Anda di halaman 1dari 58

OBAT DIURETIK dan

ANTI HIPERTENSI
OLEH
Iwan sain

DIURETIK DAN OBAT ANTI


HIPERTENSI
Diuretik dipakai untuk dua tujuan
utama:
(1) untuk menurunkan tekanan darah
tinggi,
(2) untuk memperkecil edema (perifer
dan paru-paru) pada payah jantung
kongestif.

Diuretik menghasilkan peningkatan aliran


urin (diuresis) dengan menghambat
reabsorpsi natrium dan air dari tubulus
ginjal.
Kebanyakan reabsorpsi natrium dan air
terjadi di sepanjang segmen-segmen
tubulus ginjal (proksimal, ansa Henle (ansa
desending dan ansa asending), dan distal,
Diuretik dapat mempengaruhi satu atau
lebih segmen tubulus ginjal

Diuretik

memiliki efek antihipertensi


dengan meningkatkan pelepasan air
dan garam natrium.
Hal ini menyebabkan penurunan
volume cairan dan merendahkan
tekanan darah.
Jika garam natrium ditahan, air juga
akan tertahan dan tekanan darah akan
meningkat

Kategori diuretik
Enam

kategori diuretik yang efektif


untuk menghilangkan air dan natrium
adalah
(1) tiasid dan seperti - tiasid,
(2) diuretik kuat,
(3) hemat kalium,
(4) penghambat anhidrase karbonik,
(5) osmotik, dan
(6) merkurial

Farmakokinetik

Tiazid diabsorpsi dengan baik dalam


traktus gastrointestinal (GI).
Hidroklorotiazid memiliki kekuatan ikat
protein yang lebih lemah dibandingkan
dengan furosemid.
Waktu paruh tiazid lebih panjang daripada
diuretik loop (kuat). Untuk alasan ini tiazid
harus diberikan pada pagi hari untuk
menghindari nokturia (berkemih di malam
hari).

Farmakodinamik
Tiazid

bekerja langsung pada arteriol,


menyebabkan vasodilatasi, sehingga
dapat menurunkan tekanan darah.
Awal kerja dari hidrotiazid timbul
dalam waktu 2 jam, dan untuk
furosemid dalam 1 jam. Konsentrasi
puncak berbeda-beda.

Tiazid terbagi dalam tiga kelompok sesuai dengan


lama kerjanya :
Tiazid kerja pendek memiliki lama kerja kurang dari 12
jam;
Tiazid kerja menengah, lama kerjanya antara 12-24 jam,
dan yang bekerja lama, memiliki lama kerja lebih dari 24
jam.
Furosemid adalah diuretik yang lebih paten daripada tiazid,
bekerja dengan cepat, dan memiliki lama kerja yang lebih
pendek daripada tiazid kerja pendek, dan diekskresi lebih
cepat.

Efek samping dan Reaksi


yang Merugikan

Efek samping dan reaksi yang merugikan dari


tiazid mencakup ketidakseimbangan elektrolit
(hipokalemia, hipokalsemia, hipomagnesemia,
dan kehilangan bikarbonat), hiperglikemia
(gula darah meningkat), hiperurisemia (kadar
asam urat serum meningkat), dan
hiperlipidemia (kadar lemak darah meningkat) .
Efek samping lain mencakup pusing, sakit
kepala, mual, muntah, konstipasi, urtikaria,
dan diskrasia darah (jarang).

Kontraindikasi
Tiazid

menjadi kontraindikasi untuk


dipakai pada penderita gagal ginjal.
Gejala-Gejala gangguan fungsi ginjal
yang berat meliputi oligouria
(penurunan jumlah urin yang sangat
jelas), peningkatan nitrogen urea
darah dan peningkatan kreatinin
darah.

