Anda di halaman 1dari 55

GAMBARAN SINDROM PETER PAN DAN

KOMPLEKS CINDERELLA PADA


TINGKAH LAKU, EMOSI, DAN
PARADIGMA MAHASISWA
FTI ITB 2014

LAPORAN PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah
pada Semester I Tahun Akademik 2014-2015

oleh

Mirna Erviana
Dea Yulistia

16714280
16714295

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG
2014

ABSTRAK
Pada masa remaja, terjadi perubahan sangat drastis yang mengakibatkan
terjadinya kondisi yang serba tanggung dan diwarnai oleh kondisi psikis yang
belum mantap. Kondisi psikis yang belum mantap merupakan salah satu penyebab
timbulnya penyimpangan dalam psikologi remaja. Karya ilmiah ini akan
membahas Sindrom Peter Pan yang dapat menyerang remaja laki-laki dan
Kompleks Cinderella yang dapat menyerang remaja perempuan dengan judul
Gambaran Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella pada Tingkah Laku,
Emosi, dan Paradigma Mahasiswan FTI ITB 2014.
Karya ilmiah ini dibuat untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa FTI
ITB 2014 mengenai Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella. Selanjutnya
sindrom dan kompleks ini akan digambarkan melalui ciri-ciri tingkah laku, emosi,
dan paradigma penderitanya. Lalu akan dianalisis faktor apa saja yang dapat
menyebabkan timbulnya sindrom dan kompleks ini.Terakhir akan dicari cara
menanggulangi terjadinya sindrom dan kompleks ini.
Penulisan karya ilmiah ini bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan data
serta literatur maupun dari lapangan kemudian dianalisis dan dimanfaatkan.
Sehubungan dengan itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif analitis dengan pendekatan empiris dan rasional. Pada
penelitian ini kami menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi literatur,
observasi lapangan, dan kuesioner.
Di akhir laporan penelitian ini akan didapatkan hasil bahwa tidak banyak
mahasiswa FTI ITB 2014 yang mengetahui apa itu Sindrom Peter Pan dan
Kompleks Cinderella. Di samping itu, potensi timbulnya sindrom dan kompleks
ini pada mahasiswa FTI ITB 2014 sangatlah kecil. Ada banyak faktor yang dapat
memicu timbulnya sindrom dan kompleks ini, baik itu dari diri remaja sendiri,
orangtua, keluarga, teman, lingkungan sekolah, maupun masyarakat sekitar. Dan
untuk menanggulangi sindrom dan kompleks ini dibutuhkan kerja sama antara
remaja, orang tua, dan lingkungan sekitar. Remaja harus selalu berpikir ke depan,
orang tua harus mengawasi masa pertumbuhan anaknya, dan lingkungan sekitar
harus terus mendukung penderita untuk terus berusaha sembuh dan terbebas dari
sindrom dan kompleks tersebut.
Kata kunci: Sindrom Peter Pan, Kompleks Cinderella, tingkah laku, emosi,
paradigma, remaja, psikologi

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas segala rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul
GAMBARAN SINDROM PETER PAN DAN KOMPLEKS CINDERELLA
PADA TINGKAH LAKU, EMOSI, DAN PARADIGMA MAHASISWA FTI
ITB 2014 untuk memenuhi tugas mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah pada
Semester I Tahun Akademik 2014-2015.
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah mengidentifikasi adanya
Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella pada mahasiswa FTI ITB 2014
melalui gambaran tingkah laku, emosi, dan paradigma mereka. Penulis berharap
para mahasiswa dapat mencegah ataupun menanggulangi kedua masalah psikologi
remaja tersebut.
Adapun di dalam penyusunan karya ilmiah penulis mengalami berbagai
kesulitan seperti mencari buku referensi dan mencari data yang berkaitan dengan
makalah ini. Kesulitan ini dapat diatasi dengan sikap pantang menyerah dalam
mencari buku referensi, internet dan e-book.
Karya ilmiah ini dapat terselesaikan berkat adanya bimbingan, saran dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah SWT.

2. Ibu Tri Sulistyaningtyas, selaku dosen TTKI yang telah meluangkan


waktunya untuk memberikan masukan yang sangat berharga
sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan.
3. Kedua orang tua kami, yang senantiasa mendoakan dan memberikan
dorongan moral dan materi untuk penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan karya ini di masa
yang akan datang sangat diharapkan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Bandung, Desember 2014


Tim Penulis

DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................

ii

PRAKATA ............................................................................................

iii

DAFTAR ISI .........................................................................................

DAFTAR GRAFIK ...............................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

ix

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah ...................

1.1.1 Latar Belakang .........................................................

1.1.2 Rumusan Masalah ....................................................

1.2 Tujuan Penulisan ........................................................

1.3 Ruang Lingkup Kajian ..............................................

1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...................

1.4.1 Metode .......................................................................

1.4.2 Teknik pengumpulan data .......................................

1.5 Sistematika Penulisan ................................................

BAB II TEORI DASAR SINDROM PETER PAN DAN


KOMPLEKS CINDERELLA
2.1 Pengenalan Tokoh Peter Pan dan Cinderella ...........

2.2 Pengertian Sindrom Peter Pan dan Kompleks


Cinderella ....................................................................

11

2.3 Pengertian Tingkah Laku, Emosi, dan


Paradigma ....................................................................
...................

13

BAB III ANALISIS PENGARUH SINDROM PETERPAN DAN


KOMPLEKS CINDERELLA PADA TINGKAH
LAKU, EMOSI, DAN PARADIGM A MAHASISWA
FTI ITB 2014
3.1 Pengetahuan Mahasiswa FTI ITB 2014 terhadap

17

Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella ..........


3.2 Gambaran Tingkah Laku, Emosi, dan Paradigma
pada Remaja Laki-Laki yang Mengalami Sindrom

18

Peter Pan .......................................................................


3.3 Gambaran Tingkah Laku, Emosi, dan Paradigma
pada Remaja Perempuan yang Mengalami

21

Kompleks Cinderella ...................................................


3.4 Faktor penyebab Sindrom Peter Pan dan Kompleks

25

Cinderella ...................................................
3.5 Cara Menanggulangi Sindrom Peter Pan pada
Remaja Laki-Laki dan Kompleks Cinderella pada

26

Remaja Perempuan .....................................................


BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan ......................................................................

28
29

4.2 Saran ............................................................................


30
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................

31

INDEKS ...............................................................................................

33

LAMPIRAN .........................................................................................

34

RIWAYAT HIDUP .............................................................................

DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Pengetahuan Mahasiswa FTI ITB 2014 Terhadap
2
3
4
5
6
7
8

Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella ..................


Gambaran Tingkah Laku Sindrom Peter Pan ..................
Gambaran Emosi Sindrom Peter Pan ...............................
Gambaran Paradigma Sindrom Peter Pan ........................
Gambaran Tingkah Laku Kompleks Cinderella ..............
Gambaran Emosi Kompleks Cinderella ...........................
Gambaran Paradigma Kompleks Cinderella ....................
Faktor Penyebab Sindrom Peter Pan dan Kompleks
Cinderella .........................................................................

