Anda di halaman 1dari 15

Tugas individu

Mata kuliah:WSBB

MAKALAH
KEHIDUPAN MASYARAKAT PESISIR
DI INDONESIA

Di susun oleh:
NAMA

: MUHAMMAD

RISWAN

NIM : K11112120
KELAS

: KESMAS B

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah yang maha kuasa yang telah melimpahkan
rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
KEHIDUPAN MASYARAKAT PESISIR DI INDONESIA.Shalawat dan salam juga tak lupa
kita haturkan kepada junjungan nabi Muhammad saw yang telah membawa umat manusia keluar
dari zaman jahiliah.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.Seperti pepatah yang mengatakan Tak ada gading yang tak retak.Makalah ini juga
masih sangat jauh lebih sempurna.Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan yang
bersifat membangun.Semoga pembaca dapat menikmati dan mengambil hikmah dari makalah
ini.Selamat membaca..

Makassar,17 desember 2012

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman sampul..........................................................................................................................i
Kata pengantarii
Daftar isi......................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar belakang........................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...................................................................................................................2
1.3 Tujuan dan manfaat................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan............................................................................................................................2
1.3.2 Manfaat.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Pengertian populasi masyarakat pesisir..................................................................................3
2.2 Klasifikasi Masyarakat pesisir................................................................................................3
2.3 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pesisir......................................................4
2.4 Karakter masyarakat pesisir....................................................................................................5
2.5 Permasalahn Kemiskinan Masyarakat Pesisir.........................................................................6
2.6 Memberdayakan masyarakat pesisi.........................................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia,dengan jumlah pulau
mencapai lebih kurang 17.500 buah dan dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki
keanekaragaman hayati terbesar,dengan kekayaan ragam flora dan faunanya termasuk

didalamnya endemik.Sebagai konsekuensinya indonesia secara komparatif memiliki keunggulan


dibandingkan negara lain.
Pertama,adalah keunggulan sumber daya alam.Sebagai negara kepulauan,tidaklah
mengherankan jika lebih kurang dua pertiga dari luas keseluruhan teritorial negara kesatuan yang
berbentuk republik ini merupakan perairan,dengan luas lebih kurang 5,8 juta km.Selain itu
indonesia juga merupakan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia
setelah kanada,yang mencapai lebih kurang 81.000 km.Secara alami indonesia mewarisi
kekayaan sumber daya alam yang melimpah.
Kedua,adalah keunggulan sumber daya manusia.Secara kuantitas jumlah
penduduk indonesia yang merupakan terbesar kelima di dunia,yaitu lebih kurang 220 juta
jiwa.Dan,lebih kurang 60 persen diantaranya hidup dan bermukim di sekitar wilayah
pesisir.Dan,sebagian besar diantaranya menggantungkan kehidupannya kepada keberadaan
sumber daya alam pesisir dan lautan.Sumber daya pesisir dan laut semakin banyak
dieksploitasi,mulai dengan menggunakan teknologi yang paling sederhana sampai teknologi
modern.

Oleh

karena

itu,demi

menjaga

keberlanjutan sumber daya tersebut,maka perlu kiranya dirancang dan diimplementasikan


rambu-rambu atau batasan-batasan eksploitasi disesuaikan dengan keberadaan sumber
daya,zonasi

dan

karakteristik

sumber

daya

serta

karakteristik

daerahnya

(provinsi/kabupaten/kota) sebagai satuan wilayah pembangunannya.Dalam hal ini,karena


implikasi pemanfaatan sumber daya dilakukan oleh masyarakat pesisir,maka perlu kiranya
diketahui bagaimana sebenarnya karakteristik masyarakat pesisir sehingga kebijakan,strategi dan
program pengelolaan sumber daya dapat mengakomodasi karakter masyarakat pesisir yang
memang sangat dinamis dan sangat tergantung pada ketersediaan sumber daya pesisir dan laut di
sekitarnya.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah bagaimana pemberdayaan
masyarakat pesisir di sektor ekonomi, sosial, politik, hukum dan budaya yang ada di
Indonesia?
1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan
Makalah ini betujuan untuk mengetahui bagaimana pemberdayaaan masyarakat pesisir
yang ada di Indonesia serta bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam
memberdayakan masyarakat pesisir.
1.3.1

