Oleh :
Pembimbing :
DEPARTEMEN/KSM NEUROLOGI
BANJARMASIN
Januari, 2023
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
A. DEFINISI ...................................................................................... 3
B. EPIDEMIOLOGI........................................................................... 3
C. ETIOLOGI.……............................................................................ 4
D. FAKTOR RISIKO.......................................................................... 6
E. PATOFISIOLOGI........................................................................... 7
G. KLASIFIKASI .............................................................................. 11
H. DIAGNOSIS ................................................................................ 12
I. TATALAKSANA ......................................................................... 15
J. PROGNOSIS............................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom Brown Se'quard adalah pola cedera yang tidak lengkap yang
dan kelumpuhan pada satu sisi kerusakan dan hilangnya sensasi nyeri dan suhu
pada sisi yang berlawanan. Di Amerika Serikat, sekitar 11.000 kasus baru
dilaporkan setiap tahun di antara cedera tulang belakang, yang meliputi paraplegia
dengan hypalgesia yang lebih jelas pada sisi yang mengalami paresis. Brown
pun bergantung oleh penyebab nyeri dan sejauh mana kerusakan pada medula
dengan baik, dan kebanyakan dari pasieen pascatrauma yang memulihkan fungsi
motorik. 0.5 – 0,67 pemulihan motorik pada pasien BSS pasca cedera terjadi
1
2
dalam 1-2 bulan yang seharusnya terjadi dalam 1 tahun. Selanjutnya pemulihan
melambat dalam 3-6 bulan dan akan meningkat hingga 2 tahun pasca cedera.5-7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
defisit proprioseptif di sisi tubuh ipsilateral terhadap lesi dan hilangnya sensasi
nyeri dan suhu pada kontralateral. Sebagai sindrom sumsum tulang belakang yang
keparahan.10 Ini tergantung pada lokasi cedera yang juga dapat melibatkan batang
Sebagai sindrom sumsum tulang belakang yang tidak lengkap, presentasi klinis
B. Epidemiologi
antara cedera tulang belakang, yang meliputi paraplegia dan tetraplegia tidak
belakang tidak lengkap yang terjadi setelah kerusakan pada satu sisi sumsum
leher), atau sumsum tulang belakang toraks, namun bisa di mana saja. sepanjang
3
4
C. Etilogi
medula spinalis baik ascenden atau descenden pada satu sisi medula spinalis.
tajam seperti tusukan benda tajam, luka tembakan, fraktur unilateraf facet, dan
dislokasi akibat jatuh atau kecelakaan, selain itu dapat pula disebabkan oleh
Penyebab non trauma antara lain tumor medula spinalis, baik intrinsik
disertai gangguan miksi dan defekasi, sebagian kecil berupa sindrom Brown
terhadap arteri spinalis dari luar daripada proses oklusi di lumen, lebih jarang lagi
fraktur kolumna vertebralis akibat trauma dan osteofit tulang belakang dapat
5
proses penyebab kompresi, dapat terjadi lesi yang menentukan gambaran klinis.
Aliran darah yang tersumbat ialah lairan salah satu cabang intramedular sistem
Gambar 2.1 Osteofit pada spondilosis dapat menekan sistem anastomosis arterial
dengan menyelidiki tanda - tanda LMN. Oleh karena kebanyakan lesi vaskuler di
medula spinalis hampir selalu merusak 2/3 bagian bawah segmen medula spinalis
sepanjang bagian torakal bawah sampai sakral atau torakal Tengah sampai lumbal
Adamkiewicz, maka tanda - tanda LMN akan ditemukan walaupun batas defisit
sensorik jelas pada tingkat tinggi, yang lebih sesuai untuk dikorelasikan dengan
6
pada tingkat torakal tengah atau bawah merupakan ciri khas untuk lesi vaskuler
D. Faktor Risiko
Faktor risiko yang berperan terhadap terjadinya sindrom brown sequard ini
masih berkaitan erat dengan etiologi. Sindrom brown sequard secara umum
etiologi atau penyebabnya dapat berupa trauma dan non trauma. Trauma
dimaksud di sini berupa trauma tajam seperti tusukan benda tajam, luka
tembakan, fraktur unilateraf facet, dan dislokasi akibat jatuh atau kecelakaan,
selain itu dapat pula disebabkan oleh trauma tumpul, contusio tekanan dan
faktor resiko. Seperti misalnya pada beberapa pekerjaan yang berkaitan erat
dengan senjata tajam maupun senjata api yang aktif digunakan dan memiliki
diri yang baik dan sesuai aturan misalnya pada saat berkendara, sehingga resiko
terjadinya cedera, fraktur maupun dislokasi jika terjadi kecelakaan akan lebih
besar. Selain faktor resiko terkait etiologi trauma juga terdapat faktor resiko pada
etiologic non trauma. Umumnya hal ini terkait dengan usia, semakin tua usia
E. Patofisiologi
7
Sindrom ini terjadi akibat hemiseksi medulla spinalis, biasanya akibat luka
tembus. Brown sequard sindrom terjadi karena hemiseksi medulla spinalis yang
mana ini di maksud sebagai kerusakan traktus korda spinalis asenden dan
desenden pada satu sisi korda spinalis. Serabut motorik dari traktus kortikospinal
menyilang pada pertemuan antara medulla dan korda spinalis. Kolumna dorsalis
asenden membawa sensasi getar dan posisi ipsilateral terhadap akar masuknya
membawa sensasi nyeri, suhu dan raba kasar dari sisi kontralateral tubuh. Pada
tersering adalah karena trauma medulla spinalis dan herniasi diskus cervicalis.