17
19
20
21
22
23
24
25

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
2
3
4

Tokoh Peter Pan dalam Film Animasi Disney .................


Tokoh Cinderella dalam Film Animasi Disney ...............
Ilustrasi Sindrom Peter Pan ..............................................
Ilustrasi Kompleks Cinderella ..........................................

7
10
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
B
C
D
E
F
G
H

LEMBAR KENDALI AWAL


PENGAJUAN TOPIK
LEMBAR KENDALI
KERANGKA
DRAF BAB I
HALAMAN SAMPUL
PRAKATA
CONTOH KUESIONER

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah


1.1.1 Latar belakang
Secara umum dapat dikatakan bahwa masa remaja berawal dari usia 12
sampai dengan akhir belasan tahun ketika pertumbuhan fisik hampir lengkap.
Salah satu pakar psikologi perkembangan, Elizabeth B. Hurlock (1980),
menyatakan bahwa masa remaja ini dimulai pada saat anak mulai matang secara
seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia dewasa secara hukum.
Masa remaja terbagi menjadi dua yaitu masa remaja awal dan masa
remaja akhir. Masa remaja awal dimulai pada saat anak-anak mulai matang secara
seksual yaitu pada usia 13 sampai dengan 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir
meliputi periode setelahnya sampai dengan 18 tahun, yaitu usia dimana seseorang
dinyatakan dewasa secara hukum. Banyaknya permasalahan dan krisis yang
terjadi pada masa remaja ini menjadikan banyak ahli dalam bidang psikologi
perkembangan menyebutnya sebagai masa krisis. Pada masa ini, perubahan terjadi
sangat drastis dan mengakibatkan terjadinya kondisi yang serba tanggung dan
diwarnai oleh kondisi psikis yang belum mantap. Selain dari pada itu, periode ini
pun dinilai sangat penting bahkan Erik Erikson (1998) menyatakan bahwa seluruh
masa depan individu sangat tergantung pada penyelesaian krisis pada masa ini.

Peter Pan dan Cinderella merupakan tokoh kartun yang cukup terkenal di
kalangan remaja. Sosok Peter Pan digambarkan sebagai anak laki-laki yang gemar
bermain bersama teman-temannya. Peter Pan sangat mencintai masa kanakkanaknya yang hanya dipenuhi dengan bermain sehingga ia tidak mau menjadi
dewasa. Bagi Peter Pan, menjadi dewasa itu tidak menyenangkan karena dia tidak
akan bisa lagi bermain seharian bersama teman-temannya. Terlebih lagi, ia akan
menghadapi kehidupan yang serba keras, penuh dengan tantangan dan masalah.
Sosok Cinderella digambarkan sebagai seorang putri cantik nan rupawan yang
selalu disiksa oleh ibu tiri dan kedua saudara perempuan tirinya. Singkat cerita,
kehidupan Cinderella berubah setelah ia menikah dengan seorang pangeran.
Cerita Peter Pan dan Cinderella memang sangat menarik untuk dibaca.
Akan tetapi, bagaimana bila sosok Peter Pan dan Cinderella ada di kehidupan
nyata? Bagaimana bila di sekitar kita ada remaja laki-laki yang tidak siap bahkan
tidak mau menjadi dewasa layaknya Peter Pan? Atau bagaimana bila di sekitar
kita ada remaja perempuan yang selalu merasa cantik nan rupawan, ingin
dilindungi, dan selalu bergantung pada orang lain?
Kondisi psikis yang belum mantap merupakan salah satu penyebab
timbulnya penyimpangan dalam psikologi remaja, dan dalam karya ilmiah ini
akan dibahas dua penyimpangan dalam psikologi remaja tersebut yaitu Sindrom
Peter Pan dan Kompleks Cinderella.

1.1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang penulis


ajukan, yaitu:
1. Apakah Mahasiswa FTI ITB 2014 telah mengetahui arti dari
2.

Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella?


Bagaimana gambaran Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella

3.

pada tingkah laku, emosi, dan paradigma seseorang?


Apakah penyebab terjadinya Sindrom Peter Pan dan Kompleks

4.

Cinderella?
Bagaimana cara menanggulangi Sindrom Peter Pan dan Kompleks
Cinderella?

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari penulisan karya ilmiah ini, yaitu:
1. Mengetahui apakah Mahasiswa FTI ITB 2014 telah mengetahui arti
2.

dari Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella.


Menggambarkan Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella pada

3.

tingkah laku, emosi, dan paradigma seseorang.


Menganalisis penyebab terjadinya Sindrom Peter Pan dan Kompleks

4.

Cinderella.
Mencari cara menanggulangi Sindrom Peter Pan dan Kompleks
Cinderella.

1.3 Ruang Lingkup Kajian


Untuk menjawab rumusan masalah di atas perlu pengkajian beberapa
pokok, yaitu:
1.

Pengenalan tokoh Peter Pan dan Cinderella.

2.

Pengertian Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella.

3.

Pengertian tingkah laku, emosi, dan paradigma.

4.

Faktor penyebab Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella.

5.

Cara menanggulangi Sindrom Peter Pan pada remaja laki-laki dan


Kompleks Cinderella pada remaja perempuan.

1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


1.4.1 Metode
Di dalam

penulisan

karya ilmiah ini bersifat deskriptif, yaitu

mendeskripsikan data serta literatur maupun dari lapangan kemudian dianalisis


dan dimanfaatkan. Sehubungan dengan itu metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan empiris dan
rasional.
1.4.2 Teknik pengumpulan data
Pada penelitian ini kami menggunakan teknik pengumpulan data berupa
studi literatur, observasi lapangan, dan kuesioner.

1.5 Sistematika Penulisan


Penulisan laporan penelitian ini terbagi menjadi empat bab, yaitu
pendahuluan, teori dasar Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella, analisis
pengaruh Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella pada tingkah laku, emosi,
dan paradigma mahasiswa FTI ITB 2014, serta simpulan dan saran.
Pada bab satu akan dibahas mengenai latar belakang dan rumusan
masalah pengangkatan aspek laporan penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian dan manfaat, ruang lingkup kajian, metode dan teknik pengumpulan
data, serta sistematika penulisan.
Pada bab dua akan disajikan penjelasan umum dan aspek-aspek yang
akan dikaji dengan menggunakan berbagai literatur sebagai sumbernya berupa
pengenalan tokoh Peter Pan dan Cinderella, pengertian Sindrom Peter Pan dan
Kompleks Cinderella, serta pengertian tingkah laku, emosi, dan paradigma.
Pada bab tiga akan dijabarkan dan dianalisis masalah-masalah yang telah
dirumuskan secara lengkap berupa pengetahuan mahasiswa FTI ITB 2014
terhadap Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella, gambaran tingkah laku,
emosi, dan paradigma pada remaja laki-laki yang mengalami Sindrom Peter Pan,
gambaran tingkah laku, emosi, dan paradigma pada remaja perempuan yang
mengalami Kompleks Cinderella, faktor penyebab Sindrom Peter Pan dan
Kompleks Cinderella, serta cara menanggulangi Sindrom Peter Pan pada remaja
laki-laki dan Kompleks Cinderella pada remaja perempuan.
Pada bab empat akan berisi simpulan dan saran dari penulis mengenai
permasalah yang diangkat terkait dengan Sindrom Peter Pan dan Kompleks
Cinderella khususnya pada mahasiswa FTI ITB 2014.

