Makalah Kehidupan Masyarakat Pesisir Di Indonesia
Makalah Kehidupan Masyarakat Pesisir Di Indonesia
Mata kuliah:WSBB
MAKALAH
KEHIDUPAN MASYARAKAT PESISIR
DI INDONESIA
Di susun oleh:
NAMA
: MUHAMMAD
RISWAN
NIM : K11112120
KELAS
: KESMAS B
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.Seperti pepatah yang mengatakan Tak ada gading yang tak retak.Makalah ini juga
masih sangat jauh lebih sempurna.Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan yang
bersifat membangun.Semoga pembaca dapat menikmati dan mengambil hikmah dari makalah
ini.Selamat membaca..
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman sampul..........................................................................................................................i
Kata pengantarii
Daftar isi......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar belakang........................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...................................................................................................................2
1.3 Tujuan dan manfaat................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan............................................................................................................................2
1.3.2 Manfaat.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Pengertian populasi masyarakat pesisir..................................................................................3
2.2 Klasifikasi Masyarakat pesisir................................................................................................3
2.3 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pesisir......................................................4
2.4 Karakter masyarakat pesisir....................................................................................................5
2.5 Permasalahn Kemiskinan Masyarakat Pesisir.........................................................................6
2.6 Memberdayakan masyarakat pesisi.........................................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh
karena
itu,demi
menjaga
dan
karakteristik
sumber
daya
serta
karakteristik
daerahnya
1.3.1 Tujuan
Makalah ini betujuan untuk mengetahui bagaimana pemberdayaaan masyarakat pesisir
yang ada di Indonesia serta bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam
memberdayakan masyarakat pesisir.
1.3.1
Manfaat
Makalah ini bemanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian populasi masyarakat pesisir
Populasi masyarakat pesisir adalah kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir
dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumber
daya laut dan pesisir.Mereka terdiri dari nelayan pemilik,buruh nelayan,pembudidaya ikan,dan
organisme
laut
lainnya,pedagang
ikan,pengolah
ikan,supplier
faktor
sarana
produksi
perikanan.Dalam bidang non perikanan,masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa
pariwisata,penjual jasa transportasi,serta kelompok masyarakat lainnya yang memanfaatkan
sumber daya non-hayati laut dan pesisir untuk menyokong kehidupannya.
kerumunan
pengikat sosial
Pusat orientasi Dasar
Sarana
Tidak ada
interaks
Aktvts
Jaringan
Sosial
social
Mungkin ada Ada
Mungkin ada Dasar
interaks
Kesinambungn Tidak ada
Identitas
Tidak ada
Lokasi
Tidak
Adat, norma
Organisasi
Pimpinan
Golongan
Kelompok
himpunan
komunitas
sosial
Ada
Ada
ada
ada
Ada
Ada
Ada
ada
Ada
Dasar
Mungkin ada Ada
ada
Ada
Mungkin ada Mungkin ada dasar
dasar
Dasar
Mungkin ada Mungkin ada Mungkin ada Mungkin ada Dasar
relevan
Tidak ada
Dasar
Tidak ada
Tidak ada
Mungkin ada Tidak ada
dasar
dasar
ada
Dasar
ada
Ada
nelayan menghadapi sumberdaya yang bersifat open acces dan beresiko tinggi. Hal
tersebut menyebabkan masyarakat pesisir sepeti nelayan memiliki karakter yang tegas, keras,
dan terbuka (Satria, 2002)2.
2.3 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pesisir
Besarnya potensi kelautan tersebut ternyata tidak diikuti oleh kesejahteraan
masyarakat nelayan. Hal ini terlihat dimana kondisi sosial ekonomi nelayan kita sangat jauh
berbeda dengan potensi sumberdaya alamnya. Hal ini dibuktikan dengan masih rendahnya
sumbangan sektor kelautan selama Pelita VI terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional
yaitu 12,1% dengan laju pertumbuhan 3,8% jauh di bawah laju pertumbuhan rata-rata seluruh
sektor sebesar 7,4% (Waspada, 18 Maret 2000).
Membicarakan nelayan hampir pasti isu yang selalu muncul adalah masyarakat yang
marjinal, miskin dan menjadi sasaran eksploitasi penguasa baik secara ekonomi maupun politik.
Kemiskinan yang selalu menjadi trade mark bagi nelayan dalam beberapa hal dapat dibenarkan
dengan beberapa fakta seperti kondisi pemukiman yang kumuh, tingkat pendapatan dan
pendidikan yang rendah, rentannya mereka terhadap perubahan-perubahan sosial, politik, dan
ekonomi yang melanda, dan ketidakberdayaan mereka terhadap intervensi pemodal, dan
penguasa yang datang.
