Anda di halaman 1dari 111

RANCANGAN TAMPILAN INDIKATOR KERUSAKAN

MOTOR PENGGERAK KONVEYOR X-RAY TIPE FISCAN


SMEX-V8065B MENGGUNAKAN LIGHT EMITTING DIODE
DI BANDAR UDARA SOEKARNO-HATTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Lulus
Pendidikan Diploma IV Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara Angkatan IX
Disusun oleh :
IMMADUDDIEN ABIL FADA
NIT.TNU.IV.0309184

PROGRAM STUDI TELEKOMUNIKASI DAN NAVIGASI UDARA


JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN
SEKOLAH TINGGI PENERBANGAN INDONESIA
CURUG TANGERANG
2007

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul: RANCANGAN TAMPILAN INDIKATOR KERUSAKAN


MOTOR PENGGERAK KONVEYOR X-RAY TIPE FISCAN SMEX-V8065B
MENGGUNAKAN LIGHT EMITTING DIODE DI BANDARA UDARA
SOEKARNO-HATTA, disetujui sebagai salah satu syarat lulus Diploma IV Teknik
Navigasi Udara Angkatan IX Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi
Udara.
Oleh,
Nama : Immaduddien Abil Fada
NIT

: TNU.IV.03.09.184

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.


Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Dwi Harsojo, S.Si.T.


NIP. 120 050 949

Drs. Djudjur Prasodjo, S.Si.T.


NIP. 120 106 011

Mengetahui,
KETUA PROGRAM STUDI
TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN NAVIGASI UDARA

Sukarwoto, ST,S.Si.T.,MM.
NIP. 120 155 198

ii

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN


Skripsi Oeh Krisna Dia Pranata, NIT TNU.IV.0309185 dengan judul
RANCANGAN MONITOR STATUS TRANSMITTER GLIDE SLOPE MK 10
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TELEPON DI BANDAR UDARA
INTERNASIONAL SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANG
Telah dipertahankan didepan dewan penguji
Pada tanggal......Agustus 2007
Dewan Penguji
KETUA

SEKERTARIS

Drs. I Made Suratha, MSc


NIP. 120 050 949

Drs. R. Pugirkhan Yasin, MT.


NIP. 120 049 175
ANGGOTA

Drs. A. Nugroho Budi R, S.Si.T.,MT.


NIP. 120 135 462
Mengetahui,

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Penerbangan

Ketua Program Studi


Teknik Telekomunikasi dan Navigasi
Udara

Drs. A. Nugroho Budi R, S.Si.T.,MT.


NIP. 120 135 462

Sukarwoto, ST,S.Si.T.,MM.
NIP. 120 155 198

MOTTO
MOTTO dan PERSEMBAHAN
MOTTO: Sudah waktunya untuk berubah karena perbuatanperbuatan buruk akan membawa kita ke dalam
kehancuran. Sudah waktunya untuk berubah, di
saat waktu masih memberikan kesempatan.
Sudah waktunya untuk berubah, di saat belum
menyesal karena ajal menjemput. Di mana saat
itu, segala sesal yang kita utarakan tidak akan
ada gunanya lagi. Sudah saatnya untuk berubah,
selagi tidak ada kata lain selain berubah.
Berjalannya sang waktu, detik ke menit, jam ke hari, minggu
ke bulan, telah membawa kita pada kedewasaan berpikir.
Maka berdoalah setiap pagi:
Ya Allah, tambahkanlah ilmu kepadaku, rezeki yang baik,
dan amal yang diterima. Amin...

Kupersembahkan untuk...
Bapak, Ibu (karena keridhaan Allah terletak pada keridhaan ibu bapak dan
kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan ibu bapak) dan ketiga adikku
serta Amelia yang selalu memberikan dorongan semangat. Dan juga untuk
semua orang yang telah memberikan bantuan ketika aku membutuhkan
terutama teman-temanku di Echo 5.
Semoga kalian selalu menjadi orang-orang yang diridhoi oleh Allah SWT.
Amin.....
ABSTRAK

Immaduddien Abil Fada, NIT.TNU.IV.0309184, RANCANGAN TAMPILAN


INDIKATOR KERUSAKAN MOTOR PENGGERAK KONVEYOR X-RAY
TIPE FISCAN SMEX-V8065B MENGGUNAKAN LIGHT EMITTING DIODE
DI BANDARA UDARA SOEKARNO-HATTA Skripsi, Curug: Sekolah Tinggi
Penerbangan Indonesia, 2007.
Rancangan tampilan indikator kerusakan motor penggerak konveyor X-ray ini
merupakan alat bantu teknisi X-ray, jika menghadapi kerusakan pada motor
penggerak konveyor. Alat ini dikhususkan untuk peralatan pemeriksaan sinar-X yang
menggunakan 2 buah motor sebagai penggerak konveyornya yang biasanya
digunakan untuk pemeriksaan di bagasi atau di kargo.
Rancangan tampilan indikator kerusakan motor penggerak pada konveyor
sinar-X ini memanfaatkan tegangan yang drop di lilitan motor, yang selanjutnya
tegangan ini dibandingkan dengan tegangan referensi yang telah ditentukan
menggunakan rangkaian komparator op-amp.
Jika terjadi kerusakan pada motor yang disebabkan karena tebakar lilitan
stator motor, maka hal ini akan mempengaruhi nilai hambatan dalam pada lilitan
stator motor tersebut. Nilai hambatan dalamnya akan mengecil sehingga tegangan
yang drop di lilitan akan semakin kecil dan jika tegangan ini lebih kecil dari tegangan
referensi, maka indikator LED akan menyala dan menunjukan bawa motor itu rusak.
Rancangan ini dipakai pada saat kondisi motor tidak digunakan.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Skripsi

dengan

judul

RANCANGAN

TAMPILAN

INDIKATOR

KERUSAKAN MOTOR PENGGERAK KONVEYOR X-RAY TIPE FISCAN


SMEX-V8065B MENGGUNAKAN LIGHT EMITTING DIODE DI BANDARA
UDARA SOEKARNO-HATTA diajukan untuk memenuhi sebagian syarat lulus
Pendidikan Diploma IV Ahli Teknik Navigasi Udara Angkatan IX di Sekolah Tinggi
Penerbangan Indonesia Curug-Tanggerang.
Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak,untuk itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Darwis Amini, MM. selaku Kepala Sekolah Tinggi
Penerbangan Indonesia.
2. Bapak Drs. A. Nugroho Budi, S.Si.T., MT. selaku Ketua Jurusan Teknik
Penerbangan.
3. Bapak Sukarwoto, ST., S.Si.T., MM. selaku Ketua Program Studi Teknik
Telekomunikasi dan Navigasi Udara.
4. Bapak Drs. Dwi Harsojo, S.Si.T., selaku Pembimbing I dan juga selaku
wali kelas ATNU angkatan IX.
5. Bapak Drs. Djudjur Prasodjo, S.Si.T., selaku Pembimbing II.
6. Para Dosen, Instruktur dan seluruh staff pengajar di Sekolah Tinggi
Penerbangan Indonesia serta semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan skripsi ini.
7. Orang tua, adik dan saudara-saudaraku serta teman dekatku yang telah
memberikan kasih sayang dan dukungan moril, materil, serta doa yang
henti-hentinya selama menjalankan pendidikan di Sekolah Tinggi
Penerbangan Indonesia.
8. Teman-teman satu angkatan, terutama ATNU IX yang telah banyak
membantu dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman sekamarku di Echo 5 (Helif, Herik, Rahmad, Krisna dan


Mega) yang telah banyak memberikan dukungan, bantuan dan kenangan
yang tidak terlupakan.
10. Adik-adik kelasku PTR 25 dan PTR 26.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, dengan
keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. skripsi ini jauh dari sempurna, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang guna penyempurnaanya
dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan berbagai pihak yang memerlukannya
Curug,

September 2007

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................ii
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN...............................................................iii
MOTTO...................................................................................................................iv
ABSTRAK...............................................................................................................v
KATA PENGANTAR..............................................................................................vi
DAFTAR ISI............................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xiii

BAB I

PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.................................................................................3
C. Pembatasan Masalah.................................................................................4
D. Perumusan Masalah..................................................................................4
E. Tujuan Perancangan..................................................................................5
F. Manfaat Perancangan...............................................................................5
G. Metode Perancangan.................................................................................5
H. Sistematika Penulisan...............................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN................................8


A. Landasan Teori..........................................................................................8
1. X-Ray..................................................................................................8
a. Teori Sinar-X (X-ray)...................................................................8
b. Spektrum Sinar-X.........................................................................9
c. Tabung Sinar-X...........................................................................10
d. Peralatan X-Ray..........................................................................12
2. Sistem Pemeriksaan Sinar-X Tipe Fiscan Smex-V8065B................17

a. Gambaran Umum Sistem pemeriksaan Sinar-X Tipe Fiscan


Smex-V8065B............................................................................17
1) Unit Pemprosesan Gambar (Image Processing Unit)...........18
2) Sistem Halangan Cahaya (Light-Barrier System)................20
3) Sistem Pembangkit Sinar-X (X-ray Generating System).....20
4) Kumpulan Detektor (Detector Assembly)............................21
5) Sistem Konveyor..................................................................22
6) Keyboard..............................................................................23
7) Monitor.................................................................................23
b. Prinsip Kerja Fiscan Smex-V8065B...........................................24
3. Teori Motor AC (Motor Induksi Tiga Fase).....................................26
a. Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fase.......................................30
b. Membalik Putaran Motor............................................................31
4. Catu Daya.........................................................................................32
5. Teori Komponen...............................................................................33
a. Resistor Sebagai Pembagi Tegangan..........................................33
b. Time Kostant Pada Kapasitor.....................................................35
c. Dioda..........................................................................................39
d. Relai............................................................................................41
e. LED............................................................................................43
f. IC 741 Penguat Operasional (Op-Amp).....................................44
g. Op-Amp Sebagai Pembanding (Komparator)............................48
h. IC 555 Sebagai Asteble multivibrator........................................48
i. IC 4017 (Decade Counter 10).....................................................51
j. IC ULN 2003..............................................................................52
B. Kerangka Pikiran....................................................................................53
BAB III KONSEP RANCANGAN...........................................................................54
A. Kondisi Saat Ini......................................................................................54

B. Kondisi Yang Diharapkan.......................................................................55


BAB IV PEMBAHASANRANCANGAN................................................................57
A. Perancangan dan Perhitungan.................................................................57
1. Rangkaian Catu Daya.......................................................................57
2. Rancangan Tampilan Indikator Kerusakan Motor Penggerak
Konveyor Sinar-X.............................................................................59
a. Rangkaian Pewaktu IC 555........................................................60
b. Rangkaian BCD Counter............................................................63
c. Rangkaian Switch IC ULN 2003................................................65
d. Rangkaian Pembagi Tegangan Input Op-Amp...........................66
e. Rangkaian Pembanding Tegangan (IC 741)...............................68
B. Cara Kerja Keseluruhan..........................................................................70
C. Cara Penggunaan Rancangan.................................................................73
D. Kriteria Pengujian Rancangan................................................................74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................76
A. Kesimpulan.............................................................................................76
B. Saran.......................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................78
LAMPIRAN...............................................................................................................79
RIWAYAT HIDUP.....................................................................................................97

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

: Diagram skematik pada tabung X-ray...............................................11

Gambar 2

: Macam-macam X-ray Inspection System.........................................13

Gambar 3

: Blok diagram sistem pemeriksaan sinar-X tipe Fiscan Smex...........17

Gambar 4

: Blok diagram image processing unit.................................................18

Gambar 5

: Detektor.............................................................................................22

Gambar 6

: Diagram prinsip kerja line scanning..................................................25

Gambar 7

: Prinsip kerja motor induksi...............................................................29

Gambar 8

: Kontruksi motor induksi tiga fase.....................................................30

Gambar 9

: Diagram skematik sederhana pembalik putaran................................31

Gambar 10 : Rangkaian resistor pembagi tegangan...............................................34


Gambar 11

: Tipe kapasitor.....................................................................................35

Gambar 12 : (a). Rangkaian pengisian kapasitor....................................................37


(b). Grafik pengisian kapasitor...........................................................37
(c). Rangkaian pengosongan kapasitor...............................................37
(d). Grafik pengosongan kapasitor.....................................................37
Gambar 13 : Dioda dengan tegangan forward........................................................39
Gambar 14 : Dioda dengan tegangan reverse.........................................................40
Gambar 15 : Karakteristik dioda silikon.................................................................40
Gambar 16 : Simbol relai dan kontaktornya...........................................................42
Gambar 17 : Prinsip kerja relai...............................................................................42
Gambar 18 : Cara pemberian tegangan pada LED.................................................44
Gambar 19 : Operational Amplifier.........................................................................45
Gambar 20 : Rangkaian persamaan Operational Amplifier....................................46
Gambar 21 : Op-amp sebagai Komparator.............................................................48
Gambar 22 : Timer IC LM555
(a) Konfigurasi Pin.............................................................................49
(b) Blok Diagram IC..........................................................................49
Gambar 23 : Blok diagram IC 4017 (Decade Counter 10).....................................51
Gambar 24 : Konfigurasi pin IC 4017 (Decade Counter 10).................................52

Gambar 25 : Letak motor penggerak pada konveyor.............................................55


Gambar 26 : Hubungan rancangan tampilan dengan motor...................................56
Gambar 27 : Rangkaian catu daya 5 VDC.............................................................59
Gambar 28 : Blok diagram rancangan indikator kerusakan motor penggerak
konveyor sinar-X..............................................................................59
Gambar 29 : Rangkaian pewaktu IC 555...............................................................61
Gambar 30 : Diagram waktu output IC pewaktu 555............................................62
Gambar 31 : Rangkaian BCD counter....................................................................64
Gambar 32 : Rangkaian switch IC ULN 2003.......................................................65
Gambar 33 : Rangkaian pembagi tegangan............................................................67
Gambar 34 : Rangkaian IC OP-AMP sebagai pembanding tegangan....................69
Gambar 35 : Hubungan lilitan motor dengan relai.................................................73

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

: Rangkaian Tampilan Indikator Kerusakan Motor Penggerak


Konveyor X-ray Tipe Fiscan Smex-V8065B.............................79

LAMPIRAN 2

: Komponen-Komponen Elektronika Yang Digunakan dan HasilHasil Pengukuran Rancangan....................................................80

LAMPIRAN 2

: Letak Motor Pada Sistem Pemeriksaan Sinar-X........................81

LAMPIRAN 3

: Spesifikasi Sistem Fiscan Smex-V8065B..................................82

LAMPIRAN 4

: Laporan Perawatan Fiscan Smex-V8065B.................................83

LAMPIRAN 5

: Pengukuran Hambatan Dalam Pada Motor Dengan Menggunakan


Ohmmeter..................................................................................84

LAMPIRAN 6

: Lembar Data IC SE555...............................................................85

LAMPIRAN 7

: Lembar Data IC ULN2003A......................................................86

LAMPIRAN 8

: Lembar Data Dioda 1N4007A....................................................87

LAMPIRAN 9

: Lembar Data IC LM741 (a)........................................................88

LAMPIRAN 10 : Lembar Data IC LM741 (b)........................................................89


LAMPIRAN 11 : Lembar Data IC 4017 (a)............................................................90
LAMPIRAN 12 : Lembar Data IC 4017 (b)............................................................91
LAMPIRAN 13 : Lembar Data IC 4017 (c)............................................................92
LAMPIRAN 14 : Lembar Data IC 4017 (d)............................................................93
LAMPIRAN 15 : Lembar Data IC 4017 (e)............................................................94
LAMPIRAN 16 : Lembar Data IC 4017 (f)............................................................95
LAMPIRAN 17 : Gambar Rancangan dan Pemasangan Rancangan......................96

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bandar udara merupakan salah satu prasarana dalam bidang perhubungan
udara yang berfungsi untuk memperlancar arus penumpang, barang dan jasa-jasa
lainnya dari suatu tempat ke tempat lain. Sebagai pelayanan jasa transportasi
udara dan penyelenggaraan operasi penerbangan tersebut, bandar udara harus
ditata dalam satu kesatuan sistem operasi nasional secara terpadu dan mampu
mewujudkan penyediaan jasa transportasi yang seimbang. Maka setiap bandar
udara diperlukan berbagai fasilitas guna menunjang kegiatan-kegiatan yang
dilakukan.
Keberhasilan dalam terciptanya suatu pembangunan untuk menuju
masyarakat yang adil, makmur dan merata tidaklah terlepas dari peran aktif sector
transportasi sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik dan
pertahanan keamanan. Pembangunan sektor teransportasi diarahkan pada sistem
transportasi yang handal, tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien dalam
menunjang dan mengerakan dinamika pembangunan.
Keselamatan dan keamanan penerbangan merupakan faktor utama pada
segala segi kegiatan penerbangan baik dari sisi pengelolaan bandar udara maupun
sisi pengoperasian pesawat udara untuk menunjang keselamatan penerbangan.

Dalam menunjang keselamatan penerbangan diperlukan fasilitas-fasilitas seperti:


peralatan navigasi, telekomunikasi dan peralatan elektronika bandar udara.
Peralatan-peralatan ini dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan baik
dari segi kualitas maupun kuantitas. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, untuk mendapatkan kondisi maksimal dari suatu peralatan, maka
diperlukan pemeliharaan dan perawatan yang cukup baik. Sehingga pelaksanaan
perawatan maupun perbaikan dibutuhkan faktor pendukung, diantaranya: kualitas
dan kuantitas sumber daya manusia, sumber dana, pengadaan suku cadang dan
peralatan kerja.
Bandar udara Soekarno-Hatta merupakan bandar udara internasional,
sehingga untuk memelihara keamanan dan keselamatan penerbangan maka
bandar udara Soekarno-Hatta didukung dengan peralatan keamanan (security
equipment), yang terdiri dari X-ray inspection system, explosive detector,
walkthrough, hand held metal detector, dan lain sebagainya. Peralatan tersebut
memiliki spesifikasi tersendiri dalam fungsinya sebagai peralatan keamanan
bandar udara. Mengingat pentingnya keberadan peralatan-peralatan tersebut guna
menunjang terciptanya keamanan dan kenyamanan bagi para pengguna jasa
transportasi udara, maka dalam pengoperasiannya diperlukan suatu peralatan
penunjang keamanan yang dapat dioperasikan dengan baik.
Ada beberapa jenis sistem pemeriksaan sinar-X yang dimiliki oleh bandar
udara Soekarno-Hatta antara lain tipe Rapiscan, Linescan dan Fiscan. Ada
perbedaan tersendiri yang dimiliki oleh X-ray tipe Fiscan Smex-V8065B. Tipe

ini memiliki dua motor penggerak konveyor berada di masing-masing ujung


konveyor. Konveyor ini digunakan untuk mengangkut barang atau bagasi yang
akan diperiksa oleh X-ray. Kedua konveyor berkerja secara bersamaan, yang
dikontrol oleh Motor Control Board. Sehingga pada saat terjadi kerusakan pada
salah satu motor, maka tidak akan langsung diketahui oleh teknisi. Hal ini
menimbulkan permasalahan yang menyulitkan teknisi dalam perbaikan pada
peralatan tersebut. Karena X-ray Fiscan Smex-V8065B memiliki dua motor
penggerak konveyor, jadi bila ada kerusakan teknisi harus mengecek semua motor
untuk dapat mengetahui motor penggerak mana yang rusak.

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut di atas maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Jika terjadi kerusakan pada motor konveyor, bagaimana pelaksanaan
perbaikan dan perawatan peralatan pemeriksaan sinar-X tipe Fiscan SmexV8065B di bandar udara Soekarno-Hatta?
2. Adakah rancangan untuk membantu memberikan petunjuk kepada teknisi,
motor sebelah mana yang rusak?

C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah penulis uraikan
diatas dan dikarenakan keterbatasan waktu dan pengetahuan yang penulis miliki,
maka penulis membatasi masalah yang akan diuraikan lebih lanjut adalah:
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi, dalam merancang tampilan indikator
kerusakan motor penggerak konveyor X-ray tipe Fiscan Smex-V8065B?
2. Bagaimana merancang tampilan indikator kerusakan motor pada konveyor Xray tipe Fiscan Smex-V8065B?
3. Bagaimana prinsip kerja rancang tampilan indikator kerusakan motor
penggerak konveyor X-ray tipe Fiscan Smex-V8065B?
4. Bagaimana menentukan kriteria pengujian rancangan ini?

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan atas latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah, penulis dapat merumuskan masalah yang akan dipergunakan dalam
menyusun penulisan ini, yaitu untuk mengetahui motor sebelah mana yang
mengalami kerusakan maka penulis membuat suatu rancangan tampilan indikator
kerusakan motor penggerak konveyor X-ray tipe Fiscan Smex-V8065B
menggunakan light emitting diode di bandar udara Soekarno-Hatta.

E. Tujuan Perancangan
Adapun maksud dan tujuan dari perancangan ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti
pendidikan di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia.
2. Dapat digunakan untuk membantu teknisi dalam melakukan pengecekan dan
perbaikan serta perawatan peralatan X-ray tipe Fiscan Smex-V8065B.

F. Manfaat Perancangan
Perancangan tampilan indikator kerusakan motor penggerak konveyor Xray tipe Fiscan Smex-V8065B menggunakan light emitting diode di bandar udara
Soekarno-Hatta, sekiranya dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi teknisi
telekomunikasi dan navigasi udara di bandar udara Soekarno-Hatta khususnya di
divisi elektronika bandara yang menangani

security equipment, untuk

memecahkan permasalahan yang terjadi pada sistem pemeriksaan sinar-X tipe


Fiscan Smex-V8065B di bandar udara Soekarno-Hatta.

G. Metode Perancangan
Dalam melaksanakan penulisan dan penelitian ini, penulis mengunakan
beberapa metode yang dapat mendukung penulisan yaitu :

1. Metode keperpustakaan, yaitu memperoleh data dengan dasar teori yang telah
tercantum dalam buku-buku manual atau buku referensi.
2. Metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan di laboratorium
teknik telekomunikasi dan navigasi udara serta tempat-tempat lain yang dapat
mendukung kegiatan praktikum pembuatan skripsi.
3. Metode wawancara, yaitu diskusi dengan teknisi di lapangan yang lebih
mengetahui tentang peralatan X-Ray.

H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang direncanakan dalam menyelesaikan proposal
tugas akhir ini adalah :
BAB I :

PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan perancangan,
manfaat perancangan, metode perancangan, tinjauan teori, dan
sistematika penulisan.

BAB II :

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN


Bab ini berisi teori-teori yang relevan dengan pokok bahasan yang
penulis angkat dalam penulisan skripsi nanti, terdiri dari teori tentang
X-ray, teori motor AC dan teori komponen-komponen yang digunakan
dalam rancangan serta kerangka pikir- dari masalah yang dibahas.

BAB III : KONSEP RANCANGAN


Bab ini membahas tentang konsep rancangan berdasarkan kondisi
yang diinginkan dibandingkan dengan kondisi saat ini.

BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi uraian alat yang penulis rancang berdasarkan teoriteori yang ada pada bab sebelumnya dengan pembahasan mengenai
perencanaan rancangan yang meliputi perhitungan untuk menentukan
nilai komponen yang digunakan dan cara kerja rancangan yang di
uraikan bagian per bagian atau blok per blok dan kerja secara
keseluruhan rancangan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran dari
keseluruhan isi tugas akhir ini.

BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN

A. Landasan Teori
Sebelum menguraikan cara kerja rancangan, penulis terlebih dahulu
menjelaskan teori-teori tentang sinar-X dan komponen yang mendukung dalam
pembuatan rancangan ini, sehingga diharapkan dapat memudahkan pembahasan
rancangan secara keseluruhan.
1. X-Ray
a. Teori Sinar-X (X-ray)
Pada tahun 1895, Wilhelm Konrad Rontgen (1945-1923) seorang
ahli fisika dari Jerman, menemukan bahwa bila elektron yang dihasilkan
katoda ditembakan pada benda padat dengan kecepatan tinggi, akan
menghasilkan sinar yang mempunyai daya tembus yang besar. Sinar ini
merupakan gelombang elektromagnetik sebagaimana cahaya biasa tetapi
tidak dapat dilihat oleh mata.
Sejak ditemukan oleh Wilhelm Konrad Roengen, sinar tersebut
semakin dikenal dengan sebutan sinar-X. Sinar ini merupakan gelombang
elektromagnetik

seperti

cahaya

biasa

yang

mempunyai

panjang

gelombang () berkisar antara 100 0,1 (amstrong). Sinar

elektromagnetik ini mempunyai panjang gelombang jauh lebih pendek


dari panjang gelombang cahaya tampak, yang berada di antara sinar
ultraviolet dan sinar gamma.
Foton yang berasal dari inti atom yang biasanya disebut dengan
sinar gamma dan foton yang berasal dari luar inti disebut sinar-X. Sinar-X
banyak dimanfaatkan dalam radiografi (radiograpy) guna meneliti bahan
yang tidak tertembus oleh cahaya, tetapi dapat dilihat dengan
menggunakan sinar ini. Sinar-X dengan kekuatan tinggi dapat merusak
jaringan syaraf manusia, namun dalam radioterapi digunakan untuk
pengobatan dengan jalan memusnahkan jaringan yang sakit. Sinar-X dapat
juga diperoleh dengan cara membuat suatu unsur sebagai anti katoda
dalam tabung sinar-X.

b. Spektrum Sinar-X
Spektrum sinar-X adalah bagian dari spektrum gelombang
elektromagnetik yang mencakup panjang gelombang yang lebih kecil dari
200 (amstorng). Spektrum sinar-X meliputi spektrum sinar gamma.
Sinar-X dengan panjang gelombang yang lebih panjang dan tenaga relatif
rendah disebut sinar-X lunak, sedangkan yang bertenaga lebih tinggi
dengan panjang gelombang lebih pendek disebut sinar-X keras.

c. Tabung Sinar-X
Tabung hampa yang dirancang untuk membangkitkan sinar-X,
dimana elektron-elektron dengan kecepatan tinggi dengan sasaran medan
magnet listrik. Gerak elektron-elektron itu tiba-tiba dihentikan dengan
jalan menumbukkanya pada sasaran (yang biasanya merupakan anoda).
Tabung sinar-X modern yang sekarang menghasilkan sinar-X keras
(hard X-Ray). Spektrum sinar yang dikeluarkan dari sasaran mempunyai
frekuensi yang tingginya ditentukan oleh bahan sasaran dan juga besarnya
tenaga pacu yang dipakai. Arus dalam tabung dapat diatur dengan jalan
mengatur suhu katoda, hal ini akan mengatur banyaknya elektron yang
terpancar dari katoda. Tegangan yang diperlukan untuk pemacuan
elektron-elektron dapat mencapai 1 megavolt, namun untuk sistem
pemeriksaan sinar-X cukup membutuhkan tegangan sekitar 150 kilovolt,
yang biasanya di peroleh dari transformer penaik tegangan (step up
transformator). Karena beroperasi dalam tenaga tinggi maka diperlukan
pendingin untuk mendinginkan sasaran yang terkena tumbukan elektron
yang biasanya terbuat dari bahan yang memiliki titik lebur tinggi seperti
tungsten. Selain memiliki titik lebur yang tinggi tungsten ini juga bersifat
menghantarkan elektron seperti tembaga.
Tabung sinar-X terdiri dari sebuah katoda yang terbuat dari logam
alumunium yang berbentuk cekung dan dua buah anoda, salah satu

diantaranya disebut anti katoda, dari anti katoda ini keluar sinar-X. Tabung
sinar-X merupakan anoda berputar, maka anoda ini berputar mengelilingi
pusat dengan kecepatan tinggi yang merupakan titik tumbuk berkas
elektron, dengan cara ini titik yang dihujani berkas elektron tidak di satu
tempat saja.

Gambar 1: Diagram skematik pada tabung X-ray.


(Sumber: FISCAN SMEX-V8065B X-ray Inspection System User Manual,
hal. 6-79)
Elektron dibangkitkan dari pemanasan filament pada katoda
dengan menggunakan tegangan tinggi pada anoda, kemudian elektron
tersebut akan bergerak menuju anoda yang dihalangi oleh target yang
bahannya terbuat dari tungsten. Kecepatan bergeraknya elektron
dipengaruhi oleh besarnya arus dan tegangan elektron yang bergerak
menumbuk tungsten yang sebagian besar energinya berubah menjadi

panas dan sebagian kecil berubah menjadi sinar-X ( 1 %). Sinar-X inilah
yang digunakan untuk proses pemeriksaan.
Tinggi dan rendahnya arus yang mengalir mempengaruhi kuantitas
sinar-X yang dihasilkan. Semakin tinggi arus maka semakin besar
kuantitas sinar-X yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya. Sedangkan
tinggi rendahnya tegangan pada tabung mempengaruhi kecepatan gerak
dari elektron dalam menumbuk tungsten. Semakin besar tegangan, gerak
elektron semakin cepat dan sinar-X yang dihasilkan akan mempunyai
panjang gelombang () yang lebih pendek, dengan demikian daya tembus
sinar-X semakin besar.

d. Peralatan X-Ray
Sejak

ditemukan

oleh

Wilhelm

Konrad

Roengen,

dalam

perkembangannya sinar-X ini banyak dimanfaatkan untuk kepentingan


manusia, misalnya untuk ilmu kedokteran, industri, dan lain-lain. Sinar-X
ini juga digunakan untuk peralatan keamanan yang berfungsi sebagai alat
pendeteksi barang yang digunakan untuk mendeteksi atau memeriksa
semua barang yang terbungkus dengan koper, tas, box atau kontainer,
tanpa harus membuka bungkusan terlebih dahulu. Dengan menggunakan
sistem pemeriksaan sinar-X ini, pekerjaan memeriksaan barang akan lebih
mudah diamati, karena isinya dapat dilihat melalui layar monitor dan

petugas keamanan dapat langsung memisahkan barang-barang yang


terlarang atau yang membahayakan. Tampilannya berupa gambar bentuk
hitam putih dan warna.

(a)

(b)

(c)

Gambar 2: Macam-macam X-ray Inspection System,


(a) Kabin, (b) Kargo dan (c) Bagasi
(Sumber: X-ray Heimann System, th. 1995)

Tetapi sistem pemeriksaan sinar-X ini hanya berfungsi sebagai alat


bantu petugas keamanan bandara dalam mencari atau mengidentifikasi

barangbarang terlarang yang akan masuk ke suatu tempat sedangkan


yang menentukan atau yang membuat keputusan suatu barang perlu
dibongkar adalah petugas keamanan. Alat ini banyak digunakan pada
kantor pos, hotel, kantor-kantor yang memerlukan pengamanan secara
ketat.
Sistem pemeriksaan sinar-X ini biasanya dilengkapi dengan 2
(dua) monitor yaitu monitor hitam-putih dan monitor berwarna. Pada
monitor hitam-putih hanya dapat membedakan gelap dan terang saja,
sedangkan pada monitor berwarna selain perbedaan gelap dan terang juga
perbedaan warna tergantung dari jenis bahan atau barang yang diperiksa
tersebut dibuat1. Komposisi material yang terkandung pada benda,
dikategorikan menjadi 3 kelompok sesuai dengan berat atomnya dan
ditampilkan dalam warna yang berbeda. Berikut ini adalah penggolongan
grup:
1) Grup organik (warna orange)
Group ini menampilkan objek yang terdiri dari komponen
kimia ringan dengan nomor atom zeff di bawah 10. Kebanyakan elemen
yang terdeteksi molekul yang susunannya mengandung hidrogen,
karbon, nitrogen dan oksigen, dan molekulnya ditampilkan dengan
warna orange, yang termasuk dalam grup ini adalah barang-barang

Modul X-Ray Heimann System, (Jakarta: Balai Elektronika, 1995), hal. 13

yang terbuat dari bahan organik, antara lain plastik, kaca, kulit, kertas,
kayu, tekstil dan air.
2) Grup campuran organik dan inorganik (Warna Hijau)
Warna hijau dipilih untuk menampilkan warna pada material
objek yang mempunyai nomor atom 10 zeff 17, objek yang
menunjukan bahan dasarnya dari campuran antara material ringan dan
berat seperti aluminium dan silikon atau material yang tersusun dari
campuran organik dan inorganik.
3) Grup inorganik (Warna Biru)
Tipe material dalam grup ini pada umumnya terdiri dari elemen
berat yang mempunyai nomor atom zeff > 17 seperti besi, seng, nikel,
baja, titanium, chlorine, timah, emas, perak dan lain-lain yang
unsurnya mengandung bahan metal. Objek dalam grup ini ditampilkan
dengan warna biru.

Selain ketiga grup di atas ada juga tampilan warna untuk


mengidentifikasi material khusus. Dengan tampilan warna yang berbeda 2,
antara lain :
1) Warna Kuning menunjukan bahan TNT dan ammonia nitrate.
2) Warna Ungu menunjukan blackpowder.
3) Warna biru muda menunjukan heroin.
2

FISCAN SMEX-V8065B X-ray Inspection System User Manual, hal. 4-8

4) Warna Merah muda menunjukan metamfetamine.


Pada prinsipnya terang dan gelapnya warna bayangan yang muncul
di layar monitor tergantung dari persentase penyerapan X-Ray yang
dipancarkan X-ray generator pada garis deteksi oleh barang yang
diperiksa. Apabila barang yang diperiksa terbuat dari bahan organik
seperti kertas dalam tumpukan yang tidak terlalu tebal, maka pada layar
monitor barang tersebut akan berwarna orange terang, jika barang yang
diperiksa terbuat dari bahan campuran organik dan non-organik seperti
aluminium tipis misalnya maka pada layar monitor akan berwarna hijau
terang.
Warna di sini merupakan petunjuk untuk jenis-jenis material,
sedangkan intensitas warna menunjukan ketebalan material. Namun untuk
semua material atau benda yang terlalu tebal atau padat dan tidak dapat
ditembus, akan ditampilkan dengan warna merah, kemudian akan
memberikan peringatan ke operator yang ditampilkan pada monitor.3

Ibid, h. 4-8

2. Sistem Pemeriksaan Sinar-X Tipe FISCAN SMEX-V8065B


a. Gambaran Umum Sistem pemeriksaan Sinar-X Tipe FISCAN SMEXV8065B.
Sistem pemeriksaan sinar-X tipe ini menggunakan teknologi
digital image processing dan computer graphic display yang disediakan
untuk pengguna (operator) dengan efektifitas dan kualitas gambar yang
sangat bagus dan dapat diandalkan. Dual-energy FISCAN SMEX selalu
menghasilkan komposisi kimia dan ketebalan material dari objek yang
diperiksa. Generator sinar-X dalam tipe ini menggunakan frekuensi
medium yang memiliki ukuran kecil dan berat lebih ringan. Bagian-bagian
penting yang terdapat dalam FISCAN SMEX dapat dilihat pada Gambar 3
di bawah ini.

Gambar 3: Blok diagram sistem pemeriksaan sinar-X tipe FISCAN


SMEX.
1) Unit Pemprosesan Gambar (Image Processing Unit)
Dalam unit pemprosesan gambar terdapat banyak bagianbagian yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda yang saling
berkesinambungan, seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4: Blok diagram image processing unit.


(Sumber: FISCAN SMEX-V8065B X-ray Inspection System User
Manual, hal.6-32)
a) System Control (ZCPU)
ZCPU adalah pusat pengendali sistem, yang meliputi
banyak fungsi pengendali yaitu Mengendalikan sistem konveyor
melalui motor control board (MCB), mengatur kerja generator
sinar-X dan dengan menggunakan keyboard digunakan untuk
mengendalikan fungsi aplikasi yang lain.
b) Line Signal Processing (ZDSP)

Fungsi dari ZDSP adalah untuk memproses data analog dan


merubah data analog yang diperoleh dari detector ke dalam bentuk
digital serta mengirim data digital gambar yang telah diproses ke
ZALU.
c) Arithmetic Logic Unit (ZALU)
Fungsi dari ZALU adalah mengumpulkan gambar,
memproses gambar, memperbaiki serta menghaluskan gambar
dengan perhitungan pendekatan pixel. Serta menyediakan fungsi
identifikasi material khusus.
d) Storage and Display (ZVGA)
Fungsi dari ZVGA antara lain digunakan sebagai
penyimpanan gambar, perbesaran gambar sampai 8x, perbaikan
gambar agar gambar yang ditampilkan menyerupai objek yang
diperiksa dan menampilkan gambar pada monitor B/W dan
monitor warna.
e) DC Power Supply Modul (SPS)
Sistem pemeriksaan sinar-X ini mempunyai tegangan input
sebesar 90 262 VAC dengan frekuensi 45 65 Hz dan daya 100
watt. Setelah tegangan input masuk ke modul power supply maka
akan dihasilkan 6 macam tegangan output DC untuk tegangan
suplai modul-modul yang lain. 6 indikator menunjukan

beroperasinya modul power supply, jika ada indikator yang tidak


menyala maka ada kesalahan pada DC output.

2) Sistem Halangan Cahaya (Light-Barrier System)


Sistem

halangan

cahaya

adalah

suatu

sensor

yang

menggunakan media infrared. Sistem ini digunakan sebagai sakelar


untuk kinerja sistem generator sinar-X yang dikendalikan oleh
pengendali sistem (ZCPU). yaitu pada saat barang yang masuk ke
terowongan pemeriksaan menghalangi sistem halangan cahaya pada
sisi masukan maka sistem ini akan memberikan sinyal ke ZCPU untuk
memerintahkan pengendali sinar-X agar mengaktifkan generator sinarX untuk memancarkan sinar-X. Light barrier menggunakan media
infrared yang dihasilkan dari transmitter dan receiver elektronik yang
terpisah.
Dua grup light barrier digunakan pada tipe FISCAN ini, yang
ditempatkan pada sisi masuk dan sisi keluar atau sebelum dan sesudah
garis deteksi pancaran sinar-x pada terowongan pemeriksaan.

3) Sistem Pembangkit Sinar-X (X-ray Generating System)

Sistem pembangkit sinar-X memberikan pancaran sinar-X yang


stabil untuk diberikan ke detektor. Sistem pembangkit sinar-X terdiri
dari dua bagian yaitu generator sinar-X dan pengendali sinar-X. SinarX dibangkitkan atau dihasilkan dari generator dan dikendalikan oleh
controller.
Pada saat ZCPU mendapatkan masukan sinyal dari light barrier
system yang menandakan ada barang yang melewati terowongan
pemeriksaan. Sistem kontrol (ZCPU) memberikan perintah X-ray on
atau off ke pengendali sinar-X untuk memerintahkan generator sinar-X
agar mengaktifkan sinar-X.
Generator tipe ini bekerja pada frekuensi tengah (middle
frequency) yaitu 30 kHz, tegangan maksimal 140 kV dengan arus
maksimal 1mA. Sedangkan pancaran sinar-X yang berbentuk seperti
kipas yang tipis dibentuk oleh collimator yang terbuat dari bahan yang
tidak dapat ditembus oleh sinar-X.

4) Kumpulan Detektor (Detector Assembly)


Detektor disini mempunyai fungsi sebagai pendeteksi sinar-X
yang telah berubah intensitasnya setelah menembus objek. Detektor ini
menggunakan material scintillator (cesium iodide crystals) untuk
mengubah sinar tak tampak dari sinar-X menjadi sinar tampak dan

photodiode yang digunakan untuk menerima sinar tampak yang berupa


gelap dan terang, kemudian diubah menjadi sinyal listrik (data analog).
Kumpulan detector merek FISCAN terdiri dari dua macam
susunan detector, yaitu high- dan low-energy detektor, yang diantara
keduanya terdapat copper filter seperti terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5: Detektor.
5) Sistem Konveyor
Sistem konveyor ini digunakan untuk mengangkut barang yang
akan diperiksa ke terowongan pemeriksaan, sistem ini terdiri dari:
a) Motor
Tergantung pada ukuran dari terowongan pemeriksaan serta
batas kemampuan mengangkut beban pada konveyor. Beberapa
macam motor dengan perbedaan daya dan ukuran digunakan pada
sistem pemeriksaan merek FISCAN. Sedangkan untuk tipe
FISCAN SMEX-V8065B menggunakan dua buah motor AC 220V
yang diletakkan pada masing-masing ujung konveyor.
b) Pengatur roda konveyor

Pengatur roda digunakan untuk mengatur ketegangan dan


penyimpangan pada konveyor.
c) Pengarah roda konveyor
Pengarah roda digunakan untuk mengatur penyimpangan
arah pada konveyor.

d) Pengendali motor (motor control board)


Fungsi dari pengendali motor adalah untuk mengendalikan
kerja dari motor konveyor sesuai yang diperintahkan oleh operator
melalui keyboard.

6) Keyboard
Keyboard adalah perangkat antara operator dengan sistem.
Operator mengirimkan perintah ke sistem dengan menggunakan media
keyboard. Aktifasi pada tombol yang sedang digunakan ditunjukan
dengan indicator LED.

7) Monitor
Dua monitor digunakan pada sistem pemeriksaan sinar-X ini
yaitu monitor warna dan monitor hitam-putih, kedua monitor berada

diatas control desk. Monitor warna digunakan untuk menampilkan


dual-energy image pada objek yang diperiksa untuk memperlihatkan
perbedaan warna yang tergantung dari jenis bahan atau barang yang
diperiksa tersebut dibuat, sedangkan B/W monitor untuk menampilkan
gambar hitam-putih (B/W image)4.

b. Prinsip Kerja FISCAN SMEX-V8065B


Prinsip kerja dari system pemeriksaan sinar-X tipe FISCAN ini
yaitu pada saat objek yang akan diperiksa masuk melewati terowongan
pemeriksaan melalui sistem konveyor. Objek tersebut akan menghalangi
sistem halangan cahaya pada sisi masukan maka sistem ini akan
memberikan sinyal ke ZCPU untuk memerintahkan pengendali sinar-X
agar mengaktifkan generator sinar-X untuk memancarkan sinar-X. SinarX akan terus terpancar sepanjang sinyal yang diberikan oleh light barrier
atau setelah barang yang diperiksa melewati light barrier pada sisi
keluaran. Pancaran sinar-X yang sangat tipis seperti kipas dibentuk oleh
collimator, sinar ini dapat menembus objek yang berada di atas konveyor.
Setelah menembus objek, sinar-X akan berubah intensitasnya karena
sebagian sinar diserap oleh objek. Kemudian sinar ini dideteksi oleh
kumpulan detector yang akhirnya menghasilkan dual energy detectors.
4

Ibid, h. 6-14

Sistematika gambaran prinsip kerja FISCAN SMEX-V8065B terlihat pada


Gambar 2 (c).
Sesuai dengan teknologi line scan yang digunakan pada semua
sistem di FISCAN SMEX, pancaran sinar-X yang sangat tipis dan bentuk
seperti kipas memeriksa objek pada konveyor sepotong demi sepotong,
dan sinyal gambar dari objek yang masuk dikumpulkan garis per garis5.
Masing-masing potongan atau garis berisi 680 pixel, itu artinya pada
konveyor ada dua dimensi gambar pada objek yang diperiksa kemudian
disusun dan ditampilkan ke dalam monitor. Prinsip dari line scan
diperlihatkan pada Gambar 6.

Gambar 6: Diagram prinsip kerja line scanning.


(Sumber: FISCAN SMEX-V8065B X-ray Inspection System User Manual,
h. 1.2)

Ibid, h. 1-1

Ketika sebuah objek diperiksa bagian per bagian, 680-pixel image


sinyal akan berurutan dikirim ke unit pemprosesan gambar. Di sini sinyal
analog dari masing-masing pixel diubah ke dalam bentuk 12-bit data
gambar digital. Perbaikan gambar dari setiap pixel telah selesai dan data
gambar juga telah diperbaiki, maka data disimpan ke dalam digital video
memory.
Unit pemprosesan gambar memproses dua macam gambar yang
didapat untuk mendapatkan informasi material pada setiap element objek
yang kemudian dapat ditampilkan ke monitor. Pada monitor berwarna
memperlihatkan perbedaaan susunan material dari objek yang diperiksa.
Sedangkan untuk benda yang sangat tebal atau mempunyai kepekatan
yang tinggi, dan tidak dapat ditembus oleh sinar-X, akan ditampilkan
dengan warna merah.6
Sistem dapat selalu mengidentifikasi beberapa material khusus
yang terkena sinar-X, misalnya bahan peledak dan obat-obatan terlarang,
lalu ditampilkan ke monitor dengan warna yang berbeda. Fungsi ini
digunakan untuk memperingatkan operator, untuk memeriksa lebih hatihati barang-barang yang dilewatkan ke sistem pemeriksaan sinar-X.

Ibid, h. 1-2

3. Teori Motor AC (Motor Induksi Tiga Fase)


Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang
mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini
digunakan untuk, misalnya, memutar impeller pompa, kipas atau blower (alat
peniup udara), menggerakan kompresor, mengangkat bahan dan lain-lain.
Motor listrik digunakan juga di rumah (mixer, bor listrik, kipas angin) dan di
industri. Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor secara umum sama
antara lain:

Arus listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya.

Jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah


lingkaran/loop, maka kedua sisi loop, yaitu pada sudut kanan medan
magnet, akan mendapatkan gaya pada arah yang berlawanan.

Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/ torque untuk memutar


kumparan.

Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya untuk memberikan


tenaga putaran yang lebih seragam dan medan magnetnya dihasilkan oleh
susunan elektromagnetik yang disebut kumparan medan.

Sedangkan motor listrik arus bolak-balik adalah suatu mesin yang


berfungsi untuk mengubah energi listrik arus bolak-balik menjadi tenaga

gerak atau tenaga mekanik, dan tenaga gerak itu berupa putaran dari motor
listrik tiga fase.
Keuntungan utama motor DC terhadap motor AC adalah
bahwa kecepatan motor AC lebih sulit dikendalikan. Untuk
mengatasi kerugian ini, motor AC dapat dilengkapi dengan
penggerak frekuensi variabel untuk meningkatkan kendali
kecepatan sekaligus menurunkan dayanya. Motor induksi
merupakan motor yang paling populer di industri karena
kehandalannya dan lebih mudah perawatannya. Motor induksi
AC cukup murah (harganya setengah atau kurang dari harga
sebuah motor DC) dan juga memberikan rasio daya terhadap
berat yang cukup tinggi (sekitar dua kali motor DC). Motor
induksi tiga fase memiliki dua komponen listrik utama yaitu: (terlihat
pada Gambar 8)

Stator
Stator adalah bagian dari motor yang tidak bargerak. Berbentuk
potongan tipis yang disusun berlapis-lapis untuk mengurangi panas yang
ditimbulkan dari perputaran arus yang menginduksi material rotor ketika
rotor tersebut melewati garis flux magnetik pada medan magnet.7
Stator mempunyai satu atau lebih slot yang merupakan tempat
gulungan kawat yang saling berhubungan, gulungan ini diberi spasi

James G. Stallcup, Motors and Transformer, (Illinois: American Technical Publishers, 1987), hal. 2

geometri sebesar 120 derajat. untuk menghasilkan dua atau lebih


elektromagnetik. Jika kumparan stator mendapatkan suplai arus tiga fase,
maka pada kumparan tersebut segera timbul flux magnet putar. Karena
adanya flux magnet putar pada kumparan stator, mengakibatkan rotor
berputar karena ada induksi magnet.

Rotor
Bagian rotor adalah bagian yang bergerak atau berputar. Rotor ini
juga berbentuk tipis yang disusun berlapis-lapis yang berfungsi untuk
mengurangi panas. Batang tembaga atau aluminium dipasang dalam rotor
dan disambungkan bersamaan dengan ring. Ring ini digunakan untuk
mengalirkan arus pada batang rotor tersebut. Tegangan yang diinduksi ke
dalam batang rotor ini rendah jadi isolator antara batang dan rotor tidak
dibutuhkan.

Rotor mungkin ditempatkan di antara dua atau lebih kutub stator. 60


Hz sumber tegangan AC digunakan untuk kutub stator. Putaran rotor
dihasilkan oleh pergantian dari masing-masing kutub stator yaitu pergantian
kutub stator dari kutub utara ke selatan berubah menjadi kutub selatan ke
utara (terlihat pada Gambar 7). Dengan pergantian tersebut rotor akan
didorong dan ditarik oleh putaran medan magnet dari kutub-kutub stator.

Medan magnet dalam rotor berlawanan dengan medan magnet pada kutubkutub stator.8

Gambar 7: Prinsip kerja motor induksi.


(Sumber: Stallcup, James G., Motors and Transformer, hal. 3)

a. Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fase


Motor induksi terdiri dari stator dan rotor. Stator adalah kumparan
yang tidak bergerak sedangkan rotor adalah kumparan yang bergerak.
Cara kerja motor tersebut yakni apabila kumparan pada stator
dihubungkan dengan sumber tiga fase maka akan timbul flux magnet
putar. Flux magnet putar ini setiap saat akan memotong kumparan stator,
sehingga akan memotong batang-batang konduktor pada rotor, akibatnya
batang-batang konduktor pada rotor akan menimbulkan gaya gerak listrik
8

Ibid, hal. 3

(ggl). Karena ujung-ujung dari batang konduktor berhubungan satu sama


lain, sehingga merupakan rangkaian tertutup dan gaya gerak listrik
tersebut menghasilkan arus listrik pada batang-batang konduktor. Untuk
kontruksi potongan motor dapat dilihat pada Gambar 8 sebagai berikut :

Gambar 8: Kontruksi motor induksi tiga fase.


(Sumber : www.energyefficiencyasia.org)
Arus listrik menghasilkan medan magnet sehingga menimbulkan
tolak-menolak antar medan magnet rotor, selanjutnya menimbulkan gaya
gerak pada motor. Bila torsi mula yang dihasilkan oleh rotor cukup besar,
untuk memikul kopel beban maka rotor akan berputar. Putaran motor akan
searah dengan medan putar stator, akan tetapi kecepatan putaran rotor
lebih rendah dari kecepatan medan magnet stator.

b. Membalik Putaran Motor


Arah putaran dari motor tiga fase dapat dibalik dengan menukar
dua dari fasenya (menukar diantara dua kabel aliran listrik yang

dibutuhkan). Ini dapat dilakukan dengan menggunakan dua kontaktor


magnetik A dan B dan satu switch camp manual tiga posisi seperti
ditunjukkan pada gambar di bawah :

Gambar 9: Diagram skematik sederhana pembalik putaran.


(Sumber : Komponen dan Peralatan Dasar Pada Sistem Elektromekanikal Bandar
Udara Jilid I, hal.59)
Bila kontaktor A ditutup, saluran L1, L2, L3 terhubung ke terminal
A, B, C motor. Tetapi ketika B yang tertutup, saluran yang sama terhubung
ke terminal C, B, A. Jika arah maju, switch camp terletak pada posisi
kontak 1 yang mengenergisasi kumparan relay A menyebabkan kontaktor
A tertutup (biasa juga disimbolkan F untuk relay maju, forward, dan R
untuk relay mundur, reverse). Untuk membalik putaran motor, posisi
switch camp dipindahkan ke posisi 2.

2. Catu Daya
Catu daya adalah rangkaian elektronika yang digunakan untuk
merubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC). Rangkaian catu
daya ini menghasilkan keluaran yag akan digunakan sebagai sumber tegangan
bagi komponen-komponen lainnya dalam rancangan ini.
Rangkaian ini terdiri dari dioda bridge, kapasitor dan IC regulator.
Dioda bridge adalah dioda penyearah gelombang penuh, yang meggunakan 4
dioda sehingga akan memiliki tegangan keluaran DC rata-rata yang cukup
tinggi dibandingkan dengan penyearah gelombang penuh biasa. Kapasitor
digunakan untuk menghaluskan tegangan DC yang keluar dari dioda bridge,
semakin besar nilai kapasitansinya maka akan semakin halus tegangan DC
yang dihasilkan, begitujuga sebaliknya.
Sedangkan untuk membentuk tegangan DC yang konstan dapat
menggunakan IC regulator dengan jenis LM 78xx. IC ini adalah suatu seri
rangkaian terpadu yang memiliki tiga buah terminal (kaki) dengan keluaran
tegangan yang tetap dan kemampuan keluaran arusnya sebesar 1,5 ampere. IC
ini dapat dilengkapi dengan pendingin untuk mempertahankan kenaikan suhu
dan tidak menggunakan komponen luar. Tanda xx menunjukan tegangan
output yang dihasilkan dan angka 78 adalah menunjukan output keluarannya
positif. Jadi bila digunakan IC LM 7805, berarti keluarannya adalah +5V.

Bekerjanya IC ini adalah untuk menyetarakan tegangan DC yang masih


mengandung AC.

3. Teori Komponen
a. Resistor Sebagai Pembagi Tegangan
Resistor adalah suatu komponen elektronika yang memiliki
tahanan tertentu.9 Rangkaian yang menggunakan resistor sebagai pembagi
tegangan harus memakai dua atau lebih resistor yang dipasang seri agar
tegangan dapat dibagi. Tegangan yang terbagi diambil melalui sembungan
antar resistor.

Gambar 10: Rangkaian resistor pembagi tegangan.

Tegangan yang terbentuk dapat dihitung dengan menggunakan


rumus :
V2 = I.R2

DC Electronics, hal.3-12

V2

V R2
R1 R2

Keterangan :
V

= Tegangan listrik (volt)

V2

= Tegangan listrik pada R2 (volt)

= Arus listrik (A)

R1

= Nilai resistansi dari resistor 1 (ohm)

R2

= Nilai resistansi dari resistor 2 (ohm)

b. Time Konstan Pada Kapasitor


Kapasitor merupakan alat menyimpan muatan listrik yang
dibentuk dari dua permukaan penghantar (plat) yang berhubungan, tetapi
dipisahkan oleh suatu penyekat yang biasa disebut dielektrik. Kapasitor
menyimpan muatan pada media dielektriknya. Ada dua tipe kapasitor
yang sering digunakan dalam rangkaian elektronika yaitu kapasitor
electrolyte dan kapasitor elektrostatik seperti terlihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar 11: Tipe kapasitor.


(Sumber: www.kpsec.freeuk.com/index.htm)
Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat
dengan bahan dielektrik dari keramik, film dan mika. Keramik dan mika
adalah bahan yang popular serta murah untuk membuat kapasitor yang
kapasitansinya kecil. Sedangkan Kelompok kapasitor electrolytic terdiri
dari kapasitor-kapasitor yang bahan dielektriknya adalah lapisan metaloksida. Umumnya kapasitor yang termasuk kelompok ini adalah kapasitor
polar dengan tanda (+) dan (-) di badannya. Mengapa kapasitor ini dapat
memiliki polaritas, adalah karena proses pembuatannya menggunakan
elektrolisa sehingga terbentuk kutup positif anoda dan kutup negatif
katoda10, kapasitor ini biasa disebut dengan kapasitor elco.
Kapasitansi kapasitor dapat didefinisikan sebagai kemampuan
kapasitor untuk menyimpan muatan listrik. Sedangkan kapasitansi adalah
nilai dari kapasitas suatu kapasitor. Nilai kapasitansi dapat dihitung secara
teoritis dengan menggunakan rumus :11
q CV
10
11

www.electroniclab.com/index.php
AE. Fitzgerald, David E. Higginbotham, Arvin Grabel, Dasar-dasar Elektroteknik, h.14

Nilai Q adalah menunjukkan muatan, sedangkan V adalah beda


potensial.
Jadi, kapasitansi (c) 1 Farad =

1 coulomb
1 Volt

Namun pada kenyataannya, kapasitor yang biasa digunakan jarang


mempunyai kapasitansi yang besar. Nilai yang biasa digunakan misalnya
micro Farad (F), pico Farad (pF) maupun nano Farad (nF).
Pada Gambar 12 (a) pengisian kapasitor akan terjadi jika saklar ke
posisi S1. tegangan Vs akan meyebabkan arus mengalir ke dalam salah
satu sisi kapasitor dan keluar dari sisi yang lain. Karena adanya penyekat
dielektrik, maka besarnya arus ini tidak tetap untuk setiap saat. Besarnya
arus menurun ketika muatan pada kapasitor meninggi sampai Vc = Vs,
saat ini arus I = 0. grafik I dan Vc merupakan bentuk eksponensial, seperti
terlihat pada Gambar 12 (b).

Gambar 12: (a). Rangkaian pengisian kapasitor

(b). Grafik pengisian kapasitor


(c). Rangkaian pengosongan kapasitor
(d). Grafik pengosongan kapasitor
(Sumber: Elektronika Praktis, hal.33)
Gambar 12 (b) memperlihatkan grafik pengisian kapasitor bentuk
persamaan eksponensial yang menunjukkan besarnya nilai tegangan
pengisian kapasitor (Vc) pada setiap saat adalah:12
Vc = Vs (1 e t/RC )
Keterangan:
Vc

= Tegangan pada kapasitor (volt)

Vs

= Tegangan sumber/baterai (volt)

= Waktu pengisian yang ditentukan oleh kapasitor untuk


mencapai tegangan pada Vc. (detik)

Proses pengosongan kapasitor mirip dengan pengisian kapasitor


dengan cara membuka S1dan menutup S2, lihat Gambar 12 (c). Maka arus
mengalir dari salah satu sisi kapasitor yang mengandung muatan dan
kembali ke sisi yang lain. Ketika Vc turun sampai nol arus juga nol. Kurva
tegangan pengosongan kapasitor juga berbentuk eksponensial, yaitu:13
Vc = Vs . e t/RC
Besarnya konstanta waktu (T) dapat dihitung sebagai berikut:14
T = RC

12

Ibid, h.33
Ibid, h.34
14
Ibid, h.35
13

Apabila t = T detik, tegangan pengisian kapasitor dapat dihitung


sebagai berikut:
Vc = Vs (1 e Rc/Rc)
Vc = Vs (1 2,7182-1)
Vc = 0,63 Vs
Jadi waktu pengisian selama T detik atau selama R x C detik
tegangan pada kapasitor akan naik menjadi 0,63 x Vs volt. Apabila t = T
detik tegangan pengosongan pada kapasitor dapat dihitung sebagai
berikut:
Vc = Vs (1 e CR/CR)
Vc = Vs x 2,7182-1)
Vc = 0,37 Vs
Jadi waktu pengosongan selama T detik atau selama R x C detik
tegangan pada kapasitor akan turun menjadi 0,37 Vs volt.

c. Dioda
Dioda merupakan komponen elektronika yang terbuat dari dua
bahan semikonduktor yaitu tipe P (P-type) dan tipe N (N-type) yang
digabung menjadi satu, di mana sisi P-type dinamakan anoda sedangkan
sisi N-type dinamakan katoda. Ada dua macam biasing atau pemberian
tegangan pada dioda yaitu:

1) Forward Bias
Forward bias adalah pemberian tegangan pada dioda, dengan
tegangan positif disambungkan ke kaki anoda dan tegangan negatif ke
kaki kiri katoda. Keadaan ini membuat dioda dalam kondisi conduct.
Pada saat conduct, dioda mempunyai tahanan yang sangat kecil
sehingga arus dapat dilewatkan oleh dioda.

Gambar 13: Dioda dengan tegangan forward.


(Sumber: Semiconductor Devices, hal. 2.9)
2) Reverse Bias

Gambar 14: Dioda dengan tegangan reverse.


(Sumber: Semiconductor Devices, hal. 2.10)
Pemberian tegangan reverse bias yaitu apabila pada dioda
diberi tegangan kebalikan dari forward bias, dimana tegangan positif

disambungkan ke kaki katoda atau negatif sedangkan tegangan negatif


disambungkan ke kaki anoda atau positif. Pada kondisi ini tidak ada
arus yang mengalir karena resistansi yang sangat besar, sehingga
seolah-olah merupakan rangkaian open circuit, atau dinamakan posisi
off.

Gambar 15: Karakteristik dioda silikon.


(Sumber: Semiconductor Devices, hal. 2-18)
Dioda pada umumnya mempunyai karakteristik seperti yang
terlihat pada Gambar 15. Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan
bahwa apabila tidak ada tegangan yang diberikan pada dioda maka arus
pada dioda sama dengan nol. Pada saat dioda diberi tegangan muka maju
(forward), mula-mula arus naik sesuai dengan kenaikan tegangan yang
diberikan sampai pada titik di mana tegangan muka maju sama dengan
tegangan barrier dioda. Untuk dioda silikon tegangan barriernya sebesar
0,7 volt dan untuk dioda jenis germanium sebesar 0,3 volt. Saat tegangan

muka melebihi tegangan barrier dioda maka arus dioda akan naik dengan
cepat, linear terhadap perubahan tegangan muka.
Pada saat diberi tegangan muka terbalik (reverse) arus yang
mengalir sangat kecil. Pada saat tegangan mencapai titik tegangan
breakdown, arus akan naik dengan cepat sesuai dengan kenaikan
tegangan. Pada saat tegangan mencapai titik tegangan breakdown, arus
akan naik dengan cepat sesuai dengan kenaikan tegangan.

d. Relai
Relai merupakan suatu piranti yang menggunakan magnet listrik
untuk mengopersikan seperangkat kontak atau saklar. Pada dasarnya relai
terdiri dari sebuah lilitan kawat tembaga yang terlilit pada sebuah inti dari
sebuah besi lunak. Gambar di bawah ini adalah macam-macan relai dan
kontaktornya.

Gambar 16: Simbol relai dan kontaktornya.


(a) Relai dengan kontak tertutup
(b) Relai dengan kontak buka
(c) Relai dua kutub
(Sumber: Intisari Elektronika, h.291)

Relai bekerja pada saat arus mengalir sepanjang relai. Arus


membangkitkan medan magnit di dalam inti kumparan yang menarik
lengan relai dan kemudian mendorongnya ke bawah. Ini akan
menyebabkan dua kontak tertutup. Saat saklar dibuka, arus yang mengalir
sepanjang kumparan berhenti. Ini membuat medan magnit menurun. Pegas
akan menarik kembali lengan relai dan membuka kontak.

Gambar 17: Prinsip kerja relai.


(Sumber: DC Electronic, hal. 5.42)
e. LED
LED (Light emiting diode) atau dioda penghasil cahaya adalah
dioda yang dapat memancarkan cahaya jika mendapat arus listrik atau
tegangan. Dengan kata lain, dioda mengkonversikan energi listrik menjadi
energi cahaya. Hal ini disebabkan terjadinya tumbukan dalam proses
penggabungan antara elektron dan lubang. Saat dioda diberi tegangan
muka maju maka kutub negatif baterai menyuntikkan elektron ke layar N
(katoda) dan elektron ini akan menuju ke arah persambungan. Ini juga

akan menyebabkan lubang pada layar P menuju ke arah persambungan.


Penggabungan antara elektron dan lubang pada daerah pertemuan akan
menghasilkan energi cahaya bila elektron memiliki energi. Warna cahaya
yang dihasilkan LED ditentukan oleh bahan pembentuknya.
Dalam penerapannya, LED dapat digunakan sebagai indikator dan
sebagai penampil digital dalam peralatan, kalkulator elektronik, jam
digital, dan arloji. LED pada umumnya dipasang seri dengan tahanan
untuk membatasi arus agar tidak melebihi kemampuan dari LED itu
sendiri, sehingga arus yang mengalir tidak merusak LED. Besarnya
pembatas arus (R seri) untuk sebuah LED dapat dihitung dengan rumus
berikut:

Rs

Vs Vf
If

Keterangan:
Rs

= tahanan seri (ohm)

Vcc = sumber tegangan (volt)


Vf

= tegangan drop LED (volt)

If

= arus maju pada LED (A)

Gambar 18: Cara pemberian tegangan pada LED.


(Sumber: Elektronika Praktis, hal. 143)

f. IC 741 Penguat Operasional (Op-Amp)


Penguat oprasional atau Op-amp merupakan salah satu komponen
yang banyak digunakan dalam aplikasi rangkaian linier. Operasional
amplifier (Op-amp) biasanya terdiri dari tiga bagian utama yaitu
differential amplifier, voltage amplifier, serta keluaran amplifier.
Differential amplifier pada komponen berfungsi sebagai common
rejection, input differential, dan frequencyi respon terhadap DC. Dengan
tertentu rangkaian ini memiliki masukan impedansi yang cukup besar.15

15

Electronic Circuit, h.3-32

Gambar 19: Operational Amplifier.


(Sumber: Electronic Circuit, hal.3-32)
Gambar di atas adalah blok diagram dari operasional amplifier (op
amp). Dikarenakan op amp adalah

sebuah rangkaian yang sudah

terintegrasi; kita dapat menggunakannya rangkaian persamaannya tetapi


tentunya tidak sama persis seperti isi op amp itu sendiri. Oleh karena itu,
dengan rangkaian persamaannya kita dapat mempelajari karakteristiknya.
Op amp pada umumnya terdiri dari tiga stage seperti ditunjukkan
pada Gambar 19. Setiap stagenya adalah sebuah amplifier yang memiliki
karakteristik tertentu.16

16

Electronic Circuit, h.3-32

Gambar 20: Rangkaian persamaan Operational Amplifier.


(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/ Operational_amplifier.htm)
Differential amplifier adalah sebagai input stage yang pertama.
Rangkaian ini memiliki dua masukan yaitu inverting dan noninverting.
Pada rangkaian ini juga terdapat offset null untuk mengatur agar
keluarannya menjadi 0V pada saat tidak ada input atau input
digroundkan.17

Pada

stage

ini

memiliki

keuntungan

low

noise

amplification, high common-mode rejection, input differential dan


frequency respon yang rendah untuk DC serta memiliki input impedance
yang besar. Besarnya input resistance sekitar 1 Mohm.18

17
18

http://en.wikipedia.org/wiki/ Operational_amplifier.htm
Electronic Circuit, h.3-34

Stage yang kedua adalah voltage amplifier. Stage ini terdiri dari
beberapa transistor yang dihubungkan menjadi konfigurasi Darlington. Op
amp dapat menguatkan tegangan 200.000 kali atau lebih bisa dikatakan
penguatannya 200V/mV artinya dengan inputan 1mV maka output hasil
penguatannya dapat mencapai 200 V tetapi ini terbatas pada suplai yang
diberikan.19 Pada stage inilah sebagian besar penguatan dihasilkan.
Stage yang terakhir adalah output amplifier. Stage ini sering
disebut complementary emitter-follower. Pada stage ini memiliki
pembatas arus, rangkaian pengaman untuk melindungi rangkaian dari
short circuit, output impedance yang rendah, sehingga dapat memberikan
arus 25 miliampere ke beban. Rangkaian ini memiliki tahanan sebesar 150
Ohm atau lebih rendah lagi. 20
Simbol dari op amp adalah segitiga seperti gambar di atas. Tentu
saja daya harus dimasukkan pada op amp meskipun konektivitasnya tidak
ditunjukkan. Penggunaan besarnya catu daya mempengaruhi kemampuan
Op-Amp.

g. Op-Amp Sebagai Pembanding (Komparator)


Komparator mempunyai dua buah masukan, yaitu masukan positif
dan masukan negatif dan hanya mempunyai satu keluaran. Cara kerja
19
20

Ibid, h.3-35
Ibid, h.3-35

komparator bila tegangan pada kaki masukan lebih positif lebih besar dari
tegangan kaki masukan negatif, maka komparator akan mengeluarkan
tegangan suplai positif dari Op-Amp. Bila kaki masukan negatif diberi
tegangan lebih besar dari tegangan pada kaki masukan negatif, maka
keluaran komparator akan mengeluarkan tegangan suplai negatif pada OpAmp.

Gambar 21: Op-amp sebagai Komparator


(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Image:Op-Ampsumming.png)

h. IC 555 Sebagai Asteble multivibrator


IC 555 merupakan IC yang serbaguna dan mempunyai banyak
manfaat. Namun yang akan dibahas di sini yaitu IC 555 sebagai
pembangkit denyut atau Astable Multivibrator. Astable Multivibrator biasa
disebut dengan multivibrator tidak stabil, merupakan rangkaian yang dapat
menghasilkan keluaran deretan pulsa secara terus-menerus selama
rangkaian tersebut diberi catu daya. Frekuensi keluaran Multivibrator
dapat diatur dengan merubah nilai dari resistor dan kapasitor.

Vcc
+5v

Vcc
R

1
7

Reset

Discharge

Treshold

Out put

IC 555

Control
voltage

Trigger

C1
Gnd
1

(a)
Vcc
8
Control
voltage
5

Vcc
R
2/3 Vcc

6
Treshold

Output
Buffer

Comparator 1

+
R
Rd
S

R
Reset
4

1/3 Vcc

2
Ground

flip
flop

Q
_
Q

T2

7
Discharge

Internal
reff
Trigger

T1

+
Comparator 2

(b)
Gambar 22: Timer IC LM555
(a) Konfigurasi Pin
(b) Blok Diagram IC
(Sumber : Digital Integrated Electronic, h.563).
Saat keluaran dalam kondisi tinggi, transistor T1 tidak bekerja,
sehingga kapasitor C mengisi muatan dari Vcc melalui tahanan RI dan R2.
Ketika tegangan di kapasitor mencapai 2/3 Vcc maka komparator A akan

membalik keluaran dari kondisi tinggi menjadi rendah. Hal ini akan
menyebabkan transistor T1 bekerja kembali dan mengakibatkan kapasitor
membuang muatan melalui tahanan R2.
Bila tegangan di kapasitor turun hingga mencapai 1/3 Vcc, maka
komparator B menghasilkan keluaran dengan kondisi tinggi sehingga
transistor T1 tidak bekerja kembali. Dengan demikian kapasitor kembali
mengisi muatan melalui tahanan R1 dan R2. Nilai frekuensinya dapat
dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:
Pengisian kapasitor membutuhkan waktu 0,693 time constant,
sehingga lebar pulsa positif (T1) dapat dihitung dengan rumus:
T1 = 0,693 (R1 + R2)C
Lebar pulsa negatif (T2) adalah:
T2 = 0,693 (R2)C
Total periode pulsa
T = T1 + T2
T = 0,693(RA+2RB)C

Sehingga frekuensi keluarannya adalah21:


F

1,44
( R1 2 R 2)C

Keterangan :
F = frekuensi (Hz)
21

= kapasitor (farad)

Ph. D. A. P .Malvino, Prinsip-prinsip Elektronika jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1991), hal. 252

R1 dan R2 = hambatan (ohm)

1,44 adalah konstanta.

i. IC 4017 (Decade Counter 10)


IC 4017 merupakan IC BCD counter

yang umumnya

menggunakan dasar perhitungan standar kode binari 8421. BCD (Binary


Code Desimal) counter adalah rangkaian sekuensial (berturut) yang
mencacah sinyal pulsa yang masuk. Terdapat BCD counter yang memiliki
sepuluh keadaan yang menandakan kondisi 0 sampai 9. Karena sepuluh
kondisi tersebut BCD counter tersebut juga sering disebut decade counter.

Gambar 23: Konfigurasi pin IC 4017 (Decade Counter 10)


( sumber : http:\\www.datasheetcatalog.com )

Gambar 24: Blok diagram IC 4017 (Decade Counter 10)


( sumber : http:\\www.datasheetcatalog.com )

j. IC ULN 2003
IC ULN 2003 adalah sebuah IC dengan input 7-bit, tegangan
maksimalnya 50 Volt dan arus 500 mA. IC ini termasuk jenis TTL, di
dalam IC ini terdapat transistor darlington, Transistor darlington
merupakan 2 buah transistor yang dirangkai dengan konfigurasi khusus
untuk mendapatkan penguatan ganda sehingga dapat menghasilkan
penguatan arus yang besar. IC ini dilengkapi dengan supression diode,
yang berfungsi untuk mencegah kickback yaitu transient yang terjadi pada
koil relai (beban induktif) saat relai dimatikan. Teganga ini sangat besar
dan dapat menyebabkan kerusakan pada transistor. Gambar konfigurasi IC
ULN 2003 dapat dilihat pada Lampiran 7.

B. Kerangka Pikiran
Sistem pemeriksaan sinar-X tipe Fiscan Smex-V8065B masih digunakan
pada bandar udara Soekarno-Hatta, untuk membantu menjaga keamanan dan
keselamatan penerbangan. Dalam perawatan dan perbaikan peralatan ini
khususnya pada bagian motor penggerak konveyor, karena untuk tipe ini
menggunakan dua motor AC 220V, maka jika terjadi kerusakan pada salah satu
motor, teknisi harus dapat mengetahui motor yang mana yang rusak atau tidak
bekerja. Karena jika hanya satu motor yang tidak bekerja, conveyor masih tetap
dapat jalan namun dengan kekuatan yang tidak maksimal, dan jika kondisi ini
dibiarkan begitu saja, akan menyebabkan kerusakan pada bagian yang lain.
Dengan permasalahan ini teknisi akan mengalami kesulitan dalam proses
perbaikan karena harus membuka kedua casing motor konveyor dan memeriksa
keduanya. Hal ini dirasa tidak efisien, karena peralatan ini dibutuhkan segera
untuk memeriksa barang yang dibawa penumpang. Untuk mengatasi hal ini maka
dibutuhkan suatu alat tampilan indikator kerusakan motor penggerak konveyor Xray tipe Fiscan Smex-V8065B di bandar udara Soekarno-Hatta.
Berdasarkan permasalahan dan pemikiran di atas maka penulis
mempunyai ide untuk membuat suatu rancangan tampilan indikator kerusakan
motor penggerak konveyor X-ray tipe Fiscan Smex-V8065B menggunakan Light
emiting diode di bandar udara Soekarno-Hatta agar permasalahan di atas dapat
diatasi.

BAB III
KONSEP RANCANGAN

A. Kondisi Saat Ini


Peralatan keamanan yang digunakan di bandar udara harus selalu
beroperasi dalam keadaan baik. Begitu juga dengan sistem pemeriksaan sinar-X
tipe Fiscan Smex-V8065B yang digunakan di Bandar udara Soekarno-Hatta,
karena peralatan ini diperlukan untuk memeriksa barang atau bagasi milik
penumpang yang akan masuk ke bandar udara. Dengan bantuan sistem
pemeriksaan ini petugas keamanan dapat lebih mudah untuk memeriksa barang
bawaan penumpang tanpa harus selalu membongkar isi barang bawaan tersebut,
karena sistem pemeriksaan sinar-X ini menghasilkan pemeriksaan yang dapat
ditampilkan secara jelas di layar monitor hitam putih maupun monitor berwarna.
Maka petugas dapat dengan mudah membedakan barang yang boleh dibawa dan
barang yang tidak boleh dibawa ke dalam pesawat udara. Penggunaan sistem
pemeriksaan ini sangat penting karena terkait langsung dengan keamanan dan
keselamatan penerbangan.
Pada sistem pemeriksaan sinar-X tipe Fiscan Smex-V8065B memakai dua
motor penggerak konveyor yang berada pada tiap ujung konveyor dan bekerja
secara bersamaan. Jika terjadi kerusakan pada salah satu motor, sabuk konveyor
masih tetap berjalan tapi dengan tenaga yang kurang maksimal. Jika hal ini

dibiarkan terus menerus akan merusak motor yang satunya dan juga dapat
merusak sabuk konveyor. Hal ini akan menambah biaya perbaikannya.
Kondisi saat ini jika teknisi akan memperbaiki motor, harus membongkar
kedua cover dan memeriksa kedua motor pada masing-masing ujung konveyor.
Hal ini membutuhkan waktu perbaikan yang lebih lama dan dirasa tidak efisien,
karena sistem pemeriksaan ini terkait juga dengan kelancaran arus penumpang di
bandar udara Soekarno-Hatta. Di bawah ini adalah gambar konveyor pada sistem
pemeriksaan sinar-X tipe Fiscan Smex-8065B dengan motor berada pada ujung
kanan dan kiri dari konveyor tersebut.

Gambar 25: Letak motor penggerak pada konveyor.


(Sumber: FISCAN SMEX-V8065B X-ray Inspection System User Manual,
hal. 3-7)
B. Kondisi Yang Diharapkan
Untuk mendapatkan kondisi yang diharapkan perlu dibuat sebuah
rancangan tampilan indikator kerusakan motor penggerak konveyor X-ray tipe
Fiscan Smex-V8065B dengan mengunakan Light emiting diode di bandar udara

Soekarno-Hatta. Rancangan tampilan ini harus dapat ditempatkan pada peralatan


X-ray tipe Fiscan Smex-V8065B yaitu ditempatkan pada tempat yang mudah
dilihat oleh teknisi, sehingga teknisi lebih mudah untuk mengetahui adanya
kerusakan pada motor konveyor pada motor 1 atau motor 2. Dengan adanya
tampilan indikator ini maka teknisi dapat mengetahui motor mana yang tidak
bekerja. Hal ini diharapkan dapat membantu teknisi dalam melakukan perbaikan
maupun perawatan pada peralatan tersebut. Di bawah ini adalah gambaran
rancangan yang akan penulis buat.

Gambar 26: Hubungan rancangan dengan motor penggerak konveyor X-ray


tipe Fiscan Smex-V8065B.

BAB IV
PEMBAHASAN RANCANGAN

Penulis telah menguraikan apa yang akan dirancang pada bab tiga bahwa
rancangan yang akan dibuat berdasarkan teori-teori yang telah dibahas pada bab dua.
Maka berdasarkan teori-teori tersebut, penulis gunakan untuk menjelaskan dalam
menentukan nilai dan fungsi dari komponen serta cara kerja dari rangkaian yang
dibuat.

A. Perancangan dan Perhitungan


Pada tahap ini penulis akan memaparkan proses perancangan alat, penulis
akan mencoba mewujudkan rancangan yang dimaksud disertai perhitungan dan
pemakaian bahan-bahan rancangan yang sesuai. Maka untuk dapat membuat
rancangan tersebut, dilakukan perhitungan-perhitungan terhadap setiap komponen
yang dipakai.

1. Rangkaian Catu Daya


Agar rancangan yang akan dibuat dapat bekerja sesuai dengan apa
yang diinginkan diperlukan sumber listrik sebagai catu daya. Peralatan ini

menggunakan rangkaian catu daya yang merubah tegangan bolak-balik (AC)


menjadi tegangan searah (DC).
Rangkaian catu daya yang digunakan mendapatkan sumber tegangan
dari PLN sebesar 220 VAC yang mempunyai frekuensi 50 Hz, Tegangan
tersebut kemudian diturunkan menjadi 6 VAC melalui trafo penurun tegangan.
Tegangan AC 6 volt disearahkan oleh 4 dioda yang tersusun pada bridge
rectifier menjadi tegangan DC berupa pulsa-pulsa. Keluaran dari dioda bridge
ini kemudian masuk ke kapasitor. Kapasitor digunakan untuk mengurangi
noise pada tegangan DC selain itu juga digunakan sebagai perata tegangan
atau filter.
Setelah tegangan DC diperhalus kemudian masuk ke IC regulator yang
fungsinya adalah untuk menstabilkan tegangan. IC regulator yang digunakan
oleh penulis adalah IC LM7805 yang menghasilkan tegangan DC sebesar +5
volt, sehingga akhirnya dari IC ini dihasilkan tegangan DC +5 volt yang
dibutuhkan oleh rancangan yang akan buat, rangkaian catu daya terlihat
seperti Gambar 27. Penulis menambahkan sakelar, yang ditempatkan setelah
trafo penurun tegangan, yang berfungsi untuk mayalakan dan mematikan
rangkaian tersebut sehingga memudahkan pemakaian rangkaian catu daya ini.

Gambar 27: Rangkaian catu daya 5 VDC.

2. Rancangan Tampilan Indikator Kerusakan Motor Penggerak Konveyor


Sinar-X
Dalam rancangan ini terdapat beberapa rangkaian yang digunakan
untuk membuat rancangan ini dapat berkerja sesuai dengan yang diharapkan,
rangkaian-rangkaian tersebut antara lain seperti terlihat pada blok diagram di
bawah ini:
Timer
IC 555

BCD Counter
IC 4017

Switching
IC UNL 2003
Relay

Display
LED

Komparator
IC 741

Gambar 28: Blok diagram rancangan indikator kerusakan motor konveyor.

a. Rangkaian Pewaktu IC 555


IC 555 pada rangkaian ini digunakan sebagai masukan clock untuk
rangkaian BCD counter penghitung 3 pada IC 4017. Pada rangkaian ini
frekuensi yang digunakan sebesar 1 Hz dan penulis menggunakan nilai
kapasitor sebesar 10 F, R1 sebesar 6,8 K dan R2 yang digunakan didapat
dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

10

1,44
C R A 2 RB

1,44
C1 R1 2 R2

1,44
10 x10 R1 2 R2

x 2 R2 6,8 x10 2

10

x 2 R2

R2 =

10 x10

1,44
6,8 x10 3 2 R2

1,44

1,44 0,068

1,372 x10 5
2

R2 68600

Gambar 29: Rangkaian pewaktu IC 555.


Karena nilai tahanan 68,6 K tidak terdapat di pasaran maka
penulis menggunakan tahanan R2 sebesar 68 K. Setelah didapat nilai dari
tiap-tiap komponen yang digunakan pada rangkaian ini, maka dapat
dihitung besar periodanya dengan menggunakan persamaan:

T(tinggi)

0,695 xR1 xC1

0,695 x 6800 x10 5

= 0,04726 detik

T(rendah) =
=

0,695 xR2 xC1


0,695 x68000 x10 5

= 0,4726 detik
Sehingga:
T = T(tinggi) + T(rendah)
= 0,04726 + 0,4726
= 0,51986 detik

Bentuk output yang dihasilkan oleh IC pewaktu 555 dapat dilihat


pada gambar di bawah ini.

Gambar 30: Diagram waktu output IC pewaktu 555.


Keluaran dari rangkaian ini perupa pulsa dan bekerja secara terusmenerus selama diberi tegangan catu daya. Untuk menghitung daya yang
dihasilkan bila rangkaian pewaktu IC 555 diberikan tegangan +5 volt,
maka sesuai dengan data komponen dari IC pewaktu 555 yaitu
mempunyai tegangan keluaran rata-rata (Vrms) menjadi +2,25 volt dan

arus yang keluar sebesar 200 mA, sehingga daya yang dihasilkan oleh
rangkaian ini menjadi:

= IxV
= 200 mA x 2,25 V
= 450 mW

b. Rangkaian BCD Counter


IC 4017 merupakan IC BCD counter atau penghitung sepuluh,
standar kode binari 8421. Sehingga BCD counter yang memiliki sepuluh
keadaan yang menandakan kondisi 0 sampai 9. Namun untuk rancangan
ini hanya memanfaatkan 3 keadaan yaitu penghitung 0 sanpai 2 kemudian
pada saat penghitungan ke 3 kembali reset ke penghitungan awal.
IC 4017 mendapatkan masukan dari IC LM555 yang akan
menghasilkan keluaran deretan pulsa secara terus-menerus selama
rangkaian tersebut diberi catu daya. IC LM555 ini sebagai denyut yang
menghasilkan frekuensi sebesar 1 Hz. Denyut ini yang digunakan sebagai
input pada IC 4017 sehingga mengaktifkan IC 4017 yang berfungsi
sebagai counter.
Konfigurasi rangkaian counter 3 terlihat seperti Gambar 36. Jadi
pada saat keluaran ke 4, ini digunakan untuk mereset rangkaian ini yang

dimasukan ke kaki 15 MR (master reset), namun sebelumnya harus


melewati rangkaian time konstan terlebih dahulu, yaitu hambatan R3 dan
kapasitor C2, untuk memberikan waktu tengang yang diinginkan.
Perhitungan dari time konstan adalah sebagai berikut:
T

= RxC
= 10.000 x 120.10-12
= 104 x 1,2.10-10
= 1,2 x 10-6 detik
= 1,2 microseconds

Keluaran dari IC ini digunakan sebagai inputan pada IC ULN 2003


untuk

dapat

secara

bergantian

mengerakan

ketiga

relai

yang

menyambungkan rangkaian pembanding op-amp dengan lilitan pada stator


motor.

Gambar 31: Rangkaian BCD counter.

c. Rangkaian Switch IC ULN 2003


Dalam rancangan yang akan penulis buat, rangkaian ini adalah
sebuah rangkaian switching yang digunakan untuk menggerakkan relai
yang dihubungkan pada lilitan dalam stator motor. Karena dalam bagian
stator motor terdapat tiga lilitan yang saling berhubungan. Oleh sebab itu
penulis menggunakan 3 relai yang bekerja secara bergantian untuk
menghubungkan lilitan ke rangkaian komparator. IC ULN 2003 digunakan
sebagai driver untuk penguat arus agar dapat mengerjakan peralatan lain
seperti LED atau relai. Dalam IC ini merupakan sekumpulan transistor
dengan konfigurasi darlington sehingga mempunyai penguatan arus yang
besar.

Gambar 32: Rangkaian switch IC ULN 2003.

Cara kerja rangkaian yaitu menggunakan masukan yang berasal


dari IC 4017 yang kemudian dimasukan ke dalam kaki 1-3 pada IC ULN
2003 sedangkan kaki 8 ke ground dan kaki 9 ke Vcc. pada saat kaki
masukan yaitu kaki 1,2 dan 3 mendapatkan masukan maka keluaran akan
keluar pada kaki 16,15 dan 14. Tegangan yang keluar akan sama dengan
ground, sehingga komponen relai yang sudah mendapatkan tegangan Vcc
akan medapatkan ground dari IC ULN maka relai ini akan bekerja.
Kerja dari ketiga relai ini saling bergantian seirama dengan inputan
yang diberikan IC 4017. Kaki-kaki relai ini menyambungkan kumparan
pada stator motor ke rangkaian komparator yang digunakan untuk
membandingkan tegangan yang drop pada kumparan tersebut dengan
tegangan referensi yang ditentukan.

d. Rangkaian Pembagi Tegangan Input Op-Amp


Rangkaian pembagi tegangan adalah suatu rangkaian resistor yang
dipasang secara seri untuk mendapatkan tegangan yang diinginkan. Dari
rangkaian pembagi tegangan inilah yang dijadikan sebagai refferensi
untuk mendapat tegangan acuan yang akan masuk pada rangkaian
pembanding op-amp (komparator).

Gambar 33: Rangkaian pembagi tegangan.


Penulis menentukan tegangan yang digunakan sebagai masuk
tegangan referensi pada IC OP-AMP yaitu sebesar 2,253 volt (V ref).
Tegangan ini digunakan untuk masukan pada kaki positif pada IC op-amp.
Maka untuk mendapatkan tegangan referensi, penulis memakai hambatan
R4 sebesar 10 k dan hambatan R5 sebesar 8,2 k. Sehingga nilai
tegangan ini didapat dari perhitungan di bawah ini.
Vref

R2
xVcc
( R1 R2 )

Vref

8200
x5Volt
(10000 8200)

Vref

= 2,253 volt

Hambatan dalam pada lilitan di stator motor sekitar 100 maka


penulis memakai resistor sebesar 100 (R6) yang digunakan sebagai
pembagi tegangan untuk masukan negatif pada IC op-amp. Maka jika
lilitan pada stator motor ada yang terputus, hal ini akan mengurangi nilai
hambatan dalam pada lilitan (L1).

e. Rangkaian Pembanding Tegangan (IC 741)


Rangkaian pembanding atau yang biasa disebut rangkaian
komparator adalah rangkaian yang berfungsi membandingkan tegangan
satu dengan tegangan lain yang nantinya akan dijadiakan output keluaran.
Pada rangkaian pembanding ini menggunakan IC OP-AMP 741.
Tegangan refferensi atau acuan yang berasal dari rangkaian
pembagi tegangan diumpankan pada masukan tak membalik (noninverting), sedangkan tegangan masukan yang telah melewati lilitan stator
motor (L1) diumpankan pada masukan membalik (inverting) sebagai
pembanding tegangan referensi.
Tegangan yang berasal dari rangkaian pembagi tegangan
adalah tetap dan tegangan yang berasal dari lilitan stator motor (L1) akan
berubah jika ada lilitan yang terputus atau terbakar, karena hal ini akan
mempengaruhi hambatan dalam pada lilitan. maka tegangan yang masuk

ke inverting lebih kecil dari tegangan pada masukan non-inverting,


sehingga keluaran akan memberikan level maksimum dari tegangan suplai
dan membuat lampu indikator menyala untuk memperingatkan teknisi
bahwa terjadi kerusakan pada motor tersebut.

Gambar 34: Rangkaian IC OP-AMP sebagai pembanding tegangan.


Level maksimum yang dicapai sekitar 90 % dari tegangan suplai.
Jadi tegangan keluaran dari komparator pada saat tegangan masukan tak
membalik lebih positif dibanding masukan membalik, adalah :

90 % 5 volt = 4,5 volt

Sebaliknya

jika

masukan

pada

non-inverting

lebih

kecil

dibandingkan masukan inverting maka keluarannya akan menuju negatif


atau sama dengan ground. Sedangkan dioda disini digunakan untuk
melindungi rangkaian atau sebagai proteksi terhadap arus balik yang
dihasilkan oleh lilitan pada motor.

B. Cara Kerja Keseluruhan


Rancangan indikator kerusakan pada motor penggerak konveyor X-ray
tipe Fiscan Smex-V8065B membutuhkan tegangan catu daya sebesar +5 volt DC
untuk beroperasi. Tegangan ini digunakan sebagai suplai rangkaian.
Cara kerja rancangan ini secara keseluruhan yaitu pada saat rangkaian
mendapatkan tegangan suplai +5 volt. tegangan ini menyuplai semua rangkaian
yang ada dari mulai rangkaian pewaktu IC 555, rangkaian BCD counter IC 4017,
rangkaian switching ULN 2003 dan rangkaian pembanding op-amp.
Setelah IC 555 mendapat tegangan suplai IC ini menghasilkan clock yang
digunakan untuk masukan rangkaian BCD counter. Pada rangkaian ini frekuensi
yang dihasilkan sebesar 1 Hz, karena menggunakan kapasitor sebesar 10 F, R 1
sebesar 6,8 K dan R2 sebesar 68 K. Dengan menggunakan rumus pada
pembahasan sebelumnya, komponen-komponen ini dapat menghasilkan frekuensi
sebesar 1 Hz dan perioda rangkaian selama 0,51986 detik.

Keluaran dari IC ini berupa pulsa-pulsa digital sehingga ada bagian aktif
high dan aktif low. Pulsa-pulsa inilah yang disebut dengan clock, yang digunakan
untuk masukan pada IC 4017. Keluaran ini akan berlangsung terus-menerus
selama IC mendapatkan tegangan catu daya. Sedangkan daya yang dihasilkan
sebesar 450 mW.
Kemudian pada saat IC 4017 mendapat masukan clock dari IC 555, seperti
prinsip kerja dari rangkaian BCD counter, maka rangkaian ini akan menghasilkan
penghitungan standar kode binari 8421. rangkaian ini akan secara barturut-turut
mencacah sinyal pulsa yang masuk sehingga menghasilkan penghitungan dari 0-9
atau memiliki sepuluh keadaan yang berbeda.
Namun untuk rancangan ini hanya membutuhkan tiga kondisi yang
berbeda, maka rangkaian ini harus diriset pada saat memasuki clock ke 4.
Sehingga keluaran dari kaki 7 pada IC 4017 yang berfungsi memberikan keluaran
penghitung yang ke 3, diberikan ke kaki 15 MR (master reset) yang berguna
untuk meriset rangkaian jadi rangkaian ini akan menghitung 3 kondisi yang
berbeda yaitu 0, 1 dan 2. Tapi keluaran dari rangkaian ini belum bisa
menggerakan relai, karena arus yang dihasilkan dari IC ini terlalu kecil untuk
menggerakan relai. Jadi dibutuhkan rangkaian untuk switching dari rangkaian
penghitung ke relai.
Rangkaian switching ini menggunakan IC ULN 2003. IC ini digunakan
sebagai driver untuk penguat arus agar dapat mengerjakan peralatan lain seperti
relai. IC ini bekerja pada saat mendapatkan masukan yang berasal dari IC 4017

yang kemudian dimasukan ke dalam kaki 1-3 pada IC ULN 2003 sedangkan kaki
8 ke ground dan kaki 9 ke Vcc. Maka pada kaki 16,15 dan 14 keluaran
tegangannya akan sama dengan ground. Sehingga komponen relai yang sudah
mendapatkan tegangan Vcc akan mendapatkan ground dari IC ULN maka relai
ini akan bekerja.
Kerja dari ketiga relai ini saling bergantian seirama dengan masukan yang
diberikan IC 4017. Jadi pada saat salah satu relai bekerja (terhubung) maka relai
yang lain tidak bekerja (tidak terhubung). Kaki-kaki relai ini menyambungkan
lilitan dari stator motor ke rangkaian komparator yang digunakan untuk
membandingkan tegangan yang drop pada lilitan tersebut dengan tegangan
referensi yang ditentukan.
Tegangan yang berasal dari rangkaian pembagi tegangan adalah tetap dan
tegangan yang berasal dari lilitan stator motor (L 1) akan berubah jika ada lilitan
yang terputus atau terbakar, sehingga mempengaruhi hambatan dalam pada lilitan.
Jadi jika tegangan yang drop di lilitan lebih kecil dari tegangan yang drop di R 5,
menyebabkan tegangan yang masuk ke masukan negatif op-amp lebih kecil dari
tegangan yang masuk ke masukan positif op-amp maka indikator akan menyala
karena keluaran akan memberikan level maksimum dari tegangan suplai. Level
meksimum yang dicapai sekitar 90 % dari tegangan suplai yaitu 4,5 volt.
Sebaliknya jika masukan negatif op-amp lebih besar dibandingkan
masukan positif op-amp maka keluarannya akan menuju negatif atau sama

dengan ground. Sedangkan dioda digunakan untuk melindungi rangkaian


terhadap arus balik yang dihasilkan oleh kumparan pada motor.

C. Cara Penggunaan Rancangan


Penggunaan rancangan indikator kerusakan motor penggerak konveyor,
menggunakan tegangan sumber 220 VAC yang dihubungkan ke rangkaian catu
daya. Kaki-kaki relai dihubungkan dengan 3 lilitan pada motor. Penghubungan
lilitan dengan relai seperti pada Gambar 35.

Gambar 35: Hubungan lilitan motor dengan relai.


Seperti terlihat pada gambar di atas, relai 1 dihubungkan dengan titik A
dan B, untuk relai 2 dihubungkan dengan titik A dan C, sedangkan untuk relai 3
dihubungkan dengan titik B dan C. Jadi jika semua sudah dihubungkan maka

akan terjadi hubungan-hubungan antara lain AB pada relai 1, AC pada relai 2 dan
BC pada relai 3.
Pemakaian rancangan ini harus memastikan bahwa motor konveyor
dalam keadaan tidak nyala atau sistem pemeriksaan sinar-X sedang tidak dipakai.
Jika semua hubungan sudah dipastikan benar, kemudian nyalakan rancangan
dengan memindahkan posisi saklar ke posisi ON dan akhirnya rancangan ini
akan memberikan tampilan indikasi dengan nyalanya LED jika ada kerusakan
pada motor. Rancangan ini ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat oleh
teknisi, untuk memudahkan teknisi melakukan pemeriksaan. Dengan alasan
tersebut maka penulis menyarankan, rancangan ini diletakan di bawah control
desk atau di meja kontrol. Peletakan rancangan ini dapat dilihat pada lampiran 17.

D. Kriteria Pengujian Rancangan


Untuk menentukan keriteria pengujian rancangan ini, penulis melakukan
pengukuran-pengukuran keluaran pada tiap-tiap bagian dari rancangan yang
dibuat. Hasil pengukuran ini dapat digunakan sebagai tolak ukur pengujian
rancangan ini, agar bekerja sesuai yang diharapkan.
Untuk menguji rangkaian komparator, gunakan resistor (R) dengan nilai
hambatannya kurang dari 80 ohm untuk mengantikan hambatan dalam pada
kumparan motor dalam proses pengujian, kemudian ukur tegangan keluaran dari
IC op-amp 741 pada pin 2, jika terukur tegangan kurang dari +2.252 volt dan

LED pada keluaran IC op-amp 741 pin 6 menyala maka rangkaian komparator
bekerja dengan baik.
Penulis memberikan tegangan reffrensi sebesar +2.252 volt, dengan
perhitungan rangkaian pembagi tegangan, agar jika sebuah motor dengan
hambatan dalam yang terukur di bawah 80 ohm akan dianggap tidak normal atau
terjadi kerusak. Karena suatu motor AC tiga fase dikatakan dalam kondisi baik,
bila kumparan statornya mempunyai hambatan dalam sebesar 100 ohm. Hasilhasil pengukuran dari tiap-tiap bagian rancangan dapat dilihat pada Lampiran 2.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya
tentang rancangan tampilan indikator kerusakan motor penggerak konveyor pada
sistem pemeriksaan sinar-X tipe Fiscan Smex-V8065B menggunakan light
emitting diode di bandar udara Soekarno-Hatta, maka penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan terpasangnya rancangan ini, mencegah terjadinya kerusakankerusakan pada bagian-bagian yang lainnya yang mendukung sistem
konveyor ini, sehingga jika kerusakan pada bagian yang lain dapat dicegah,
maka hal ini dapat menghemat anggaran penyediaan suku cadangnya.
2. Diharapkan dengan terpasangnya rancangan ini, proses perbaikan pada
motor penggerak konveyor X-ray tipe Fiscan Smex-V8065B di bandar udara
Soekarno-Hatta dapat dilaksanakan secara optimal dan efisien, karena
kerusakan dapat tangani dengan segera.
3. Dengan demikian rancangan tampilan indikator kerusakan motor penggerak
konveyor pada sistem pemeriksaan sinar-X tipe Fiscan Smex-V8065B
menggunakan light emitting diode berhasil dibuat, dengan spesifikasi
rancangan terlampir pada Lampiran 2.

B. Saran
Dengan melihat kesimpulan diatas, penulis mempunyai beberapa saran
sebagai berikut:
1. Selain di bandar udara Soekarno-Hatta yang menggunakan X-ray tipe Fiscan
Smex-V8065B. Bandar udara yang lain atau instansi yang menggunakan
sistem pemeriksaan sinar-X dengan 2 motor penggerak konveyor, hendaknya
memasang rancangan ini untuk memudahkan perbaikan yang lebih optimal
dan efisien.
2. Dalam pengoperasian dan perawatan serta perbaikan peralatan X-ray, harus
sesuai dengan prosedur-prosedur yang ada, karena sinar X dengan kekuatan
yang tinggi sangat berbahaya dan dapat merusak jaringan saraf manusia.
3. Rancangan ini tidak hanya dapat digunakan pada sistem pemeriksaan sinar-X
tipe Fiscan Smex-V8065B, tapi juga dapat digunakan untuk tipe yang lain
yang mengunakan 2 motor penggerak pada sistem konveyornya.

DAFTAR PUSTAKA
Aswan. Kapasitor: Prinsip Dasar dan Spesifikasi Elektriknya. 1 Juni 2007,
www.electroniclab.com/index.php
Cooper, William David. Electronic Instrumentation and Measurement Techniques.
New Delhi: Prentice-Hall Inc, 1980.
DC Electronics. Michigan Heath Company, 1975.
Electronic Circuit. Michigan Heath Company, 1975
FISCAN SMEX-V8065B X-ray Inspection System User Manual. Beijing.
Fitzgerald, AE., Higginbotham, David E., Grabel, Arvin, Dasar-dasar Elektroteknik,
PT. Gelora Aksara Pratama, 1981.
Gottlieb, Irving M. Elektronic Motors and Control Techniques. USA: Tab Books Inc.
1982.
http://en.wikipedia.org/wiki/ Operational_amplifier.htm, 1 Juni 2007.
Kokelaar, Ph. J., Tehnik Listrik. Jakarta: Pradnja Paramita, 1972.
Malvino, Albert Paul, Prinsip-prinsip Elektronika jilid 2. Jakarta: Erlangga, 1991.
Modul X-Ray Hiemann System. Jakarta: Balai Elektronika, 1995.
Rijono, Drs. Yon. Dasar Teknik Tenaga Listrik. Yogyakarta: ANDI. 1997.
Stallcup, James G. Motors and Transformer, Illinois: American Technical Publishers,
1987.
Sapiie, Soedjana dan Nishino, Osamu. Pengukuran dan Alat-Alat Ukur Listrik.
Jakarta: Pradnya Paramita, 1986.
Semiconductor Devices. Michigan: Heath Company, 1975.

LAMPIRAN 1: Rangkaian Tampilan Indikator Kerusakan Motor Penggerak


Konveyor X-ray Tipe Fiscan Smex-V8065B.

LAMPIRAN 1: Komponen-komponen elektronika yang digunakan dan hasilhasil pengukuran rancangan.


A. Komponen-komponen elektronika yang digunakan dalam rancangan.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

LABEL
IC 555
IC 4017
IC ULN 2003
IC LM741
IC LC7805
Relai 1, Relai 2, Relai 3
Trafo
Capasitor (catu daya)
Bridge Diode
D1, D2, D3
C1
C2
R1
R2
R3,R4,R7,R10
R5,R8,R11
R6,R9,R12

KOMPONEN
IC 555
IC 4017
IC ULN 2003
IC LM741
IC LC7805
Relai 5 VDC
Trafomator 1 A
Capasitor 2200 F
Bridge Diode
Dioda IN4007
Capasitor 10 F
Capasitor 120 pF
Resistor 6.8 k Ohm
Resistor 68 k Ohm
Resistor 10 k Ohm
Resistor 8.2 k Ohm
Resistor 100 Ohm

JUMLAH
1 buah
1 buah
1 buah
3 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
4 buah
3 buah
3 buah

B. Hasil pengukuran rancangan setelah diberi tegangan suplai.


No.
KOMPONEN
1.
IC 7805 pin 3
2.
IC 555 pin 3 (tegangan tertinggi yang
terukur)
3.
IC 4017 pin 2, 3 dan 4 (tegangan
tertinggi yang terukur)
4.
IC ULN 2003 pin 14, 15 dan 16 (tegangan
tertinggi yang terukur)
5.
IC LM741 pin 3
6.
IC LM741 pin 2 setelah diberi resistor <
80 Ohm

HASIL PENGUKURAN
+5 Volt
+2.6 Volt
+3.2 Volt
+4.5 Volt
+2.252 Volt
+2.5 Volt

LAMPIRAN 2: Letak Motor Pada Sistem Pemeriksaan Sinar-X.

LAMPIRAN 3: Spesifikasi Sistem Fiscan Smex-V8065B.

LAMPIRAN 4: Laporan Perawatan Fiscan Smex-V8065B.

LAMPIRAN 5: Pengukuran Hambatan Dalam Pada Motor Dengan


Menggunakan Ohmmeter.

LAMPIRAN 6: Lembar Data IC SE555.

LAMPIRAN 7: Lembar Data IC ULN2003A.

LAMPIRAN 8: Lembar Data Dioda 1N4007A.

LAMPIRAN 9: Lembar Data IC LM741 (a).

LAMPIRAN 10: Lembar Data IC LM741 (b).

LAMPIRAN 11: Lembar Data IC 4017 (a).

LAMPIRAN 12: Lembar Data IC 4017 (b).

LAMPIRAN 13: Lembar Data IC 4017 (c).

LAMPIRAN 14: Lembar Data IC 4017 (d).

LAMPIRAN 15: Lembar Data IC 4017 (e).

LAMPIRAN 16: Lembar Data IC 4017 (f).

LAMPIRAN 17:Gambar Rancangan dan Pemasangan Rancangan.

RIWAYAT HIDUP

IMMADUDDIEN ABIL FADA, lahir di Pekalongan tanggal 16 April 1985.


Anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Budi Setiyawan dan Ibu
Nunuk Susandia. Tempat tinggal terakhir yaitu di Jl. Merdeka 8/5 Pekalongan - Jawa
Tengah, telp. (0285) 433981. Menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri
Sapuro 1 Pekalongan pada tahun 1996. Menyelesaikan pendidikan sekolah menengah
pertama di SMP Negeri 1 Pekalongan pada tahun 1999. Menyelesaikan pendidikan
sekolah menengah atas di SMU Negeri 3 Pekalongan pada tahun 2002 dan Pada
tanggal 27 September 2003 diterima di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia
Curug-Tanggeramg, dengan program pendidikan Diploma IV Ahli Teknik
Telekomunikasi dan Navigasi Udara Angkatan IX.

Anda mungkin juga menyukai