Interaksi obat

Dari berbagai interaksi obat, yang paling serius


adalah penggunaannya bersama digoksin.
Tiazid dapat menyebabkan hipokalemia, yang
menguatkan kerja digoksin, dan bisa terjadi
keracunan digitalis.
Tanda-Tanda dan gejala-gejala dari keracunan
digitalis (bradikardia, mual, muntah, perubahan
penglihatan) harus dilaporkan. Seringkali diresepkan
suplemen kalium dan kadar kalium harus dipantau.
Tiazid juga menguatkan kerja litium, dan dapat
terjadi keracunan litium.
Tiazid memperkuat kerja obat obat antihipertensi
lainnya, yang mungkin dipakai secara kombinasi
dengan pengobatan hipertensi.

Diuretik Kuat

Farmakokinetik
Diuretik

cepat merupakan obat yang


cepat diabsorpsi di saluran
pencernaan.
Obat-Obat ini merupakan obat yang
berikatan dengan protein sangat
tinggi dengan waktu paruh yang
bervariasi dari 30 menit sampai 1,6
jam

Farmakodinamik
Diuretik kuat memiliki efek salurelik
yang besar (kehilangan natrium) dan
dapat menyebabkan diuresis cepat.
Waktu awal kerja dari diuretik terjadi
setelah 30-60 menit. Awal kerja
bentuk furosomid intravena adalah 5
menit. Lama kerja lebih pendek
daripada tiazid.

Efek Samping dan Reaksi yang


Merugikan
Efek samping yang paling sering
dijumpai adalah ketidakseimbangan
elektrolit dan cairan, seperti
hipokalsemia dan hipokloremia.
Hipotensi ortostatik dapat timbul.
Trombositopenia, gangguan kulit, dan
tuli sementara jarang terlihat.

Interaksi obat
Interaksi obat yang paling utama adalah
dengan preparat digitalis, Jika klien
memakai digoksin dengan diuretik kuat,
bisa terjadi keracunan digitalis, Klien ini
memerlukan kalium tambahan melalui
makanan atau obat.
Hipokalemia memperkuat kerja digoksin
dan meningkatkan risiko keracunan
digitalis.

Diuretik Hemat Kalium


Diuretik

hemat kalium, lebih lemah dari


tiazid dan diuretik kuat, dipakai untuk
diuretik ringan atau dengan kombinasi
dengan obat antihipertensi, Obat-obat ini
bekerja pada tubulus distal untuk
meningkatkan ekskresi natrium dan air
dan retensi kalium. Obat ini mengganggu
pompa natrium kalium yang dikontrol
oleh aldosteron hormon mineralokortikoid
(natrium ditahan dan kalium diekskresi),

Efek Samping dan Reaksi


yang Merugikan

Efek samping utama dari obat-obat ini adalah


hiperkalemia. Hati-Hati dalam memberikan obat
ini pada klien yang fungsi ginjalnya buruk, karena
80-90% dari kalium diekskresikan oleh ginjal.
Urin harus sekurang-kurangnya 600 ml sehari.
Klien tidak boleh memakai tambahan kalium jika
meminum obat diuretik hemat kalium kecuali jika
kadar kalium dalam serum sangat rendah.
Pemantauan kadar kalium serum sangat perlu.
Gangguan gastrointestinal dapat terjadi.

Diuretik Osmotik
Diuretik osmotik meningkatkan
osmolalitas (konsentrasi) plasma dan
cairan dalam tubulus ginjal. Natrium,
kalium, dan air diekskresikan.
Golongan obat ini dipakai untuk
mencegah penyakit ginjal, untuk
mengurangi TIK (mis. edema otak)
dan untuk menurunkan TIO (mis.
glaukoma).

Penghambat Anhidrase
Karbonik

Penghambat anhidrase karbonik,


asetazolamid, diklorfenamid, otoksilamid,
dan metazolamid menghambat kerja
enzim anhidrase karbonik yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan
asam-basa (keseimbangan ion hidrogen
dan bikarbonat).
Penghambatan enzim ini menyebabkan
peningkatan pengeluaran natrium, kalium
dan bikarbonat.

