Geriatri
Geriatri
Disusun oleh :
Gizara Sugihartono
G 0004104
G 0005079
Fitriana Nurwinarsih
G 0005099
Ismawardi
G 0005118
Noer Azizah
G 0005141
Pembimbing :
dr. Fatichati B, Sp. PD
BAB I
PENDAHULUAN
Tetap berprestasi dimasa tua adalah harapan setiap insan, baik individu itu
sendiri maupun keluarga dan kerabatnya. Namun demikian, tidak setiap harapan
dapat diwujudkan dengan mulus. Harapan yang demikian pernah dikemukakan
oleh seorang Gerontolog dari Amerika yang menyatakan "Not only add years to
life, but also life to years" atau jangan hanya menambah tahun pada kehidupan,
tetapi juga menambah kehidupan pada tahun-tahun itu.
Dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi, termasuk teknologi
kedokteran, maka umur harapan hidup manusia menjadi lebih panjang dan umur
rata-rata penduduk menjadi lebih tua. Tetapi, menambah panjang umur tanpa
peningkatan kualitas hidup tentunya tidak cukup, karena hanya akan menambah
panjang penderitaan bagi individu tersebut maupun keluarga dan masyarakat, baik
ditinjau dari segi budaya, sosial, maupun ekonomi. Dengan bertambahnya usia,
ditunjang kemunduran kemampuan psikis dan fisik, serta menderita berbagai
penyakit, merupakan keadaan yang sangat tidak diharapkan. Padahal, pada
kenyataannya terdapat beberapa orang usia lanjut yang masih mempunyai
keinginan dan harapan-harapan yang ingin dicapai.
Pembahasan tentang proses menua semakin sering muncul seiring dengan
semakin bertambahnya populasi usia lanjut di berbagai belahan dunia. Telah
banyak dikemukakan bahwa proses menua amat dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan. Proses menua bukanlah sesuatu yang terjadi hanya pada orang
berusia lanjut, melainkan suatu proses normal yang berlangsung sejak maturitas
dan berakhir dengan kematian. Namun demikian, efek penuaan tersebut menjadi
lebih terlihat setelah usia 40 tahun.1
Secara umum dapat dikatakan terjadi kecenderungan menurunnya
kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler maupun pada tingkat organ sejalan
dengan proses menua. Akibat penurunan kapasitas fungsional tersebut, orang
berusia lanjut umumnya tidak berespon terhadap berbagai rangsangan internal
maupun eksternal. Menurunnya kapasitas untuk berespon terhadap lingkungan
internal cenderung membuat orang usia lanjut kesulitan untuk memelihara
2
kestabilan status fisik dan kimiawi dalam tubuh. Gangguan pada homeostasis
tubuh tersebut dapat memudahkan terjadinya berbagai disfungsi sistem organ.1
Nutrisi merupakan penentu yang sangat penting terhadap kesehatan, fungsi
fisis, dan kognitif, vitalitas, kualitas hidup keseluruhan, dan panjangnya usia.
Status nutrisi memiliki dampak utama pada timbulnya penyakit dan hendaya pada
usia lanjut. Kecenderungan pola diet saat ini di negara negara yang sedang
berkembang adalah menuju diet tinggi lemak yang ikut menambah resiko
penyakit kronik.2
Prevalensi malnutrisi meningkat seiring dengan timbulnya kelemahan dan
ketergantungan fisik pada geriatri. Selain malnutrisi, obesitas dan defisiensi
mikronutrien juga kerap terjadi pada populasi lanjut usia yang kemudian akan
mencetuskan berbagai penyakit kronik.2
A. Batasan Usia Lanjut
Batas umur untuk usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. WHO
membagi umur tua sebagai berikut:
1. Umur lanjut (elderly): 60--74 tahun
2. Umur tua (old): 75--90 tahun
3. Umur sangat tua (very-old): > 90 tahun
B. Beberapa Jenis Penyakit pada Kelompok Usia Lanjut
Jenis penyakit yang ditemukan pada kelompok usia lanjut sebenarnya
tidak berbeda dengan yang ditemukan pada kelompok usia lebih muda. Penyakit
yang diketemukan pada usia lanjut antara lain osteoporosis, osteomalasia,
dementia, penyakit alzheimer, katarak, dan otosklerosis. Beberapa penyakit yang
frekuensinya lebih lebih tinggi dari usia muda lainnya antara lain osteoartritis,
artritis reumatoid, penyakit keganasan, penyakit parkinson, dan gangguan
pembuluh darah otak (cerebro-vascular disease = CVD). Beberapa penyakit lain
yang menimbulkan masalah pada kelompok usia lanjut, misalnya diabetes militus,
hipertensi, penyakit infeksi, bronkopneumonia, penyakit paru obstruksi menahun,
tuberkulosis, fraktur, dan lain-lain.
