Anda di halaman 1dari 7

Gelatin Tulang Rawan Ikan Hiu

Penangkapan ikan hiu cukup tinggi. hal ini dipacu oleh tingginya permintaan sirip
ikan hiu. harga sirip ikan hiu yang mahal menjadi daya tarik nelayan
meningkatkan hasil tangkapan ikan hiu. demikian juga pada konsumsi daging
ikan hiu. Di pulau Bangka, konsumsi daging ikan hui cukup tinggi. Hal ini dapat
dilihat pada banyaknya penanganan ikan hiu di pasar-pasar ikan. Namun sampai
saat ini, hanya daging dan sirip ikan hiu saja yang digunakan secara optimal.
Sementara produk lainnya masih menjadi limbah.
Dari pengamatan penulis, pasar ikan pangkalpinang setiap harinya menyisakan
tidak kurang dari 50 kilogram sisa penanganan ikan hiu yang berupa tulang, isi
perut dan kulit. Limbah ini seringkali digunakan sebagai pupuk tanaman atau
bahan tambahan pakan ikan. Namun tingginya kadar NH3 pada sisa ikan hiu ini
menjadikan pemanfaatan kurang optimal.
Penulis pada beberapa tahun yang lalu telah meneliti pemanfaatan tulang ikan hiu
menjadi bahan yang lebih komersil dan bermanfaat. Produk yang dihasilkan dari
tulang ikan hiu adalah gelatih ikan hiu yang dijamin halal. Mengapa perlu
ditambahkan jaminan halal? Sebab sebagian gelatin yang ada dipasaran adalah
gelatin yang diproduksi dari tulang babi, meskipun masih banyak gelatin yang
tersedia dan diproduksi dari tulang sapi. Namun pemanfaatan tulang hiu sebagai
gelatin dapat menjadi tantangan baru untuk memanfaatkan potensi di Kepulauan
Bangka Belitung.
Tulang ikan hiu yang termasuk jenis tulang rawan mengandung kolagen, sehingga
memungkinkan pemanfaatannya sebagai bahan baku gelatin (Ilyas dan Suparno,
1995). Gelatin memiliki berbagai kegunaan antara lain sebagai bahan pengental,
stabilisator dan emulsifier (Poppe, 1999). Pada 1996-an mulai diteliti
pemanfaatan tulang ikan hiu kea rah pengobatan kanker dan tumor dengan
ditemukannya kandungan selenium, glikoaminoglikan dan kondroitin sulfat
dalam tulang ikan hiu yang meningkatkan nilai guna tulang ikan hiu (Yudana,
1997).
Adapun proses pembuatan gelatin dari tulang ikan hiu adalah sebagai berikut :
Proses pembuatan gelatin dimulai dengan persiapan bahan baku dengan
membersihkan tulang belakang ikan hiu dan dipotong dengan ukuran 1.52.0 cm.
Tulang dapat dimanfaatkan menjadi gelatin baik dengan proses asam maupun
basa (Poppe, 1999). Proses pembuatan gelatin menggunakan proses asam atau
tipe A dikarenakan pada proses ini perendaman asam membutuhkan waktu lebih

