Anda di halaman 1dari 10

BLOK 17 : NEUROPSIKIATRI

TUGAS MAKALAH
BROWN SEQUARD SYNDROME

IMAM MARDANI
H1A212026

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM


NUSA TENGGARA BARAT
2015

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmatNya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Secara keseluruhan, saya melaporkan hasil yang saya peroleh dari beberapa sumber
jurnal terkait dengan penyakit Brown Sequard Syndrome. Dan harapan saya nantinya tugas
ini dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman kami mengenai materi pada blok
neuropsikiatri ini.
Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan serta dukungan, hingga terselesaikannya tugas ini. Saya menyadari sepenuhnya
bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan
kritik serta saran yang membangun, demi penyempurnaan tugas-tugas saya selanjutnya.

Mataram, 8 April 2015

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
Brown-Squard Syndrome adalah suatu kondisi neurologis yang ditandai dengan
kehilangan fungsi motorik, proprioseptif dan rasa getar ipsilateral akibat disfungsi traktus
kortikospinal dan kolumna dorsalis, disertai dengan kehilangan sensasi nyeri dan suhu
kontralateral sebagai akibat dari disfungsi traktus spinothalamikus (Abouhashem et al., 2013;
Ropper, Samuel, Klein, 2014). Sindrom ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1849 dalam
kasus cedera tulang belakang akibat pisau. Penyebab paling sering dari Brown-Squard
Syndrome adalah cedera akibat trauma korda spinalis . Brown-Squard Syndrome dapat juga
disebabkan tumor pada korda spinalis, trauma (misalnya pada pungsi di leher dan medula
spinalis), iskemia (pada obstruksi pembuluh darah), infeksi atau inflamasi seperti tuberkulosis
atau multiple sclerosis, malformasi vaskular medula spinalis, spondilosis serviks, radiasi dan
akselerasi dan deselerasi cepat. Herniasi discus cervicalis yang disebabkan Brown-Squard
Syndrome merupakan kasus yang jarang (Ropper, Samuel, Klein, 2014).

BAB II

ISI
Definisi
Brown-Squard Syndrome adalah suatu kondisi neurologis yang ditandai dengan
kehilangan fungsi motorik, proprioseptif dan rasa getar ipsilateral akibat disfungsi traktus
kortikospinal dan kolumna dorsalis, disertai dengan kehilangan sensasi nyeri dan suhu
kontralateral sebagai akibat dari disfungsi traktus spinothalamikus (Abouhashem et al.,
2013).
Etiologi
Penyebab Brown Sequard Syndrome antara lain trauma dan non trauma, antara lain
(Vandenakker et al., 2014; Merchut, 2012).
1. Trauma
Brown Sequard Syndrome dapat disebabkan oleh mekanisme yang mengakibatkan
kerusakan 1 sisi spinal cord. Penyebab paling umum yakni luka trauma, dengan
mekanisme penetrasi, seperti tusukan atau luka tembak atau segi fraktur unilateral dan
dislokasi akibat kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh. Cedera juga dapat
diakibatkan dari trauma tumpul atau tekanan.
2. Non trauma
Banyak penyebab Brown Sequard Syndrome yang diakibatkan bukan karena adanya
trauma, misalnya tumor, Multiple sclerosis, Spondylosis serviks, hematoma Epidural,
radiasi, tuberkulosis, penggunaan narkoba suntikan, Herpes zooster, Herpes simpleks,
Sifilis, iskemia, perdarahan, dan lain-lain.
Epidemiologi
Brown Sequard Syndrome jarang terjadi, dan kejadiannya banyak tidak diketahui.
Tidak ada data nasional lengkap untuk mencatat semua sindrom tulang belakang akibat
etiologi trauma dan nontraumatik. Insiden di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 12.000
kasus baru per tahun dan dihasilkan dari 2-4% cedera. Prevalensinya di Amerika Serikat
sekitar 273.000 orang. Tahun 2010, 67% kasus cedera tulang belakang terjadi pada ras kulit
putih, 24,4% di Afrika dan Amerika, 7,9% di Hispanik, dan 0,7% pada kelompok ras lain.
Dalam penelitian menunjukkan frekuensi lebih besar pada laki-laki daripada perempuan,
temuan ini terkait dengan cedera traumatis. Kejadian terutama pada orang berusia 16-30