Manfaat
Makalah ini bemanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

pemberdayaan masyarakat pesisir yang ada di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian populasi masyarakat pesisir
Populasi masyarakat pesisir adalah kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir
dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumber
daya laut dan pesisir.Mereka terdiri dari nelayan pemilik,buruh nelayan,pembudidaya ikan,dan
organisme

laut

lainnya,pedagang

ikan,pengolah

ikan,supplier

faktor

sarana

produksi

perikanan.Dalam bidang non perikanan,masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa
pariwisata,penjual jasa transportasi,serta kelompok masyarakat lainnya yang memanfaatkan
sumber daya non-hayati laut dan pesisir untuk menyokong kehidupannya.

2.2 Klasifikasi Masyarakat pesisir


Tabel 1. Matriks masyarakat pesisir
Unsur

kerumunan

pengikat sosial
Pusat orientasi Dasar
Sarana
Tidak ada
interaks
Aktvts

Jaringan

Sosial
social
Mungkin ada Ada
Mungkin ada Dasar

Mungkin ada Mungkin ada Dasar

interaks
Kesinambungn Tidak ada
Identitas
Tidak ada
Lokasi
Tidak
Adat, norma
Organisasi
Pimpinan

Golongan

Kelompok

himpunan

komunitas

sosial
Ada
Ada

ada
ada

Ada
Ada

Ada

ada

Ada

Dasar
Mungkin ada Ada
ada
Ada
Mungkin ada Mungkin ada dasar
dasar
Dasar
Mungkin ada Mungkin ada Mungkin ada Mungkin ada Dasar

relevan
Tidak ada
Dasar
Tidak ada
Tidak ada
Mungkin ada Tidak ada

Mungkin ada dasar


Mungkin ada Tidak ada
Mungkin ada dasar

dasar
dasar
ada

Dasar
ada
Ada

Sumber : Koentjaraningrat (1990)


Berdasarkan klasifikasi di atas, merujuk pada pendapat Redfield maka karakteristik sosial
masyarakat pesisir berada pada setiap komunitas. Namun, kebanyakan masyarakat pesisir
merupakan tipe komunitas desa petani dan desa terisolasi. Desa terisolasi diantaranya para
nelayan yang tidak punya akses dan hanya mengabdikan dirinya kepada sumber laut.
Karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakterisik masyarakat agraris atau
petani. Dari segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang dapat dikontrol karena pola
panen yang terkontrol sehingga hasil pangan atau ternak yang mereka miliki dapat ditentukan
untuk mencapai hasil pendapatan yang mereka inginkan. Berbeda halnya dengan masyarakat
pesisir yang mata pencahariannya didominasi dengan pelayan. Pelayan bergelut dengan laut
untuk mendapatkan penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak bisa dikontrol.