singkat, yaitu 1030jam, dibandingkan dengan proses basa atau tipe B yang
membutuhkan waktu 510 minggu (Marchaban, 1992).
Potongan tulang hiu direndam dalam larutan HCl 4% selama 30 jam. Konsentrasi
ini sesuai dengan hasil penelitian pendahuluan yaitu pada konsentrasi 1-3%
sedikit dihasilkan gelatin dan pada konsentrasi 5% berwarna hitam, sedangkan
konsentrasi HCl lainnya menghasilkan gelatin berwarna lebih terang.
Setelah 30 jam, tulang hiu diangkat dan dicuci dengan air mengalir. Tulang hiu
yang telah mengembang yang merupakan kolagen terhidrolisis diekstraksi dengan
metode Marchaban (1992) yaitu Ekstraksi pada suhu 55-65C selama 5 jam,
Ekstraksi pada suhu 65-75C selama 5 jam dan Ekstraksi pada suhu 75-85C
selama 5 jam.
Hasil ekstraksi disaring dengan kain saring untuk mendapatkan filtrate yang
kemudian dikeringkan pada suhu 30-60C, kemudian digiling halus.
Dalam industri pangan, Gelatin biasanya digunakan sebagai salah satu bahan baku
pembuatan permen, jeli dan es krim. Gelatin berfungsi sebagai pengental,
stabilisator dan emulsifier. Zat gelatin yang tanpa kita sadari selalu dikonsumsi ini
ternyata banyak sekali manfaatnya bagi tubuh kita. Seperti dikutip dari Pos Kota
edisi 30 November 2009 sebagai berikut :
Gelatin dapat bermanfaat untuk pertumbuhan otot dan metabolisme
tubuh.Gelatin bisa menimbulkan rasa kenyang, sehingga bagus bagi anda yang
sedang diet.Gelatin membantu menjaga keseimbangan tubuh.Gelatin yang
mengandung protein kolagen tinggi, dapat membantu menjaga kulit anda agar
tetap halus dan lembut.Gelatin juga dapat memperkuat akar rambut sehingga
rambut tampak sehat dan bercahaya.Gelatin sangat baik bagi perkembangan kuku
anda, karena dapat memperkuat kuku sehingga tidak mudah patah.Gelatin sangat
baik untuk tulang anda, karena membantu menghasilkan zat glikoprotein dan
asam amino prolin.
Benarkah Daging Ikan Hiu Bermanfaat?
Ikan hiu memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Namun baru-baru ini sebuah
riset menyimpulkan bahwa daging ikan hiu tak boleh terlalu sering dikonsu
Thu, 06 Jan 2011
Hidangan sirip ikan hiu sudah dikenal ratusan tahun silam di China. Para raja dan
bangsawan China menjadikan sup sirip ikan hiu sebagai menu favorit dan jamuan
kehormatan bagi tamunya. Hidangan ini juga selalu muncul dalam perayaanperayaan istimewa, seperti pernikahan dan Imlek, karena lekat dengan simbol
kemakmuran dan kesejahteraan.

Menu yang satu ini kemudian mendapat perhatian dari sejumlah pakar kuliner dan
disimpulkan bahwa sirip ikan hiu juga bermanfaat bagi kesehatan. Ada yang
mengatakan bahwa bagian sirip mempunyai kandungan zat yang antikanker. Bila
dikonsumsi secara berkala, risiko kanker semakin kecil.
Bagian lain dari tubuh ikan hiu juga dianggap penting. Sebut saja darah hiu bisa
digunakan sebagai antikoagulan, tulang-tulang hiu bisa dikembangkan menjadi
obat antikanker, dan squalane-nya untuk minyak ikan.
Selama ini masyarakat terlanjur dipromosikan soal aneka manfaat daging dan
sirip ikan hiu yang sangat bombastis. Apalagi harganya juga luar biasa, bisa
mencapai 100 dolar AS semangkuk sup. Orang menganggap dengan harga
demikian, maka manfaat sirip ikan hiu pasti sangat baik.
Selama ini orang tak pernah membayangkan bahwa dampak konsumsi ikan hiu
telah membuat sebagian besar jenis hewan ini punah. Bahkan disebutkan, tiap
tahun ikan 73 juta ikan hiu mati akibat diburu manusia.
Akhir-akhir ini para ilmuwan memublikasikan bahwa pembunuhan terhadap hiu
sebenarnya harus dihindari. Bukan saja melulu persoalan punahnya binatang ini,
tapi banyak dampak negatif dari pengkonsumsian hiu.
Sebuah media online menyebutkan, ilmuwan dari Food dan Agriculture
Organization PBB meneliti sampel sirip ikan dan menemukan bahwa ternyata
sirip ikan hiu terdiri dari air, abu dan protein. Adapun protein yang dimaksud
adalah jenis-jenis yang tidak mengandung asam amino penting, sehingga
membuatnya sulit diserap tubuh manusia.
Satu fakta lagi tentang daging ikan hiu. Jenis ini mengandung merkuri yang jauh
lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan-ikan lain, mengingat ikan ini
merupakan predator yang ganas. Dengan kandungan merkuri yang tinggi, berarti
daging ikan hiu tidak layak dikonsumsi, sebab merkuri bisa mengganggu
kesehatan. Selama ini merkuri dipercaya bisa merusak sistem saraf, menyebabkan
gangguan penglihatan dan pendengaran, kemandulan, dan hilangnya koordinasi.