Efek Samping dan Reaksi


yang Merugikan
MANITOL.

Efek samping dan reaksi


yang merugikan dari diuretik osmotik
mencakup ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit, edema paru karena
perpindahan cairan dengan cepat,
mual, muntah, takikardia karena
kehilangan cairan dengan cepat, dan
asidosis.

ASETAZOLAMID.

Penghambat anhidrase
karbonik dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
asidosis metabolik, mual, muntah,
anoreksia, bingung, hipotensi ortostatik,
dan kristaluria. Anemia hemolitik dan
batu ginjal dapat juga timbul. Obat-Obat
ini merupakan kontraindikasi selama
trimester pertama kehamilan.

Proses Keperawatan:
Diuretik
Pengkajian
Periksa tanda-tanda vital dasar untuk menemukan
hasil abnormal dan bandingkan dengan hasil
pemeriksaan berikutnya.
Periksa elektrolit serum Laporkan nilai abnormal
seperti penurunan kadar kalium.
Periksa anggota gerak untuk menemukan "edema
pitting" Laporkan hasilnya. Diuretik akan diberikan
untuk mengganti cairan ditungkai.
Periksa bunyi pernafasan untuk menemukan
kelainan suara yang disebabkan oleh pengumpulan
cairan di paru-paru. Laporkan hasilnya. Bila positif
bisa menunjukkan adanya gagal jantung kongestif.

Intervensi Keperawatan
Pantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah
dan denyut jantung. Diuretik dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah; jika volume cairan
menurun banyak, denyut jantung akan meningkat
untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Laporkan
adanya peningkatan denyut jantung dan periksa
adanya tanda-tanda dan gejala-gejala terjadinya
renjatan.
Pantau berat klien. Dengan pengeluaran cairan dan
pengurangan edema perifer karena diuresis,
diharapkan terjadi penurunan berat badan.
Pantau haluaran urin. Diuretik meningkatkan
haluaran urin. Penurunan jumlah urin sewaktu klien
sedang memakai diuretik mungkin disebabkan oleh
kurang minum atau adanya insufisiensi ginjal,
Asupan cairan harus diperhatikan. Laporkan bila
ada pengurangan jumlah urin.

Pantau hasil hasil pemeriksaan laboratorium,


terutama elektrolit serum, gula, asam urat,
dan BUN (blood urea nitrogen).
Periksa adanya tanda-tanda dan gejalagejala hipokalemia (kelemahan otot, denyut
yang tidak teratur, bingung, dan kadar
kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L).
Kelainan elektro kardiografi terjadi baik pada
hipokalemi juga pada hiperkalemia.

PENYULUHAN KEPADA
KLIEN
Beritahukan

klien untuk
mempertahankan nutrisi yang baik dan
kurangi garam dan tingkatkan
makanan yang kaya kalium se-perti
buah-buah segar atau kering (pisang,
jeruk), sayur-sayuran termasuk
kentang, terutama dengan kulit-nya;
kacang, daging, dan ikan. Banyak
diuretik yang tidak menghemat kalium.

Beritahukan

pada klien untuk memantau


denyut jantung jika meminum diuretik
dan digitalis seperti digoksin. Bradikardia
pengurangan denyut jantung) adalah
tanda keracunan digitalis.
Anjurkan klien diabetik yang memakai
diuretik tiazid untuk mengukur gula
darahnya. Usahakan upaya klien memiliki
daftar hasil pemerikaan gula darahnya.

Anjurkan

klien untuk mengikuti


peraturan pemakaian obat dengan
baik. Jika timbul masalah, anjurkan
klien untuk memberitahukan dokter.
Nasihati klien untuk bangun dari
posisi duduk ke posisi berdiri secara
perlahan-lahan untuk mencegah efek
hipotensi ortostatik.