nelayan menghadapi sumberdaya yang bersifat open acces dan beresiko tinggi. Hal
tersebut menyebabkan masyarakat pesisir sepeti nelayan memiliki karakter yang tegas, keras,
dan terbuka (Satria, 2002)2.
2.3 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pesisir
Besarnya potensi kelautan tersebut ternyata tidak diikuti oleh kesejahteraan
masyarakat nelayan. Hal ini terlihat dimana kondisi sosial ekonomi nelayan kita sangat jauh
berbeda dengan potensi sumberdaya alamnya. Hal ini dibuktikan dengan masih rendahnya
sumbangan sektor kelautan selama Pelita VI terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional
yaitu 12,1% dengan laju pertumbuhan 3,8% jauh di bawah laju pertumbuhan rata-rata seluruh
sektor sebesar 7,4% (Waspada, 18 Maret 2000).
Membicarakan nelayan hampir pasti isu yang selalu muncul adalah masyarakat yang
marjinal, miskin dan menjadi sasaran eksploitasi penguasa baik secara ekonomi maupun politik.
Kemiskinan yang selalu menjadi trade mark bagi nelayan dalam beberapa hal dapat dibenarkan
dengan beberapa fakta seperti kondisi pemukiman yang kumuh, tingkat pendapatan dan
pendidikan yang rendah, rentannya mereka terhadap perubahan-perubahan sosial, politik, dan
ekonomi yang melanda, dan ketidakberdayaan mereka terhadap intervensi pemodal, dan
penguasa yang datang.
Menurut Mubyarto dkk, kemiskinan nelayan lebih banyak disebabkan oleh adanya
tekanan struktur, yaitu nelayan kaya/penguasa yang menekan nelayan miskin. Hampir sama
dengan asumsi yang dibangun oleh Mubyarto tentang pengaruh struktur, Resusun (1985) juga
menemukan data bahwa nelayan di Pulau Sembilan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, ada
satu kelompok nelayan yang hidupnya tidak berkecukupan, yaitu nelayan yang tidak punya
modal (nelayan kecil), dan mereka selalu diekspoitasi oleh nelayan yang punya modal
(punggawa) dan pedagang (pabilolo) yaitu sawi bagang atau Pabagang atau pembantu utama
punggawa dalam menangani kegiatan operasi penangkapan ikan. Penelitian yang dilakukan oleh
Resusun di atas juga menunjukkan adanya struktur hubungan sosial yang khas pada masyarakat
nelayan. Hubungan itu adalah adanya ketidak seimbangan antara yang mempunyai modal usaha
dan para pekerjanya. Hubungan itu adalah antara punggawasawi/pabagang yang bersifat
timbal balik (reprocity). Walaupun sawi perlu sang punggawa sebagai sumber lapangan kerja,
punggawa juga memerlukan tenaga sawi. Seorang punggawa akan berusaha supaya sawi yang

dipercayai menetap diusahanya. Akibatnya terjadi hubungan yang selalu merugikan sawi.
Karena seringkali kerelaan punggawa untuk meminjamkan uang kepada sawi berdasarkan
motivasi agar sawi tetap berada di lingkaran setan. Hutang yang tidak bisa dilunasi seringkali
harus dibalas dengan jasa yang sangat berlebihan.
2.4 Karakter masyarakat pesisir
Selain itu, karakteristik masyarakat pesisir dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya,
aspek pengetahuan, kepercayaan (teologis), dan posisi nelayan sosial. Dilihat dari aspek
pengetahuan, masyarakat pesisir mendapat pengetahuan dari warisan nenek moyangnya misalnya
mereka untuk melihat kalender dan penunjuk arah maka mereka menggunakan rasi bintang.
Sementara, dilihat dari aspek kepercayaan, masyarakat pesisir masih menganggap bahwa laut
memilki kekuatan magic sehingga mereka masih sering melakukan adat pesta laut atau sedekah
laut. Namun, dewasa ini sudah ada dari sebagian penduduk yang tidak percaya terhadap adatadat seperti pesta laut tersebut. Mereka hanya melakukan ritual tersebut hanya untuk formalitas
semata. Begitu juga dengan posisi nelayan sosial, pada umumnya, nelayan bergolong kasta
rendah.
Secara sosiologis, masyarakat pesisir memiliki ciri yang khas dalam hal struktur sosial
yaitu kuatnya hubungan antara patron dan klien dalam hubungan pasar pada usaha perikanan.
Biasanya patron memberikan bantuan berupa modal kepada klien. Hal tersebut merupakan
taktik bagi patron untuk mengikat klien dengan utangnya sehingga bisnis tetap berjalan (Satria,
2002)3. Dari masalah utang piutang tersebut sering terjadi konflik, namun konflik yang
mendominasi adalah persaingan antar nelayan dalam memperebutkan sumberdaya ikan yang
jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, sangatlah penting adanya pihak yang dapat
mengembangkan sumberdaya laut dan mengatur pengelolaannya.
Dalam hal ini peranan aktif LSM sangat membantu dalam mengarahkan strategi
pembangunan yang diperlukan masyarakat pesisir dan menunjang pengelolaan sumberdaya
lingkungan laut di sekitar tempat tinggal mereka misalnya budidaya perikanan . Pengelolaan ini
dilakukan dengan kegiatan nyata yang sesuai dengan warna dari kultur masyarakat setempat.
Selain itu LSM harus mampu memberikan masukan dan kritikan bagi strategi pengembangan
dan pengelolaan kawasan pesisir.