TULANG RAWAN IKAN HIU DAN KANKER


IKAN hiu tergolong ikan primitif yang mulai menjelajah lautan 400 juta
tahun lalu. Para ahli menemukan ikan hiu, yang morfologinya tidak banyak
berubah sejak berabad-abad, tidak pernah terkena kanker. Sel kanker tidak
bisa tumbuh dalam tubuh hiu. Dipercaya ikan hiu tidak kena kanker karena
tulang ikan hiu seluruhnya tulang rawan. Tulang ikan hiu kurang lebih tujuh
persen dari berat tubuhnya. Apakah benar tulang rawan ikan hiu bisa
mencegah kanker? Apakah makan sup sirip hiu membantu mencegah kanker?
Menurut catatan buku tradisional Cina mengenai khasiat makanan pengobatan,
gelatin yang ada dalam sirip hiu bersifat menyimpan air. Jika orang tua
secara teratur memakannya bisa memerangi penuaan kulit, pembuluh darah dan
organ dalam tubuh lainnya. Bagi orang muda, gelatin memberikan manfaat
meningkatkan vitalitas. Tetapi kebanyakan penggemar sup sirip hiu karena
memang sup sirip hiu tidak terbantah lezat. Ahli nutrisi dari Universitas
Taiwan Prog Chang Hung-min yang menganalisis kandungan sirip hiu, seperti
dikutip dalam majalah Sinorama edisi November 1994, mengatakan walaupun
sirip hiu kaya protein, tubuh manusia tidak cukup memiliki asam amino untuk
mensintesis dan memanfaatkannya. Dari sudut pandang ahli nutrisi,
menurutnya, sebutir telur ayam lebih bergizi dibandingkan semangkuk sup
sirip hiu.
Pembuluh darah baru
Apakah benar tulang rawan hiu bisa mencegah munculnya kanker atau bisa
menyembuhkan kanker? Drh Dondin Sajuthi PhD, Kepala Pusat Studi Satwa
Primata Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor, mengungkapkan sejumlah
penelitian menunjukkan ekstrak tulang rawan ikan hiu menghambat pertumbuhan
pembuluh darah baru (angiogenesis). Dalam penelitian awal mengkaji khasiat
tulang rawan ikan hiu (Elasmosbranchii) sebagai anti-angiogenesis dan
biofarmakologis alternatif, yang dikerjakan Dondin Sajuthi juga menunjukkan
ekstrak tulang rawan hiu bisa menghambat pertumbuhan pembuluh darah pada
embrio ayam dalam cawan petri.
Dondin menggunakan tulang punggung ikan hiu, bukan sirip ikan hiu. "Hampir
seluruh tulang ikan hiu adalah tulang rawan. Kalau menggunakan sirip hiu
mahal, saya pakai saja tulang punggungnya," kata Dondin. Untuk membuat
ekstrak, potongan tulang hiu direndam dalam air panas. Air rendaman itu
kemudian yang digunakan sebagai ekstrak tulang rawan ikan hiu untuk

