8
Pertama kali dilakukan oleh Teicmann (1853). Test diawali dengan
memanaskan darah yang kering dengan asam asetat glacial dan chloride untuk
membentuk derivate hematin. Kristal yang terbentuk kemudian diamati di bawah
16
mikroskop, biasanya Kristal muncul dalam bentuk belah-belah ketupat dan berwarna
coklat.
Cara pemeriksaan:
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek tambahkan 1 butir
kristal NaCL dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan kaca penutup dan
dipanaskan.
Hasil:
Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin HCL yang
berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik.(1)
Kesulitan :
Mengontrol panas dari sampel karena pemanasan yang terlalu panas atau
terlalu dingin dapat menyebabkan kerusakan pada sampel.
1 gram LCV
17
Hemastix
Hemastix adalah tes yang paling sederhana, menggunakan stik pendek yang
mengandung reagen pada bagian ujungnya. Bagian ujung yang mengandung reagen
tersebut diusapkan pada noda yang ingin diidentifikasi, kemudian dicelupkan pada air
steril. Bila reaksi positif, maka akan muncul warna hijau pada hemastix. Kelemahan
dari hemastix adalah hanya dapat digunakan pada noda darah dalam jumlah tertentu,
dan dapat muncul hasil false positif bila terkontaminasi dengan residu mesiu senjata
api.
Bila hanya terdapat sedikit sampel, maka sebaiknya digunakan reagen tes
yang lain. Cara melakukan pemeriksaannya adalah dengan melipat kertas saring steril,
kemudian tepi lipatan digosokkan pada noda yang ingin diidentifikasi. Alternatif lain
adalah dengan membasahkan tepi atau batas kertas dengan larutan saline (digunakkan
pada noda yang sangat kering), kemudian tepi yang sudah dibasahkan tersebut
digosokkan pada noda. Kemudian bubuhkan reagen sejumlah yang dibutuhkan.
Fenoflalein
Untuk tes yang menggunakan fenoftalein, diperlukan pula etanol dan hidrogen
peroksida setelah pengambilan sampel, kertas saring ditetesi fenoftalein sejumlah satu
tetes. Kemudian secara berurutan diteteskan setetes etanol dan setetes hidrogen
peroksida. Hasil positif akan muncul berupa merah muda keunguan.
Leukomalasit Hijau
Reagen leukomalasit berisi campuran natrium perborat, leukomalasit hijau,
asam glasial asetik dan air. Seperti pada tes fenoftalein, beberapa tetes reagen
diteteskan pada usapan darah atau pada kertas saring, diikuti beberapa tetes hidrogen
peroksida. Hasil posotif akan muncul warna biru kehijauan.
Di Amerika Serikat, digunakan pula tes ortholidin yang merupakan derivat
dari benzidin. Walaupun tes ini dapat diterima secara umum dan mudah dikerjakan,
namun tidak dianjurkan untuk pemeriksaan pada tempat kejadian perkara karena
reagennya memiliki pengaruh yang tidak baik bagi kesehatan.
18
b.
Cairan mani mengandung spermatozoa, sel-sel epitel dan sel-sel lain yang
tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal yang mengandung spermion
dan beberapa enzim sepertri fosfatase asam. Spermatozoa mempunyai bentuk yang
khas untuk spesies tertentu dengan jumlah yang bervariasi, biasanya antara 60 sampai
120 juta per ml.
Sperma itu sendiri didalam liang vagina masih dapat bergerak dalam waktu 4
5 jam post-coitus; sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai sekitar 2436 jam post coital dan bila wanitanya mati masih akan dapat ditemukan 7-8 hari
Pemeriksaan cairan mani dapat digunakan untuk membuktikan :
1.
2.
Pengambilan
bahan
untuk
pemeriksaan
laboratorium
untuk
pemeriksaan cairan mani dan sel mani dalam lendir vagina, yaitu dengan mengambil
lendir vagina menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan ose batang gelas, atau
swab. Bahan diambil dari forniks posterior, bila mungkin dengan spekulum. Pada
anak-anak atau bila selaput darah masih utuh, pengambilan bahan sebaiknya dibatasi
dari vestibulum saja.