2.5 Permasalahn Kemiskinan Masyarakat Pesisir


Keterbelakangan dan kemiskinan bukanlah cerita baru bagi masyarakat pesisir.
Berdasarkan ukurannya, kemiskinan dibagi menjadi dua kemiskinan absolute dan kemiskinan
relative (Satria, 2002)6. Kemiskinan absolute adalah masyarakat yang secara alamiah benar-benar
miskin berdasarkan ketentuan ukurannya. Sementara itu, kemiskinan relative merupakan
kemiskinan dari suatu kelompok pendapatan bila dibandingkan dengan kelompok pendapatan
lainnya
Kemiskinan yang merupakan indikator ketertinggalan masyarakat pesisir. ketertinggalan
ini disebabkan paling tidak oleh tiga hal utama, yaitu : kemiskinan structural, kemiskinan superstruktural, dan kemiskinan kultural. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan
karena pengaruh faktor atau variabel eksternal di luar individu.Kemiskinan super-struktural
adalah kemiskinan yang disebabkan karena variabelvariabel kebijakan makro yang tidak begitu
kuat berpihak pada pembangunan nelayan.. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang
disebabkan karena variabel-variabel yang melekat, inheren, dan menjadi gaya hidup tertentu
(Nikijuluw dalam Die, 1996)7.
Kemiskinan kultural terjadi karena faktor internal, nelayan miskin karena kurangnya
modal dan keterbatasan teknologi dan menajemen bahkan karena sifat malas yang dimiliki oleh
nelayan yang menyebabkan dia miskin. Berbeda dengan kemiskinan cultural yang timbul dari
intern, kemiskinan structural terjadi karena factor eksternal misalnya adanya hambatan bagi
mobilitas vertical nelayan, tidak adanya dukungan dari pemerintah atau hubungan patron-klien
yang masih bersifat asimetris.
Aspek struktural menyebabkan lemahnya posisi nelayan atau pembudidaya ikan dalam
pemasaran. Proses tawar menawar menyebabkan para nelayan sangat lemah dan tidak berdaya
karena hasil produksi mereka yang masih minim. Selain itu, desakan kebutuhan yang memaksa
nelayan untuk menerima tawaran harga dari pasar meskipun harga tersebut sangat merugikan
nelayan. Sehingga kajian tentang pemberdayaan untuk mengatasi masalah para nelayan,
kemiskinan dan keterbelakangan sangatlah penting.
Pemberdayaan merupakan upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki oleh
masyarakat (Wahyono, 2001). Program pemberdayaan masyarakat adalah program yang
seluruhnya melibatkan masyarakat, partisipasi masyarakat,dan berbasis masyarakat karena pihak
luar hanya sebatas mendampingi dan memberikan alternative pemecahan masalah bagi masalah

yang dihadapi masyarakat. Untuk melakukan pemberdayaan maka harus ada pengetahuan yang
luas dan penguatan system lokal sehingga ide dan gagasan para nelayan patut didengarkan
dengan baik.

Dietriech G. Bengen. Pelatihan Pengelolaan Wilayah Terpadu. (Bogor 2001)


Selain itu, pemberdayaan harus berlanjut dan bukan untuk waktu yang singkat., karena