Evaluasi
Evaluasi efektivitas diuretik dengan
men-catat apakah edema berkurang
atau menghilang. Mengganti diuretik
mungkin perlu dilakukan apabila
edema atau payah jantung kongestif
timbul.

OBAT ANTIHIPERTENSI

Metoda-Metoda untuk menurunkan tekanan


darah tanpa obat mencakup :
1. teknik-teknik mengurangi stress
2. olah raga (meningkatkan lipoprotein
densitas tinggi (HDL), pembatasan
garam,
3. mengurangi minum alkohol, dan
4. mengurangi berat badan

OAH diklasifikasikan menjadi lima


kategori:
(1) diuretik,
(2) menekan simpatetik
(simpatolitik),
(3) vasodilator arterial langsung,
(4) antagonis angiotensin, dan
(5) penghambat saluran kalsium.

Penghambat Adrenergik
Beta
Ada banyak tipe penghambat beta.
Penghambat beta tidak selektif seperti
propranolol (inderal) menghambat reseptor
beta jantung dan beta bronchial. Denyut
jantung lambat (tekanan darah menurun
sekunder terhadap penurunan denyut
jantung), dan timbul bronkokonstriksi.
Penghambat beta kardioselektif lebih disukai
karena hanya bekerja pada reseptor beta,
akibatnya, tidak timbul bronkokonstriksi.

Farmakokinetik
Baik propranolol dan metoprolol
diabsorpsi dengan baik oleh
saluran cerna. Waktu paruhnya
pendek, dan dapat diberikan
beberapa kali Sehari. Propranolol
sangat mudah berikatan dengan
protein dan akan bersaing dengan
obat-obat lain yang juga sangat
mudah berikatan dengan protein

Farmakodinamik
Penghambat adrenergik beta mengbambat
perangsangan simpatetik. sehingga
menurunkan denyut jantung; dan tekanan
darah, Penghambat beta tidak efektif
menghambat reseptor beta2, ini: bisa
menyebabkan penyempitan bronkial.
Penghambat beta dapat menembus barier
plasenta dan dapat masuk ke ASI.
Awitan kerja penghambat beta biasanya 30
menit atau kurang, dan lama kerjanya 6
sampai 12 jam. Jika penghambat beta
diberikan secara intravena, awitan kerjanya
segera, waktu puncaknya 20 menit untuk
intravena (dibanding per oral sampai 1^
jam), dan lama kerjanya 4 sampai 8 jam

Simpatolitik (Penekan Simpatetik)


Penghambat adrenergik bekerja di sentral
(simpatolitik), penghambat adrenergik alfa,
dan penghambat neuron adrenergik
diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik,
atau simpatolitik. Penghambat adrenergik
beta, juga dianggap sebagai simpatolitik
dan menghambat reseptor beta.
Simpatolitik yang bekerja di pusat
menurunkan repons simpatetik dari batang
otak ke pembuluh darah perifer. Golongan
obat ini memiliki efek minimal terhadap
curah jantung dan aliran darah ke ginjal.
Obat-Obat golongan ini meliputi metildopa,
klinidin, 1 guanabenz, dan guanfasin.
Metildopa (Al-domet) adalah satu dari obat
yang pertama dipakai secara luas untuk
mengontrol hipertensi.

Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan


Efek samping dan reaksi yang merugikan
meliputi rasa mengantuk, mulut kering, pusing,
dan denyut jantung; lain (bradikardia). Metildopa
tidak diberikan pada klien yang memiliki
gangguan fungsi hati, dan enzim hati serum
harus dipantau secara teratur pada semua klien.
Golongan obat ini tidak boleh dihentikan secara
mendadak karena dapat terjadi krisis hipertensi.
Jika obat perlu dihentikan dengan cepat,
biasanya diberikan obat anti hipertensi lain
untuk mencegah gejala rebound hipertensi
seperti kegelisahan, takikardia, tremor, sakit
kepala, dan peningkatan tekanan darah.