1. Pemeriksaan untuk menentukan adanya sperma2,4
Metode: tanpa pewarnaan
Untuk melihat motilitas spermatozoa. Pemeriksaan ini paling bermakna untuk
memperkirakan saat terjadinya persetubuhan
Cara pemeriksaan :
Letakkan satu tetes cairan vagina pada kaca objek kemudian ditutup. Periksa
dibawah mikroskop dengan pembesaran 500 kali. Perhatikan pergerakkan
spermatozoa
21
Hasil :
Umumnya disepakati dalam 2 3 jam setelah persetubuhan masih dapat
ditemukan spermatozoa yang bergerak dalam vagina. Haid akan memperpanjang
waktu ini sampai 3 4 jam. Berdasarkan beberapa penelitian, dapat disimpulkan
bahwa spermatozoa masih dapat ditemukan 3 hari, kadang kadang sampai 6 hari
pasca persetubuhan. Pada orang mati, spermatozoa masih dapat ditemukan hingga
2 minggu pasca persetubuhan, bahkan mungkin lebih lama lagi.
Metode dengan pewarnaan
Cara pemeriksaan :
Buat sediaan apus dan fiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut
pada nyala api. Pulas dengan HE, biru metilen atau hijau malakit. Cara pewarnaan
yang mudah dan baik untuk kepentingan forensik adalah pulasan dengan hijau
malakit dengan prosedur sebagian berikut :
-
Buat sediaan apus dari cairan vaginal pada gelas objek, keringkan diudara
Fiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada nyala api
Cuci dengan air, warnai dengan larutan Eosin Yellowish 1 %dalam air, tunggu
selama 1 menit
Hasil :
Keuntungan dengan pulasan ini adalah inti sel epitel dan leukosit tidak
terdiferensiasi, sel epitel berwarna merah muda merata dan leukosit tidak
terwarnai. Kepala spermatozoa tampak merah dan lehernya merah muda, ekornya
berwarna hijau.
Bila persetubuhan tidak ditemukan, belum tentu dalam vagina tidak ada
ejakulat karena kemungkinan azoosperma atau pascavasektomi. Bila hal ini terjadi,
maka perlu dilakukan penentuan cairan mani dalam cairan vagina.
Bahan pemeriksaan
Pakaian yang mengandung bercak diambil sedikit pada bagian tengahnya.
Kemudian diwarnai dengan pewarnaan BAEECHI selama 2 menit. Kemudian cuci
22
dengan HCL 1% dehidrasi dengan alkohol 70%, 85% dan alkohol absolut lalu
bersihkan dengan xylol dan keringkan dengan kertas saring.
Dengan jarum, pakaian yang mengandung bercak diambil benangnya 1-2
helai, kemudian diurai menjadi serabut-serabut pada gelas objek, serabut tersebut
ditetesi canada, ditutupi dengan gelas penutup dan dilihat di bawah mikroskop
pembesaran 500 kali.
Hasil positif bila kepala sperma berwarna merah, bagian ekor biru muda,
kepala sperma tampak menempel pada serabut-serabut benang.
Pemeriksaan untuk menentukan adanya asam fosfatase4
Merupakan tes penyaring adanya cairan mani, menentukan apakah bercak
tersebut adalah bercak mani atau bukan, sehingga harus selalu dilakukan pada setiap
sampel yang diduga cairan mani sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Reaksi
fosfatase asam dilakukan bila pada pemeriksaan tidak ditemukan sel spermatozoa. Tes
ini tidak spesifik, hasil positif semu dapat terjadi pada feses, air teh, kontrasepsi, sari
buah dan tumbuh-tumbuhan.
Dasar reaksi (prinsip) :
Adanya enzim fosfatase asam dalam kadar tinggi yang dihasilkan oleh
kelenjar prostat. Enzim fosfatase asam menghidrolisis natrium alfa naftil fosfat. Alfa
naftol yang telah dibebaskan akan bereaksi dengan brentamin menghasilkan zat warna
azo yang berwarna biru ungu. Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah cairan
vaginal.
Reagen :
Larutan A
(1)
(2)
(3)
(4)
Askuades 100 ml
Reagen (2) dan (3) dilarutkan dalam (4) untuk menghasilkan larutan penyangga
dengan pH 5, kemudian (1) dilarutkan dalam larutan peyangga tersebut.
23
Larutan B
Natrium alfa naftil fosfat 800 mg + aquades 10 ml.
Sebanyak 89 ml Larutan A ditambah 1 ml larutan B, lalu saring cepat ke dalam
botol yang berwarna gelap. Jika disimpan dilemari es, reagen ini dapat bertahan
berminggu-minggu dan adanya endapan tidak akan mengganggu reaksi.