kekompleksan suatu masalah disetiap individu dan setiap masyarakat berbeda-beda. Sekarang
ini, sudah banyak proses pemberdayaan bagi para nelayan miskin yang tertinggal. Namun,
sering kali nelayan hanya menjadi pihak yang dibela bukan diperhatikan kepentingan dan
kebutuhan mereka. Proses pemberdayaan bukan lagi suatu proses advokasi melainkan proses
tindakan dan pendidikan yang mendatangkan perubahan yang bermanfaat bagi para nelayan.
2.6 Memberdayakan masyarakat pesisir
Banyak sudah program pemberdayaan yang dilaksanakan pemerintah, salah
satunya adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP). Pada intinya program ini
dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:
1).Kelembagaan
Bahwa untuk memperkuat posisi tawar masyarakat, mereka haruslah terhimpun dalam
suatu kelembagaan yang kokoh, sehingga segala aspirasi dan tuntutan mereka dapat disalurkan
secara baik. Kelembagaan ini juga dapat menjadi penghubung (intermediate) antara pemerintah
dan swasta. Selain itu kelembagaan ini juga dapat menjadi suatu forum untuk menjamin
terjadinya perguliran dana produktif diantara kelompok lainnya.
2).Pendampingan
Keberadaan pendamping memang dirasakan sangat dibutuhkan dalam setiap program
pemberdayaan. Masyarakat belum dapat berjalan sendiri mungkin karena kekurangtauan, tingkat
penguasaan ilmu pengetahuan yang rendah, atau mungkin masih kuatnya tingkat ketergantungan
mereka karena belum pulihnya rasa percaya diri mereka akibat paradigma-paradigma
pembangunan masa lalu. Terlepas dari itu semua, peran pendamping sangatlah vital terutama

mendapingi masyarakat menjalankan aktivitas usahanya. Namun yang terpenting dari


pendampingan ini adalah menempatkan orang yang tepat pada kelompok yang tepat pula.
3).Dana Usaha Produktif Bergulir
Pada program PEMP juga disediakan dana untuk mengembangkan usaha-usaha produktif
yang menjadi pilihan dari masyarakat itu sendiri. Setelah kelompok pemanfaat dana tersebut
berhasil, mereka harus menyisihkan keuntungannya untuk digulirkan kepada kelompok
masyarakat lain yang membutuhkannya. Pengaturan pergulirannya akan disepakati di dalam
forum atau lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sendiri dengan fasilitasi pemerintah
setempat dan tenaga pendamping.
Ketimpangan hubungan politik antara negara (state) dan masyarakat nelayan
(society) selama ini merupakan sebab yang mendasar dari seluruh persoalan yang ada pada
masyarakat nelayan. Ketimpangan yang terjadi secara makro politik pembangunan nasional tidak
menempatkan sektor kemaritiman sebagai pilar utama. Disamping itu, tidak adanya pihak-pihak
yang membantu secara total dan sungguh-sungguh dalam membangun masyarakat nelayan,
mendorong masyarakat nelayan mengembangkan strategi kemandirian berdasarkan kemampuan
sumber daya yang dimiliki untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang mereka hadapi.
Kemandirian ini membangkitkan sikap-sikap otonom di kalangan nelayan merupakan modal
sosial yang sangat berharga sebagai basis kelangsungan kehidupan mereka.
Untuk itu, sikap saling membantu mengatasi kesulitan sosial ekonomi dalam pertukaran
sumber daya merupakan fakta sosial yang sangat intensif untuk kehidupan masyarakat nelayan.
Kondisi ketidakpastian hidup senantiasa membayangi kehidupan nelayan. Untuk mengatasi
ketidakpastian

pendapatan

danmenjaga

kelangsungan

hidup

masyarakat

nelayan

mengembangkan jaringan hubungan tradisional yang bersifat patron-klien untuk menciptakan


rasa aman sosial. Kegiatan usaha perikanan tangkap merupakan aktivitas ekonomi yang
kompleks karena melibatkan banyak pihak yang saling terkait secara fungsional dan substansial.
Sekurang-kurangnya oihak tersebut adalah nelayan pemilik(perahu dan alat tangkap), nelayan
buruh(pandega), pedagang ikan dan pemilik toko yang menjadi pemasok kebutuhan hidup
nelayan atau kebutuhan melaut seperti bahan bakar dan kebutuhan teknisnya.

Mereka terikat oleh jaingan patron-klien karena mereka saling bergantung dan saling
membutuhkan. Jaringan patron-klien merupakan wadah dan sarana yang menyediakan sumber
daya jaminan sosial secara tradisional untuk menjaga kelangsungan hidup nelayan. Pola-pola
relasi sosial patron-klien antara nelayan pemilik dan nelayan buruh ditandaioleh adanya ikatan
kerja dan pertukaran sumber daya ekonomi atau jasa sesuai dengan kemampuan masing-masing
pihak.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat pesisir merupakan suatu komunitas yang hidup di wilayah pesisir dan
menggantungkan hidupnya dengan sumberdaya pesisir. Masyarakat pesisir termasuk masyarakat
yang masih terbelakang dan berada dalam posisi marginal. Selain itu, banyak dimensi kehidupan
yang tidak diketahui oleh orang luar tentang karakteristik masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir
mempunyai cara berbeda dalam aspek pengetahuan, kepercayaan, peranan sosial, dan struktur