tahun, dan pada beberapa dekade terakhir meningkat pada usia dewasa (Vandenakker et al.,
2014).
Patofisiologi
Brown Sequard Syndrome terjadi karena adanya kerusakan atau hilangnya traktus
ascending atau descending pada salah satu bagian spinal cord. Perdarahan yang awalnya
ptekie berkembang pada gray matter atau substansia grisea dan makin membesar 1 jam post
injury. Perkembangan selanjutnya hemoragik nekrosis terjadi dalam waktu 24-36 jam.
Substansia Alba menunjukkan perdarahan petekie pada 3-4 jam. Serabut mielin dan saluran
panjang menunjukkan kerusakan struktural yang luas (Vandenakker et al., 2014).
Lesi mempengaruhi sekitar setengah kiri atau kanan penampang spinal cord pada satu
tingkat menciptakan hemiseksi. Keterlibatan traktus spinotalamikus menghasilkan defisit
kontralateral terhadap rasa sakit dan sensasi suhu. Keterlibatan bagian dorsal atau posterior
menghasilkan defisit ipsilateral terhadap getaran atau posisi. Keterlibatan traktus
kortikospinal anterior menghasilkan kelemahan ipsilateral dengan masing-masing tanda pada
lower motor neuron (LMN) dan upper motor neuron (UMN) (Merchut, 2012; Ranga dan
Aiyappan 2014).
Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada penyakit ini antara lain pusing, kecendrungan untuk bersandar ke
sisi kiri atau kanan sambil berjalan atau duduk, parestesia di salah satu tungkai bawah, nafsu
makan berkurang, mual, babinski positif, dismetria, miosis dan ptosis, stenosis tulang
belakang, spastisitas, hiperrefleksi, penurunan diskriminasi taktil ipsilateral serta suhu dan
nyeri kontralateral, tidak ada keluhan pada usus dan kandung kemih (Kaballo et al., 2011;
Zubair et al., 2011; Komarowska et al., 2013).
Diagnosis
Diagnosis dan identifikasi sindrom Brown-Sequard didasarkan pada temuan
pemeriksaan fisik. Parsial sindrom Brown-Sequard ditandai dengan paresis asimetris, dengan
hypalgesia lebih ditandai di sisi kurang paretik. Pure sindrom Brown-Sequard (jarang terlihat
dalam praktek klinis) dikaitkan dengan hal-hal berikut (Vandenakker et a.l, 2014) :
1. Gangguan traktus kortikospinalis lateralis-paralisis spastik ipsilateral di bawah tingkat
lesi dan refleks Babinski lesi ipsilateral (refleks abnormal dan Babinski tidak ada
dalam cedera akut)

2. Gangguan posterior-hilangnya ipsilateral diskriminasi taktil, serta sensasi getaran dan


posisi, di bawah tingkat lesi
3. Gangguan traktus spinotalamikus lateralis-hilangnya nyeri kontralateral dan sensasi
suhu; ini biasanya terjadi 2-3 segmen di bawah level lesi
Dapat dengan membedakan tingkat kehilangan sensasi, kehilangan motorik, kehilangan suhu,
dan kehilangan rasa getaran. Pemeriksaan motorik pada pasien dengan sindrom BrownSequard mengungkapkan kelemahan atau kelumpuhan spastik dengan motor atas tanda
neuron peningkatan tonus, hyperreflexia, klonus, dan tanda Hoffmann pada 1 sisi tubuh.
Diagnosis Brown Sequard Syndrome dapat ditegakkan dengan anamnesis melalui gejala klinis
dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang (Kumar et al., 2011; Ranga dan
Aiyappan, 2014; Zubair et al., 2011).
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ini tidak terlalu diperlukan untuk mengevaluasi kondisi pasien tetapi
sangat membantu dalam mengikuti perjalanan penyakit pasien. Pemeriksaan
laboratorium dapat berguna pada BSS dengn sebab non trauma seperti infeksi atau
neoplasma.
2. Pemeriksaan radiologis
a. Foto polos spinal : menggambarkan cedera tulang yang disebabkan trauma tajam
atau tumpul
b.

MRI : menunjukkan luasnya cedera korda spinalis dan sangat membantu


membedakan dengan penyebab non trauma

c. CT spina cord
3. Pemeriksaan lain, seperti pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam) dapat dilakukan
jika dicurigai disebabkan oleh tuberkulosis.
Tatalaksana
Penanganan BSS tergantung pada patologi penyebab. Dapat dilakukan manajemen
konservatif atau pembedahan tergantung pada status neurologis pasien dan temuan radiologi.
Intervensi bedah disarankan dalam pasca trauma jika adanya benda asing, kebocoran cairan
serebro spinal, infeksi, atau tanda-tanda ekstrinsik kompresi spinal cord. Manajemen
medikamentosa dilakukan untuk infeksi/peradangan atau demielinasi (Ranga dan Aiyappan,
2014).