Cara pemeriksaan :
Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring yang terlebih dahulu
dibasahi dengan aquades selama beberapa menit. Kemudian kertas saring diangkat
dan disemprotkan / diteteskan dengan reagen. Ditentukan waktu reaksi dari saat
penyemprotan sampai timbul warna ungu, karena intensitas warna maksimal tercapai
secara berangsur-angsur.
Hasil :
Bercak yang tidak mengandung enzim fosfatase memberikan warna serentak
dengan intensitas tetap, sedangkan bercak yang mengandung enzim tersebut
memberikan intensitas warna secara berangsur-angsur.
Waktu reaksi 30 detik merupakan indikasi kuat adanya cairan mani. Bila 30
65 detik, masih perlu dikuatkan dengan pemeriksaan elektroforesis. Waktu reaksi > 65
detik, belum dapat menyatakan sepenuhnya tidak terdapat cairan mani karena pernah
ditemukan waktu reaksi > 65 detik tetapi spermatozoa positif.
Enzim fosfatase asam yang terdapat di dalam vagina memberikan waktu reaksi
rata-rata 90 100 detik. Kehamilan, adanya bakteri-bakteri dan jamur, dapat
mempercepat waktu reaksi.
Pemeriksaan untuk menentukan adanya kristal kholin
Bahan pemeriksaan : cairan vaginal
Metode :
Florence
24
Bila pada cairan vagina terdapat kristal-kristal kholin yang periodida tampak
berbentuk jarum-jarum yang berwarna coklat.
Berberio
Reaksi ini dilakukan dan mempunyai arti bila mikroskopik tidak ditemukan
spermatozoa.
Dasar reaksi : Menentukan adanya spermin dalam semen.
Reagen :
Larutan asam pikrat jenuh.
Cara pemeriksaan (sama seperti pada reaksi Florence) :
Bercak diekstraksi dengan sedikit akuades. Ekstrak diletakkan pada kaca
objek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup. Reagen dialirkan
dengan pipet dibawah kaca penutup.
Hasil :
Hasil positif bila, didapatkan kristal spermin pikrat kekuningan berbentuk jarum
dengan ujung tumpul. Kadang-kadang terdapat garis refraksi yang terletak
longitudinal. Kristal mungkin pula berbentuk ovoid.
Pemeriksaan untuk menentukan adanya racun atau toksikologi
Selain alkohol, dikenal juga obat-obatan yang menginduksi perkosaan, seperti
obat yang menghapus ingatan seperti flunitrazepam (Rohypnol), benzodiazepin,
ketamin,
gamma
hidroksibutirat
(GHB), gamma
butirolakton
(GBL), 3,4-
25
TLC
Mikrodifusi
Hasil yang diharapkan adalah didapati kadar obat yang dapat menurunkan atau
Secara visual
Bercak mani berbatas tegas dan warnanya lebih gelap daripada sekitarnya.
Bercak yang sudah agak tua berwarna kekuningan. Pada bahan sutera / nilon,
batas sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap daripada sekitarnya. Pada tekstil
yang tidak menyerap, bercak segar menunjukkan permukaan mengkilat dan
translusen kemudian mengering. Dalam waktu kira-kira 1 bulan akan berwarna
kuning sampai coklat. Pada tekstil yang menyerap, bercak segar tidak berwarna
atau bertepi kelabu yang berangsur-angsurmenguning sampai coklat dalam waktu
1 bulan.
26
c.
Pengenalan
Dokumentasi
Pengumpulan barang bukti dan persiapan (tes DNA pada barang bukti fisik)
Membuat profil gigi dari barang bukti yang dipertanyakan (bekas gigitan)
Perbandingan fisik antara profil gigi yang dipertanyakan dengan profil gigi
tersangka, yang menghasilkan kesimpulan:
Membuat profil DNA dari air liur yang didapatkan pada bekas gigitan dan
profil DNA tersangka
yang digigit bisa masih hidup atau sudah mati. Pada kedua contoh berupa bekas
gigitan tersebut dapat berubah dengan cara menjadi sembuh atau membusuk. Penyidik
harus curiga jika ada bekas atau memar yang memiliki karakteristik yang sesuai
dengan ciri luka karena gigitan. Penentuan suatu luka merupakan luka gigitan oleh
kerana gigi manusia memerlukan informasi-informasi yang sifatnya mendasar.
Konfirmasi lanjut berupa analisi DNA dari saliva yang didapat dari tempat yang sama
mendukung atau meniadakan dugaan sementara tentang bekas gigitan yang tidak
28
lengkap. Identifikasi seseorang secara khusus paling baik dilakukan dengan cara
mengumpulkan bukti fisik dan biologik yang didapat di tempat yang sama.