Interupsi jaras motorik descendens pada satu sisi medulla spinalis pada awalnya
8
menyebabkan paresis flasid ipsilateral dibawah tingkat lesi (syok spinal), yang
kemudian menjadi spastic dan disertai hiperefleksia, tanda babinski dan gangguan
vasomotor. Pada saat yang bersamaan gangguan posterior pada salah satu
terlihat pada lesi kolumna posterior tidak terjadi karena paresis yang bersamaan.
Sensasi nyeri dan suhu sesisi tidak terganggu, karena serabut yang mempersarafi
modalitas ini teah menyilang ke sisi kontralateral dan berjalan naik ke dalam
traktus spinotalamicus lateralis, tetapi sensasi nyeri dan suhu kontralateral hilang
taktil sederhana tidak terganggu karena modalitas ini dipersarafi oleh dua jaras
dari kedua jaras tersebut untuk sensasi taktil pada kedua sisi tubuh tetap intak-
F. Manifestasi Klinis
dengan hypalgesia yang lebih jelas pada sisi yang mengalami paresis. Brown
membedakan sensasi taktil, getaran, posisi tubuh, posisi sendi, dan diskriminasi 2
sensasi suhu kontralateral terhadap lesi. Hal ini biasanya terjadi pada 2-3 segmen
1. Paralisis LMN ipsilateral pada segmen dari lesi dan atrofi otot. Keadaan ini
disebabkan kerusakan neuron dalam kolum anterior dan mungkin juga diikuti oleh
ipsilateral, reflek dinding perut ipsilateral, dan reflek kremaster ipsilateral. Semua
gejala ini muncul karena hilangnya traktus kortikospinal pada daerah lesi.
3. Anestesi ipsilateral kulit. Ini akibat kerusakan terletak pada jalan masuknya,
tingkat lesi. Gejala ini disebabkan oleh kerusakan traktus asenden pada sisi yang
G. Klasifikasi
H. Diagnosis
Anamnesis
Timbulnya gejala mungkin akut atau bertahap progresif. Keluhan terkait dengan
lebih umum. Gejala ini dapat terdiri dari temuan keterlibatan kolom posterior
Pemeriksaan fisik
asimetris, dengan hypalgesia lebih ditandai di sisi kurang paretic. 3,4 Pure sindrom
abnormal dan Babinski tanda mungkin tidak hadir dalam cedera akut)
sensasi suhu: ini biasanya terjadi 2-3 segmen bawah tingkat lesi.
Kekuatan motorik otot kunci yang mewakili tingkat akar spinal servikal dan
lumbal harus diniali [ada standar 0-5 skala. Perhatian khusus harus diambil untuk
sensasi sentuhan ringan dan panas atau dingin. Fungsi sensorik harus disimpan di
dermatom perwakilan dari C2-S4/5 untuk hadir, gangguan, atau normal sensasi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
AP, lateral dan odontoid. Pada cedera torakal dan lumbal digunakan foto
AP dan lateral.
traumatik.
tidak tersedia.3,4
Pemeriksaan lain
I. Tatalaksana
kemungkinan adanya cedera lain, seperti halnya penderita trauma. Evaluasi lain
dapat meliputi:4,5
Imobilisasi
Pemasangan NGT
Pasien dengan stabbing wound dengan alat yang masih terfiksir pada tubuh
hematoma.
Terapi fisik yang mungkin bisa diterapkan pada pasien sindrom Brown-
J. Prognosis
bergantung oleh penyebab nyeri dan sejauh mana kerusakan pada medula spinalis.
Syndrome bisa mendapatkan penyembuhan yang baik. Lebih dari setengah dari
penderita Brown Sequard Syndrome pulih dengan baik, dan kebanyakan dari
motorik pada pasien BSS pasca cedera terjadi dalam 1-2 bulan yang seharusnya
17
terjadi dalam 1 tahun. Selanjutnya pemulihan melambat dalam 3-6 bulan dan akan
pasien cedera spinal dapat diperkirakan melalui AIS dan mempengaruhi prognosis
spinal,yaitu sekitar 8.3%. Pasien dengan AIS grade A membutuhkan alat bantu
dan asisten untuk dapat berjalan. Rehabilitasi dengan terapi, penentuan alat bantu
perlu diberikan agar pasien bisa hidup secara mandiri. Pasien cedera spinal
dengan AIS Grade B (fungsi motorik komplit, fungsi sensori inkomplit) dan AIS
ambulasi yang cukup tinggi. Angka pemulihan ambulasi tertinggi berada pada
PENUTUP
hemiseksi sumsum tulang belakang. Gejala yang timbul ditandai dengan paresis
yang asimetris disertai dengan hypalgesia yang lebih jelas pada sisi yang
mengalami paresis. Gejala yang muncul pada Brown Sequard Syndrome (BSS)
terbagi menjadi lima yaitu paralisis LMN ipsilateral, paralisis spastic ipsilateral,
diagnosis ICD-10 atau DSM-V. Tatalaksana yang diberikan sesuai dengan gejala
yang dirasakan pasien. Sebagian besar orang akan pulih secara sempurna dalam
18
DAFTAR PUSTAKA
19