Anda di halaman 1dari 5

I.

II.

TUJUAN
HASIL PERCOBAAN

III.

PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini akan dianalisis komponen dari minyak atsiri(minyak cengkeh dan

sereh) dengan menggunakan metode kromatografi lebih tepatnya Kromatografi Lapis Tipis
(KLT). Kromatografi adalah salah satu cara pemisahan yang didasarkan pada perbedaan
distribusi komponen-komponen sampel diantara dua fase yang berbeda, yaitu fasa diam dan fasa
gerak (Tahir at.al., 2015). Sedangkan Kromatografi Lapis Tipis sendiri merupakan salah satu
analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponenkomponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran Prinsip kerjanya yakni memisahkan sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.
Metode KLT memiliki dua komponen utama, yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam
merupakan fasa (bagian) yang tetap dan tidak bergerak dalam sebuah sistem, sedangkan fasa
gerak adalah fasa yang melalui lapisan yang menyelubungi permukaan fasa diam. Pada
praktikum ini, fase diam berupa bentuk plat silica yang bersifat polar dan fase geraknya adalah
eluen. Eluen adalah larutan atau campuran larutan yang digunakan pada praktikum ini berupa PE
yang bersifat non polar dan Methanol yang bersifat polar.. Fase gerak yang digunakan memiliki
variasi perbandingan campuran yang berbeda-beda, variasi perbandingan campuran
larutan PE yang bersifat non polar dan methanol yang bersifat polar ini
bertujuan agar dapat diperoleh larutan PE dan metanol yang mana memiliki
polaritas yang sesuai dengan yang dibutuhkan pada karakteristik

minyak

atsiri( minyak sereh&cengkeh) , mulai dari yang polaritasnya rendah sampai


polaritas yang tinggi. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel
akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
Polaritas pelarut dapat disusun menurut ukuran kekuatan teradopsinya pelarut tersebut
pada adsorben (yang banyak digunakan alumina) dan susunan yang terbentuk dikenal sebagai
deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut bersifat relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif
tak polar dari ikatannya dengan alumina. Dalam deret eluotropik menurut Trappe, Wren dan

Strain, pelarut-pelarut disusun menurut besarnya kekuatan pelarut (solvent strength) eo,
berangkat dari yang tak polar menuju ke yang sifatnya polar (makin ke bawah makin polar).

Pada praktikum ini pertama-tama chamber diisi dengan eluen dengan


variasi yang berbeda beda. Setelah diisi chamber langsung ditutup untuk
meyakinkan bawah kondisi dalam gelas pengembang tersebut terjenuhkan oleh
uap dari pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas pengembang (chamber) dengan uap
mencegah penguapan pelarut,. Langkah selanjutnya pada plat silica dibuat
pembatas berupa garis 0,5 cm dari bawah dan 0,5 cm dari atas menggunakan
pensil dan setetes minyat atsiri diteteskan pada garis batas bawah. Fungsi diberi
penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dan posisi
akhir dari tetesan tersebut.

Penetesan minyak atsiri harusnya dalam jumlah

yang sedikit, pada praktikum kami penetesan minyak atsiri mungkin terlalu
banyak sehingga noa yang dihasilkan tidak bagus yaitu melebar.

Setelah ditetesi minyak sereh dan cengkeh pada satu sisi plat, selanjutnya plat
dimasukkan ke dalam chamber yang langsung ditutup setelah peletakan plat secara miring kirakira 45o . Peletakan plat ini menggunakan pinset, diletakkan secara miring agar dapat dilihat
kenaikan eluen pada plat. Setelah eluen telah naik sampai batas atas plat, plat dikeluarkan dari
chamber dan ditunggu sampai kering agar dapat diamati bercak noda yang terbentuk. Untuk
mengetahui noda yang terbentuk pada plat, dilakukan dengan meletakkan plat di bawah sinar
UV. Setelah terlihat bercak noda, kemudian ditandai menggunakan pensil dan melingkarinya
Di dalam kromatografi, berlaku suatu prinsip umum: like dissolve like, artinya polar
menyukai yang polar dan tak polar menyukai tak polar. Ini berarti, fasa diam yang polar akan
mengikat lebih kuat komponen yang relatif polar, sedangkan fasa diam yang tak polar akan
mengikat lebih kuat komponen-komponen yang juga tak polar. Hal yang sama berlaku bagi fasa
gerak. Fasa gerak yang polar akan melarutkan lebih baik komponen yang juga polar, sebaliknya
fasa gerak yang tak polar akan melarutkan relatif lebih baik komponen yang juga tak polar.
Senyawa yang terkandung dalam minyak cengkeh adalah +- 80% eugenol dan senyawa
yang terkandung pada minyak sereh adalah