Gambaran yang mengindikasikan bekas gigitan pada kulit.
Gigi manusia tersusun dalam pola yang dapat diprediksikan. Terdapat variasi
dimensional dalam ukuran / bentuk / posisi gigi antara satu individu dengan yang lain
yang mungkin berguna untuk investigasi forensik jika bekas gigitan itu sendiri
memiliki detail yang cukup.
-
secara lebih konservatif karena memar tidak merupakan informasi yang cukup detail
untuk identifikasi manusia.
II.5.D Uji anak peluru (Uji balistik)
Ketika anak peluru sudah dilontarkan oleh sebuah senjata, bekas anak peluru
memberikan pertanda-pertanda yang menentukan kelas karakteristik. Hal-hal tersebut
mungkin dapat menentukan model dari senjata api atau senapan dari anak peluru yang
ditemukan. Karakteristiknya adalah:11
29
Bubuk tersebut dapat melekat kebagian dasar anak peluru dan terbawa masuk
ke dalam tubuh yang tertembak. Hal ini terkait dengan anak peluru dengan dasar
timah yang terlihat pula pada anak peluru yang dilapisi jaket pada bagian dasarnya.
mesotel dan fragmen tulang. Penemuan jaringan dari anak peluru yang berkecepatan
rendah lebih mudah untuk disimpan dan jumlahnya banyak. Jaringan lemak, pecahan
dari pembuluh darah kecil, gumpalan sel-sel spindel lebih sering ditemukan
sedangkan otot jantung dan rangka hanya kebetulan saja ditemukan. Pecahan organ
dalam tidak terlalu penting ditemukan meski organ tersebut telah tertembus. Kulit
yang biasanya jarang diperiksa. Dalam kaitannya dengan jenis senjata shotgun pada
kepala,tulang,otot gerak,jaringan penyangga dan potongan-potongan biasanya
ditemukan. Fragmen-fragmen dari otak ditemukan namun saraf-sarafnya tidak dapat
dipastikan sesuai dengan tempat asalnya.
Analisa bubuk hitam/ Jelaga 11,12
Jelaga terkait dengan penembakan yang fatal. Sebagian besar dari kasus ini
termasuk dalam senapan angin. Dimana senjata ini memiliki laras seperti senjata yang
lain. Tanda dari senapan tersebut akan muncul dalam bentuk sferis atau lingkaran
kerucut. Selain itu pelatuk yang ditarik digunakan untuk mengatur anak peluru dalam
ruangan yang dapat meninggalkan pertanda cukup jelas dianak peluru dan dengan
karakteristik individu untuk membuat perbandingan balistikyang jelas. Jelaga yang
berasal dari black powder, komposisi CO2 ( 50% ), Nitrogen ( 35% ), CO ( 10% ),
Hidrogen Sulfid ( 3% ), Hidrogen ( 2% ), serta sedikit Oksigen dan Methane.
Smokeless powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit jangkauan
jelaga untuk senjata genggam berkisar 30 sentimeter, oleh karena jelaga hanya
menempel pada permukaan kulit sehingga bila dihapus akan menghilang.
II.5.E Pemeriksan DNA
Dengan berkembangnya teknik kloning, sequencing, dan PCR terbuka
kemungkinan untuk lebih meningkatkan pemanfaatan dari sel sel hiperpolimorfis.
Ada 3 teknik utama yang digunakan saat ini untuk ekstraksi DNA pada laboratorium
forensik DNA : ekstraksi organik, ekstraksi chelex, dan FTA paper. Ekstraksi eksak
atau macam macam prosedur isolasi DNA tergantung pada bukti bukti tipe
biologis yang akan diuji. Sebagai contoh darah utuh harus diperlakukan dengan cara
yang berbeda dari suatu noda darah atau suatu fragmen tulang.
II.5.F Identifikasi Sidik Jari
32
Seksi laboratorium ini sering identik dengan seksi sidik jari yang tersembunyi.
Peran seorang dokter ahli forensik ini adalah pengambilan sidik jari dalam keadaaan
khusus seperti bila telah terjadi pembusukan, dokter membuat sidik tersebut lebih
jelas dan trebal untuk diambil sebagai alat identifikasi.
Sidik jari yang terdapat dalam logam bersifat laten artinya sidik mengendap
pada permukaan logam dan dapat diambil untuk identifikasi.