BAB II
TEORI DASAR SINDROM PETERPAN DAN KOMPLEKS
CINDERELLA

2.1 Pengenalan Tokoh Peter Pan dan Cinderella


Peter Pan adalah sebuah nama seorang anak lelaki dengan karakter yang
khas dalam sebuah dongeng sebagai hasil dari kreasi seorang novelis terkenal
bangsa Skotlandia, J.M Barrie yang hidup pada tahun 1860 - 1937. Peter Pan
digambarkan sebagai seorang anak laki-laki yang dapat terbang dan tidak pernah
beranjak usianya menjadi tua.
Barrie tidak pernah mendeskripsikan penampilan Peter Pan secara detail.
Ia hanya menjelaskan bahwa Pan memiliki senyum yang manis dan masih
memiliki semua gigi susunya. Pada drama panggung, desain baju Peter Pan
sendiri terbuat dari dedaunan yang gugur dan jaring. Karakter Peter Pan pertama
kali dalam drama panggungnya dimainkan oleh seorang perempuan dengan
kostum berwarna merah dan hijau tua.
Dalam film animasi Disney, Peter Pan digambarkan sebagai seorang
anak laki-laki dengan telinga runcing, mata coklat gelap, rambut merah,
mengenakan kostum hijau, dan bulu merah pada topinya.

Gambar 1. Tokoh Peter Pan dalam Film Animasi Disney

Peter Pan dalam dongeng tersebut menghabiskan masa kanak-kanaknya


yang abadi dengan mengembara, berkeliling di pulau kecil bernama Pulau
Neverland. Peter Pan berperan sebagai pemimpin dari satu kumpulan anak-anak
yang menamakan dirinya The Lost Boys. Dalam pengembaraannya itu, Peter
Pan berinteraksi dengan peri, orang Indian, ikan duyung, dan bajak laut.
Yang menarik dari Peter Pan ini adalah dia digambarkan oleh
penciptanya sebagai anak yang nakal serta hanya mementingkan diri sendiri saja

alias individualistis. Dari banyak serial dongeng tentang Peter Pan ini, banyak
yang berupa buku-buku dan beberapa lainnya sudah dalam bentuk film,
diantaranya merupakan produksi dari Walt Disneys, yaitu berupa film kartun.
Salah satu judul dari novel yang terkenal tentang Peter Pan dalam wujud film
kartun tersebut, pernah beredar dan populer di Jakarta pada tahun 1950-an. Saat
itu nama Peter Pan sebagai tokoh yang digemari anak-anak di film kartun menjadi
sangat populer.
Salah satu cerita yang sangat terkenal dari Peter Pan ini muncul di tahun
1904, yang berjudul Peter Pan, The Boy Who Wouldnt Grow Up. Beberapa tahun
setelah itu, muncul pula serial Peter Pan yang berjudul Peter Pan and
Wendy, yang kemudian terkenal dengan judul Peter Pan saja. Setelah itu, banyak
serial Peter Pan yang berkembang didunia cerita anak-anak.

Beberapa judul

cerita yang cukup menonjol antara lain adalah Peter Pan in Kensington
Gardens, Hook,

Return

to

Never

Land, dan Peter

Pan

and

Scarlet. Gambaran Peter Pan dalam dongeng-dongeng ini adalah sebagai anak
laki-laki dengan gigi susu dan murah senyum atau disebut A Boy with Baby
Teeth yang wujudnya tampil sebagai A Beautiful Boy with A Beautiful Smile.
Banyak dongeng tentang Peter Pan dalam bentuk buku dengan berbagai
judul yang sangat digemari anak-anak dan tentu saja kemudian mempengaruhi
dan memberikan inspirasi banyak anak untuk dapat meniru tingkah laku sang
idola. (Nadida, 2014)
Cinderella adalah dongeng tradisional

dengan

berbagai

versi

yang

dijumpai di banyak negara. Versi paling awal dari cerita ini berawal
dari Cina pada 860. Dia tercatat di The Miscellaneous Record of Yu Yang

oleh Tuan Ch'ing-Shih, sebuah buku yang ada sejak Dinasti Tang. Versi paling
terkenal ditulis oleh penulis Perancis Charles Perrault pada 1697 berdasarkan
cerita

rakyat

ditulis

oleh

Giambattista

Basile

sebagai

La

Gatta

Cennerentola pada 1634, namun film animasi dari Walt Disney Production telah
menjadi standar versi kontemporer.
Cinderella sering memakai pakaian pembantu yang terdiri dari atasan
berwarna cokelat tua dengan lengan tiga per empat berwarna biru kehijau-hijauan.
Roknya berwarna cokelat muda. Untuk melengkapi penampilannya, Cinderella
memakai sehelai celemek putih dengan sedikit robekan di satu sisi celemek
tersebut dan sepasang selop hitam. Terkadang rambutnya diikat dengan pita
rambut biru tua atau dibiarkan terurai. Sewaktu mau pergi ke pesta dansa, ia
memakai sehelai gaun pesta berwarna merah muda dan putih dengan hiasan pitapita berwarna merah muda terang, dilengkapi dengan seuntai kalung manik-manik
berwarna hijau laut dan bando putih, sebelum dihancurkan oleh saudara-saudara
tirinya. Saat diubah oleh Ibu Peri, gaunnya yang sobek berubah menjadi gaun
pesta berwarna biru keperakan dengan dua hiasan berbentuk lingkaran di bagian
pinggang gaun tersebut. Bagian lengannya terlihat agak sedikit menggembung.
Sebagai pelengkap, Cinderella memakai choker hitam di lehernya, sepasang
sarung tangan panjang berwarna putih, bando biru di rambutnya yang ditata
menjadi konde, dan sepasang sepatu kaca dengan hiasan berbentuk hati di atasnya.

Gambar 2. Tokoh Cinderella dalam Film Animasi Disney

Versi yang paling populer menceritakan tentang seorang gadis yang


tinggal bersama ibu tiri dan kakak tirinya yang jahat. Pada zaman dahulu kala, ada
seorang gadis yang baik hati bernama Cinderella. Dia sangat baik hati dan cantik.
Tetapi sayang, ayahnya telah meninggal dunia. Dan sepeninggal ayahnya, ia
tinggal bersama ibu dan saudara tirinya. Setiap hari ia disiksa dengan cara disuruh
mencuci piring, mengepel lantai dan melayani mereka. Walaupun demikian
Cinderella tetap percaya bahwa suatu hari ia akan hidup bahagia.