sosialnya. Sementara itu, dibalik kemarginalannya, masyarakat pesisir tidak mempunyai banyak
cara dalam mengatasi masalah yang hadir. Masalah kompleks yang dihadapi masyarakat pesisir
adalah kemiskinan, keterbatasan pengetahuan untuk pengelolaan sumberdaya dan teknologi,
serta peran aktif antara pihak luar dengan masyarakat pesisir sehingga dapat menghidupkan
kualitas dan keterampilan masyarakat pesisir tanpa melunturkkan karakter budayanya
Masyarakat pesisir yang memiliki karakter tegas, keras, dan terbuka memerlukan
berbagai strategi dan kegiatan.yang bersifat fleksibel agar dapat berubah sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan mereka. Pemberdayaan masyarakat berbasis masyarkat merupakan salah satu cara
untuk mengatasi kemiskinan dan ketidakberdayaan yang dialami oleh masyarakat pesisir
khususnya para nelayan. Program-program yang telah dilakukan pemerintah untuk
pemberdayaan masyarakat pesisir telah banyak menghasilkan manfaat dan membantu
meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun, tidak sedikit pula program-program yang tidak
berhasil karena tidak sesuai dengan harapan masyarakat dan tidak ada keberlanjutan dari
masyarakat.
3.2 Saran
Pada dasarnya masyarakat pesisir tidak hanya termarginalkan dalam hal geografis,
tetapi juga dalam hal keterlibatan dengan pihak luar. Oleh karena itu, untuk menghadapi berbagai
konflik dan masalah yang tak kunjung reda pada masyarakat pesisir, diperlukan adanya suatu
integrasi dan kerjasama antara pihak terdidik baik suatu lembaga ataupun pemerintah dengan
masyarakat pesisir untuk memberikan pendidikan dan kegiatan nyata yang berkelanjutan yang
dibutuhkan masyarakat. Masyarakat pesisir bukan suatu obyek yang hanya patut diteliti tentang
berbagai ketimpangan yang terjadi didalam masyarakat tersebut dan kemudian dibela. Namun,
masyarakat pesisir memerlukan suatu kegiatan yang tidak bersifat advokasi melainkan suatu
fasilitator yang dapat menampung aspirasi mereka. Olek karena itu, untuk pihak luar yang
bekerja sama dengan masyarakat pesisir hanya patut mendengarkan, dan mendampingi mereka
serta memberikan alternative pemecahan masalah karena masyarakat pesisir sendirilah yang akan
memperbaiki kualitas hidup mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Mubyarto, Loekman Soetrisno dan Michael R.Dove. 1984. Nelayan dan Kemiskinan Studi

Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai. Jakarta: Rajawali.


Departemen Kelautan dan Perikanan. 2001. Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Pesisir.
Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan: Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya

Perikanan. Yogyakarta: LkiS


Pramono, Djoko. Bahari, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1997, Budaya Kerja Nelayan Indonesia di Jawa Timur,

Jakarta: CV Bupara Nugraha


Razali,,Ivan. 1992. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan laut, Laporan

Penelitian. Lembaga Penelitian USU.


Soewito. 1984. Status Ekosistem Laut dan Perikanan (pesisir) Mangrove Dalam
Kaitannya Dengan Kepentingan Peri-kanan di Indonesia dan Kemungkinan

Pengembangannya, Dalam Prosiding Seminar II Ekosistem Mangrove. Jakarta: LIPI


8 Satria Arif. Ekologi Politik Nelayan. LKiS
9 Subri,Mulyadi.2005.Ekonomi Kelautan .Jakarta: Rajawali Press.
10 Dahuri, Rokhmin, dkk, 2004, Budaya Bahari: Sebuah Apresiasi di Cirebon, Jakarta: Perum
Percetakan Negara RI.

Anda mungkin juga menyukai