II.5.G Air Liur8
Air liur merupakan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar liur. Air liur (saliva)
terdiri dari air, enzim alfa amilase (ptialin), protein, lipid, ion-ion anorganik seperti
tiosianat, klorida dan lain lain.
Dalam bidang kedokteran forensik, pemeriksaan air liur penting untuk kasuskasus dengan jejas gigitan untuk menentukan golongan darah pengigitnya. Golongan
darah penggigit yang termasuk dalam golongan sekretor dapat ditentukan dengan cara
absorpsi inhibisi.
Reagen yang digunakan yaitu anti A dan anti B dapat diperoleh dari
laboratorium transfusi darah PMI, demikian pula dengan anti H. Anti H dapat dibuat
dari biji-biji Ulex europaeus yang digerus dalam mortir. Tiap 1 g biji-bijian
ditambahkan 10 ml salin. Kemudian campuran tadi dikocok dengan mesin pengocok
selam 1 jam dan dipusing selama 5 menit dengan kecepatan 3000 RPM. Cairan
supernatan disaring dan dapat segera dipergunakan.
Untuk pemeriksaan perlu dilakukan kontrol dengan air liur yang telah
diketahui golongan sekretor atau non sekretor.
Cara absorpsi inhibisi :
Basahkan bercak liur dengan 0,5 ml salin, kemudian peras dan tempatkan air
liur atau ekstrak air liur dalam salin tadi ke dalam tabung reaksi, lalu panaskan dalam
air mendidih selama 10 menit. Pusing dan ambil supernatant, bila mau dimpan maka
simpan pada suhu 20C. Dalam tabung reaksi 1 vol air liur ditambahkan 1 vol
33
antiserum. Campuran tersebut didiamkan selama 30 menit pada suhu ruang untuk
proses absopsi.
Selama menunggu, tentukan titer anti A, anti B dan anti H yang digunakan.
Setelah 30 menit berlalu, pada campuran tersebut ditentukan titer anti A, anti B dan
anti H dengan cara yang sama.
SDM yang digunakan adalah suspensi 4 % yang berumur kurang dari 24 jam.
Bandingkan titer antisera yang digunakan dengan titer campuran antiserum + air liur.
Hasil positif bila titer berkurang lebih dari 2 kali.
II.5.H Pemeriksaan Laboratorium Forensik Rambut6
Rambut manusia berbeda dengan rambut hewan pada sifat-sifat lapisan sisik
(kutikula), gambaran korteks dan medula rambut.
Kutikula merupakan lapisan paling luar dari rambut, di bawahnya terletak
korteks yang terdiri dari gabungan serabut-serabut dengan pigmen. Di tempat yang
paling dalam/ tengah, terdapat medula yang mengandung pigmen dalam jumlah
terbanyak. Rambut manusia memiliki diameter sekitar 50-150 mikron dengan bentuk
kutikula yang pipih, sedangkan rambut hewan memiliki diameter kurang dari 25
mikron atau lebih dari 300 mikron dengan kutikula yang kasar atau menonjol.
Pigmen pada rambut manusia sedikit dan terpisah-pisah sedangkan pada
hewan padat dan tidak terpisah. Perbandingan diameter rambut hewan dengan
diameter rambut manusia, indeks medula rambut manusia adalah 1:3, sedangkan
indeks medula rambut hewan adalah 1:2 atau lebih besar. Pemeriksaan indeks medula
merupakan pemeriksaan terpenting untuk membedakan rambut manusia dari rambut
hewan.
Berdasarkan asal tumbuhnya, rambut manusia dibedakan atas rambut kepala;
alis, bulu mata dan bulu hidung; kumis dan jenggot; rambut badan; rambut ketiak dan
rambut kemaluan. Umumnya tidak terdapat perbedaan yang jelas antara jenis-jenis
rambut tersebut di atas.
34
Rambut kepala umumnya kasar, lemas, lurus/ ikal/ keriting dan panjang
dengan penampang melintang yang berbentuk bulat (pada rambut yang lurus), oval
atau elips (pada rambut ikal/ keriting). Alis, bulu mata dan bulu hidung umumnya
relatif kasar, kadang-kadang kaku dan pendek. Rambut kemaluan dan rambut ketiak
lebih kasar sedangkan rambut badan halus dan pendek.
