Anda di halaman 1dari 12

Admixture

Fungsi dan Kegunaan Beberapa jenis bahan tambah untuk beton (admixture- Teknologi
beton terbaru) Beton normal? sudah tidak jamannya lagi menggunakan beton normal
saat ini. Ilmu pengetahuan dan perkembangannya telah meletakkan dasar dasar
engineering beton dan pemanfaatannya untuk mengubah beberapa sifat beton. Berikut
ini merupakan beberapa jenis bahan tambah untuk beton dan kegunaan nya: 1. Air
Entraining Agent. Sesuai namanya, additif jenis ini akan memberikan kadar udara yang
lebih banyak daripada beton normal. Pada beton konvensional, jumlah kandungan udara
justru malah dibatasi karena semakin banyak kandungan udara di dalam beton maka
strength nya akan semakin turun. Namun, dalam kasus tertentu, beton justru harus
memiliki kandungan udara yang cukup agar dapat memuai dan menyusut dengan baik.
Salah satu contoh penggunaan additif ini adalah untuk pengecoran pada negara yang
memiliki 4 musim dan pada pengecoran landasan pesawat terbang. Additif beton jenis
ini biasa disebut dengan disingkat yakni AEA 2. Superplasticizer dan Hyperplasticizer.
Additif jenis ini memiliki nama lain yakni High Range Water Reducer. Seperti namanya,
additif jenis ini akan menurunkan konsumsi air dan tetap mendapatkan slump yang
sama atau bahkan lebih bagus. Workability merupakan masalah utama dalam industri
beton. Beton yang memiliki work ability yang bagus, biasanya ditandai dengan nilai
slump yang tinggi. Secara singkat workability bisa dijelaskan dengan kemampuan beton
untuk mengalir dan memenuhi bentuk bekisting tanpa adanya segregasi ataupun rongga
didalamnya. Biasanya, beton yang mampu mengalir adalah beton yang memiliki slump
tinggi. Bahkan slump flow. Namun, nilai slump yang tinggi menuntut konsumsi air yang
semakin banyak. Dengan penggunaan additif jenis ini, maka konsumsi air dapat
dikendalikan. Contoh: TamCem 12R 3. Retarder Additif jenis ini akan memperlambat
penurunan slump dari beton segar. Bahan dasar retarder yang paling tradisional adalah
glukosa/ gula. Dengan penambahan retarder pada dosis yang tepat, maka beton akan
mampu bertahan untuk pengiriman transportasi jarak jauh. Namun, jika dosis retarder
terlalu banyak, beton akan mengalami long setting/ tidak kering. Anda tidak perlu
khawatir jika beton anda mengalami long setting karena mutu beton tidak akan turun
justru akan cenderung naik. Hanya saja memang pekerjaan jadi terhambat. hehe.
Contoh: TamCem 6R 4. Hidration control Additif jenis ini mengendalikan panas hidrasi
sehingga mortar tidak kehilangan workability nya selama proses transportasi. Additif
jenis ini sangat dibutuhkan untuk pengecoran pada cuaca yang sangat panas.Additif
jenis ini juga banyak digunakan dalam industri shotcrete terutama untuk tunneling and
underground mining. Dengan menggunakan additif ini, maka mortar dapat bertahan
hingga 8 jam sehingga cocok untuk perjalanan jarak jauh. Aditif ini berbeda dengan
retarder, karena memiliki prinsip kerja yang berbeda. Jika retarder menghambat
terjadinya ikatan antara semen dan air, hidration control berfungsi menidurkan semen
sementara. Contoh: TamCem HCA 5. Foaming agent Foaming agent adalah additif
pembuat busa yang banyak digunakan dalam industri beton ringan atau bata ringan.
Penggunaan additif jenis ini biasa dicampurkan dengan air dengan perbandingan 1
banding 40. Foam yang baik adalah foam yang tidak mudah pecah dan bentuk
bulatannya seragam. Contoh: TamSoil 200CF 6. Mold Release Agent Additif jenis ini
membantu beton untuk terlepas dari bekisting dan tetap memiliki permukaan yang halus

dan rata tanpa merusak bekisting. Mold release agent terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Water
based dan 2. Oil Based. Contoh Mold release agent yang menggunakan oil based
adalah TamCrete MRO
Di dalam perkembangannya, saat ini muncul jenis additif baru. Additif jenis ini
sebenarnya masuk dalam golongan high range water reducer, namun dia tidak hanya
berfungsi untuk mempertinggi slump dan mengurangi air, lebih dari itu dia bisa
mempercepat proses pengerasan beton. Pada umumnya, beton akan mencapai
kekuatan 100% setelah 28 hari proses curing dll. Namun, saat ini Anda tidak perlu
menunggu sebegitu lama untuk melihat beton 100%. Kenapa perlu menggunakan
additif jenis ini? additif jenis ini sangat dibutuhkan oleh industri precast karena pada
industri ini sangat dituntut cycle time produksi yang cepat. Semakin tinggi cycle time
beton, maka produktifitas pabrik akan meningkat yang akhirnya berujung pada
penurunan cost production. Saat ini, sudah ada additif yang bisa membuat beton
mencapai kekuatan 80% nya pada umur 4 jam. Luar biasa bukan? Anda bisa
membayangkan jika proyek pemerintah menggunakan additif ini. Tidak akan ada lagi
jalanan macet. Karena proyek dikerjakan pukul 12 malam, lalu paginya jalan sudah bisa
dilewati. Namun, additif jenis ini memiliki kerumitan tersendiri dalam proses
pengerjaannya. Dikarenakan sifatnya yang menaikkan strenght beton secara cepat,
biasanya beton yang memakai additif jenis ini slump loss nya akan sangat cepat turun.
Akibatnya, beton susah di handling. Biasanya juga, beton yang menggunakan additif ini
akan lengket/ sticky dan berat dalam pengerjaannya apabila masih menggunakan
orang. Hal ini perlu diperhatikan agar karyawan perusahaan Anda tidak berteriak.
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Fly Ash
3.1 Fly Ash
3.1.1 Pengertian
Sejak Indonesia mengalami krisis bahan bakar minyak,
penggunaan batu bara menjadi alternatif utama sebagai sumber
energy masyarakat, baik masyarakat umum maupun masyarakat
industriawan. Semua sumber tenaga yang menggunakan bahan
bakar yang berasal dari minyak bumi jika memungkinkan, dapat
digantikan dengan batu bara. Badan Pusat Statistik Review of
Energi (2004) mencatat, Indonesia mempunyai cadangan batu
bara terbesar ke lima dunia, setelah Amerika Serikat, Jerman,
Afrika Selatan, dan Ukraina.

Saat ini penggunaan batu bara di kalangan industry semakin


meningkat volumenya, karena harga yang relatif murah
dibandingkan harga bahan bakar minyak untuk industri.
Penggunaan batu bara sebagai sumber energy pengganti BBM, di
satu sisi sangat menguntungkan, namun di sisi lain dapat
menimbulkan masalah. Masalah utama dari penggunaan batu
bara adalah abu batubara yang merupakan hasil sampingan
pembakaran batubara. Sejumlah penggunaan batubara akan
menghasilkan abu batubara sekitar 2-10 %. Pada saat ini,
pengelolaan limbah abu batu bara hanya terbatas pada
penimbunan di areal pabrik (ash disposal).
Abu batubara merupakan bagian dari sisa pembakaran batubara
yang berbentuk partikel halus amorf. Abu tersebut merupakan
bahan anorganik yang terbentuk dari perubahan bahan mineral
(mineral matter) karena proses pembakaran. Proses pembakaran
batubara pada unit pembangkit uap (boiler) akan membentuk
dua jenis abu, yaiti abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom
ash). Komposisi abu batu bara terdiri dari 10-20 % abu dasar dan
80-90% berupa abu terbang. Abu terbang ditangkap dengan
electric precipitator sebelum dibuang ke udara melalui cerobong.
3.1.2 Sifat-sifat
3.1.2.1 Sifat Fisik
Menurut ACI Committee 226, dijelaskan bahwa abu terbang (fly
ash) mempunyai butiran yang halus, yaitu lolos ayakan No. 325
(45 mili micron) 5-27 %. Fly Ash umumnya berbetnuk bola padat
atau berongga. Abu terbang memiliki densitas 2,23 gr/cm3,
dengan kadar air sekitar 4%. Fly ash memiliki specific gravity
antara 2,15-2,6 dan berwarna abu-abu kehitaman. Ukuran
partikel abu terbang hasil pembakaran batubara bituminous lebih
kecil dari 0,075 mm. Fly ash memiliki luas area spesificnya 1701000 m2/kg. Ukuran partikel rata-rata abu terbang batu bara
jenis sub bituminous 0,01 mm 0,015 mm, luas permukaannya 12 m2/g, bentuk partikel mostly spherical, yaitu sebagian besar
berbentuk bola, sehingga menghasilkan kelecakan yang lebih baik
(Nugroho, P dan Antoni, 2007).
3.1.2.2 Sifat Kimiawi

Sifat kimia dari fly ash dipengaruhi oleh jenis batubara yang
dibakar, teknik penyimpanan, dan penanganannya. Pembakaran
batu bara lignit dan sub-bituminous menghasilkan abu terbang
dengan kalsium dan magnesium oksida lebih banyak daripada
jenis bituminous. Komponen utama fly ash batu bara adalah silica
(SiO2), alumina (AleO3), besi oksida (Fe2O3), kalsium (CaO); dan
magnesium , potassium, sodium, titanium, dan belerang dalam
jumlah yang sedikit. Rumus empiris abu terbang adalah:
Si1.0Al0.45Ca0.51Na0.047Fe0.039Mg0.020K0.013Ti0.011.
Komposisi dan Klasifikasi Fly ash dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.2 Komposisi dan Klasifikasi Fly ash
SubKomponen

Bituminus

bituminus

Lignit

SiO2

20-60

40-60

15-45

Al2O3

5-35

20-30

20-25

Fe2O3

10-40

4-10

4-15

CaO

1-12

5-30

15-40

MgO

0-5

1-6

3-10

SO3

0-4

0-2

0-10

Na2O

0-4

0-2

0-6

K2O

0-3

0-4

0-4

LOI

0-15

0-3

0-5

3.1.2.3 Sifat Pozolan


Menurut SK SNI S-04-1989-F (DPU: 1989), pozolan merupakan
bahan yang mengandung silika. Penambahan mineral berupa
silika ke dalam campuran beton merupakan salah satu cara
meningkatkan mutu semen, yang berarti juga meningkatkan
mutu beton yang dihasilkan. Adapun persyaratan kimia pozolan

yang dapat digunakan sebagai bahan campuran beton menurut


SK SNI S-04-1989-F dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Persyaratan Kimia Pozolan
No

Senyawa

Kadar (%)

Jumlah oksida SiO2


1

+Al2O3+Fe2O3

70

SiO2 Maksimum

Hilang pijar maksimum

Kadar air maksimum

Total alkali dihitung sebagai


5
Na2O maksimum
1,5
Abu terbang tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya
semen, namun dengan kehadiran air dan ukurannya yang halus,
oksida silika yang dikandung di dalam fly ash akan bereaksi
secara kimia dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari
proses hidrasi semen dan menghasilkan zat yang memiliki
kemampuan yang mengikat (Djiwantoro, 2001).
Abu batubara dapat digunakan pada beton sebagai material
terpisah atau sebagai bahan dalam campuran semen dengan
tujuan untuk memperbaiki sifat-sifat beton. Fungsi abu batubara
sebagai bahan aditif dalam beton bisa sebagai pengisi (filler)
yang akan menambah internal kohesi dan mengurangi porositas
daerah transisi yang merupakan daerah terkecil dalam beton,
sehingga beton menjadi lebih kuat. Pada umur sampai dengan 7
hari, perubahan fisik abu batubara akan memberikan konstribusi
terhadap perubahan kekuatan yang terjadi pada beton,
sedangkan pada umur 7 sampai dengan 28 hari, penambahan
kekuatan beton merupakan akibat dari kombinasi
antara hidrasisemen dan reaksi pozzolan. (Jackson, 1977).
3.1.3 Jenis-Jenis Fly Ash
Berdasarkan ACI Manual of concrete Practice 1993 Part I 226.3R3), Fly Ash dapat dibedakan menjadi 3 jenis:

1.

Kelas C

Fly ash yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilkan dari
pembakaran lignite atau sub-bitumen batubara (batubara muda).
Untuk fly ash tipe C, kadar SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 > 50%. Kadar
CaO mencapai 10 %. Dalam campuran beton, jumlahan fly ash
yang digunakan sebanyak 15%-35% dari berat silinder.
1.

Kelas F

Fly ash tipe F mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang
dihasilkan dari pembakaran anthracite atau bitumen batubara.
Fly ash tipe F mempunyai kadar SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 > 70%.
Kadar CaO fly ash tipe F kurang dari 5 %. Dalam campuran
beton, jumlahan fly ash yang digunakan sebanyak 15%-25% dari
berat silinder.
1.

Kelas N

Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan


antara lain tanah diatomic, opaline chertz, shales, tuff, dan abu
vulkanik, baik yang diproses melalui pembakaran atau tidak
melalui proses pembakaran.

3.1.4 Perbandingan Fly Ash dan Semen Portland


Fly ash digunakan untuk menggantikan semen Portland pada
beton, karena mempunyai sifat pozzolanic. Hal ini memungkinkan
terjadinya peningkatan kekuatan dan durabilitas dari beton.
Adanya penggunaan fly ash dapat menjadi faktor kunci pada
pemeliharaan beton tersebut.
Pada umumnya, penggunaan fly ash sebagai pengganti sebagian
berat semen terbatas pada fly ash tipe F. Fly ash tersebut dapat
menggantikan semen sampai 30% berat semen yang
dipergunakan dan dapat menambah daya tahan dan ketahanan
terhadap kimia. Fly ash juga dapat meningkatkan workability
dari semen dengan berkurangnya pemakaian air. Produksi semen
sedunia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2 miliar ton. Hal

ini memberikan sebuah solusi, dimana penggunaan fly ash dapat


mengurangi emisi gas carbon secara signifikan.
Perbandingan fly ash dengan semen Portland dapat ditinjau dari
tiga kemiripan sifat ke dua material tersebut, yaitu sifat fisik, sifat
kimia, dan sifat pozzolan.
3.1.4.1 Perb andingan Sifat Fisik
Fly ash dan semen mempunyai kemiripan jika ditinjau dari sifat
fisik. Kemiripan sifat fisik ke duanya dapat ditinjau dari beberapa
variabel. Perbandingan sifat fisik fly ash dan semen Portland
dapat dilihat pada tabel berikut:
Variabel
pembanding

Fly Ash

Semen Portland

5-27% lolos
saringan 45 mili

80% lolos saringan

Kehalusan butir micron

44 mikron

Berat jenis

2,15 2,8 g/cm3

3,15 g/cm3

423 menit

60-120 menit

Waktu
pengikatan
awal

Specific gravity 2,15-2,6

3,15

Suhu
pengikatan

24-270 C

350 C

3.1.4.2 Perbandingan Sifat Kimia


Fly ash dan semen Portland mengandung kapur, silika, alumina,
dan oksida besi. Ke empat unsur ini merupakan unsur-unsur poko
ke dua material ini, karena unsur-unsur tersebut mempengaruhi
fungsi dari material. Perbandingan sifat kimia antara fly ash dan
semen Portland dapat dilihat pada tabel berikut:

Komponen

% rata-rata

% rata-rata untuk

Pembanding

untuk fly ash

semen Portalnd

Kapur, CaO

1-12

60-65

Silika, SiO2

20-60

17-25

Alumina, AL2O3

5-35

3-8

Besi, Fe2O3

10-40

0,5-6

Magnesia, MgO

0-5

0,5-4

Sulfur, SO3

0-4

1-2

0-7

0,5-1

Soda/Potash,
Na2O + K2O

3.1.5 Berbagai Penelitian Pengaruh Penambahan Fly


Ash Pada Pembuatan Beton Mutu Tinggi
3.1.5.1 Penelitian yang dilakukan oleh Mardiono,
Teknik Sipil Universitas Gunadarma Jakarta
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kuat tekan
betonmutu tinggi dan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
penggantian semen dengan abu terbang (Fly Ash) terhadap mutu
kuat tekan beton. Komposisi penggantian semen dengan abu
terbang (Fly Ash) sebanyak 0%, 10%, 20%, 30% dan 40% dari
berat semen, dengan penambahan Superplasticizer Sika
Viscocrete 10 sebanyak 1% dan faktor air semen ditentukan sama
pada semua variasi campuran. Sampel yang digunakan adalah
berbentuk kubus (15 cm x 15 cm x 15 cm), mutu beton yang
direncanakan 40 MPa pada umur 28 hari. Sampel diuji pada
umur 7, 14, 21, dan 28 hari, dengan terlebih dahulu dilakukan
perawatan sebelum pengujian. Jumlah sampel sebanyak 60
sampel, terdiri dari 5 variasi dan masingmasing variasi sebanyak
12 sampel. Dari penelitian diperoleh bahwa kuat tekan beton yang
tertinggi terdapat pada campuran beton penggantian semen
dengan Fly Ash 10% (B10), yaitu sebesar 41,57 MPa dan kuat
tekan beton yang terendah terdapat pada campuran beton
dengan Fly Ash 40% (B40), yaitu sebesar 33,91 MPa.
PengaruhFly Ash dalam beton mutu tinggi adalah butiran Fly

Ash yang halus membuat beton lebih padat karena rongga


antara butiran agregat diisi oleh Fly Ash, sehingga dapat
memperkecil pori-pori yang ada dan memanfaatkan sifat
pozzolan dari Fly Ash. Selain itu penggunaan Fly Ash dengan
takaran tertentu terbukti dapat meningkatkan kekuatan beton.
3.1.5.2 Surya Sebayang, Pengaruh Kadar Abu
Terbang Sebagai Pengganti Sejumlah Semen Pada
Beton Alir Mutu Tinggi
Beton alir dapat mengalir dan menghasilkan adukan yang
homogeny ketika mengisi daerah penulangan yang padat. Beton
alir digunakan untuk mengurangi bahkan meniadakan kebutuhan
pemadatan, mengurangi biaya konstruksi, dan mempercepat
waktu konstruksi. Beton alir mutu tinggi pada penelitian yang
dilakukan oleh Surya Sebayang menggunakan abu terbang yang
berasal dari Suralaya Banten sebagai bahan pengganti sejumlah
semen. Pengujian yang dilakukan meliputi kelecakan adukan,
waktu pengikatan beton, berat volume beton, dan kuat tekan
beton. Perancangan campuran beton menggunakan metode ACI
211-4R-1993 yang dikombinasikan dengan metode Hashimoto.
Adukan beton terdiri dari 5 variasi, yaitu kadar abu terbang )5,
3%, 6%, 9%, 12%, dan 15%. Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa
semakin besar kadar abu terbang pada adukan beton, maka
kelecakan beton semakin bertambah. Penggunaan abu trbang
ternyata dapat membuat adukan menjadi kohesif dan tidak
terjadi segregasi pada adukan beton. Penggunaan abu terbang
pada adukan beton memperlambat waktu pengikatan awal dan
pengikatan akhir beton. Kuat tekan beton alir abu terbang pada
umur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari masih lebih rendah
dibandingkan dengan kuat tekan beton tanpa abu terbang dengan
umur yang sama. Kuat tekan optimum beton abu terbang sebesar
48,607 MPa pada umur 56 hari, dengan kadar abu terbang 9%
sebagai bahan pengganti sejumlah semen
3.1.5.3 I Wayan Suamita, Kuat Tekan Beton dengan
Penambahan Fly Ash dari PLTU Mpanau Tavaeli
Kebutuhan bahan bangunan makin meningkat seiring dengan
meningkatnya laju pembangunan fisik. Perlu diusahakan adanya
bahan bangunan pengikat alternatif yang diperuntukan pada
bangunan struktural dan nonostruktural. Salah satu bahan
pengikat alternatif adalah fly ash (abu terbang). Abu terbang

memiliki sifat pozzolan dan dapat bereaksi dengan kapur pada


suhu ruang dengan media air dan membentuk senyawa yang
bersifat mengikat. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
abu terbang terhadap kuat tekan beton. Penentuan komposisi
campuran berdasarkan SK SNI T-15-1990-03. Penelitian ini
memvariasikan bahan tambah abu terbang antara 5%, 10%, 15%,
20% dan 25% sebagai bahan tambah Hasil pengujian di
laboratorium menunjukkkan bahwa beton dengan penggunaan
abu terbang sebagai bahan tambah dalam campuran beton
mengalami peningkatan kuat tekan antara 5,088%, 9,473%,
12,103%, 14,034% hingga 15,437% dari beton normal.

Sillica Fume
Dalam teknologi beton, Silica Fume (SF) digunakan sebagai pengganti sebagian dari
semen atau bahan tambahan pada saat sifat-sifat khusus beton dibutuhkan, seperti
penempatan mudah, kekuatan tinggi, permeabilitas rendah, durabilitas tinggi, dan lain
sebagainya. Silica fume merupakan hasil sampingan dari produk logam silikon atau alloy
ferosilikon. Menurut standar Spesification for Silica Fume faor Use in Hydraulic
Cement Concrete and Mortal (ASTM.C.1240,1995: 637-642), silica fume adalah
material pozzolan yang halus, dimana komposisi silika lebih banyak dihasilkan dari
tanur tinggi atau sisa produksi silikon atau alloy besi silikon (dikenal sebagai gabungan
antara micro silica dengan silica fume).
Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk
menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan tinggi
digunakan, misalnya, untuk kolom struktur atau dinding geser, pre-cast atau beton prategang dan beberapa keperluan lain. Kriteria kekuatan beton berkinerja tinggi saat ini
sekitar 50-70 Mpa untuk umur 28 hari. Penggunaan silica fume berkisar 0-30% untuk
memperbaiki karakteristik kekuatan keawetan beton dengan faktor air semen sebesar
0,34 dan 0,28 dengan atau tanpa superplastisizer dannilai slump 50 mm (Yogerdran, et
al, 1987: 124-129).

Silica fume merupakan serbuk halus yang terdiri dari amarphous microsphere
dengan diameter berkisar antara 0,1-1,0 micron meter, berperan penting terhadap
pengaruh sifat kimia dan mekanik beton. Ditinjau dari sifat mekanik, secara geometrikal
silica fume mengisi rongga-rongga di antara bahan semen (grain of cement), dan
mengakibatkan pore size distribution (diameter pori) mengecil serta total volume pori
juga berkurang (Subakti, 1995: 269).
Silica Fume merupakan bahan yang sebagian besar amopfus (amarphoous silico),
bahan spherical yang sangat lembut, yang terdiri dari pertikel-pertikel seperti kaca hasil
dari pembekuan cepat agaseous SiO, bela bersentuhan dengan udara terjadi oksidasi
secara cepat di dalam pendingin bagian dari furnace yang menghasilkan logam metal
alloy ferosilikon. Kandungan SiO2 yang tinggi dalam SF yang mencapai 85 sampai 98
persen, berguna untuk keperluan campuran semen (Khayat, K.H, et al, 1997).
Penggunaan silca fume selalu bersamaan dengan High Range Water Reducer
(Superplasticizer). Karena adanya penggunaan air pada bahan beton dan adanya bahan
silika fume yang mengisi pori-pori serta berfifat pozzolan ini, maka mengakibatkan
beton menjadi kedap, awet, dan berkekutan tinggi. Bila beton dianggap terdiri dari batu
pecah sebagai frame atau rangka dan pasta semen sebagi matriks pengisinya. Mengenai
pasta semen dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah tengah dan daerah transisi
(transition zone), yaitu batas antara agregat dengan pasta. Daerah tengah biasanya
cukup kuat, tetapi daerah transisi sering terjadi bleeding atau kebanyakan air sehingga
kadang-kadang lemah dibanding dengan daerah tengah. Dengan adanya silica fume
daerah agregat matriks transisi lebih padat dan kuat sehingga hubungan antara semen
pasta dan agregat menjadi lebih kompak, agregat dan pasta merupakan kesatuan
struktur komposit yang cukup solid dan kuat (Rosemberg dan Gaidis).
Diameter rata-rata silica fume adalah sekitar 0,1 micron meter, yaitu 100 kali
lebih kecil daripada partikel semen. Hasil pengujian porosimeter yang menggunakan
metode penyerapan merkuri, diperoleh distribusi ukuran median adlah 8,53 micron
meter, jari-jari pori rata-rata sebesar 0,13 micron meter, dan luas permukaan spesifik
yang sangat tinggi 216,0 m2/g. Kadungan silika (SiO2) sangat tinggi 93,09 persen,
ketentuan ASTM C 1240-93 mensyaratkan minimal sebesar 85 persen (Ilham, 2006:
29).

Keuntungan-keuntungan penggunaan silica fume dan superplatisticizer pada


campuran beton menurut beberapa hasil penelitian terdahulu antara lain seperti
kekuatan tekan hancurnya lebih tinggi, kekuatan tarik lebih tinggi, rangkaknya lebih
kecil, regangan yang terjadi kecil, susutnya kecil, modulus elastisitasnya tinggi,
ketahanan terhadap serangan klorida tinggi, ketahanan terhadap keausan tinggi dan
permeabilitas lebih kecil (220). Dalam hal ketahanan terhadap serangan klorida tinggi,
menurut Sorensen (Rachee dan Kumar, 1989), mengatakan bahwa dengan
berkurangnya permeabilitas beton, berarti juga akan berkurangnya penetrasi serangan
kimia.
Kendala-kendala yang ada dalam penggunaan silica fume antara lain seperti,
handling/pelaksanaan, bahaya kesehatan kerja, air entrainment, plastic shringkage, dan
quality control. SF merupakan bahan sangat lembut dan mudah sekali terbang kena
angin, maka perlu diperhatikan dalam pelaksanaan loading, penangkutan, peyimpanan
dan pencampuran. Sehubungan dengan kesehatan kerja, karena SF sangat halus,
kemungkinan penghisap SF oleh pekerja akan terjadi, oleh karena itu pekerja harus
dilengkapi dengan lat pelindung pernafasan.
Percobaan dilaboratorium dan lapangan menunjukkan bahwa penggunaan SF
bertendensi terjadi plastic shrinkage cracks (Aicitin & Pinsonneuault, 1981), oleh sebab
itu perlu diadakan pencegahan dengan menutup permukaan beton yang dalam proses
pengerasan, untuk mencegah penguapan akibat angin dan suhu. Dalam masalah kontrol
kualitas, dianggap sangat penting, agar membatasi variasi dari kehalusan produksi SF.
Kehalusan dari kadar Silicondioxid (SiO2) harus dikontrol setiap hari, tergantung pada
kontrol pabrik dan sistem penangkapan abu yang digunakan. ***

Anda mungkin juga menyukai