Suatu hari, seorang pangeran ingin mencari permaisuri maka diadakanlah


sebuah pesta dansa besar di istana, tetapi Cinderella tidak diizinkan untuk ikut.
Tetapi, Ibu Peri datang dan menolongnya. Cinderella pun disulap menjadi seorang
putri cantik. Di istana, sang pangeran jatuh cinta pada Cinderella, lalu
mengajaknya berdansa. Cinderella jadi lupa, bahwa ia tak boleh pulang lebih dari
jam 12, karena pada jam itu semua sihir Ibu Peri berakhir. Denting lonceng pukul
12 terdengar, dan Cinderella berlari. Tak terasa, sebelah sepatu kacanya terlepas
dan tercecer di tangga istana. Sang pangeran memungutnya, dan mengumumkan
barangsiapa kakinya pas dengan sepatu itu, siapapun dia, akan dia jadikan isteri.
Namun, sepatu itu tidak pas di kaki siapapun yang mencobanya, termasuk 2 kakak
tiri Cinderella. Cinderella lalu ikut mencoba, dan kakinya pas. Cinderella akhirnya
menikah dengan Pangeran dan hidup bahagia selamanya. (Zhalona, 2014)
2.2 Pengertian Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella
Peter Pan adalah seorang tokoh dalam cerita anak-anak yang ditulis JM
Barrie (1860-1937), seorang sastrawan dari Skotlandia. Peter Pan digambarkan
sebagai karakter bocah lelaki nakal yang bisa terbang dan secara magis menolak
menjadi dewasa.
Sindrom Peter Pan ditujukan untuk orang dewasa yang secara sosial tidak
menunjukkan kematangan. Sindrom ini lazim diderita kaum lelaki yang secara
psikologis, seksual, dan sosial menunjukkan perilaku yang keluar dari
pengasuhan. Sindrom tersebut memakai nama Peter Pan, karena memang Peter
Pan menolak menjadi dewasa karena tak mau kehilangan masa kanak kanaknya.
Ciri - ciri penderita Sindrom Peter Pan:

Cenderung tidak bertanggung jawab, manja dan tidak suka bekerja

keras.
Sulit untuk berkomitmen dan senang memanipulasi.
Menyukai dirinya sendiri secara berlebihan / narsis / tebar pesona.
Dependency.
Tidak bisa menerima kritik dan kurang percaya diri.
Menolak berhubungan dengan lawan jenis.

Gambar 3. Ilustrasi Sindrom Peter Pan

Kompleks Cinderella adalah penyakit psikologis yang umumnya diderita


oleh perempuan. Nama penyakit ini diambil dari tokoh kartun Cinderella yang
kita tahu dalam hidupnya selalu mendambakan seorang pangeran tampan yang
akan memberikannya kehidupan baru yang lebih baik dari pada bersama dengan
Ibu dan kedua saudara tirinya. Wanita yang terkena Kompleks Cinderella
umumnya merasakan ketakutan yang luar biasa untuk menjadi mandiri dan
cenderung mencari perlindungan dari seorang pria yang ia anggap sebagai
pangeran. Di kalangan umum, penyakit ini juga dikenal sebagai Sindrom Umur
20, Sindrom Umur 21, Sindrom Umur 22, dan seterusnya selama wanita itu
kecanduan dengan khayalan akan bertemu dengan pangeran impiannya,
sebagaimana yang terjadi di dalam dongeng Cinderella.

Hal ini juga terjadi pada wanita yang sudah menikah yang takut sang
pangeran yang jadi suaminya akan pergi dan ia harus mandiri dalam
mengatasi persoalan rumah tangga.
Ciri-ciri penderita Kompleks Cinderella:
Antara usia biologis dengan usia kematanagan mental-emosional,
terpaut jauh (orang dewasa yang kekanak-kanakan).
Sangat bergantung pada orang lain, bak parasit. Kala mulai berpacaran
dan menikah, mereka berharap hidup mereka akan selalu dilindungi
dan dijaga.
Sangat rapuh, terutama dalam menghadapi tekanan dan masalah
hidup. (Tambunan, 2012)

Gambar 4. Ilustrasi Kompleks Cinderella

2.3 Pengertian Tingkah Laku, Emosi, dan Paradigma


Dari sudut biologis, tingkah laku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung. Tingkah laku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Secara
operasional tingkah laku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang
terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Berdasarkan Ensiklopedia
Amerika, tingkah laku adalah sebagai suatu aksi reaksi organisme terhadap

lingkungan. Tingkah laku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk
menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tersebut
akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Menurut Drs. Sunaryo M.Kes,
tingkah laku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta
dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. (Herawati, 2012)
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau
sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat
ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang,
ataupun takut terhadap sesuatu. Kata emosi diturunkan dari kata bahasa
Perancis, motion, dari mouvoir, kegembiraan dari bahasa Latin emovere, dari
e- (varian eks-) luar dan movere bergerak. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi
lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap
kasar, manusia akan merasa marah.Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin
datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang
buruk, seseorang dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam. (Sabrina, 2014)
Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir
seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra
subjektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana
seseorang menanggapi realita itu.
Istilah paradigma ilmu pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn
melalui bukunya yang berjudul The Structure of Science Revolution. Kuhn
menjelaskan paradigma dalam dua pengertian. Di satu pihak paradigma berarti
keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh
anggota masyarakat ilmiah tertentu. Di pihak lain paradigma menunjukkan sejenis

unsur pemecahan teka-teki yang konkrit yang jika digunakan sebagai model, pola
atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang secara eksplisit sebagai atau
menjadi dasar bagi pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains yang
belum tuntas.
Kata paradigma berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu model,
teladan, arketif dan ideal. Berasal dari kata para yang berarti disamping
memperlihatkan

dirinya.

Paradigma

merupakan

elemen

primer

dalam

perkembangan sains. Seorang ilmuwan selalu bekerja dengan paradigma tertentu,


dan teori-teori ilmiah dibangun berdasarkan paradigma dasar. Melalui sebuah
paradigma seorang ilmuwan dapat memecahkan kesulitan-kesulitan yang lahir
dalam kerangka ilmunya, sampai muncul begitu banyak anomali yang tidak dapat
dimasukkan ke dalam kerangka ilmunya sehingga menuntut adanya revolusi
paradigmatik terhadap ilmu tersebut. Menurut Kuhn, ilmu dapat berkembang
secara open-ended (sifatnya selalu terbuka untuk direduksi dan dikembangkan).
Kuhn berusaha menjadikan teori tentang ilmu lebih cocok dengan situasi sejarah
dengan demikian diharapkan filsafat ilmu lebih mendekati kenyataan ilmu dan
aktifitas ilmiah sesungguhnya. Menurut Kuhn, ilmu harus berkembang secara
revolusioner bukan secara kumulatif sebagaimana anggapan kaum rasionalis dan
empiris klasik, sehingga dalam teori Kuhn faktor sosiologis historis serta
psikologis ikut berperan.
Paradigma membantu seseorang dalam merumuskan tentang apa yang
harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus
diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh. (Nurlaela, 2011)

BAB III
ANALISIS PENGARUH SINDROM PETER PAN DAN
KOMPLEKS CINDERELLA PADA TINGKAH LAKU, EMOSI,
DAN PARADIGMA MAHASISWA FTI ITB 2014
3.1 Pengetahuan Mahasiswa FTI ITB 2014 terhadap Sindrom Peter
Pan dan Kompleks Cinderella
Mengenal tokoh Peter Pan dan Cinderella mungkin sudah biasa. Akan
tetapi, apakah mahasiswa FTI ITB 2014 mengetahui jika nama kedua tokoh
Disney tersebut dipakai pada penyimpangan psikologi remaja? Berdasarkan
kuesioner yang telah kami berikan kepada sebagian mahasiswa FTI ITB 2014,
persentase mahasiswa yang mengetahui Sindrom Peter Pan dan mahasiswi yang
mengetahui Kompleks Cinderella digambarkan pada grafik di bawah ini.