sitronellol dan geraniol, yang strukturnya

adalah( Davids, 2014)

geraniol

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, pada larutan eluen PE diperoleh hasil
yaitu minyak cengkeh dengan nilai Rf nya 0,26. Sebagai pembanding dari komposisi yang
terkandung pada minyak cengkeh yaitu eugenol di mana memiliki nilai Rf 0,5, hasil ini masih
dikatakan sangat jauh dari pembandingnya. Pada minyak sereh dengan eluen yang sama
diperoleh hasil niali Rf 0,64 .Sebagai pembanding dari komposisi pada minyak sereh yaitu
geraniol (Rf standar nya 0,43) dan sitronellol (Rf standar nya 0,63). Hasil pada minyak sereh
pada nilai Rf 0,64 cukup mendekati nilai Rf standar dari sitronellol walaupun lebih. Sehingga,
pada noda kedua ini dimungkinkan merupakan kandungan sitronellol pada minyak sereh.
Berdasarkan pada larutan eluen metanol diperoleh hasil pada minyak cengkeh yang mana
nilai Rf nya diperoleh 0,72 dan 0,9. Hasil ini sangat jauh dari pembandingnya yaitu eugenol yang
mana memiliki nilai Rf 0,5. Sehingga hasil ini tidak dapat digunakan
Berdasarkan pada larutan eluen PE:metanol yakni 5:3 diperoleh hasil pada minyak
cengkeh yang mana nilai Rf nya diperoleh 0,72. Hasil ini sangat jauh dari pembandingnya yaitu
eugenol yang mana memiliki nilai Rf 0,5. Sehingga hasil ini tidak dapat digunakan.
Berdasarkan pada larutan eluen PE:metanol 5:2 diperoleh hasil pada minyak cengkeh
yang mana nilai Rf nya diperoleh 0,44. Hasil ini hampir mendekati nilai Rf pembandingnya yaitu
eugenol (Rf nya 0,5). Sehingga noda ini dapat dipastikan sebagai eugenol. Sementara itu, pada
minyak sereh diperoleh nilai Rf nya 0,7. Sedangkan noda pada minyak sereh tidak dapat diamati
karena telah bercampur.
Dari hasil yang telah diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa untuk pemisahan paling
baik pada minyak cengkeh adalah variasi senyawa 4 yaitu PE:Methanol 5:2 karena Rf minyak
cengkeh hasil praktikum dan Rf standar eugenol memiliki perbedaan yang kecil. Sedangkan
pemiisahan paling baik pada minyak sereh adalah variasi nomor 1 yaitu PE:Methanol 2:0, karena
alas an yag sama pula, perbedaan Rf antara minyak sereh dengan Rf standard sitronella sangat
kecil.

Percobaan Kromatografi lapis tipis ini termasuk dalam analisis kualitatif dan kuantitatif,
hal ini dapat dijelaskan dengan:
1. Analisis Kualitatif
KLT dapat digunakan untuk uji identifikasi senyawa baku. Parameter pada KLT yang
digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf. Dua senyawa yang dikatakan identik jika
mempunyai nilai Rf yang sama jika diukur pada kondisi KLT yang sama.Untuk meyakinkan
identifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu fase gerak dan jenis pereaksi
semprot. Teknik spiking dengan menggunakan senyawa baku yang sudah diketahui sangat
dianjurkan untuk lebih memantapkan pengambilan keputusan identifikasi senyawa.
2. Analisis Kuantitatif
Ada dua cara yang digunakan untuk analisis kuantitatif dengan KLT. Pertama, bercak
diukur langsung pada lempeng dengan menggunakan ukuran luas atau dengan teknik
densitometri. Cara kedua adalah dengan mengerok bercak lalu menetapkan kadar senyawa yang
terdapat dalam bercak tersebut dengan metode analisis yang lain misalkan dengan metode
spektrofotometri. Pada cara pertama tidak terjadi kesalahan yang disebabkan oleh pemindahan
bercak atau kesalahan ekstraksi, sementara pada cara kedua sangat memungkinkan terjadi
kesalahan karena pengambilan atau karena ekstraksi.

Davids. 2014. Chemistry Partical Work(Part III-Data) < http://www.rsc.org/learnchemistry/wiki/images/4/47/Dr_Davids_Chemistry_Practical_Work_(Part_III_-_Data)_BkIV.pdf>

diakses

pada Senin, 30 Maret 2014 pukul 22.30


Tahir, Iqmal., Nuryono., D, Pranowo., W. Haryadi., I. Kartini., dan S. Sudiono. 2015. Petunjuk
Prakrikum Kimia Dasar II/ Kimia Organik. Laboratorium Kimia Dasar FMIPA Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai