Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Media Audio Visual Pada Mata Pelajaran Ips SMP Muhammadiyah 2 Kadungora Kabupaten Garut
Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Media Audio Visual Pada Mata Pelajaran Ips SMP Muhammadiyah 2 Kadungora Kabupaten Garut
PENDAHULUAN
dan
pendekatan
belajar
yang
digunakan.
Kondisi
riil
dalam
belajar,
kemampuan
mengolah
1
bahan
belajar,
kemampuan
meliputi
hal-hal sebagai
berikut;
guru sebagai
pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi
anak didik. Dalam menerangkan suatu benda, guru dapat membawa bendanya
secara langsung ke hadapan anak didik di kelas. Dengan menghadirkan bendanya
seiring dengan penjelasan mengenai benda itu, maka benda itu dijadikan sebagai
sumber belajar.
Kalau dalam pendidikan di masa lalu, guru merupakan satu-satunya
sumber belajar bagi anak didik. Sehingga kegiatan pendidikan cenderung masih
tradisional. Perangkat teknologi penyebarannya masih sangat terbatas dan belum
memasuki dunia pendidikan. Tetapi lain halnya sekarang, perangkat teknologi
sudah ada dimana-mana. Pertumbuhan dan perkembangannya hampir-hampir
terkendali, sehingga wabahnya pun menyusup ke dalam dunia pendidikan. Di
sekolah-sekolah kini, terutama di kota-kota besar, teknologi dalam berbagai
bentuk dan jenisnya sudah dipergunakan untuk mencapai tujuan.
Ternyata
teknologi, yang disepakati sebagai media itu, tidak hanya sebagai alat bantu,
tetapi juga sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar. Media sebagai
sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audiovisual.
Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus
disesuaikan dengan perumusan tujuan instruksional, dan tentu saja dengan
kompetensi guru itu sendiri, dan sebagainya.
Anjuran agar menggunakan media dalam pengajaran terkadang sukar
dilaksanakan, disebabkan dana yang terbatas untuk membelinya. Menyadari akan
hal itu, disarankan kembali agar tidak memaksakan diri untuk membelinya, tetapi
cukup membuat media pendidikan yang sederhana selama menunjang tercapainya
tujuan pengajaran. Cukup banyak bahan mentah untuk keperluan pembuatan
hasil belajar siswa. Terlebih lagi penggunaan media audio visual yang
memadukan antara indera pendengar dan indera penglihat
2. Secara Praktis
a. Hasil pembelajaran sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pembelajaran
b. Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan prestasi
siswa dan kinerja guru
c. Mendorong untuk meningkatkan profesionalisme guru.
d. Memperbaiki kinerja guru
e. Menumbuhkan wawasan berfikir ilmiah
f.
j.
k. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam menyeraf informasi yang ada.
1.5 Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahtafsiran terhadap pokok-pokok masalah yang
diteliti, di bawah ini akan diterangkan secara operasional beberapa istilah teknis
yang dipandang penting untuk diketahui kejelasannya.
1. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Peningkatan berarti mempertinggi (Purwadarman:1984).
Sedangkan
suara dan gambar, dimana dalam proses penyerapan materi melibatkan indra
penglihatan dan indra pendengaran.
3. Pembelajaran IPS
Setiap mata pelajaran tentu memiliki karakteristik yang membedakan
dari mata pelajaran yang lain, demikian juga mata pelajaran Pengetahuan
Sosial untuk SMP. Beberapa karakteristik mata pelajaran Pengetahuan Sosial,
antara lain :
a.
yang
dikembangkan
dengan
pendekatan
indispliner
dan
dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitasaktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan
psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran,
kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial.
5. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan utama
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap
mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa
dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat
dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan
secara baik. Menurut Awan Mutakin (1998), berdasarkan rumusan tujuan
umum tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun
diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun
masyarakat.
BAB 2
10
KAJIAN PUSTAKA
11
Sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya atau terjadinya proses belajar.
2. Tujuan
Pendidikan
Guru sebagai
pelaku
mendidik dan
siswa yang
terdidik
Membantu iswa
untuk menjadi
pribadi mandiri
yang utuh
3. Proses
Proses interaksi
sebagai faktor
eksternal belajar
4. Tempat
Lembaga
pendidikan
sekolah dan luar
sekolah
5. Lama
Sepanjang hayat
waktu
dan sesuai
jenjang lembaga
6. Syarat
Guru memiliki
terjadi
kewibawaan
pendidikan
7.Ukuran
Terbentuk
Keberhasilan pribadi
terpelajar
12
Belajar
Siswa yang
bertindak
belajar atau
pembelajar
Perkembangan
Siswa yang
mengalami
perubahan
Memperolah
hasil belajar
dan
pengalaman
hidup
Internal pada
diri
pembelajar
Sembarang
tempat
Memperoleh
perubahan
mental
Sepanjang
hayat
Sepanjang hayat
Motivasi
belajar kuat
Kemauan
mengubah diri
Dapat
memecahkan
masalah
Terjadinya
perubahan
positif
Internal pada
diri pembelajar
Sembarang
tempat
8. Faedah
Bagi masyarakat
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
Bagi
pembelajar
mempertingi
martabat
pribadi
Bagi pembelajar
memperbaiki
kemajuan
mental
9. Hasil
Pribadi sebagai
pembangun
yang produktif
dan kreatif
Hasil belajar
sebagai
dampak
pengajaran
dan
pengiring
Kemajuan ranah
kognitif,
akfektif, dan
psikomotorik
berikut :
(i) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulakan respons pembelajar,
(ii) respons si pembelajar, dan
(iii)
Pemerkuat
Sebagai
13
Dalam menerapkan teori Skinner, guru perlu memperhatikan dua hal yang
penting, yaitu (i)
penggunaan penguatan.
respons ranah kognitif atau afektif. Jika yang akan dicapai adalah sekedar
menyebut ibu kota negara Republik Indonesia adalah Jakarta, tentu saja
siswa hanya dilatih menghafal.
Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning
operan sebagai berikut :
(1) Kesatu, mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan
perilaku siswa yang positif atau negatif.
14
pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i)
stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan
oleh pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif
yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi,
menjadi kapabilitas baru. Sebagai ilustrasi, siswa kelas dua SMP mempelajari
nilai luhur Pancasila. Mereka membaca berita di surat kabar tentang bencana
alam gempa bumi di Flores dan banjir di beberapa provinsi di jawa. Mereka
bersama-sama mengumpulkan bantuan bencana alam dari orang tua siswa
SMP. Mereka mampu mengumpulkan 4 kuintal beras, 100 potong pakaian,
dan uang sebesar Rp 5.000.000,00. Hasil bantuan tersebut kemudian mereka
serahkan ke Palang Merah Indonesia yang mengkoordinasi bantuan di kota
setempat. Perilaku siswa mengumpulkan sumbangan tersebut merupakan hasil
belajar nilai luhur Pancasila. Hal ini merupakan dampak pengiring.
Menurut Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi
eksternal, kondisi inernal, dan hasil belajar.
Komponen tersebut dilukiskan dalam bagan 2.1 sebagai berikut.
15
Hasil Belajar
Informasi verbal
Keterampilan intelek
Keterampilan
motorik
Sikap
Siasat kognitif
Berinteraksi dengan
Acara Pembelajaran
16
berhubungan
dengan
lingkungan
hidup
serta
kognitif
adalah
kemampuan
menyalurkan
dan
Kemampuan ini
motorik
adalah
kemampuan
melakukan
17
Fase belajar
1.Mengarahkan
perhatian
2. Ekspektansi
Pemerolehan dan
unjuk perbuatan
3.Retrival
(infromasi dan
keterampilan
yang relevan
untuk memori
kerja)
4.Persepsi selektif
atas sifat
stimulus
5.Sandi semantik
6.Retrival dan
respons
7. Penguatan
8.Pengisyaratan
9.Pemberlakuan
secara umum
18
Keterangan
Acara pembelajaran
Menarik perhatian siswa
dengan kejadian yang tidak
seperti biasanya, pertanyaan
atau perubahan stimulus.
Memberitahu siswa
mengenai tujuan belajar
Merangsang siswa agar
mengingat siswa agar
mengingat kembali hasil
belajar (apa yang telah
dipelajari) sebelumnya.
Menyajikan stimulus yang
jelas sifatnya
Memberikan bimbingan
belajar
Memunculkan perbuatan
Siswa
Memberikan balikan
informatif
Meningkatkan retensi dan
alih belajar
19
20
21
22
untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa
evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.
(7) Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan
sungguh-sungguh.
Rogers mengemukakan saran tentang langkah-langkah pembelajaran
yang perlu dilakukan oleh guru. Saran pembelajaran itu meliputi hal berikut :
(1) Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar
secara terstruktur,
(2) Guru menggunakan metode simulasi,
(3) Guru menggunakan metode inquiri, atau belajar menemukan (discovery
learning).
(4) Guru menggunakan metode simulasi,
(5) Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati
perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain.
(6) Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.
(7) Sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram, agar tercipta
peluang bagi siswa untuk timbulnya kreativitas (Snelbecker, 1974: 483494; Skager, 1984: 33; Bergan dan Dunn, 1976: 122-128).
Keempat pandangan tentang belajar tersebut merupakan bagian kecil dari
pandangan yang ada. Untuk kepentingan pembelajaran, para guru dan calon
guru masih harus mempelajari sendiri dari psikologi belajar. Di samping itu,
para guru masih perlu memilih teori yang relevan bagi bidang studi
asuhannya.
23
pencapaian
tergantung
tujuan
pendidikan
banyak
terhadap
kualitas
Secara lengkap,
25
Faktor-faktor psikologi
Arden N. Frandsen (dalam S. Suryabrata, 1984) mengatakan bahwa
hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut:
1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
2) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru,
dan teman-teman.
3) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun kompetensi
4) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran
5) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.
26
Pengertian Media
Media pengajaran atau alat peraga lebih dikenal sebagai salah satu alat
bantu pengajaran. Dikatakan sebagai alat karena fungsinya sebagai alat untuk
membantu guru dalam memperlancar jalannya pengajaran, sehingga dapat
memperjelas pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Alat
bantu tersebut merupakan cara untuk menyajikan suatu materi pelajaran melalui
peragaan. Hidayat (1991:107), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan media
pengajaran ialah suatu alat yuang dipergunakan dalam proses penyampaian
pengajaran kepada siswa untuk membantu mempermudah, memperlancar
jalannya pengajaran sehingga materi dapat dipahami oleh siswa.
Sadiman (1984 : 7) mengatakan bahwa, Media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima,
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi dengan efektif
dan efisien.
Sehubungan dengan itu, Hastuti (1986 : 177) berpendapat bahwa Media
berasal dari bahasa Latin dengan bentuk jamak medium yang berarti perantara,
maksudnya segala sesuatu yang membawa pesan dari suatu sumber untuk
disampaikan kepada penerima pesan. Hamalik (1994:12) memberikan
pengertian bahwa media adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam
rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa
dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
27
Menurut Subiakto (1993 : 206), yang dimaksud dengan alat atau media
dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah segala alat yang dapat
digunakan oleh guru atau pengajar serta pelajar untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditentukan.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan media dalam pengajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah suatu alat atau perantara yang dipergunakan oleh guru
untuk menyampaikan materi pelajaran atau menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang minat dan perhatian siswa dalam kegiatan
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Kedudukan media pengajaran dalam proses belajar mengajar itu memegang
peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar
ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain: tujuan, bahan, metode, dan
alat serta evaluasi. Unsur metode dan alat atau media merupakan unsur yang tidak
bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk
mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Dalam pengajaran,
tujuan, media atau alat memegang peranan yang sangat penting, sebab dengan
adanya media tersebut bahan pelajaran dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
Sejalan dengan fungsi media pembelajaran, Sudhana (1987 :100)
berpendapat:
Ada enam fungsi pokok dari media pengajaran, yaitu :
1) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang
efektif.
2) Salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.
3) Penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
4) Sebagai alat hiburan untuk menarik minat siswa.
5) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam
menangkap pengertian yang diberikan oleh guru.
6) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
28
30
32
metodenya
sendiri-sendiri
dalam
menguji
pengetahuannya.
35
Pengetahuan
masyarakat
Sosial
menyangkut
peristiwa
dan
perubahan
Sosial
Geografi
adalah
salah
satu
program
untuk
kompetensi
ini
disiapkan
dengan
mempertimbangkan
36
a.
b.
c.
d.
b.
kebudayaan masyarakat.
Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
d.
e.
berbagai
potensi
sehingga
mampu
pembelajaran
apapun
dalam
pendidikan
IPS
wajib
c. Nilai Praktis
Pembelajaran tidak memiliki makna yang dalam jika tidak memiliki nilai
praktis. Pokok bahasan IPS tidak hanya konsep teoritis belaka, melainkan
digali dari kehidupan sehari-hari yang bersifat kontekstual.
38
d. Nilai Teoritis
Pembelajaran IPS tidak hanya menyajikan fakta dan data yang terlepas dari
kerangka teoritis, melainkan dibina dan dikembangkan kemampuan nalar
kearah sense of rality, sense of discovery, sense of inquiry, serta
kemampuan mengajukan hipotesis terhadap suatu masalah.
e. Nilai Filsafat
Menumbuhkan kemampuan merenung tentang eksistensi dan pernannya di
tengah masyarakat, sehingga tumbuh kesadaran mereka selaku anggota
masyarakat dan sebagai makhluk sosial
f. Nilai Kemanusiaan.
Nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang, tanggung jawab, kejujuran,
kedamaian, tanpa kekerasan, dan sebagainya perlu disaampaikan secara
terpadu dalam pembelajaran IPS, sehingga dihasilkan kualitas lulusan yang
unggul (human excellence) atau manusia utuh/kaffah sesuai dengan citacita pendidikan nasional.
5. Konsep Pembelajaran Terpadu dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan
pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik
secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3).
Selah satu di antaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar.
Dengan pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh
pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima,
39
menyimpan,
dan
memproduksi
kesan-kesan
tentang
hal-hal
yang
gabungan,
untuk
kepentingan
belajar
mengajar
dengan
tujuan
sejarawan,
pengrajin,
petani,
pedagang,
dokter
dan
sebagainya.
3) Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan yang memerlukan alat
penampil, seperti program transparansi, program audio, program film
bingkai, program video, buku, spanduk, atlas, globe, dan sebagainya.
4) Peralatan, yaitu semua peralatan yang digunakan untuk menampilkan
perangkat lunak, seperti proyektor OHP, proyektor slide suara, tape
recorder, proyektor video, VCD player, komputer dan sebagainya.
41
5) Teknik, yaitu semua cara, metode dan strategi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan agar dapat diterima oleh khalayak dengan efektif dan
efisien, seperti pemanfaatan metode ceramah, diskusi, tanya jawab,
bermain peran, simulasi, inqiri, portofolio dan sebagainya.
6) Lingkungan, yaitu tempat dimana siswa belajar, misalnya kelas,
perpustakaan, laboratorium, mesjid, rumah ibadah, lapangan olah raga, dan
alam sekitarnya. Secara garis besar, lingkungan dapat terdiri atas
lingkungan fisik (hutan, sungai, gunung, dll), sosial (organisasi pemuda,
ormas, LSM, kelompok pencapir, dll), dan budaya (adat istiadat, seni
tradisional, situs sejarah, mitodologi, dll).
Uraian tentang enam komponen sumber pembelajaran di atas dapat
ditampilkan dalam matriks di bawah ini:
Komponen
Sumber
Pembelajaran
1.
Pesan
Kurikulum
Matei pelajaran, dll.
2.
Orang
Guru
Kepala Sekolah
Yang Direncanakan
(by design)
42
Yang
Dimanfaatkan
(by utilization)
Cerita Rakyat
Nasihat
Dongeng, dll.
Sejarawan
Petani
Pengrajin
Pengusaha, dll.
3.
4.
5.
6.
Bahan
Peralatan
Teknik
Buku Teks/Bahan
Ajar
Program :
OHP
Audio
Video
Komputer, dll
Proyektor
OHP/Slide/
Tape Recorder
VCD player
Kamera
Film
Radio, Televisi, dll.
Metode :
Ceramah
Diskusi
Tanya Jawab
Simulasi
Inquiri, dll.
Candi
Arca
Museum
Internet
Mesin jahit\
Mobil
Traktor, dll.
Dialog interaktif
Dialog spontan
Diskusi spontan
Pertanyaan
spontan, dll.
Hutan,
Orsospol, Ormas,
Lingkungan
LSM, Kesenian,
dll.
Sumber : diolah dari AECT (1977) ; Plomp dan Ely (1996);
Rumampuk (1988).
Ruang kelas
Perpustakaan
Laboratorium, dll.
43
dan film; radio recording; gambar; foto dalam berbagai ukuran yang sesuai bagi
pembelajaran IPS; grafik, bagan, chart, skema, peta; majalah, surat kabar, buletin,
folder, pamflet, tanya jawab, cerita lisan, dan sejenisnya (Rumampuk, 1988 : 2327; Mulyono, 1980 : 10-12).
Media pendididkan dapat dijadikan sumber pembelajaran IPS, baik sebagai
hardware maupun software. Sebagai hardware IPS, media pendidikan merupakan
educational tools, berarti media itu dipergunakan untuk menunjang kemudahan
dalam suatu proses pembelajaran IPS. Sedangkan software IPS, isi atau pesan
yang terdaspat dalam media dapat dijadikan content atau materi dalam suatu
proses pembelajaran IPS. Dalam pemanfaatan media sebagai software, guru IPS
tentu saja harus dapat memilah dan memilih isi atau pesan media mana saja yang
relevan atau cocok untuk diadopsi menjadi content atau dalam suatu proses
pembelajaran IPS.
Adapun pemilihan media pendidikan, baik sebagai hardware maupun
software IPS dapat melalui proses berikut ini :
a. Harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa.
b. Pemilihan media harus secara objektif, bukan semata-mata didasarkan atas
kesenangan guru, sekedar selingan, atau hiburan. Hendaknya pemilihan media
itu benar-benar didasarkan atas pertimbangan untuk peningkatan efektivitas
belajar siswa.
c. Tidak ada satu pun media yang dipakai untuk semua tujuan. Tiap-tiap media
mempunyai kelebihan dan kekurangannya.
d. Pemilihan media hendaknya disesuaikan, baik dengan metode mengajar yang
digunakan maupun materi pelajaran, mengingat media adalah bagian integral
dalam porses pembelajaran.
e. Untuk dapat memilih media dengan cepat, guru hendaknya mengenal ciri-ciri
media itu.
f. Pemilihan media supaya disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan.
g. Pemilihan media juga harus didasarkan pada kemampuan, gaya/pola belajar
siswa. (Gerlach and Ely, 1980; Sleelam and Cobun, 1978 dalam Rumampuk,
1988 : 19).
44
pengertian
memberitahukan
45
(dan
menyebarkan)
berita,
46
serta terarah pada satu tujuan. Pertistiwa tersebut adalah satu rangkaian kegiatan
komunikasi antar manusia, yaitu rangkaian kegiatan yang saling mempengaruhi.
Satu rangkaian proses perubahan dan penumbuhan-kembangan fungsi jasmaniah,
penumbuh-kembangan watak, intelek dan sosial.
peristiwa pendidikan.
daripada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-siswa di kelas
(ruang) formal, pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang
tidak dihadiri guru secara fisik.
capability which can be retained, and which is not simply ascribable to the
process of growth.
(1)Pilihan potensinya relative tetap yang sama sebagai hasil dari kekuatan
yang praktis. Dan (2) perubahan dalam diri manusia atau kemampuan pada
mulanya dapat ditahan dan berasal dari proses perubahan yang tidak
sederhana.
Dari dua definisi ini ada tiga prinsip yang layak diperhatikan. Pertama,
proses pembelajaran menghasilkan perubahan perilaku anak didik yang relatif
permanen.
Sumber-sumber
belajar selain guru inilah yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan
ajar yang diadakan dan/atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau
pedidik, biasanya dikenal sebagai media pembelajaran.
komponen-komponen
komunikasi
pembelajaran
Dengan demikian,
menjadi
komunikator,
49
biasa dipakai dalam proses perdamaian dua belah pihak yang sedang bertikai dan
lain-lain.
Sumber pembelajaran adalah media yang dijadikan rujukkan dalam
menopang kemudahan belajar. Hal ini selaras dengan temuan Worth (1999),
bahwa kemampuan rata-rata manusia dalam mengingat lebih kuat secara verbal
dan visual daripada verbal saja atau visual saja. Untuk lebih jelasnya disajikan di
bawah ini.
Tabel 2.4.
Mengingat
Sesudah 3 hari
Verbal saja
70%
10%
Visual saja
72%
20%
Verbal dan Visual
85%
65%
Sumber : The Psychology of Audiences by H.L. Holing Worth
Kemudian dari Dale`s Cone Experience (1946 : 39) atau kerucut
pengalaman Dale memperlihatkan, bahwa pengalaman belajar seseorang 75%
diperoleh melalui indera lihat, 13% melalui indera dengar dan selebihnya melalui
indera lainnya. Semakin menuju ke kerucut, pengalaman makin bersifat abstrak
dan makin menuju ke dasar, pengalaman itu semakin konkrit.
Selanjutnya, Sheal (dalam Depdiknas, 2002) lewat kerucut pengalaman
belajarnya juga mengungkapkan bahwa kita belajar 10% dari apa yang kita baca,
20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang
kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita
10%katakan
Modus:
Verbal
20%
Yang kita ingat :
30%
Visual
50%
70%
90%
50
Berbuat
katakan
baca
lihat
Lihat dan dengar
katakan
katakan dan lakukan
51
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
52
(7) lebih mementingkan proses daripada hasil; (8) adanya batas yang ditentukan
oleh fokus penelitian; (9) adanya kriteria khusu untuk keabsahan data; (1) desain
penelitian bersifat sementara; (11) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati
bersama antara peneliti dengan responden dan narasumber.
Dilihat dari aspek metodologis, penelitian ini menggunakan metode
penelitian tindakan (action research), yang pada hakekatnya merupakan sebuah
siklus dari sejak perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi, sebagaimana digagas pertama kali oleh
kurt Lewin, seperti dibawah ini;
planning
reflectin
g
planning
reflectin
g
acting
observing
acting
observing
Siklus I
Siklus II
merupakan penelitian tindakan yang dipusatkan pada situasi sosial kelas yang
membutuhkan sejumlah informasi dan tindak lanjut secara langsung berdasarkan
situasi alamiah yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran.
Pertimbangan
lainnya, bahwa perumusan rencana tindakan berdasarkan situasi sosial yang ada
53
program
pembelajaran
dengan
memfungsikan
latar
55
RENCANA
Pelaksanaan
Tindakan
Revisi
Observasi
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Tindakan
Revisi
Observasi
RENCANA
Refleksi
SIKLUS III
Pelaksanaan
Tindakan
SIKLUS IV
RENCANA
observasi
Revisi
refleksi
Pelaksanaan
Tindakan
revisi
observasi
refleksi
RENCANA
Pelaksanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
RENCANA
Gambar 3.2.
56
1. Perencanaan
57
Terkadang
58
pelaksanaan tindakan yang telah dikerjakan. Dilihat dari proses dan waktu
pelaksanaannya, refleksi dalam penelitian ini mencakup :
a. Refleksi Awal, yakni refleksi yang dilakukan pada saat dilakukan masa
orientasi terahadap berbagai permasalahan serta faktor-faktor pendukung
dan penghambat rencana pengembangan model dalam pembelajaran
pendidikan IPS. Refleksi di sini, bertujuan untuk merumuskan proposal
awal terhadap situasi social dalam pengembangan model yang akan
dilakukan, selanjutnya dituang kan ke dalam suatu rancangan awal rencana
program tindakan yang akan dilakukan;
b. Refleksi Proses, yakni refleksi yang dilakukan pada saat pelaksanaan
program tidakan yang bertujuan untuk mengkaji proses, dan implikasi dari
program tindakan yang dilakukan terhadap perolehan hasil belajar siswa,
unjuk kerja guru dan siswa dalam pembelajaran IPS, serta implikasiimplikasi lain dimaksudkan untuk melakuakn revisi terhadap rencana yang
telah disusun, serta sebagai dasar dalam merancang rencana program
tindakan selanjutnya dalam hubungannya dengan pengembangan model
pemanfaatan media massa sebagai sumber pembelajaran IPS dalam
meningkatan hasil belajar siswa.
c. Refleksi Hasil, yakni refleksi yang dilakukan pada akhir pelaksanaan
program sesuai dengan rancangan program tindakan yang telah ditetapkan
dan focus permasalahan serta tujuan pelaksanaan program tindakan.
Artinya, program pelaksanaan telah dipandang berhasil dan mendukung
ketercapaian tujuan dari program tindakan, yaitu setelah terjadinya
59
penelitian
situasi
social
tindakan,
bahwa
kelas,
yakni
rencana
sesuai
program
dengan
tindakan
61
lain, ditandai dengan penataan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di
sekolah itu sehingga dapat menjelma menjadi sebuah sekolah yang ideal
(sesuai konsepsi wawasan Wiyata Mandala).
sebagai
bahan
pertimbangan
untuk
63
validasi
data,
peneliti
juga
deskriptif.
Di bawah ini akan dijelaskan prosedur dan pengolahan data dalam
penelitian ini.
a.
64
melakukan
interpretasi
terhadap
keseluruhan
data
untuk
mendukung
serta
sesuai
dengan
karakterisktik
focus
65
Kegiatan triangulasi
dilakukan
wawancara
dengan
beberapa
orang
66
guru IPS yang tergabung dalam MGMP, guru-guru mata pelajaran lain,
kepala sekolah, dan rekan-rekan sesame mahasiswa yang dipandang
mempunyai wawasan yang memadai tentang permasalahan dan
pelaksanaan pembelajaran IPS.
(4) Expert Opinion, yaitu dilakukan dengan cara mngkonsultasikan hasil
temuan penelitian kepada para ahli (Nasution, 1992). Dalam penelitian
ini, peneliti mengkonsultaskannya kepada para pembimbing untuk
memperoleh arahan dan masukan, sehingga validasi temuan penelitian
ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah/akademis;
(5) Interprestasi, yaitu dilakukan untuk mentafsirkan terhadap keseluruhan
temuan penelitian berdasarkan acuan teoritik dan norma-norma praktis
yang telah disepakati mengenai proses pembelajaran. Peneliti berupaya
memunculkan makna dari setiap data yang diperoleh disamping
menggambarkan perolehan data secara deskriptif analitik, sehingga
akhirnya diperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai permasalahan
penelitian. Dari gambaran tersebut akan dipergunakan untuk melakukan
tindakan selanjutnya, untuk melahirkan peruhana, baik kinerja guru dan
siswa, serta suasana social kelas, maupun sekolah secara keseluruhan.
67
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
68
69
bahwa pembelajaran IPS belum terlaksana dengan baik. Hal ini nampak dari kegiatan
pembelajaran yang masih didominasi oleh guru. Guru terpaku pada materi yang
disajikan yaitu yang ada pada buku pegangan sementara siswa hanya memiliki LKS
dari penerbit sebagai buku pegangan, tidak ditunjang oleh media pembelajaran, gaya
mengajar sangat monoton, guru menggunakan metode ceramah dan sekali-kali
bertanya kepada seluruh siswa dan siswa menjawab dengan serempak. Di samping itu
kondisi siswa cenderung pasif, bahkan terlihat ada beberapa siswa yang terus menerus
70
menguap dan menampakkan kejenuhan dalam belajar. Sering pula terlihat siswa yang
duduk di belakang malah asyik mengobrol dengan teman sebangkunya. Secara umum
siswa menunjukkan kurang bergairah dan kurang motivasi belajar.
Kegiatan pembelajaran setiap pertemuan berlangsung selama 80 menit.
Kegiatan inti berlangsung selama kurang lebih 60 menit, dilanjutkan dengan tes di
mana guru mendiktekan soal yang kemudian dikerjakan oleh para siswa selama
kurang lebih 15 menit (untuk pertemuan ke dua dan ke tiga). Hasil dari evaluasi siswa
dikumpulkan kepada guru. Pada orientasi kedua hasil pekerjaan siswa hanya
dikumpulkan sedangkan pada orientasi ketiga hasil kerja siswa langsung diperiksa dan
dibagikan.
Berdasarkan hasil temuan lapangan, maka pada analisis dan refleksi awal
menunjukkan bahwa kondisi yang demikian menuntut guru agar meningkatkan
kinerjanya dan melatih keterampilannya supaya ia mampu menyampaikan pelajaran
IPS dengan baik, mampu membangkitkan semangat dan kegairahan dalam belajar,
serta tertuntut untuk kreatif dan inovatif dalam belajar. Siswa diharapkan tidak hanya
menunggu materi yang disampaikan guru, melainkan pula aktif dalam membaca dan
menemukan materi yang dipelajarinya. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan
media audio visual dapat digunakan sebagai salah satu alternatif perbaikan proses
pembelajaran pendidikan IPS. Terlebih lagi dalam upaya membangkitkan semangat
belajar siswa.
Beberapa hal yang dapat memberikan peluang dan dimungkinkannya untuk
pengembangan pembelajaran dengan menerapkan media audio visual, yaitu : adanya
dukungan dari kepala sekolah dari hasil wawancara, potensi dan keinginan siswa dari
71
hasil wawancara dan pengamatan di kelas, serta dukungan dari guru IPS yang ingin
belajar menerapkan pembelajaran dalam bentuk permainan.
Untuk itu selanjutnya peneliti melakukan sosialisasi tentang penerapan
pembelajaran dengan menerapkan media audio visual.
3.
72
73
Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
Pembelajaran
pertama
direncanakan
menyampaikan
standar
media
audio
visual.
Penyampaian
pelajaran
tersebut
74
b. Tahap Pelaksanaan
Proses pembelajaran pada siklus pertama, dilakukan pada hari Senin
tanggal 21 Februari 2011. Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan
salam, dilanjutkan dengan mengabsen siswa. Kemudian memberitahukan
siswa bahwa kegiatan pembelajaran IPS pada hari ini akan membahas standar
kompetensi Memahami kegiatan ekonomi masyarakat dan yang menjadi
materi pokoknya adalah pengertian konsumsi dan jenis-jenis barang yang
dikonsumsi siswa serta keluarganya dan skala prioritas dalam memenuhi
kebutuhan sebagai siswa. Di samping itu guru menginformasikan pula
bahwa materi tersebut akan disampaikan dengan menggunakan media audio
visual.
Kemudian guru melakukan apersepsi yang berkaitan dengan arti dan
makna konsumsi dengan melontarkan beberapa pertanyaan:
Guru
Siswa 1
Guru
Siswa 2
Guru
Siswa 3
Guru
Siswa 4
Guru
Siswa 5
Guru
Siswa 6
Guru
:
:
:
:
Kegiatan
Memakai, bu
Itu juga bisa, yang lain coba . . . yang lebih tepatnya apa ?
Menghabiskan, bu
Benar sekali, . . . jadi yang dimaksud konsumsi itu adalah
kegiatan memakai atau menghabiskan barang atau jasa.
selanjutnya
guru
menginstruksikan
siswa
untuk
76
Tabel 4.1
KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA SIKLUS I
No.
Nama Siswa
Nilai
Keterangan
Abdillah Saputra
50
Tdk Tuntas
Agust Anas
60
Tuntas
Ahmad Apriadi
65
Tuntas
Ahmad Shobirin
65
Tuntas
Aldi Cristianto
50
Tdk Tuntas
70
Tuntas
77
No.
Nama Siswa
Nilai
Keterangan
75
Tuntas
Chania Dian A.
70
Tuntas
Danang Asmara
55
Tdk Tuntas
10
David Saputra
50
Tdk Tuntas
11
Dea Nabilla
65
Tuntas
12
Dealfy Rangga
45
Tdk Tuntas
13
Deni Ramadhani
70
Tuntas
14
Desnanda Prayogi
45
Tdk Tuntas
15
50
Tdk Tuntas
16
Dina Inayati
60
Tuntas
17
Esti Madiyaningsih
70
Tuntas
18
Gusti Fauzan
40
Tdk Tuntas
19
70
Tuntas
20
Hari Priantoro
50
Tdk Tuntas
21
Ilham Setiawan
50
Tdk Tuntas
22
Karina melati
75
Tuntas
23
M. Fajar
65
Tuntas
24
M. Tedi
70
Tuntas
25
M . Fiki
70
Tuntas
26
M. rizki
60
Tuntas
27
Mutiara Lutfi
65
Tuntas
28
Nagoti Putu
65
Tuntas
29
Puri Tiara
65
Tuntas
30
Raihana riska
60
Tuntas
31
Rendi Wijaya
50
Tdk Tuntas
32
Rezanof Azahri
40
Tdk Tuntas
33
Riri Alfiani
40
Tdk Tuntas
78
No.
Nama Siswa
Nilai
Keterangan
34
Rizki Amalia
70
Tuntas
35
Sinta Marliana
70
Tuntas
36
Triana Kusuma
50
Tdk Tuntas
37
Ulvi Febriyanti
65
Tuntas
38
Vibby Yuliana
65
Tuntas
39
Yuliana Erna
40
Tdk Tuntas
Jumlah
2310
Rata-rata
59,23
Nilai Tertinggi
75
Nilai Tterendah
40
Siswa Tuntas
24
15
% Ketuntasan
61,54
79
data
observasi
terhadap
aktivitas
siswa
dalam
TABEL 4.2
PERSENTASE AKTIVITAS SISWA PADA
PEMBELAJARAN SIKLUS I
Aktivitas Siswa
4 orang (10,26)
3 orang (7,69)
2 orang (5,13)
4. Serius menyimak
31 orang (79,49)
30 orang (76,92)
8 orang (20,51)
80
dari hanya dua orang siswa yang mau tampil di depan kelas, bertanya ataupun
mengemukakan pendapat Hal itu, disebabkan pertemuan ini adalah
pertemuan pertama yang menyebabkan siswa terlihat malu dan ragu untuk
aktif di kelas.
Hasil catatan lapangan pembelajaran tindakan pertama dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
TABEL 4.3
CATATAN LAPANGAN PEMBELAJARAN SIKLUS I
Catatan Lapangan Pembelajaran Siklus I
1) Siswa masih merasa malu untuk menjawab atau memberikan
pertanyaan.
1) Masih sedikitnya siswa yang mau tampil di depan kelas untuk
membacakan hasil pekerjaannya.
2) Suasana hening saat menyimak materi yang dilakukan oleh temannya
sebagai stimulus motivasi keaktifan siswa.
3) Siswa terlihat antusias saat guru menginstruksikan untuk belajar
dengan menggunakan media audio visual power point.
4) Siswa dengan saksama memperhatikan segala sesuatu yang
dikemukakan dalam power point.
5) Pujian yang diberikan guru dapat memotivasi siswa untuk lebih baik
dalam belajar.
6) Guru sudah berhasil dalam mengarahkan dan membimbing siswa
ketika menyimak.
7) Beberapa siswa ada yang mengobrol ketika mengerjakan tugasnya saat
menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah
disimaknya.
8) Guru belum dapat mengelola waktu dengan baik.
Data observasi lainnya menyimpulkan bahwa penggunaan media
audio visual dalam bentuk power point dalam pembelajaran IPS pada siklus I
sudah berhasil menciptakan suasana dan situasi pembelajaran menjadi lebih
menarik sehingga siswa merasa nyaman dan termotivasi dalam menyimak
materi yang disampaikan guru melalui media audio visual.
81
82
ada siswa yang melakukan kegiatan di luar KBM, seperti mengobrol pada
saat proses penyampaian materi dengan menggunakan media audio visual
melalui power point dilaksanakan.
Sementara itu penggunaan power point yang sederhana serta kurang
memiliki variasi dalam hal tampilannya cenderung menunjukkan kebosanan
dari siswa. Dengan demikian tampaknya perlu dilakukan perubahan dan
penggunaan media audio visual dalam bentuk lain yang lebih menarik bagi
siswa.
Adapun hasil pembelajaran siswa yang
ditunjukkan dengan
Siklus 2
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap kedua, perencanaan dilakukan sebagai upaya memperbaiki
pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama. Ada beberapa hal yang
83
84
Menindaklanjuti hasil tes formatif I, bahwa masih ada siswa yang salah
dalam memberikan pengertian dan pemahamannya terhadap konsep konsumsi
serta bagaimana menentukan skala prioritas, guru mengulang kembali
pengertian dan konsep konsumsi serta bagaimana langkah-langkah dalam
menentukan skala prioritas dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Tujuannya
adalah agar siswa dapat menumbuhkan kembali pengetahuan dan pengalaman
tentang konsep yang telah dipelajari sebelumnya dimana konsep ini diperlukan
dalam membahas materi yang akan dipelajari yaitu dampak positif dan negatif
dari perilaku konsumtif dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi
seseorang.
Sebelum melakukan apersepsi untuk materi yang akan disampaikan,
terlebih dahulu guru mengulas kembali bagaimana proses pembelajaran
dengan menggunakan media audio visual. Guru menjelaskan bahwa
pembelajaran yang akan dilaksanakan akan menggunakan media audio visual
dalam bentuk CD interaktif.
Apersepsi untuk materi pada tindakan kedua dilakukan dengan tanya
jawab antara guru dan siswa.
Guru
Siswa
Guru
Tedi
Karina
Guru
Karina
Guru
Siswa
Guru
melalui
media
CD
Interaktif.
Setelah
diisi,
guru
Tabel 4.1
KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA SIKLUS 2
No.
Nama Siswa
Nilai
Keterangan
Abdillah Saputra
60
Tuntas
Agust Anas
60
Tuntas
Ahmad Apriadi
75
Tuntas
Ahmad Shobirin
75
Tuntas
Aldi Cristianto
50
Tdk Tuntas
80
Tuntas
90
Tuntas
87
No.
Nama Siswa
Nilai
Keterangan
Chania Dian A.
70
Tuntas
Danang Asmara
70
Tuntas
10
David Saputra
70
Tuntas
11
Dea Nabilla
80
Tuntas
12
Dealfy Rangga
60
Tuntas
13
Deni Ramadhani
70
Tuntas
14
Desnanda Prayogi
65
Tuntas
15
65
Tuntas
16
Dina Inayati
60
Tuntas
17
Esti Madiyaningsih
80
Tuntas
18
Gusti Fauzan
60
Tuntas
19
80
Tuntas
20
Hari Priantoro
50
Tdk Tuntas
21
Ilham Setiawan
65
Tuntas
22
Karina melati
90
Tuntas
23
M. Fajar
65
Tuntas
24
M. Tedi
80
Tuntas
25
M . Fiki
70
Tuntas
26
M. rizki
70
Tuntas
27
Mutiara Lutfi
70
Tuntas
28
Nagoti Putu
75
Tuntas
29
Puri Tiara
65
Tuntas
30
Raihana riska
80
Tuntas
31
Rendi Wijaya
80
Tuntas
32
Rezanof Azahri
40
Tdk Tuntas
33
Riri Alfiani
70
Tuntas
34
Rizki Amalia
80
Tuntas
88
No.
Nama Siswa
Nilai
Keterangan
35
Sinta Marliana
90
Tuntas
36
Triana Kusuma
60
Tuntas
37
Ulvi Febriyanti
70
Tuntas
38
Vibby Yuliana
75
Tuntas
39
Yuliana Erna
50
Tdk Tuntas
Jumlah
2715
Rata-rata
69,61
Nilai Tertinggi
90
Nilai Terendah
40
Siswa Tuntas
35
% Ketuntasan
89,74
89
d. Hasil Observasi
Berdasarkan data observasi, guru telah menyampaikan penjelasan
materi dengan jelas dan relevan dengan fokus pembelajaran siklus II. Guru
juga sudah berhasil mengarahkan dan membimbing siswa untuk menuangkan
hal-hal yang berkesan menurut apa yang dipikrkan dan dirasakan siswa dalam
menyimak.
Berdasarkan
data
observasi
terhadap
aktivitas
siswa
dalam
10 orang (25,64)
9 orang (23,08)
5 orang (12,82)
38 orang (97,44)
37 orang (94,87)
1 orang (2,56)
90
dengan banyaknya siswa yang mau tampil di depan kelas, bertanya ataupun
mengemukakan pendapat
Hasil catatan lapangan pembelajaran tindakan kedua dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
TABEL 4.6
CATATAN LAPANGAN PEMBELAJARAN SIKLUS II
Catatan Lapangan Pembelajaran Siklus II
1) Siswa antusias
di tempatnya
masing-masing
suasana
pembelajaran
lebih
menyegarkan
dan
menyenangkan.
3) Seluruh siswa serius saat mengerjakan tugasnya untuk menyimak.
4) Sebagian siswa telah berani untuk mengajukan pertanyaan, terutama
dalam menanyakan yang berkaitan dengan materi.
Data observasi lainnya menyimpulkan penggunaan media CD
Interaktif dalam pembelajaran IPS sudah berhasil menciptakan suasana dan
situasi pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga siswa merasa rileks dan
termotivasi dalam belajar.
e. Refleksi
Setelah pelaksanaan siklus II selesai, peneliti bersama observer
melakukan refleksi terhadap pembelajaran siklus II. Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil observasi, catatan lapangan, dan hasil tes kemampuan
pemahaman siswa selama tindakan pembelajaran siklus II, peneliti bersama
91
dikembangkan, tujuan yang ingin dicapai, dan waktu yang telah direncanakan.
Diawali dengan identifikasi permasalahan yang diperoleh dari hasil observasi awal,
dilanjutkan dengan implementasinya di lapangan beserta hasil refleksinya pada setiap
siklus sudah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran IPS.
Perbaikan terhadap model pembelajaran perlu terus dilakukan dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Beberapa hal yang harus segera dibenahi pada saat
penelitian, yaitu pemilihan media audio visual yang lebih menarik sehingga mampu
memotivasi siswa dalma belajar.
Agar penggunaan media audio visual sebagai media dan sumber belajar
berhasil baik, hendaknya dipersiapkan secara saksama, mulai dari alokasi waktu yang
digunakan sampai strategi pelaksanaannya. Persiapan ini bertujuan agar penggunaan
media audio visual sebagai media dalam pembelajaran dapat menjadikan siswa merasa
fun, santai, dan jauh dari kebosanan, yang pada akhirnya menimbulkan motivasi siswa
untuk menyimak sehingga terhindar dari perilaku siswa yang menyimpang dari KBM.
1. Analisis Data Hasil Penelitian
Pada bagian ini peneliti akan menganalisis seluruh hasil penelitian selama dua
siklus. Adapun pembahasannya mengacu pada data instrumen, meliputi tingkat
keberhasilan belajar siswa yang diwujudkan dengan kemampuan menjawab
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah dipelajarinya.
2. Tingkat Keberhasilan Siswa Menyimak
Pembelajaran IPS dalam penelitian ini merupakan pengalaman pertama bagi
siswa, walaupun demikian pada pertemuan pertama pada umumnya siswa telah dapat
memahami materi dengan cukup baik. Pada pertemuan-pertemuan berikutnya, siswa
93
Nilai
Nama
Siklus I
50
Siklus II
60
Abdillah Saputra
Agust Anas
60
60
Ahmad Apriadi
65
75
Ahmad Shobirin
65
75
Aldi Cristianto
50
50
70
80
75
90
Chania Dian A.
70
70
Danang Asmara
55
70
10
David Saputra
50
70
11
Dea Nabilla
65
80
12
Dealfy Rangga
45
60
13
Deni Ramadhani
70
70
14
Desnanda Prayogi
45
65
15
50
65
16
Dina Inayati
60
60
17
Esti Madiyaningsih
70
80
18
Gusti Fauzan
40
60
19
70
80
94
No
Nilai
Nama
20
Hari Priantoro
Siklus I
50
Siklus II
50
21
Ilham Setiawan
50
65
22
Karina melati
75
90
23
M. Fajar
65
65
24
M. Tedi
70
80
25
M . Fiki
70
70
26
M. rizki
60
70
27
Mutiara Lutfi
65
70
28
Nagoti Putu
65
75
29
Puri Tiara
65
65
30
Raihana riska
60
80
31
Rendi Wijaya
50
80
32
Rezanof Azahri
40
40
33
Riri Alfiani
40
70
34
Rizki Amalia
70
80
35
Sinta Marliana
70
90
36
Triana Kusuma
50
60
37
Ulvi Febriyanti
65
70
38
Vibby Yuliana
65
75
39
Yuliana Erna
40
50
Jumlah
2310
2715
Rata-rata
59,23
69,61
Nilai Tertinggi
75
90
Nilai Terendah
40
40
Siswa Tuntas
24
35
15
% Ketuntasan
61,54
89,74
Hasil pembelajaran pada kedua siklus dapat digambarkan pada grafik berikut.
95
tujuan
pemanfaatannya,
yakni
menyesuaikan
dengan
dengan
petunjuk
penggunaannya,
sehingga
pengguna
dapat
kelompok, baik kelompok kecil (2 s.d 8 orang) maupun kelompok besar (9 s.d 40
orang). Media untuk kelompok ini biasanya dilengkapi buku petunjuk bagi pemimpin
kelompoknya.
melakukan diskusi. Terakhir, media yang dimanfaatkan secara masal (mulai puluhan,
ratusan, hingga ribuan orang). Media untuk massal ini biasanya disalurkan melalui
pemancar, seperti radio dan televisi. Sebelum memanfaatkan media ini, peserta diberi
bahan tercetak yang memuat tujuan pembelajaran, garis besar isi, petunjuk tindak
lanjut, dan bahan dari sumber lain untuk pendalaman pemahaman.
97
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran menyimak
dengan menggunakan media audio visual, diambil simpulan sebagai berikut ini.
1.
98
Interaktif.
d) Siswa mendiskusikan materi yang telah dipelajarinya.
e) Evaluasi
2. Hasil kemampuan pemahaman siswa dalam belajar IPS yang diukur dengan
hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan materi
yang telah disampaikan dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal ini
dibuktikan dengan peningkatan rata-rata nilai siswa. Pada siklus I rata-rata
siswa mencapai 59,23; pada siklus II mencapai 69,61. Di samping itu dilihat
dari ketuntasan belajar siswa juga terjadi peningkatan dari 61,54% pada siklus
1 meningkat jadi 89,74% pada siklus ke 2 yang sekaligus menunjukkan bahwa
pembelajaran telah tuntas.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti laksanakan dapat dikemukakan
saran yang bermanfaat bagi peneliti, selanjutnya guru dan sekolah sebagai
berikut :
1.
Agar penggunaan media Audio visual baik dalam bentuk power point
maupun CD Interaktif sebagai media dan sumber belajar berhasil baik,
hendaknya dipersiapkan secara saksama, mulai dari mendesain tampilan
power point yang selektif, bervariasi, dan menarik, alokasi waktu yang
digunakan, sampai strategi pelaksanaannya. Persiapan ini bertujuan agar
penggunaan power point sebagai media dalam pembelajaran dapat
menjadikan siswa merasa fun, santai, dan jauh dari kebosanan, yang pada
99
100
DAFTAR PUSTAKA
101