C. Transisi Nutrisi
Penyebab kematian utama pada usia lanjut adalah penyakit vaskuler dan
penyakit kronik yang menyertainya. Upaya pencegahan penyakit ini dilakukan
melalui pola hidup sehat yang mencakup aktivitas fisik, diet bergizi, dan tidak
merokok. Bersamaan dengan pesatnya peningkatan populasi usia lanjut,
didapatkan bukti perubahan tingkah laku dan pola aktivitas fisik yang
meningkatkan resiko timbulnya penyakit kronis. Hal ini disebut dengan transisi
nutrisi.2
Urbanisasi, pertumbuhan
ekonomi, diet tradisional
pedesaan
Kurang
variasi
Kurang
lemak
Tinggi serat
tidak adekuat
Makanan
olahan, Diet
barat modern
Aneka
ragam
Tinggi
lemak
Rendah
adekuat & hati- serat
tidak hati-hati
hati
Progresivita
s
obesitas
peny
kronik
D. Metabolisme Energi
Produksi energi untuk tiap m2 luas tubuh menurun secara progresif dengan
bertambahnya usia. Rata rata penurunannya adalah 12kal/m2/jam untuk tiap
tahun antara usia 20 sampai dengan 90 tahun. Penurunan ini terjadi oleh karena
berkurangnya jaringan aktif (metabolizing tissue) sejalan dengan bertambahnya
usia.
Produksi ini merupakan produksi untuk metabolisme basal ditambah
dengan energi untuk aktivitas. Kebutuhan energi untuk aktivitas menurun lebih
besar daripada untuk metabolism basal, terutama pada lansia.5
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Menua (aging) merupakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan
berakhir saat kematian. Selama periode pertumbuhan, proses anabolisme
melampaui proses katabolisme. Pada saat tubuh sudah mencapai tingkat
kematangan fisiologik, kecepatan katabolisme atau proses degenerasi lebih besar
daripada proses regenerasi sel. Akibat yang timbul adalah hilangnya sel sel yang
berdampak dalam bentuk penurunan efisiensi dan gangguan fungsi organ.