Pemeriksaan mikroskopik rambut utuh akan memperlihatkan akar, bagian
tengah dan ujung yang lengkap. Pada rambut yang tercabut, rambut akan terlihat utuh
disertai dengan jaringan kulit. Sebaliknya rambut yang lepas sendiri mempunyai akar
yang mengerut tanpa jaringan kulit. Rambut yang terpotong benda tajam, dengan
mikroskop terlihat terpotong rata, sedangkan akibat benda tumpul akan terlihat
terputus tidak rata.
Panjang rambut kepala kadang-kadang dapat memberi petunjuk jenis kelamin.
Tetapi untuk menentukan jenis kelamin yang pasti, harus dilakukan pemeriksaan
terhadap sel-sel sarung akar rambut dengan larutan orcein. Pada rambut wanita dapat
ditemukan adanya kromatin seks pada inti sel-sel tersebut.
Perkiraan umur berdasarkan pemeriksaan keadaan pigmen pada rambut sukar
sekali dilakukan. Umumnya dapat dikatakan, bahwa bila usia bertambah maka rambut
akan rontok. Rontoknya rambut pada pria umumnya terjadi pada dekade kedua atau
ketiga, sedangkan pada wanita sering terjadi rontoknya rambut ketiak dan
pertumbuhan rambut pada wajah pada saat menopouse. Rambut ketiak dan rambut
kemaluan akan tumbuh pada usia pubertas.
Rambut, baik rambut kepala ataupun kelamin, merupakan bagian tubuh
manusia yang dapat memberikan banyak informasi bagi kepentingan peradilan, antara
lain tentang :
a. saat korban meninggal dunia
b. sebab kematian
c. jenis kejahatan
d. identitas korban
e. identitas pelaku
f. benda/ senjata yang digunakan
35
b.
Sebab kematian
Informasi tentang sebab kematian juga dapat diperoleh melalui rambut
mengingat beberapa racun tertentu, terutama racun metalik, disimpan di
bagian tubuh tersebut.
c.
Jenis kejahatan
Mengenai jenis kejahatan yang terjadi dapat diperkirakan dengan
melihat macam rambut yang ditemukan. Adanya rambut pubes pada tubuh
korban memberikan dugaan adanya tindak pidana perkosaan atau tndak pidana
seksual lainnya dan adanya rambut binatang pada tubuh manusia atau
sebaliknya juga dapat memberikan perkiraan adanya bestialiti
36
d.
Identitas korban
Rambut mempunyai sifat tahan terhadap pembusukan dan bahan-bahan
kimia sehingga dapat dijadikan sarana identifikasi bagi mayat-mayat tidak
dikenal yang sudah membusuk. Meskipun tak dapat memberikan identitas
personal tetapi dari rambut paling tidak dapat ditemukan umur, jenis kelamin,
ras, dan sebagainya.
e.
Identitas pelaku
Rambut juga dapat dipakai sebagai sarana identifikasi guna
mengetahui identitas pelakunya. Sebagaimana diketahui bahwa pada tindak
pidana perkosaan dan pembunuhan, sering ditemukan rambut pelaku tertinggal
atau berhasil dijambak oleh korban sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan identifikasi.
f.
rambut itu lepas. Pada pangkal rambut yang lepas secara alami akan terlihat atrofi,
sedang pada rambut yang dicabut secara paksa akan mengalami robekan pada sarung
rambut dan pada bulbus akan terlihat tak teratur.
Ditemukannya rambut pada senjata juga dapat memberi petunjuk tentang
adanya kaitan antara senjata itu dengan kasus pembunuhan dan ditemukannya rambut
pada kendaraan bermotor juga dapat meberi petunjuk tentang keterlibatan kendaraan
tersebut dalam peristiwa tabrakan.
Jika ditemukan rambut yang diduga ada kaitannya dengan kejahatan maka
hendaknya rambut tersebut diperiksa dengan teliti untuk mengetahui :
37
1.
Keaslian rambut
Pemeriksaan keaslian rambut perlu dilakukan mengingat adanya
berbagai serat yang bentuk dan warnanya mirip rambut.
Rambut yang utuh biasanya terdiri atas akar, batang dan ujung. Akar ranbut
terdiri atas jaringan ikat longgar sedangkan batang rambut terdiri atas kutikula,
korteks dan medula. Serat yang bukan berasal dari rambut tidak mempunyai
susunan seperti itu. Serat sintetis misalnya, gambaran mikroskopiknya terlihat
homogen.
2.
3.