Penghambat Adrenergik-Alfa
Golongan obat ini memblok reseptor
adrenergik alfa, menyebabkan vasodilatasi
dan penurunan tekanan darah.
Penghambat beta juga menurunkan
lipoprotoin berdensitas sangat rendah (VLDL,
very low-density lipoproteins) dan lipoprotein
berdensitas rendah (LDL, low-density
lipoproteins) yang bertanggung jawab dalam
penimbunan lemak di arteri (arterosklerosis).
Penghambat alfa yang lebih kuat,
fentolamin, fenoksibenzamin dan tolazolin,
terutama dipakai untuk krisis hipertensi dan
hipertensi berat yang disebabkan oleh tumor
medula adrenal

Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan


FENTOLAMIN. Efek samping meliputi hipotensi,
refleks takikardia karena tekanan darah
menurun drastis, kongesti hidung karena efek
vasodilntasi, dan kekacauan gastrointestinal
PRAZOSIN, DOKSAZOSIN, DAN TERAZOSIN. Efek
samping meliputi hipotensi ortostatik (pusing,
rasa ingin pingsan, kepala ringan, peningkatan
denyut jantung), mual, rasa mengantuk,
kongesti hidung karena vasodilatasi, edema, dan
kenaikan berat badan.

Interaksi Obat
Interaksi obat timbul ketika penghambat
adrenergik alfa diminum bersama obat-obat
antiinflamasi dan nitrat (nitrogliserin) untuk
angina.
Edema perifer diperberat jika prazosin dan
obat antiinflamasi dipakai setiap hari.
Nitrogliserin yang diberikan untuk angina akan
menurunkan tekanan darah. Jika prazosin
diberikan dengan nitrogliserin, dapat timbul
sinkop (pingsan) karena penurunan tekanan
darah.

Penghambat Neuron Adrenergik


(Simpatolitik
yang Bekerja Porifer)
Penghambat neuron adrenergic merupakan
obat anti hipertensi yang kuat yang
menghambat norepinefrin dari ujung saraf
simpatis, sehingga pelepasan norepinefrin
menjadi berkurang dan ini menyebabkan curah
jantung maupun tahanan vaskular perifer
menurun. Reserpin dan guanafasin dua obat
yang paling kuat dipakai untuk mengendalikan
hipertensi berat

Vasodilator Arteriola yang


Bekerja Langsung

Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap


III yang bekerja dengan merelaksasikan otot otot
polos dari pembuluh darah, terutama arteri,
sehingga menyebabkan vasodilatasi.
Dengan terjadinya vasodilatasi tekanan darah akan
turun dan natrium serta air tertahan, sehingga
terjadi edema perifer. Diuretik dapat diberikan
bersama-sama dengan vasodilator yang bekerja
langsung untuk mengurangi edema. Refleks
takikardia disebabkan oleh vasodilatasi dan
menurunnya tekanan darah.
Penghambat beta seringkali diberikan bersama-sama
dengan vasodilator arteriola untuk menurunkan
denyut jantung; hal ini melawan refleks takikardia.
Dua dari vasodilator yang bekerja langsung,

Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan


Efek hidralazin banyak dan termasuk
takikardia, palpitasi, edema, kongesti hidung,
sakit kepala, pusing, perdarahan saluran
cerna, gejala-gejala seperti lupus, dan gejalagejala neurologik (kesemutan, baal).
Minoksidil memiliki efek. samping yang
serupa, takikardia, edema dan pertumbuhan
rambut yang berlebihan. Dapat
menyebabkan serangan angina.
Nitropruzid dan diazoksid dapat
menyebabkan refleks takikardia, palpitasi,
kegelisahan, agitasi, mual dan bingung.
Hiperglikemia dan timbul dengan diazoksid
karena obat ini menghambat pelepasan
insulin dari sel-sel beta pankreas

Antagonis Angiotensin
(Penghambat Enzim Pengubah
Angiotensin)

Obat dalam golongan ini menghambat enzim


pengubah angiotensin (ACE) yang nantinya
akan menghambat pembentukan angiotensi II
(vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan
aldosteron.
Aldosteron meningkatkan retensi natrium dan
ekskresi kalium. .Jika aldosteron dihambat,
natrium dieksresikan bersama-sama dengan
air. Kaptopril, enalapril, dan lisinopril adalah
ketiga antagonis angiotensin.