Menurut Mubyarto dkk, kemiskinan nelayan lebih banyak disebabkan oleh adanya
tekanan struktur, yaitu nelayan kaya/penguasa yang menekan nelayan miskin. Hampir sama
dengan asumsi yang dibangun oleh Mubyarto tentang pengaruh struktur, Resusun (1985) juga
menemukan data bahwa nelayan di Pulau Sembilan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, ada
satu kelompok nelayan yang hidupnya tidak berkecukupan, yaitu nelayan yang tidak punya
modal (nelayan kecil), dan mereka selalu diekspoitasi oleh nelayan yang punya modal
(punggawa) dan pedagang (pabilolo) yaitu sawi bagang atau Pabagang atau pembantu utama
punggawa dalam menangani kegiatan operasi penangkapan ikan. Penelitian yang dilakukan oleh
Resusun di atas juga menunjukkan adanya struktur hubungan sosial yang khas pada masyarakat
nelayan. Hubungan itu adalah adanya ketidak seimbangan antara yang mempunyai modal usaha
dan para pekerjanya. Hubungan itu adalah antara punggawasawi/pabagang yang bersifat
timbal balik (reprocity). Walaupun sawi perlu sang punggawa sebagai sumber lapangan kerja,
punggawa juga memerlukan tenaga sawi. Seorang punggawa akan berusaha supaya sawi yang
dipercayai menetap diusahanya. Akibatnya terjadi hubungan yang selalu merugikan sawi.
Karena seringkali kerelaan punggawa untuk meminjamkan uang kepada sawi berdasarkan
motivasi agar sawi tetap berada di lingkaran setan. Hutang yang tidak bisa dilunasi seringkali
harus dibalas dengan jasa yang sangat berlebihan.
2.4 Karakter masyarakat pesisir
Selain itu, karakteristik masyarakat pesisir dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya,
aspek pengetahuan, kepercayaan (teologis), dan posisi nelayan sosial. Dilihat dari aspek
pengetahuan, masyarakat pesisir mendapat pengetahuan dari warisan nenek moyangnya misalnya
mereka untuk melihat kalender dan penunjuk arah maka mereka menggunakan rasi bintang.
Sementara, dilihat dari aspek kepercayaan, masyarakat pesisir masih menganggap bahwa laut
memilki kekuatan magic sehingga mereka masih sering melakukan adat pesta laut atau sedekah
laut. Namun, dewasa ini sudah ada dari sebagian penduduk yang tidak percaya terhadap adatadat seperti pesta laut tersebut. Mereka hanya melakukan ritual tersebut hanya untuk formalitas
semata. Begitu juga dengan posisi nelayan sosial, pada umumnya, nelayan bergolong kasta
rendah.
Secara sosiologis, masyarakat pesisir memiliki ciri yang khas dalam hal struktur sosial
yaitu kuatnya hubungan antara patron dan klien dalam hubungan pasar pada usaha perikanan.
Biasanya patron memberikan bantuan berupa modal kepada klien. Hal tersebut merupakan
taktik bagi patron untuk mengikat klien dengan utangnya sehingga bisnis tetap berjalan (Satria,
2002)3. Dari masalah utang piutang tersebut sering terjadi konflik, namun konflik yang
mendominasi adalah persaingan antar nelayan dalam memperebutkan sumberdaya ikan yang
jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, sangatlah penting adanya pihak yang dapat
mengembangkan sumberdaya laut dan mengatur pengelolaannya.
Dalam hal ini peranan aktif LSM sangat membantu dalam mengarahkan strategi
pembangunan yang diperlukan masyarakat pesisir dan menunjang pengelolaan sumberdaya
lingkungan laut di sekitar tempat tinggal mereka misalnya budidaya perikanan . Pengelolaan ini
dilakukan dengan kegiatan nyata yang sesuai dengan warna dari kultur masyarakat setempat.
Selain itu LSM harus mampu memberikan masukan dan kritikan bagi strategi pengembangan
dan pengelolaan kawasan pesisir.
yang dihadapi masyarakat. Untuk melakukan pemberdayaan maka harus ada pengetahuan yang
luas dan penguatan system lokal sehingga ide dan gagasan para nelayan patut didengarkan
dengan baik.
kekompleksan suatu masalah disetiap individu dan setiap masyarakat berbeda-beda. Sekarang
ini, sudah banyak proses pemberdayaan bagi para nelayan miskin yang tertinggal. Namun,
sering kali nelayan hanya menjadi pihak yang dibela bukan diperhatikan kepentingan dan
kebutuhan mereka. Proses pemberdayaan bukan lagi suatu proses advokasi melainkan proses
tindakan dan pendidikan yang mendatangkan perubahan yang bermanfaat bagi para nelayan.