Identifikasi
Jika sudah dapat dipastikan rambut manusia maka pemeriksaan
lanjutan perlu dilakukan untuk menentukan siapa pemiliknya. Perlu diketahui
bahwa rambut mempunyai sifat tahan terhadap pembusukan dan bahan-bahan
kimia sehingga dapat dijadikan salah satu sarana identifikasi bagi mayatmayat yang sudah membusuk.
Meskipun tak dapat memberikan identitas personal seperti halnya sidik
jari, tetapi dapat memberikan identitas umum, antara lain :
a.
Umur
Umur dari pemilik rambut dapat ditentukan dengan memeriksa rambut
tersebut berdasarkan tempat tumbuh dan warnanya.
38
Jenis kelamin
Melalui berbagai pemeriksaan yang teliti akan dapat ditentukan jenis
kelamin dari pemilik rambut. Rambut laki-laki pada umumnya lebih
kaku, lebih kasar dan lebih gelap. Sedang rambut wanita umumnya
halus, panjang dan meruncing ke arah ujung.
Dari distribusinya juga dapat ditentukan jenis kelaminnya. Rambut
jenggot, rambut dada dan kumis adalah khas rambut laki-laki.
Penyebaran
rambut
pubis
antara
laki-laki
dan
wanita
juga
Ras
Untuk menentukan jenis rasnya dapat dilihat dari warna, panjang,
bentuk dan susunan rambut. Rambut orang Eropa misalnya, berwarna
pirang, kecoklatan atau kemerahan.
39
40
Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati, karena adanya kemungkinan bayi
dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernafas meskipun jantung masih berdenyut,
sehingga udara dalam alveoli diresopsi. Pada hasil negatif ini, pemeriksaan
histopatologi harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau hidup. Hasil uji
apung paru positif berarti pasti lahir hidup.
Penyebab kematian. Penyebab kematian tersering pada pembunuhan anak
sendiri adalah mati lemas (asfiksia). Cara tersering dilakukan adalah dengan cara
pembekapan, penyumbatan jalan nafas, penjeratan, pencekikan dan penenggelaman.
Kadang-kadang bayi dimasukkan ke dalam lemari, kopor dan sebagainya. (2)
Lahir hidup dapat diketahui dari perangi paru-paru secara makroskopis
maupun mikroskopis. Secara makroskopis paru-paru anak ayang dilahirkan hidup
akan tampak mengembang dan menutupi kandung jantung, tepintnya tumpul, warnaya
merah ungu dengan gambaran mozaik, lebih berat (1/35 berat badan, pada yang lahir
mati atau belum bernafas berat paru-paru sekitar1/70 berat badan), pada perabaan
teraba derik udara atau krepitasi, bila dimasukkan ke dalam air akan mengapung, bila
diiris dan dipijat akan banyak mengeluarkan darah dan busa. Sedangkan secara
mikroskopik akan tamak jelas adanya pengembangan dari kantung-kantung hawa
(alveoli). (7)
Mikroskopik Paru
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi
dengan larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan-irisan melintang untuk
memungkinkan cairan fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi
selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan histopatologi. Biasanya dibuat pewarnaan
HE dan bila paru telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.
Tanda khas untuk paru bayi belum pernah bernafas adalah adanya tonjolan
(projection), yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan
bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga tampak seperti gada (club-like).
Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak darah.
Tanda khas untuk paru bayi yang belum bernafas yang sudah membusuk, dengan
pewarnaan Gomori atau Ladewig, tampak serabut-serabut retikuler pada permukaan
41
42
asam sambil diteteskan asam nitrat pekat samapi terbentuk dan cairan dipusing
dalam centrifuge.
Sedimen yang terjadi ditambah dengan akuades, pusing kembali dan hasilnya
dilihat dengan mikroskop. Pemeriksaan diatom positif bila pada jaringan paru
ditemukan diatom cukup banyak, 4-5/LPB atau 10-20 per satu sediaan; atau pada
sumsum tulang cukup ditemukan hanya satu.
3.
4.
alkalis, tambahkan asam tartrat untuk mengasamkan, agar KCL mudah terurai.
Botol tersebut dihangatkan. Bila hasil reaksi positif, akan terbentuk warna biruhijau pada kertas saring.
Reaksi ini tidak spesifik, hasil positif semu didapatkan bila isi lambung
mengandung klorin, nitrogen oksida atau ozon; sehingga reaksi ini hanya untuk
skrining.
b. Reaksi Prussian Blue (Biru Berlin).
Isi lambung/ jaringan didestilasi dengan destilator.