Grafik 1. Pengetahuan Mahasiswa FTI ITB 2014 Terhadap Sindrom Peter Pan dan
Kompleks Cinderella

Setelah kami menjelaskan apa itu Sindrom Peter Pan dan Kompleks
Cinderella kepada mereka, kami meminta mereka untuk terlebih dahulu
menganalisis diri mereka sendiri apakah mereka memiliki Sindrom Peter Pan atau
Kompleks Cinderella. Kami mendapat data bahwa 1,2 % mereka menjawab ya,
21,9 % mungkin, 10,3 % ragu-ragu, dan 66,6 % tidak.

3.2 Gambaran Tingkah Laku, Emosi, dan Paradigma pada Remaja


Laki-laki yang Mengalami Sindrom Peter Pan
Sindrom Peter Pan dapat mempengaruhi tingkah laku, emosi, dan
paradigma remaja laki-laki yang memilikinya. Pada subbab ini kami akan mencari
persentase mahasiswa FTI ITB 2014 yang memiliki lima ciri mendasar Sindrom
Peterpan yang terdiri atas gambaran tingkah laku, emosi, dan paradigma.
Beberapa gambaran tingkah laku remaja laki-laki yang mengalami
Sindrom Peter Pan, yaitu:
1.
2.

Masih suka bermain permainan anak-anak kecil.


Tidak suka diberikan tanggung jawab dan beban pekerjaan yang

3.
4.
5.

berat.
Susah menepati komitmen yang sudah dibuat.
Menyukai diri sendiri / narsis / tebar pesona.
Belum mandiri / masih sering bergantung dengan orang lain.

Berdasarkan kuesioner yang telah kami berikan kepada sebagian


mahasiswa FTI ITB 2014, persentase mahasiswa yang memiliki tingkah laku
seperti yang disebutkan di atas digambarkan pada grafik di bawah ini.

Grafik 2. Gambaran Tingkah Laku Sindrom Peter Pan

Selanjutnya akan dibahas mengenai Sindrom Peter Pan jika dilihat dari
emosinya. Beberapa gambaran emosi remaja yang mengalami Sindrom Peter Pan,
yaitu:

1.

Merasakan ketakutan untuk menjadi dewasa / ingin kembali menjadi

2.
3.
4.
5.

anak-anak lagi.
Perasaan terkadang berubah tanpa alasan yang jelas.
Susah mengendalikan amarah.
Susah memaafkan kesalahan orang lain.
Sakit hati bila menerima kritik dan saran yang dianggap tidak benar.

Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan kepada sebagian mahasiswa


FTI ITB 2014, persentase mahasiswa yang memiliki emosi seperti yang
disebutkan di atas digambarkan pada grafik di bawah ini.

Grafik 3. Gambaran Emosi Sindrom Peter Pan

Dan yang terakhir akan dibahas mengenai Sindrom Peter Pan jika dilihat
dari paradigmanya. Beberapa gambaran paradigma remaja laki-laki yang
mengalami Sindrom Peter Pan, yaitu:
1.

Ingin hidup seperti Peter Pan yang tidak pernah tumbuh dewasa

2.

sehingga bisa bermain sepanjang hidup.


Seandainya ia bisa kembali ke masa kanak-kanak, ia akan kembali
kepadanya.

3.

Belum siap untuk memasuki kehidupan yang penuh tantangan dan

4.
5.

tanggung jawab.
Menjadi dewasa adalah hal yang sangat menakutkan.
Belum mendapat gambaran bagaimana kehidupan dewasa kamu
nanti.

Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan kepada sebagian mahasiswa


FTI ITB 2014, persentase mahasiswa yang memiliki paradigma seperti yang
disebutkan di atas digambarkan pada grafik di bawah ini.

Grafik 4. Gambaran Paradigma Sindrom Peter Pan

3.3 Gambaran Tingkah Laku, Emosi, dan Paradigma pada Remaja


Perempuan yang Mengalami Kompleks Cinderella
Kompleks Cinderella dapat mempengaruhi tingkah laku, emosi, dan
paradigma remaja perempuan yang memilikinya. Pada subbab ini kami akan
mencari persentase mahasiswi FTI ITB 2014 yang memiliki lima ciri mendasar
Kompleks Cinderella yang terdiri atas gambaran tingkah laku, emosi, dan
paradigma.

Beberapa gambaran tingkah laku remaja perempuan yang mengalami


Kompleks Cinderella, yaitu:
1.
2.

Selalu meminta perlindungan dan pertolongan dari orang sekitar.


Tidak suka diberikan tanggung jawab dan beban pekerjaan yang

3.
4.
5.

berat.
Susah menepati komitmen yang sudah dibuat.
Menyukai diri sendiri / narsis / tebar pesona.
Belum mandiri / masih sering bergantung dengan orang lain.

Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan kepada sebagian mahasiswa


FTI ITB 2014, persentase mahasiswa yang memiliki tingkah laku seperti yang
disebutkan di atas digambarkan pada grafik di bawah ini.

Grafik 5. Gambaran Tingkah Laku Kompleks Cinderella

Selanjutnya akan dibahas mengenai Kompleks Cinderella jika dilihat dari


emosinya. Beberapa gambaran emosi remaja perempuan yang mengalami
Kompleks Cinderella, yaitu:

1.

Perasaan sangat rapuh dan terkadang berubah-ubah tanpa alasan

2.

yang jelas.
Jika sedang mengerjakan pekerjaan yang berat, ia ingin dibantu oleh

3.
4.
5.

teman laki-laki.
Merasa nyaman dan terlindungi ketika pergi dengan teman laki-laki.
Susah mengendalikan amarah.
Selalu menjadi drama queen di setiap keadaan.

Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan kepada sebagian mahasiswa


FTI ITB 2014, persentase mahasiswa yang memiliki emosi seperti yang
disebutkan di atas digambarkan pada grafik di bawah ini.

Grafik 6. Gambaran Emosi Kompleks Cinderella

Dan yang terakhir akan dibahas mengenai Kompleks Cinderella jika


dilihat dari paradigmanya. Beberapa gambaran paradigma remaja perempuan yang
mengalami Kompleks Cinderella, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Perempuan harus selalu dilindungi oleh lelaki.


Perempuan tidak bisa mengerjakan pekerjaan berat sendirian.
Merasa selalu tampil cantik, mempesona dan menawan.
Teman-teman laki-lakinya pasti menilai ia cantik.

5.

Ketika ia masuk ke suatu ruangan, ia merasa semua mata pasti


tertuju padanya.

Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan kepada sebagian mahasiswa


FTI ITB 2014, persentase mahasiswa yang memiliki paradigma seperti yang
disebutkan di atas digambarkan pada grafik di bawah ini.

Grafik 7. Gambaran Paradigma Kompleks Cinderella

3.4 Faktor penyebab Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella


Munculnya Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella pada diri
seorang remaja pasti disebabkan karena beberapa hal, baik itu dari lingkungan
maupun dari dalam dirinya sendiri. Kami telah menganalisis beberapa faktor
penyebab kedua penyimpangan psikologi remaja ini, yaitu:
1.
2.

Orang tua selalu memanjakan anaknya.


Orang tua selalu mengganggap bahwa anaknya yang sudah beranjak

3.
4.

remaja maupun dewasa adalah anak kecil.


Orang tua jarang memberikan tanggung jawab kepada anaknya.
Lingkungan sekitar dimayoritasi oleh anak-anak kecil.

5. Masa kecilnya sangatlah menyenangkan untuk kembali lagi.


Pada kuesioner yang telah kami sebarkan kepada sebagian mahasiswa
FTI ITB 2014, kami meminta mereka menganalisis apakah ada faktor-faktor di
atas yang terjadi pada diri mereka. Persentase jawaban mereka digambarkan pada
grafik di bawah ini.

Grafik 8. Faktor Penyebab Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella

3.5 Cara Menanggulangi Sindrom Peter Pan pada Remaja Laki-laki


dan Kompleks Cinderella pada Remaja Perempuan
Untuk orangtua yang mempunyai anak laki-laki atau perempuan, cobalah
untuk tidak terlalu memanjakan mereka. Didiklah mereka sebaik mungkin. Awasi
masa pubertas mereka tanpa terlalu mengekang kebebasan mereka dalam beraksi
dan berekspresi. Anak-anak terlalu mudah untuk menyerap semua informasi yang
disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga akan
mempengaruhi pola berpikirnya ketika ia sudah tumbuh dewasa.
Untuk remaja laki-laki dan perempuan, cobalah untuk terus menatap dan
merancang masa depan yang cerah. Kalian sedang beranjak tumbuh dewasa dan
mau tidak mau kalian akan menjadi dewasa juga. Kalian tidak dapat kembali ke

masa kanak-kanak kalian yang sangatlah menyenangkan dan penuh dengan


permainan itu. Masa dewasa tidaklah mudah untuk dijalani, tetapi tidak juga sulit
untuk dilewati asalkan kalian sudah mempersiapkan diri kalian masing-masing
mulai dari sekarang dan mulai dari detik ini juga. Mulailah ubah tingkah laku
kalian layaknya remaja normal seperti umumnya. Belajarlah untuk mengendalikan
emosi yang labil, dan mulailah untuk merubah paradigma kalian yang masih
seperti anak-anak.
Di masa depan penderita Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella
laki -laki dewasa dengan Sindrom Peter Pan disarankan untuk mencari pasangan
yang bersifat keibuan, sementara perempuan dewasa dengan Kompleks Cinderella
disarankan untuk mencari pasangan yang bisa mengayomi dan melindunginya.
Selama pasangan ini menerima dan memahami kelebihan maupun kekurangan
satu sama lain maka kedua penyimpangan psikologi ini tidak akan menjadi suatu
masalah yang berarti. Selain itu, harus ada kemauan dari diri penderita untuk
melawan sindrom atau kompleks yang dideritanya. Mereka tidak mungkin terusmenerus hidup dalam ketergantungan pada orang lain. Penderita juga disarankan
untuk hidup di lingkungan yang akan terus mendukung mereka untuk sembuh dan
terlepas dari sindrom atau kompleks ini.
Akhir kata, semua pihak baik itu diri penderita sendiri, orang tua,
keluarga, teman, guru, maupun masyarakat sekitar haruslah saling membantu
untuk menciptakan lingkungan yang kondusif agar tidak ada remaja laki-laki di
sekitar kita yang memiliki Sindrom Peter Pan ataupun remaja perempuan yang
memiliki Kompleks Cinderella.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan penelitian ini adalah
1.

Hanya sedikit mahasiswa FTI ITB 2014 yang telah mengetahui arti
dari Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella.

2.

Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella dapat digambarkan


dengan

tingkah

laku,

emosi,

dan

paradigma

penderitanya.

Kemungkinan adanya Sindrom Peter Pan pada mahasiswa FTI ITB


2014 hanyalah 0,217% sementara Kompleks Cinderekka pada
mahasiswi FTI ITB 2014 hanyalah 0,187%. Persentase ini sangatlah
kecil sehingga dapat dianggap bahwa mahasiswa FTI ITB 2014
terbebabas dari kedua penyimpangan psikologi ini.
3.

Ada banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya


Sindrom Peter Pan dan Komples Cinderella baik dari diri remaja
sendiri, orangtua, teman, linkungan sekolah, ataupun masyarakat
sekitar. Faktor yang berpotensi menimbulkan Sindrom Peter Pan dan
Kompleks Cinderella pada mahasiswa FTI ITB 2014 adalah pikiran
bahwa masa kecil mereka sangatlah menyenangkan untuk kembali
dan terjadi lagi.

4.

Cara menanggulangi Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella


adalah terus menatap dan merancang masa depan yang cerah. Orang

tua juga berperan dalam mengawasi masa pertumbuhan anaknya


tanpa terlalu mengekang kebebasan mereka dalam beraksi dan
berekspresi. Mencari pasangan yang tepat sangat disarankan agar
mereka dapat saling menutupi kekurangan satu sama lain. Dan yang
paling penting adalah penderita harus hidup di lingkungan yang akan
terus mendukung mereka untuk sembuh dan terlepas dari sindrom
atau kompleks ini.

4.2 Saran
Penelitian terhadap psikologi remaja saat ini harus terus dilakukan.
Karena jika tidak dilakukan, kita tidak akan tahu seberapa banyak remaja yang
mengalami sindrom atau gangguan psikologi yang tentunya akan mengganggu
keberlangsungan hidupnya menuju proses kedewasaan.
Buku-buku referensi terkait psikologi remaja terutama Sindrom Peter Pan
dan Kompleks Cinderella belum terlalu banyak. Selagi itu, pendidikan mengenai
sindrom atau kompleks ini harus sering diadakan agar para orangtua dan remaja
dapat mengenal dan menanggulangi timbulnya sindrom atau kompleks ini.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Barrie, J.M. 2008. Peter Pan. Washington: Bantam Classic.
Gunarsa, Singgih D. 1972. Psikologi Perkembangan. Kupang: PT. BPK Gunung
Mulia.
Mendatu, Achmanto. 2007. Mengenal Emosi Anda. Smart Plan Media.
Internet
Herawati, Agustina Dwi. 2012. Pengertian Tingkah Laku dan Pendekatan
Psikologi. Tersedia pada http://perkembanganpsikologi.blogspot.com/
diakses pada pukul 23.05 tanggal 3 November 2014.
Nadida, Nada. 2014. Peter Pan Tidak Pernah Tumbuh Dewasa. Tersedia pada
http://nadanadida.blogspot.com/2014/04/peter-pan-boy-who-wouldntgrow-up.html diakses pada pukul 12.17 tanggal 11 Desember 2014.
Nurlaela,
Ela.
2011.
Pengertian
Paradigma.
Tersedia
pada
http://elanurlaela.blogspot.com/2011/03/pengertianparadigma.htmldiakses pada pukul 23.11 tanggal 3 November 2014.
Sabrina, Intan. 2014. Pengertian Stres dan Emosi. Tersedia pada
http://terapiemosi.com/2014/09/16/pengertian-stres-dan-emosi/
diakses
pada pukul 23.07 tanggal 3 November 2014.
Tambunan, Monda. 2012. Cinderella Complex VS Peter Pan Syndrome. Tersedia
pada
http://mondatambunan.blogdetik.com/2012/09/29/cinderellacomplex-vs-peterpan-syndrome/ diakses pada pukul 22.36 tanggal 3
November 2014.
Zhalona,
Zee.
2014.
Disney
Princess.
Tersedia
pada
http://zeezhalone.blogspot.com/2014/02/disney-princess.html diakses oda
pukul 12.25 tanggal 11 Desember 2014.