2.6 Memberdayakan masyarakat pesisir
Banyak sudah program pemberdayaan yang dilaksanakan pemerintah, salah
satunya adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP). Pada intinya program ini
dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:
1).Kelembagaan
Bahwa untuk memperkuat posisi tawar masyarakat, mereka haruslah terhimpun dalam
suatu kelembagaan yang kokoh, sehingga segala aspirasi dan tuntutan mereka dapat disalurkan
secara baik. Kelembagaan ini juga dapat menjadi penghubung (intermediate) antara pemerintah
dan swasta. Selain itu kelembagaan ini juga dapat menjadi suatu forum untuk menjamin
terjadinya perguliran dana produktif diantara kelompok lainnya.
2).Pendampingan
Keberadaan pendamping memang dirasakan sangat dibutuhkan dalam setiap program
pemberdayaan. Masyarakat belum dapat berjalan sendiri mungkin karena kekurangtauan, tingkat
penguasaan ilmu pengetahuan yang rendah, atau mungkin masih kuatnya tingkat ketergantungan
mereka karena belum pulihnya rasa percaya diri mereka akibat paradigma-paradigma
pembangunan masa lalu. Terlepas dari itu semua, peran pendamping sangatlah vital terutama
pendapatan
danmenjaga
kelangsungan
hidup
masyarakat
nelayan
Mereka terikat oleh jaingan patron-klien karena mereka saling bergantung dan saling
membutuhkan. Jaringan patron-klien merupakan wadah dan sarana yang menyediakan sumber
daya jaminan sosial secara tradisional untuk menjaga kelangsungan hidup nelayan. Pola-pola
relasi sosial patron-klien antara nelayan pemilik dan nelayan buruh ditandaioleh adanya ikatan
kerja dan pertukaran sumber daya ekonomi atau jasa sesuai dengan kemampuan masing-masing
pihak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat pesisir merupakan suatu komunitas yang hidup di wilayah pesisir dan
menggantungkan hidupnya dengan sumberdaya pesisir. Masyarakat pesisir termasuk masyarakat
yang masih terbelakang dan berada dalam posisi marginal. Selain itu, banyak dimensi kehidupan
yang tidak diketahui oleh orang luar tentang karakteristik masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir
mempunyai cara berbeda dalam aspek pengetahuan, kepercayaan, peranan sosial, dan struktur
sosialnya. Sementara itu, dibalik kemarginalannya, masyarakat pesisir tidak mempunyai banyak
cara dalam mengatasi masalah yang hadir. Masalah kompleks yang dihadapi masyarakat pesisir
adalah kemiskinan, keterbatasan pengetahuan untuk pengelolaan sumberdaya dan teknologi,
serta peran aktif antara pihak luar dengan masyarakat pesisir sehingga dapat menghidupkan
kualitas dan keterampilan masyarakat pesisir tanpa melunturkkan karakter budayanya
Masyarakat pesisir yang memiliki karakter tegas, keras, dan terbuka memerlukan
berbagai strategi dan kegiatan.yang bersifat fleksibel agar dapat berubah sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan mereka. Pemberdayaan masyarakat berbasis masyarkat merupakan salah satu cara
untuk mengatasi kemiskinan dan ketidakberdayaan yang dialami oleh masyarakat pesisir
khususnya para nelayan. Program-program yang telah dilakukan pemerintah untuk
pemberdayaan masyarakat pesisir telah banyak menghasilkan manfaat dan membantu
meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun, tidak sedikit pula program-program yang tidak
berhasil karena tidak sesuai dengan harapan masyarakat dan tidak ada keberlanjutan dari
masyarakat.
3.2 Saran
Pada dasarnya masyarakat pesisir tidak hanya termarginalkan dalam hal geografis,
tetapi juga dalam hal keterlibatan dengan pihak luar. Oleh karena itu, untuk menghadapi berbagai
konflik dan masalah yang tak kunjung reda pada masyarakat pesisir, diperlukan adanya suatu
integrasi dan kerjasama antara pihak terdidik baik suatu lembaga ataupun pemerintah dengan
masyarakat pesisir untuk memberikan pendidikan dan kegiatan nyata yang berkelanjutan yang
dibutuhkan masyarakat. Masyarakat pesisir bukan suatu obyek yang hanya patut diteliti tentang
berbagai ketimpangan yang terjadi didalam masyarakat tersebut dan kemudian dibela. Namun,
masyarakat pesisir memerlukan suatu kegiatan yang tidak bersifat advokasi melainkan suatu
fasilitator yang dapat menampung aspirasi mereka. Olek karena itu, untuk pihak luar yang
bekerja sama dengan masyarakat pesisir hanya patut mendengarkan, dan mendampingi mereka
serta memberikan alternative pemecahan masalah karena masyarakat pesisir sendirilah yang akan
memperbaiki kualitas hidup mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Mubyarto, Loekman Soetrisno dan Michael R.Dove. 1984. Nelayan dan Kemiskinan Studi
Masyarakat Pesisir.
Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan: Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya
Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1997, Budaya Kerja Nelayan Indonesia di Jawa Timur,