A. Komposisi tubuh
Sarcopenia (berkurangnya massa, kekuatan, dan kualitas otot). menua
ditandai dengan kehilangan lean body mass secara progresif dan perubahan di
semua sistem dalam tubuh manusia. berikut ini adalah perubahan fisiologik
yang berhubungan dan mempengaruhi status gizi lansia.5
B. Indera
Indera pengecap, pencium, dan penglihatan menurun yang akan secara
langsung dan tak langsung mempengaruhi nafsu dan asupan makan. Papila
pengecap mulai mengalami atrofi pada usia 50 tahun, dari jumlah 245 pada
anak menjadi hanya 88 pada usia 74 85 tahun. Terjadi penurunan sensitifitas
terhadap rasa manis dan asin. Selain itu muncul glossodyna atau nyeri pada
lidah.3,4,5
C. Saluran Gastrointestinal
Terjadi perubahan perubahan pada kemampuan digesti dan absorbsi yang
terjadi sebagai akibat hilangnya opioid endogen dan efek berlebihan dari
kolesistokin. Akibat yang muncul adalah anoreksia. Atropi gastritis,
menurunnya motilitas usus hingga terjadi konstipasi, gigi tanggal dan karies
sehingga menimbulkan rasa nyeri dan gangguan pengunyahan, menurunnya
sekresi saliva dan mucus hingga terjadi gangguan pengunyahan dan
penelanan, disfagia, menurunnya sekresi asam lambung, hiperchlorhidria
yakni berkurangnya sel parietal mukosa lambung yang akan mengakibatkan
penurunan absorbsi kalsium dan non-hem iron, overgrowth bakteri yang
5
BAB III
JENIS GANGGUAN GIZI PADA USIA LANJUT
Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi
kurang maupun gizi lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit
atau terjadi sebagai akibat dari penyakit tertentu. Oleh karena itu langkah pertama
yang harus dilakukan adalah menentukan terlebih dahulu ada tidaknya gangguan
gizi, mengevaluasi faktor faktor yang berhubungan dengan gangguan gizi serta
merencanakan bagaimana gangguan gizi teresebut dapat diperbaiki.5
A. Malnutrisi Energi Protein
1. Definisi
Manutrisi energi protein adalah kondisi dimana energi dan atau
protein yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan metabolik. Hal ini dapat
terjadi karena buruknya asupan protein atau kalori, meningkatnya
kebutuhan
metabolik
bila
terdapat
penyakit
atau
trauma,
atau
Isolasi sosial
Hidup sendiri, kehilangan gairah hidup, kehilangan pasangan
hidup, tidak ada keinginan untuk memasak
Ketidaktahuan
dapat terjadi sejak kecil atau karena pengetahuan yang rendah
Gangguan fisik
Gangguan indra, hemiplegic/hemiparese, artritis
Gangguan mental
Depresi, demensia
Kemiskinan
Iatrogenik
8
5. Penatalaksanaan
a.
Atasi problem akut (jika ada) seperti mengatasi infeksi, kontrol
tekanan darah, dan menjaga kondisi keseimbangan metabolik,
elektrolit, dan cairan. Setelah masalah akut teratasi, pasien diminta
mengkonsumsi sebanyak mungkin makanan. Tujuannya adalah
memberikan asupan kalori kira kira 35 kkal/kgBB ideal. Lakukan
upaya intervensi nutrisi yang agresif. Sebagai patokan umum, dalam
48 jam pertama perawatan sudah diberikan asupan gizi adekuat.
9
c.
B. Obesitas
Berat badan lebih per definisi adalah indeks massa tubuh 25 kg/m2.
Pasien disebut menderita obesitas bila indeks massa tubuh 20 kg/m2. Dengan
meningkatnya usia, biasanya terjadi peningkatan massa lemak total serta
berkurangnya massa tubuh kering dan massa tulang. Lemak terdistribusi
secara sentral dengan pertambahan lemak visceral yang dicerminkan oleh
lingkar pinggang. Bertambahnya berat badan dan massa lemak berkaitan
dengan perubahan metabolik dan fisiologis yang mempengaruhi kesehatan dan
fungsi fisik. Terdapatnya faktor faktor resiko kardiovaskuler seperti
hipertensi, dislipidemia, dan diabetes mencerminkan adanya peningkatan berat
badan dan lemak tubuh. Pada tingkat yang lebih tinggi, lemak intraabdominal
10
WHO
ASIA PASIFIK
Underweight
< 18,5
< 18,5
Batas normal
20 20,5
18,5 22,9
Overweight
> 25
23
At risk
25 30
23 24,9
Obese I
30 40
25 29,9
Obese II
> 40
30
11
12
BAB IV
KEBUTUHAN ZAT GIZI PADA LANSIA
Tiap negara mempunyai standar/baku untuk kebutuhan zat gizi dengan
menggunakan standar FAO/WHO sebagai acuan utamanya. Indonesia memiliki
Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (KGA)
A. Menu Harian Lansia
1. Prinsip Pemberian Makan Melalui Mulut (Oral)
Pemberian makan melalui mulut dapat dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi bagi pasien lanjut usia yang tidak memiliki masalah
dalam menelan dan mengunyah makanan. Adapun prinsip pemberiannya
adalah sebagai berikut :
a. Siapkan makanan dan minuman yang akan diberikan
b. Posisikan pasien duduk atau setengah duduk.
c. Berikan sedikit minum air hangat sebelum makan.
d. Biarkan pasien untuk mengosongkan mulutnya setelah setiap
sendokan.
e. Selaraskan kecepatan pemberian makan dengan kesiapan
pasien, tanyakan pemberian makan terlalu cepat atau lambat.
f. Perbolehkan pasien untuk menunjukkan perintah tentang
makanan pilihan pasien yang ingin dimakan.
g. Setelah selesai makan, posisi pasien tetap dipertahankan selama
30 menit.
2. Para ahli gizi menganjurkan bahwa untuk manula yang sehat, menu seharihari hendaknya
a. Tidak berlebihan, tetapi cukup mengandung zat gizi sesuai
dengan persyaratan kebutuhan manula.
b. Bervariasi jenis makanan dan cara olahnya
c. Membatasi konsumsi lemak yang tidak kelihatan (menempel
pada bahan pangan, terutama pangan hewani)
d. Membatasi konsumsi gula, dan minuman yang banyak
mengandung gula
13
14
Kelompok
Makanan
Bahan Pokok
Lauk pauk
Sayuran
Buah-buahan
Susu
Jenis Pangan
Per Porsi
Nasi
(1 prg = 200 g)
Daging
(1 ptg = 50 g)
Tahu
(1 ptg = 25 g)
Bayam
(1 mgk = 100 g)
Pepaya
(1 ptg = 100 g)
Skim
(1 gls = 100 g)
Perempuan
1.5
1.5
1.5
Menu
Porsi
Pagi
Roti telur
Susu
Papais
Nasi
Semur daging
Pepes tahu
Sayur bayam
Pisang
Kolak pisang
Mie baso
Pepaya
1 tangkep
1 gelas
2 bungkus
1 piring
1 potong
1 bungkus
1 mangkok
1 buah
1 mangkok
1 mangkok
1 buah
Selingan
Siang
Selingan
Malam
bagi kelompok makanan yang telah disajikan pada Tabel 2 dan 3. Variasi dalam
menu harian sangat diperlukan karena sangat menghindari rasa bosan dan baik
bagi kelengkapan zat gizi (komplementasi zat gizi).
Tabel 6. Berbagai kelompok makanan pengganti/penukar
Kelompok Makanan
Sumber Karbohidrat
Jenis Makanan
Nasi, jagung, ketan, bihun, biskuit, kentang, mie instan,
mie kering, roti tawar, singkong, talas, ubi jalar, pisang
nangka, makaroni
Sumber Protein Hewani Daging ayam, daging sapi, hati (ayam atau sapi), telur
unggas, ikan mas, ikan kembung, ikan sarden, bandeng,
baso daging
Sumber Protein Nabati Kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah,
kacang tolo, tahu, tempe, oncom
Buah-buahan
Pepaya, belimbing, alpukat, apel, jambu biji, jeruk,
mangga, nangka, pisang ambon, sawo, semangka, sirsak,
tomat
Sayuran
Bayam, buncis, beluntas, daun pepaya, daun singkong,
katuk, kapri, kacang panjang, kecipir, sawi, wortel, selada
Makanan Jajanan
Bika ambon, dadar gulung, getuk lindri, apem, kroket, kue
pia, kue putu, risoles
Susu
Susu sapi, susu kambing, susu kerbau, susu kedelai, skim
B. Asupan yang dianjurkan
Tabel 7. Asupan nutrisi yang dianjurkan
Energi (Kal)
Protein (gram)
Zat besi (mgram)
Kalsium (mgram)
Vit C (mgram)
Laki laki
Perempuan (60+)
(60+)
2200
62
13
500
60
1850
54
14
500
60
ganda
Protein 10-15 %
Cairan
16
Vitamin A. Tidak ada peningkatan kebutuhan vitamin A pada lansia. Lansia lebih
rentan mengalami retensi vitamin A dimana akumulasi dari vitamin A (>3000 )
akan meningkatkan resiko fraktur osteoporosis.
Vitamin D. Pada lansia terdapat perubahan fungsi tubuh yang berpengaruh
terhadap kebutuhan vitamin D, yakni menurunnya fotosintesis di kulit,
berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengkonversi 25-hydroxyvitamin D
menjadi vitamin D aktif (calcitriol) serta menurunnya respon usus pada
1,25(OH)2D dan menurunnya kemampuan absorbsi vitamin D, sehingga asupan
vitamin D yang adekuat penting pada lansia karena vitamin D dapat menurunkan
penyerapan kalsium yang beresiko osteomalasia dan osteoporosis.
Vitamin E. Fungsi utama vitamin ini adalah sebagai lipid antioksidan, pelindung
membrane biologis, dan menunda penyakit degeneratif. RDA menganjurkan
konsumsi vitamin E sebanyak 15 mg/hari. Sumber vitamin E yang baik adalah
minyak sayur, kacang kacangan, margarine, dan gandum.
Vitamin K. Fungsi vitamin K adalah untuk sintesis faktor koagulan. Vitamin K
juga berperan sebagai kofaktor enzim yang mengkatalisis konversi protein-bound
glutamyl residu menjadi carboxyglutamyl residu, termasuk pembentukan
osteoocalcin, sehingga defisiensi vitamin K juga dapat meningkatkan resiko
menurunnya bone mineral density (BMD) dan fraktur.3
C. Piramida makanan
Piramida makanan dengan beragam pilihan makanan dapat menjadi
suatu petunjuk dalam memilih makanan sehat, tidak tergantung pada usia
(mulai usia 2 tahun ke atas) atau gaya hidup anda. Piramida makanan
memenuhi prinsip-prinsip dasar dari makanan sehat, yaitu variatif, seimbang,
dan terbatas.
1) Variatif
17
Tidak ada satupun jenis makanan yang dapat memenuhi semua zat
gizi yang dibutuhkan. Diet bervariasi yang mengandung beberapa jenis
makanan berbeda dari lima kelompok makanan utama pada Piramida
dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan.
2) Seimbang
Diet dengan gizi seimbang dalam jumlah yang cukup dari kelima jenis
makanan, dapat memenuhi kebutuhan kalori dan zat gizi. Kebutuhan
setiap orang berbeda tergantung dari umur, jenis kelamin dan aktifitas
fisik yang dilakukan.
3) Tidak berlebihan
Memilih makanan dan minuman secara hati-hati akan membantu anda
mengontrol kalori dan jumlah lemak total, lemak jenuh, kolesterol,
garam, gula dan minuman beralkohol. Sistem ini juga fleksibel
sehingga anda dapat memilih dan menikmati jenis makanan yang
tersedia
18
pemeriksaan gizi; (2) gejala gejala yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut;
(3) gejala gejala yang tidak berhubungan dengan gizi. Tanda tanda yang
masuk ketiga kategori dapat ditemukan pada berbagai organ seperti pada rambut,
lidah, konjungtiva, bibir, kulit, hati, limpa, dan sebagainya.
Pemeriksaan antropemetri adalah pengukuran variasi berbagai dimensi
fisik dan komposisi tubuh secara umum pada berbagai tahapan umur dan derajat
kesehatan. Pengukuran yang dilakukan meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit. Semua hasil pengukuran tersebut
harus dikontrol terhadap umur dan jenis kelamin. Dalam melakukan interpetrasi,
digunakan beberapa standar internasional maupun nasional seperti standar WHO,
NCHC, Harvard, dan sebagainya. Perlu ditekankan di sini bahwa pemeriksaan
tinggi badan pada lansia dapat memberikan nilai kesalahan yang cukup bermakna
oleh karena telah terjadinya osteoporosis pada lansia yang berakibat kompresi
pada columna vertebra. Untuk itu para ahli sepakat bahwa sebagai gantinya tinggi
badan dapat diganti dengan panjang rentang tangan (armspan) dalam penentuan
indeks massa tubuh (BMI).
Pemeriksaan biokimia dapat dilakukan terhadap berbagai jaringan tubuh,
namun yang paling lazim, mudah, dan praktis adalah darah dan urin. Zat gizi
tertentu dapat dievaluasi statusnya melalui pemeriksaan biokimiawi seperti status
besi, vitamin A, iodium protein, dan sebagainya.
Pemeriksaan biofisik dapat dilakukan misalnya pada tulang untuk menilai
derajat osteoporosis, jantung untuk kecurigaan beri beri. dan smear terhadap
mukosa organ tertentu.5
Untuk kekurangan kalori protein, waspadai lansia dengan riwayat pendapatan
yang kurang, kurang bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau
teman, kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk
menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mengganggu nafsu
makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera.
Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi
lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.
Sementara untuk kekurangan vitamin D, biasanya terjadi pada lansia yang
kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu,
21
dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu
dan produk olahannya.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
diabetes mellitus.
Perbanyak frekuensi konsumsi hewan laut.
Lemak tak jenuh omega 3 yang banyak pada golongan ikan telah terbukti
memberikan perlindungan terhadap/mencegah terjadinya aterosklerosis.
Gunakan garam beryodium, namun batasi jumlahnya atau kurangi
konsumsi makanan yang diawetkan atau diolah dengan banyak
22
10.
11.
melindungi sel sel tubuh dan kerusakan yang terjadi secara dini.4,5
Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang.
Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan
lebih sering dengan porsi yang kecil.
Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Makanlah makanan yang mudah dicerna
Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan
Bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang
baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang
Makan dalam porsi kecil tetapi sering
Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya
12.
13.
14.
15.
Diberikan
Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab
berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging
rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.
Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus,
atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng
Perencanaan makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna Untuk
mengurangi resiko konstipasi dan hemoroid:
a. Sarankan untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi setiap hari,
seperti sayuran dan buah-buahan segar, roti dan sereal.
b. Anjurkan pasien untuk minum paling sedikit 8 gelas cairan setiap hari
untuk melembutkan feses.
c. Anjurkan untuk tidak menggunakan laksatif secara rutin , karena pasien
akan menjadi tergantung pada laksatif.
perkembangan
konstipasi.
Penggunaan
laksatif
yang
25
pasien yang melalui oral feeding nya tak dapat mempertahankan status
gizinya.
b. Pada pasien yang akan mengalami home care , lansia dan
perawatnyaharus dididik tentang prosedur yang perlu dan diberi tahu
tentang komplikasi yang dapat terjadi.
c. Program nutrisinya harus sesuai dengan pemenuhan kebutuhan pola
hidup di rumah.
d. Disamping perawat/anggota keluarga yang terlatih, masih diperlukan
pemantauan berkala oleh tenaga yang memiliki pengetahuan tentang
potensi resiko infeksi, mekanik, dan metabolik dari feeding tube.
e. Efek samping utama adalah retensi cairan berlebihan. Peningkatan
berat badan dalam 2 3 hari pertama yang mencerminkan adanya
retensi cairan bila pertambahan berat badan berkaitan dengan
penurunan signifikan kadar hemoglobin dan albumin serum. Bila
pasien menderita gangguan fungsi ginjal maka dapat terjadi oedema
perifer atau bahkan gagal jantung. Pada kondisi ini diet dimodifikasi
menjadi bentuk yang lebih padat.
f. Masalah lain yang mungkin timbul adalah diare berat. Minimalkan
dengan pemberian infuse lambat.
g. Prinsip Pemberian Makan Melalui Sonde (Ngt)
1) Siapkan makanan cair dan minuman hangat
2) Naikkan bagian kepala tempat tidur 30 45 derajat pada saat
memberi makan dan 30 menit setelah memberi makan.