5 ml destilat + 1 ml NaOH 50 % + 3 tetes FeSO4 10% rp + 3 tetes FeCl3 5%,
Panaskan sampai hampir mendidih, lalu dinginkan dan tambahkan HCl pekat tetes
demi tetes sampai terbentuk endapan Fe(OH)3, teruskan sampai endapan larut
kembali dan terbentuk biru berlin.
c. Cara Gettler Goldbaum.
Dengan menggunakan 2 buah flange(piringan), dan diantara kedua flange
dijepitkan kertas saring Whatman No. 50 yang digunting sebesar flange. Kertas
saring dicelupkan ke dalam larutan FeSO4 10% rp selama 5 menit, keringkan lalu
celupkan ke dalam larutan NaOH 20% selama beberapa detik. Letakkan dan
jepitkan kertas saring di antara kedua flange. Panaskan bahan dan salurkan uap
yang terbentuk hingga melewati kertas saring ber-reagensia antara kedua flange.
Hasil positif bila terjadi perubahan warna pada kertas saring, menjadi biru.
d. Kristalografi
Bahan yang dicurigai berupa sisa makanan/ minuman, muntahan, isi lambung
di masukkan ke dalam gelas beker, dipanaskan dalam pemanas air sampai kering,
kemudian dilarutkan dalam aceton dan disaring dengan kertas saring. Filtrat yang
didapat, diteteskan dalam gelas arloji dan dipanaskan sampai kering, kemudian
dilihat di bawah mikroskop. Bila terbentuk kristal-kristal seperti sapu, ini adalah
golongan hidrokarbon terklorinasi.
Pemeriksaan kualitatif dapat menggunakan penentuan titik cair, misal veronal
murni mencair pada suhu 191 C. Uji kristal dilakukan terhadap sisa obat yang
44
45
46
47
Gambar 3. Keracunan CO
48
49
50
BAB III
KESIMPULAN
1.
Setiap kejahatan pasti akan menimbulkan barang bukti yang dapat menjadi petunjuk
adanya tindak pidana. Untuk itulah perlu dilakukan pemeriksaan barang bukti secara
cermat dengan menggunakan tehnik pemeriksaan menurut standar baku yang telah diakui
di bidang forensik.
Sebab kematian tidak selalu dapat mengungkap melalui pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam. Oleh karena itu dalam hal ini diperkirakan laboratorium terhadap
barang bukti yang terdapat pada tubuh korban, tempat kejadian perkara maupun pada
tersangka pelaku.
2.
3.
4.
5.
51
DAFTAR PUSTAKA
1. Kiely, Terrence F, Forensic Evidence Science and the Criminal Law, Science, Forensic
Science and Evidence, 2002
2. Eckert, William G. Introduction to Forensic. 2nd edition.New York : Elseviere :
America. 2002.3
3. Abraham, Rahman AS, Bambang, Salim HB, et al. Ilmu Kedokteran Forensik,
Pemeriksaan Laboratorium Sederhana, Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Semarang, Cetakan II:2012
4. Bevel, Ross M. Gardner, Bloodstain Patern Analysis, Second Edition, United State of
America. 2002.
5. Savino, Brent E. Turvey, Rape Investigation Handbook, USA : Elseviere academic
Press, 2005 : 6-127
6. Budiyanto A, Widiatmo W, Sudiono S, Winardi T, Munim A Sidhi, Hertian S, et al.
Ilmu Kedokteran Forensik. 1st ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 1997. p. 47: 68-69: 92-100: 105-06: 111: 113: 12526: 136-37: 144-46: 16796
7. Sheperd R. Simpsons Forensic Medicine. 12th ed. New York: Oxford University
Press, Inc.; 2003. p. 58
8. Spalding, Robert P. Identification and Characterization Blood and Bloodstain. In:
James SH, Nordby JJ, Editors. Forensic Science An Introduction to Scientific and
Investigative Techniques. Boca Raton: CRC Press LLC; 2000. p. 181-98
9.
Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2008. p. 172-76
10. Bowers, Michael C, Recovery and Analysis of Bite bite mark evidence. An
investigators Handbook, First Edition, San Diego, USA. Recognition. 2006.
11. Vincent J.M, new De Maio, MD. Gunshot Wounds : Practical Aspect of Firearms,
Ballistics and Forensic Techniques, New York ; CRC Press : 1999.
12. Cyril H Wecht, et al. A Readers Digest Book. Crime Scene Investigation: crack the
case with-real experts.The Inquiry Team.London: Elwin Street Limited; 2004. P. 4052
52