INDEKS

Anomali, 24
arketif, 24
Choker, 19
Dependency, 21
drama queen, 32
Eksplisit, 24
empiris klasik, 25
Film animasi, 16
Individualistis, 17
Kaum rasionalis, 25
konkret, 24
konstelasi, 24
kontemporer, 18
kumulatif, 25
Magis, 21
Novelis, 16
Organisme, 23
open ended, 24

Parasit, 22
Pulau Neverland, 17
Revolusioner, 25
Sosiologis historis, 25
stimulus, 23
Titik tolak, 24
Walt Disney Production, 18

LAM PI R AN

Lembar Kendali
Nama
Kelompok
Fakultas
Dosen

: 1. Dea Yulistia (16714295)


2. Mirna Erviana (16714280)
:3
: FTI
: Tri Sulistyaningtyas

Pengajuan Topik
Nama
Kelompok
Fakultas
Dosen

: 1. Dea Yulistia (16714295)


2. Mirna Erviana (16714280)
:3
: FTI
: Tri Sulistyaningtyas

1. Pengaruh jarak terhadap kegiatan belajar (kuliah) pada mahasiswa di kelas.


2. Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella.
3. Pamali (pantangan).

Lembar Kendali
Topik:
Psikologi Remaja
Tema:
Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella
Judul:
Gambaran Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella pada Tingkah
Laku, Emosi, dan Paradigma Mahasiswa FTI ITB 2014
Rumusan masalah:
Apakah Mahasiswa FTI ITB 2014 telah mengetahui arti dari Sindrom

Peter Pan dan Kompleks Cinderella?


Bagaimana gambaran Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella

pada tingkah laku, emosi, dan paradigma seseorang?


Apakah penyebab terjadinya Sindrom Peter Pan dan Kompleks

Cinderella?
Bagaimana cara menanggulangi Sindrom Peter Pan dan Kompleks

Cinderella?
Tujuan:
Mengetahui apakah Mahasiswa FTI ITB 2014 telah mengetahui arti

dari Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella.


Menggambarkan Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella pada

tingkah laku, emosi, dan paradigma seseorang.


Menganalisis penyebab terjadinya Sindrom Peter Pan dan Kompleks

Cinderella.
Mencari cara menanggulangi Sindrom Peter Pan dan Kompleks

Cinderella.
Aspek yang diteliti:
Tingkah laku
Emosi
Paradigma
Data:
Kuesioner kepada mahasiswa FTI ITB 2014

Literatur:
Baker, Lauren. 2012. 5 Psychological Conditions Named for Disney
Characters. Tersedia pada http://mentalfloss.com/article/12894/5psychological-conditions-named-disney-characters diakses pada pukul
13.10 tanggal 27 Oktober 2014.
Bayley, Jenna. 2008. Her Cinderella Complex. Smhain Publishing.
Dowling, Colette. 1982. The Cinderella Complex: Womens Hidden Fear of
Independence. Pocket.
Purdy, Rebekah L. 2012. The Fairy Godmother Files: Cinderella Complex.
Astraea Press.
Sakai, Mayu. 2005. Peter Pan Syndrome. Shueisha.

Judul : Gambaran Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella pada Tingkah
Laku, Emosi, dan Paradigma Mahasiswa FTI ITB 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah
1.1.1 Latar belakang
1.1.2 Rumusan masalah
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Ruang Lingkup Kajian
1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.4.1 Metode
1.4.2 Teknik pengumpulan data
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II TEORI DASAR SINDROM PETERPAN DAN KOMPLEKS CINDERELLA
2.1 Pengenalan Tokoh Peter Pan dan Cinderella
2.2 Pengertian Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella
2.3 Pengertian Tingkah Laku, Emosi dan Paradigma
BAB III ANALISIS PENGARUH SINDROM PETERPAN DAN KOMPLEKS
CINDERELLA PADA TINGKAH LAKU, EMOSI, DAN PARADIGMA
MAHASISWA FTI ITB 2014
3.1 Pengetahuan Mahasiswa FTI ITB 2014 terhadap Sindrom Peter Pan dan
Kompleks Cinderella
3.2 Gambaran Tingkah Laku, Emosi dan Paradigma pada Remaja Laki-laki yang
Mengalami Sindrom Peter Pan
3.3 Gambaran Tingkah Laku, Emosi dan Paradigma pada Remaja Perempuan
yang Mengalami Kompleks Cinderella
3.4 Faktor penyebab Sindrom Peter Pan dan Kompleks Cinderella
3.5 Cara Menanggulangi Sindrom Peter Pan pada Remaja Laki-laki dan
Kompleks Cinderella pada Remaja Perempuan
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
4.2 Saran

RIWAYAT HIDUP

Gadis periang yang mempunyai nama


lengkap Dea Yulistia ini berasal dari kota empekempek yaitu Kota Palembang. 4 Juli 1995
merupakan

tanggal

kelahirannya.

Dea

merupakan putri kedua dari tiga bersaudara


pasangan Bapak M. Zainal Arifin dan Ibu
Mascik, S.Pd. Bermodal hobi bermain teater dan
menulis puisi, ia telah beberapa kali mengikuti festival dan lomba seni tingkat
nasional. Ia juga pernah dinobatkan sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2011 dan Duta Teknologi Remaja (MDP
Ambassador) Provinsi Sumatera Selatan tahun 2012.
Setelah lulus dari SMAN Sumatera Selatan (Sampoerna Academy)
Palembang pada tahun 2013, Dea melanjutkan studinya di Fakultas Teknologi
Industri (FTI) Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia berencana masuk jurusan
teknik kimia di tahun kedua masa perkuliahannya.
Beberapa karya tulis Dea yaitu puisi Abangku Terkanvas dalam Lelap
Cinta, puisi Orkes Kematian Tanah Rencong, dan cerpen Istana Kematian.
Menurut Dea, ada banyak manfaat yang dapat diperoleh setelah mengikuti mata
kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah (TTKI). Ia berharap dapat mengembangkan

kemampuan menulisnya sehingga akan lebih produktif dan kreatif dalam


menciptakan puisi dan cerpen baru.