.
Pengobatan traumatis Brown Sequard Syndrome identik dengan pengobatan prinsip
cedera tulang belakang akut. Pasien diberikan metilprednisolon 8 jam setelah cedera tulang
belakang tidak berkontribusi pemulihan fungsi motor dan bahkan tidak mencegah pemulihan
neurologis dibandingkan dengan plasebo. Pasien dievaluasi 6 jam setelah cedera sumsum
tulang belakang cedera, pemulihan diamati pada pemeriksaan, jika dalam kontrol setelah satu
jam ada perbaikan, tidak perlu diberikan metilprednisolon. Beberapa studi menyebutkan
bahwa cedera tulang belakang pada pasien anak memiliki tingkat pemulihan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan orang dewasa (Altun et al., 2014).
Pengobatan pilihan dalam hematoma epidural dengan dekompresi bedah kegawat
daruratan. Prosedur bedah pilihan yaitu laminektomi, untuk menghilangkan tekanan pada
saraf tulang belakang. Hemi-laminektomi atau laminoplasty dapat dilakukan tergantung pada
tingkat dan lokalisasi cedera (Roy dan Agrawal, 2012).
Komplikasi
Potensi komplikasi jangka panjang sindrom Brown-Sequard mirip dengan yang
berhubungan dengan penuaan dan spinal cord injury (SCI). Masalah ekstremitas bawah yang
berkaitan dengan rawat jalan dapat meningkat, namun fenomena ini belum didokumentasikan
dalam literatur (Ropper, Samuel, Klein, 2014).
Prognosis
Prognosis untuk pemulihan motorik pada Sindrom Brown-Sequard baik. Satu setengah
sampai dua pertiga dari pemulihan motorik 1 tahun terjadi dalam 1-2 bulan pertama setelah
cedera. Pemulihan kemudian melambat namun berlanjut selama 3-6 bulan dan telah
didokumentasikan progesitasnya sampai 2 tahun setelah cedera. (Vandenakkler et al., 2014).

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Brown Sequard Syndrome merupakan lesi spinal cord inkomplit dengan gambaran
klinis adanya cedera hemiseksi dari spinal cord, sering terjadi pada regio servikal. Penyebab
Brown Sequard Syndrome antara lain trauma dan non trauma.

DAFTAR PUSTAKA
Abouhashem S, Ammar M, Barakat M, Abdelhammed E, 2013. Management of BrownSquard

Syndromein Cervical Disct Disease. Turkish Neurosurgery 2013, Vol:

23, No: 4, 470-

475.

Available

http://www.turkishneurosurgery.org.tr/pdf/pdf_JTN_1173.pdf.

from
(Accessed: 2015,

April 9)
Altun, et al., (2014). Brown Sequard Syndrome Caused By Paper Scissors Penetration. Vol.
31. No. 4. [online]. Available from : http://www.jns.dergisi.org/text.php3?id=837
[Accessed : 2015, April 7]
Chang, et al., (2010). Lateral Medullary Infarction Presenting as Brown Sequard Syndrome
Like Manifestation : a Case Report and Literature Review. Acta Neurologica
Taiwanica.
Vol.
19.
No.
3.
[online].
Available
from
:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20824542 [Accessed : 2015, April 7]
Kaballo, et al., (2011). Intramedullary Spinal Cord Metastasis from Colonic Carcinoma
Presenting as Brown Sequard Syndrome. Journal of Medical Case Reports. [online].
Available

from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3163608/.

[Accessed : 2015, April 7]


Komarowska, et al., (2013). Brown Sequard Syndrome in a 11-year-old girl Due to
Penetrating Glass Injury to the Thoracic Spine. [online]. Available from :
Merchut. (2012). Spinal Cord Disorders. [online].
Available
http://www.stritch.luc.edu/lumen/MedEd/neurology/Spinal%20Cord
%20Disorders.pdf [Accessed : 2015, April 7]

from

Ranga dan Aiyappan. (2014). Clinical Images Brown Sequard Syndrome. [online].
Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4277151/ [Accessed :
2015, April 7]
Ropper AH, Samuels M, Klein J, 2014. Adams & Victors Principles of Neurology. 10 th ed.
New York: McGraw-Hill Education.
Roy dan Agrawal. (20120. Brown Sequard Syndrome Secondary to a Spontaneous Cervical
Epidural Hematoma A Rare Entity. Journal of Orthopaedic Case Reports. Vol. 2.
No. 4. [online]. Available from : http://www.jocr.co.in/wp/2012/10/10/brownsequard-syndrome-secondary-to-a-spontaneous-cervical-epidural-hematoma-a-rareentity-full-text/ [Accessed : 2015, April 7]

Vandenakker, et al., (2014). Brown Sequard Syndrome. [online]. Available from :


http://emedicine.medscape.com/article/321652-overview [Accessed : 2015, April 7]
Zubair, et al., (2011). Acute Brown Sequard Syndrome Following Brachial Plexus Avulsion
Injury. Hong Kong Journal of Emergency Medicine. Vol. 18. No.5. [online]. Available
from
:
http://eprints.um.edu.my/11084/1/Acute_BrownSequard_syndrome_following_brachial_plexus_avulsion_injury._A_report_of_two_c
ases.pdf [Accessed : 2015, April 7]

Anda mungkin juga menyukai