Efek Samping dan Reaksi yang


Merugikan
Efek samping dari obat-obat ini
adalah mual, muntah, diare, sakit
kepala, pusing, letih, insomnia,
kalium serum yang berlebihan
(hiperkalemia), dan takikardia.

Proses Keperawatan:
Antihipertensi

Pengkajian
Dapatkan tanda-tanda vital. Laporkan jika terdapat
tekanan darah abnormal. Bandingkan tanda-tanda
vital dengan nilai dasarnya.
Periksa elektrolit serum. Laporkan hasil-hasil yang
abnormal.
Periksa bunyi paru apakah terdapat ronki. Banyak dari
obat-obat antihiportensi seperti metildopa, klonidin,
guanatidin, guanadrel, prazosin, Leruzosin, hidralazin,
dan minoksidil menyebabkan retensi natirum dan air.
Periksa haluaran urin. catat dan laporkan jumlahnya.
Haluaran urin yang berlebihan dapat mengakibatkan
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan gejalagejala seperti renjatan.
Periksa anggota gerak apakah terjadi edema. Banyak
dari simpatolik dapat menyebabkan edem perifer.

Intervensi Keperawatan
Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan
darah dan denyut nadi. Efektivitas terapi obat
ditentukan dengan terpeliharanya tekanan
darah dan denyut nadi yang dinginkan.
Pantau elektrolit serum, terutama kadar kalium
serum, Retensi natrium dan air dapat terjadi
pada kebanyakan obat-obat simpatolitik.
Diuretik sering diresepkan sebagai bagian dari
regimen obat, dan kehilangan elektrolit serta
ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi.

PENYULUHAN KEPADA KLIEN


Anjurkan klien dan anggota keluarganya
metoda-metoda nonfarmakologis untuk
menurunkan tekanan darah seperti, diet
rendah lemak dan rendah garam, kontrol
berat badan teknik relaksasi, olahraga,
berhenti merokok, dan mengurangi minum
alkohol (satu sampai dua oz perhari)
Nasehatkan klien bahwa antibipertensi
(vasodilator) dapat menimbulkan rasa pusing
akibat hipotensi ortostatik. Beritahu klien
untuk berada dalam posisi duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri. Nasihatkan
klien yang masih aktif seksualitas bahwa
obat-obat antihipertensi dapat menimbulkan
perubahan pada aktivitas seksual. Impotensi
dapat terjadi.

Beritahu klien untuk patuh terhadap regimen


obat, Penghentian obat antihipertensi yang
secara tiba-tiba dapat menyebabkan
hipertensi rebound
Beritahu klien atau anggota keluarganya
untuk memeriksa tekanan darahnya. Ini akan
membantu dalam menentukan efektivitas
rogimen obat. Nasihatkan klien yang memakai
metildopa bahwa warna urin dapat berubah
menjadi gelap. Hal ini tidak berbahaya dan
hanya berlangsung beberapa minggu.

Nasihatkan klien untuk melaporkan jika


mengalami konstipasi. makanan tinggi serat,
pelunak tinja dan menambah masukkan air
(kecuali pada PJK) biasanya dianjurkan.
Nasihatkan klien untuk menghindari
pemakaian obat-obat bebas tanpa terlebih
dahulu memeriksakannya ke dokter. Banyak
dari obat bebas memberikan peringatan
untuk tidak dipakai jika terdapat hipertensi
Anjurkan klien untuk mengenakan gelang
pengenal yang menunjukkan masalah
kesehatan dan obat-obat yang dipakainya.

Anda mungkin juga menyukai