penelitiannya. Sebagai obyek penelitian, Dondin menggunakan embrio ayam


berumur tiga hari. Telur ayam yang sudah dibuahi dipecahkan kulitnya
kemudian ditempatkan dalam cawan petri.
Sebagian embrio ayam diteteskan cairan ekstrak tulang rawan ikan hiu,
sebagian embrio lainnya diberikan ekstrak kasar tulang rawan ikan hiu, dan
sisanya untuk kontrol tidak diberikan perlakuan khusus. Embrio itu kemudian
dibiarkan selama empat hari. Hasilnya? Bagian embrio yang terkena tetesan
ekstrak tulang hiu tidak tumbuh pembuluh darahnya, sedangkan pada kontrol
pembuluh darah tumbuh dengan normal. Perbedaan sangat mencolok bisa dilihat
pada embrio yang diberikan ekstrak kasar tulang rawan hiu (Lihat foto).
Terbukti ekstrak tulang rawan bisa mencegah terbentuknya pembuluh darah
baru. Artinya ada kemungkinan tulang rawan hiu bisa mencegah pertumbuhan
tumor atau kanker dengan menghambat pertumbuhan pembuluh darah yang
diperlukan sel tumor untuk mengantar makanan dan bertumbuh. "Karena tidak
ada pembuluh darah yang mengantar makanan ke sel tumor, lama-kelamaan sel
tumor mati," kata Dondin.
Tidak hanya tulang hiu
Rupanya bukan hanya tulang rawan ikan hiu yang berkhasiat mencegah
terbentuknya pembuluh darah baru. Dokter Henry Brem dan dr Allen K Sills
dari Johns Hopkins University melaporkan senyawa yang berasal dari hati
ikan hiu jenis Squalus terbukti menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru
yang menyalurkan makanan ke tumor otak. Senyawa, yang disebut squalamine
(karena berasal dari hiu genus Squalus), adalah bahan kimia seperti hormon
berasal dari hati ikan hiu. Para peneliti itu memberikan squalamine dan
faktor pertumbuhan ke dalam cawan petri yang berisi sel pembuluh darah
sistem saraf pusat sapi, dan sebagian cawan petri berisi sel tumor otak
manusia, kelinci dan tikus hanya diberikan squalamine. Hasilnya, setelah
dua hari pertumbuhan sel pembuluh darah turun hingga 83 persen sedangkan
sel tumor yang diberikan squalamine tidak terpengaruh. Pada penelitian
kedua, yang menggunakan kapsul mengandung squalamine yang dilepaskan
perlahan-lahan terbukti memperlambat pertumbuhan pembuluh darah baru akibat
adanya tumor pada mata kelinci hingga 43 persen setelah percobaan
berlangsung selama tiga minggu.
Rupanya squalamine juga ada dalam tulang rawan ikan hiu dalam jumlah
sedikit, ungkap para ahli yang menyampaikan hasil penelitiannya dalam
pertemuan tahunan American Association of Neurological Surgeon di
Minneapolis, AS, bulan lalu. Menurut keterangan Henry Brem, squalamine
secara dramatis memperlambat pertumbuhan sel pembuluh darah tanpa merusak
sel yang sehat. Bagaimana penjelasannya?

Kanker otak menghasilkan senyawa yang dikenal sebagai vascular endothelial


growth factor (VEGF) untuk mengikat diri pada pembuluh darah otak. VEGF
menyebabkan sel endothelial membelah tak terkendali, membentuk pembuluh
darah baru yang membuat tumor berkembang. Para ahli itu melaporkan
squalamine tampaknya menahan protein-protein dalam membran sel endothelial
yang diaktifkan oleh VEGF maupun faktor pertumbuhan lainnya. Selain
squalamine, senyawa yang menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru juga
ada dalam tulang rawan sapi. Dr Greg Harper dari Council for Scientific and
Industrial Research Organisation (CSIRO) Australia, menemukan tulang rawan
sapi juga mengandung senyawa sejenis yang ada dalam tulang rawan hiu.
"Tulang rawan ialah jaringan yang tanpa pembuluh darah atau sistem limpha
dan tersusun dari bahan ekstra sel. Dan sifat itulah yang membuat tulang
rawan berguna dalam menghentikan penyebaran kanker," kata Harper, seperti
dikutip dalam siaran pers CSIRO Desember 1997. Faktor penghambat dalam
tulang rawan itu tergolong dalam keluarga glycosaminoglycans atau disingkat
GAG.
Pembuluh darah
Jadi kemungkinan besar tulang rawan, entah tulang rawan hiu atau sapi, bisa
menjadi obat antikanker dengan bekerja menghambat pertumbuhan pembuluh
darah baru. Hipotesa itu didukung oleh peneliti lain dari Pusat Medis Duke
University, Durham, Amerika Serikat. Charles Lin dan Kevin Peter, dua
peneliti itu, menghambat pertumbuhan tumor pada tikus dengan mencegah tumor
"memberi tanda" pada pembuluh darah terdekat supaya membentuk saluran
kapiler guna memberi makan kanker itu. Mereka memperlakukan tumor dengan
penghambat yang dirancang untuk menetralkan protein pembuluh darah tumor
yang dinamakan Tie2. Pemberian tunggal obat berhasil memperlambat
pertumbuhan tumor hingga 75 persen, jika dibandingkan dengan binatang
percobaan yang tidak diobati.
Tie2 ialah reseptor protein yang terdapat dalam lapisan sel pembuluh darah.
Ketika diaktifkan oleh faktor pertumbuhan yang dikeluarkan oleh sel tumor,
Tie2 memicu pembuluh darah menjadi aktif. Dinding pembuluh darah dan
kapiler baru mulai tumbuh, menjalar ke tumor untuk menyalurkan makanan.
Nah, para ahli itu tahu protein itu sangat penting untuk pertumbuhan
pembuluh darah baru karena embrio tikus tanpa gen Tie2 tidak bisa
berkembang. Tetapi mereka tidak tahu apa dampaknya mencegah protein dalam
tumor itu. Para ahli mengatakan temuan mereka itu, yang dipublikasikan
dalam Journal of Clinical Investigation edisi Oktober 1997 mendekatkan
mereka pada pengobatan kanker melalui jalan mencegah pertumbuhan dan