RIWAYAT HIDUP

Gadis ini bernama Mirna Erviana. Lahir di


sebuah kota yang dijuluki kota kembang yaitu Kota
Bandung, Jawa Barat. 23 Mei 1996 merupakan
tanggal kelahirannya. Mirna merupakan putri
ketiga dari lima bersaudara pasangan Bapak
Maman Abdul Rahman dan Ibu Yeni Suhaeni.
Mirna memiliki hobi membaca novel dan menulis puisi, namun hobi menulisnya
hanya dilakukan ketika ia duduk di bangku SMP saja. Sehingga sampai saat ini
hobi tersebut tak tersalurkan lagi.

Setelah lulus dari SMAN 1 Margahayu

Kabupaten Bandung pada tahun 2014, Mirna melanjutkan studinya di Fakultas


Teknologi Industri (FTI) Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia berencana masuk
jurusan teknik kimia di tahun kedua masa perkuliahannya.
Sejak SMP maupun SMA, ia sering diberi tugas oleh guru untuk
membuat karya tulis ilmiah. Tugas tersebut diberikan di luar tugas kelas. Sehingga
membuat suatu karya ilmiah bukanlah suatu hal asing baginya. Menurut Mirna,
ada banyak manfaat yang dapat diperoleh setelah mengikuti mata kuliah Tata
Tulis Karya Ilmiah (TTKI). Ia berharap dapat mahir menyusun suatu karya ilmiah
dan untuk tugas akhir nantinya.

KUESIONER
GAMBARAN SINDROM PETER PAN PADA TINGKAH LAKU, EMOSI,
DAN PARADIGMA MAHASISWA FTI ITB 2014
1. Apakah sebelumnya kamu mengetahui apa itu Sindrom Peter Pan?
Ya
Tidak
2. Sindrom Peter Pan ditujukan untuk orang dewasa yang secara sosial tidak menunjukkan
kematangan. Sindrom ini lazim diderita kaum lelaki yang secara psikologis, seksual, dan sosial
menunjukkan perilaku yang keluar dari pengasuhan. Sindrom tersebut memakai nama Peter Pan,
karena memang Peter Pan menolak menjadi dewasa karena tak mau kehilangan masa kanak
kanaknya. Setelah mengetahui apa itu Sindrom Peter Pan, menurutmu apakah kamu menderita
sindrom ini?
Ya
Mungkin
Ragu-ragu
Tidak
3. Centanglah pilihan yang menggambarkan tingkah lakumu pada saat ini!
Masih suka bermain permainan anak-anak kecil.
Tidak suka diberikan tanggung jawab dan beban pekerjaan yang berat.
Susah menepati komitmen yang sudah kamu buat.
Menyukai dirimu sendiri / narsis / tebar pesona.
Belum mandiri / masih sering bergantung dengan orang lain.
4. Centanglah pilihan yang menggambarkan emosimu pada saat ini!
Merasakan ketakutan untuk menjadi dewasa / ingin kembali menjadi anak-anak lagi.
Perasaanmu terkadang berubah tanpa alasan yang jelas.
Susah mengendalikan amarah.
Susah memaafkan kesalahan orang lain.
Sakit hati bila menerima kritik dan saran yang kamu anggap tidak benar.
5. Centanglah pilihan yang menggambarkan paradigmamu pada saat ini!
Kamu ingin hidup seperti Peter Pan yang tidak pernah tumbuh dewasa sehingga kamu
bisa bermain sepanjang hidup.
Apabila kamu bisa kembali ke masa kanak-kanak, kamu akan kembali kepadanya.
Kamu belum siap untuk memasuki kehidupan yang penuh tantangan dan tanggung jawab.
Menjadi dewasa adalah hal yang sangat menakutkan.
Kamu belum mendapat gambaran bagaimana kehidupan dewasa kamu nanti.
6. Centanglah pilihan yang pernah kamu alami!
Orang tua kamu selalu memanjakan kamu.
Orang tua kamu selalu mengganggap bahwa kamu adalah anak kecil.
Orang tua kamu jarang memberikan kamu tanggung jawab.
Lingkungan sekitar kamu dimayoritasi oleh anak-anak kecil.

Masa kecil kamu sangatlah menyenangkan untuk kembali lagi.

7. Berikan saranmu mengenai cara menanggulangi Sindrom Peter Pan pada remaja laki-laki!

KUESIONER

GAMBARAN KOMPLEKS CINDERELLA PADA TINGKAH LAKU, EMOSI,


DAN PARADIGMA MAHASISWI FTI ITB 2014
1. Apakah sebelumnya kamu mengetahui apa itu Kompleks Cinderella?
Ya
Tidak
2. Kompleks Cinderella adalah penyakit psikologis yang umumnya diderita oleh perempuan.
Perempuan yang terkena Kompleks Cinderella umumnya merasakan ketakutan yang luar biasa
untuk menjadi mandiri dan cenderung mencari perlindungan dari seorang pria yang ia anggap
sebagai pangeran.Setelah mengetahui apa itu Kompleks Cinderella, menurutmu apakah kamu
menderita kompleks ini?
Ya
Mungkin
Ragu-ragu
Tidak
3. Centanglah pilihan yang menggambarkan tingkah lakumu pada saat ini!
Selalu meminta perlindungan dan pertolongan dari orang sekitarmu.
Tidak suka diberikan tanggung jawab dan beban pekerjaan yang berat.
Susah menepati komitmen yang sudah kamu buat.
Menyukai dirimu sendiri / narsis / tebar pesona.
Belum mandiri / masih sering bergantung dengan orang lain.
4. Centanglah pilihan yang menggambarkan emosimu pada saat ini!
Perasaanmu sangat rapuh dan terkadang berubah-ubah tanpa alasan yang jelas.
Jika sedang mengerjakan pekerjaan yang berat, kamu ingin dibantu oleh teman laki-laki.
Kamu merasa nyaman dan terlindungi ketika pergi dengan teman laki-laki.
Susah mengendalikan amarah.
Selalu menjadi drama queen di setiap keadaan.
5. Centanglah pilihan yang menggambarkan paradigmamu pada saat ini!
Perempuan harus selalu dilindungi oleh lelaki.
Perempuan tidak bisa mengerjakan pekerjaan berat sendirian.
Kamu selalu tampil cantik, mempesona dan menawan.
Teman-teman laki-lakimu pasti menilai kamu cantik.
Ketika kamu masuk ke suatu ruangan, semua mata pasti tertuju padamu.
6. Centanglah piihan yang pernah kamu alami!
Orang tua kamu selalu memanjakan kamu.
Orang tua kamu selalu mengganggap bahwa kamu adalah anak kecil.
Orang tua kamu jarang memberikan kamu tanggung jawab.
Lingkungan sekitar kamu dimayoritasi oleh anak-anak kecil.
Masa kecil kamu sangatlah menyenangkan untuk kembali lagi.

7. Berikan saranmu mengenai cara menanggulangi Kompleks Cinderella pada remaja perempuan!

Anda mungkin juga menyukai