3) Bilas selang sonde dengan air hangat terlebih dahulu.
4) Pastikan tidak ada udara yang masuk ke dalam sonde pada saat
memberi makan atau air. Pastikan pula selang dalam keadaan
tertutup selama tidak diberi makan.
5) Periksa kerekatan selang, jika selang longgar beritahu perawat.
6) Laporkan adanya mual dan muntah dengan segera.
Lakukan perawatan kebersihan mulut dengan sering.
2. Nutrisi Parenteral
26
a.
b.
c.
oral.
Peripheral parenteral nutrition (PPN) diindikasikan untuk dukungan
nutrisi parsial atau total sampai dengan 2 minggu.
Total parenteral nutrition (TPN) diberikan bila nutrisi parenteral
diindikasikan lebih dari 2 minggu atau terbatasnya jalan masuk
d.
perifer.5
Cara Menghitung Tetesan Infus
Adakalanya pasien lanjut usia membutuhkan asupan cairan melalui
infus. Pemberian cairan infus ini membutuhkan pengaturan yang
dihitung secara seksama. Adapun prinsip penghitungannya adalah
sebagai berikut :
Rumus :
N = cairan x FT
W (menit)
Keterangan :
N = Jumlah tetesan dalam menit
FT = Faktor tetes ( biasanya 15 )
W = Waktu pemberian dalam menit
cairan = Jumlah cairan dalam ml
e.
Refeeding Syndrome
Refeeding syndrome merupakan kekacauan elektrolit yang sering
terjadi pada pasien malnutrisi yang sakit akut setelah diberi larutan
glukosa dari nutrisi parenteral dan enteral. Tanda khasnya adalah
fosfatemia, namun hipokalemia dan hipomagnesemia juga bisa terjadi.
Pada starvasi atau kelaparan sekresi insulin berkurang akibat asupan
karbohidrat yang rendah. Sebagai kompensasi, cadangan lemak dan
27
protein
dikatabolisme
untuk
menghasilkan
energi.
Hal
ini
dari
refeeding
syndrome
dengan
awalnya
dengan
28
29
BAB V
RINGKASAN
Penuaan merupakan proses yang terjadi secara alami. Proses menua
bukanlah sesuatu yang terjadi hanya pada orang berusia lanjut, melainkan suatu
proses normal yang berlangsung sejak maturitas dan berakhir dengan kematian.
Efek penuaan tersebut menjadi lebih terlihat setelah usia 40 tahun.
Secara umum dapat dikatakan terjadi kecenderungan menurunnya
kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler maupun pada tingkat organ sejalan
dengan proses menua. Akibat penurunan kapasitas fungsional tersebut, orang
berusia lanjut umumnya tidak berespon terhadap berbagai rangsangan internal
maupun eksternal. Menurunnya kapasitas untuk berespon terhadap lingkungan
internal cenderung membuat orang usia lanjut kesulitan untuk memelihara
kestabilan status fisik dan kimiawi dalam tubuh. Orang lanjut usia juga
mengalami persoalan khusus tentang nutrisi. Mereka beresiko tinggi menderita
malnutrisi dan lebih rentan terkena dampak malnutrisi. Gangguan pada
homeostasis tubuh tersebut dapat memudahkan terjadinya berbagai disfungsi
sistem organ.
Penyebab kematian utama pada usia lanjut adalah penyakit vaskuler dan
penyakit kronik yang menyertainya. Upaya pencegahan penyakit ini dilakukan
melalui pola hidup sehat yang mencakup aktivitas fisik, diet bergizi, dan
menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol.
30
KEPUSTAKAAN
1.
Setiati, Siti. 2006. Proses Menua dan Implikasi Kliniknya. Dalam : Buku Ajar
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
FKUI
9. Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC
10. Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC
11. Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.Jakarta
:EGC
31