penyebaran tumor dengan cara meniadakan kemampuannya menempel pada


pasokan
darah dalam tubuh.
Angiogenesis atau pembentukan pembuluh darah kapiler baru dari pembuluh
darah yang sudah ada, adalah proses dasar untuk pertumbuhan normal, sama
dengan perkembangan penyakit seperti kanker. Tanpa pembentukan pembuluh
darah halus ini, tumor tidak akan berkembang melebihi satu milimeter.
Sebaliknya, di lingkungan yang kaya dengan pembuluh darah baru, tumor
tumbuh dengan subur. Kemudian Dr Mark Dewhirst dan Siqing Shan
mencangkokkan tumor payudara manusia pada punggung tikus untuk mencari
pemecahannya. Mereka meniru reseptor tumor pada sekelompok tikus dan
membiarkan tumor dalam "kendali" tikus tanpa diganggu. Setelah 10 hari,
tumor pada tikus yang diperlakukan khusus, dibandingkan tikus kontrol, 75
persen lebih kecil, dan panjang pembuluh darah tumor berkurang 40 persen.
Mereka mengatakan ada kemungkinan mengobati berbagai jenis kanker dengan
menghentikan proses angiogenesis pada pasien kanker. Secara teoretis,
pengobatan seperti itu harusnya hanya mempengaruhi pertumbuhan tumor karena
sekali seorang berhenti tumbuh, sistem pembuluh darahnya stabil dan hanya
tumbuh untuk perbaikan luka. Menurut Lin dan Peter Tie2 bukanlah protein
pertama yang diketahui terlibat dalam angiogenesis tumor (protein lainnya
ialah VEGF), tetapi kemungkinan yang paling kuat kemampuannya. Tetapi
menurut Lin Tie2 tampaknya berperan lebih jauh dalam pembentukan "jalur"
pembuluh darah. Artinya dengan melumpuhkan Tie2, VEGF juga menjadi tidak
aktif. Apakah mengkonsumsi tulang rawan ikan hiu, atau tulang rawan sapi,
atau ekstrak hati hiu, sekarang ini bisa menghambat pertumbuhan tumor atau
kanker? Para ahli tidak berani menyimpulkannya sekarang. Masih jauh
jalannya untuk bisa sampai pada produksi obat antikanker dari tulang rawan
hiu. (Harry Surjadi/R Badil)
Foto:
Dondin Sajuthi/PSSP LP IPB
HAMBAT PEMBENTUKAN PEMBULUH DARAH - Hasil penelitian awal di
Pusat Studi
Satwa Primata Lembaga Penelitian IPB, Bogor, menunjukkan ekstrak tulang
rawan ikan hiu menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru embrio ayam.
Embrio ayam di sebelah kiri dalam foto di atas diberikan ekstrak kasar
tulang rawan ikan hiu dan embrio di sebelah kanan sebagai kontrol pembuluh
darahnya tumbuh dengan normal.

Anda mungkin juga menyukai