PERSETUJUAN PEMBIMBING
: TNU.IV.03.09.184
Pembimbing II
Mengetahui,
KETUA PROGRAM STUDI
TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN NAVIGASI UDARA
Sukarwoto, ST,S.Si.T.,MM.
NIP. 120 155 198
ii
SEKERTARIS
Mengetahui,
Sukarwoto, ST,S.Si.T.,MM.
NIP. 120 155 198
MOTTO
MOTTO dan PERSEMBAHAN
MOTTO: Sudah waktunya untuk berubah karena perbuatanperbuatan buruk akan membawa kita ke dalam
kehancuran. Sudah waktunya untuk berubah, di
saat waktu masih memberikan kesempatan.
Sudah waktunya untuk berubah, di saat belum
menyesal karena ajal menjemput. Di mana saat
itu, segala sesal yang kita utarakan tidak akan
ada gunanya lagi. Sudah saatnya untuk berubah,
selagi tidak ada kata lain selain berubah.
Berjalannya sang waktu, detik ke menit, jam ke hari, minggu
ke bulan, telah membawa kita pada kedewasaan berpikir.
Maka berdoalah setiap pagi:
Ya Allah, tambahkanlah ilmu kepadaku, rezeki yang baik,
dan amal yang diterima. Amin...
Kupersembahkan untuk...
Bapak, Ibu (karena keridhaan Allah terletak pada keridhaan ibu bapak dan
kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan ibu bapak) dan ketiga adikku
serta Amelia yang selalu memberikan dorongan semangat. Dan juga untuk
semua orang yang telah memberikan bantuan ketika aku membutuhkan
terutama teman-temanku di Echo 5.
Semoga kalian selalu menjadi orang-orang yang diridhoi oleh Allah SWT.
Amin.....
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Skripsi
dengan
judul
RANCANGAN
TAMPILAN
INDIKATOR
September 2007
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................ii
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN...............................................................iii
MOTTO...................................................................................................................iv
ABSTRAK...............................................................................................................v
KATA PENGANTAR..............................................................................................vi
DAFTAR ISI............................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xiii
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.................................................................................3
C. Pembatasan Masalah.................................................................................4
D. Perumusan Masalah..................................................................................4
E. Tujuan Perancangan..................................................................................5
F. Manfaat Perancangan...............................................................................5
G. Metode Perancangan.................................................................................5
H. Sistematika Penulisan...............................................................................6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
: Detektor.............................................................................................22
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
: Tipe kapasitor.....................................................................................35
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8
LAMPIRAN 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bandar udara merupakan salah satu prasarana dalam bidang perhubungan
udara yang berfungsi untuk memperlancar arus penumpang, barang dan jasa-jasa
lainnya dari suatu tempat ke tempat lain. Sebagai pelayanan jasa transportasi
udara dan penyelenggaraan operasi penerbangan tersebut, bandar udara harus
ditata dalam satu kesatuan sistem operasi nasional secara terpadu dan mampu
mewujudkan penyediaan jasa transportasi yang seimbang. Maka setiap bandar
udara diperlukan berbagai fasilitas guna menunjang kegiatan-kegiatan yang
dilakukan.
Keberhasilan dalam terciptanya suatu pembangunan untuk menuju
masyarakat yang adil, makmur dan merata tidaklah terlepas dari peran aktif sector
transportasi sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik dan
pertahanan keamanan. Pembangunan sektor teransportasi diarahkan pada sistem
transportasi yang handal, tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien dalam
menunjang dan mengerakan dinamika pembangunan.
Keselamatan dan keamanan penerbangan merupakan faktor utama pada
segala segi kegiatan penerbangan baik dari sisi pengelolaan bandar udara maupun
sisi pengoperasian pesawat udara untuk menunjang keselamatan penerbangan.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut di atas maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Jika terjadi kerusakan pada motor konveyor, bagaimana pelaksanaan
perbaikan dan perawatan peralatan pemeriksaan sinar-X tipe Fiscan SmexV8065B di bandar udara Soekarno-Hatta?
2. Adakah rancangan untuk membantu memberikan petunjuk kepada teknisi,
motor sebelah mana yang rusak?
C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah penulis uraikan
diatas dan dikarenakan keterbatasan waktu dan pengetahuan yang penulis miliki,
maka penulis membatasi masalah yang akan diuraikan lebih lanjut adalah:
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi, dalam merancang tampilan indikator
kerusakan motor penggerak konveyor X-ray tipe Fiscan Smex-V8065B?
2. Bagaimana merancang tampilan indikator kerusakan motor pada konveyor Xray tipe Fiscan Smex-V8065B?
3. Bagaimana prinsip kerja rancang tampilan indikator kerusakan motor
penggerak konveyor X-ray tipe Fiscan Smex-V8065B?
4. Bagaimana menentukan kriteria pengujian rancangan ini?
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan atas latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah, penulis dapat merumuskan masalah yang akan dipergunakan dalam
menyusun penulisan ini, yaitu untuk mengetahui motor sebelah mana yang
mengalami kerusakan maka penulis membuat suatu rancangan tampilan indikator
kerusakan motor penggerak konveyor X-ray tipe Fiscan Smex-V8065B
menggunakan light emitting diode di bandar udara Soekarno-Hatta.
E. Tujuan Perancangan
Adapun maksud dan tujuan dari perancangan ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti
pendidikan di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia.
2. Dapat digunakan untuk membantu teknisi dalam melakukan pengecekan dan
perbaikan serta perawatan peralatan X-ray tipe Fiscan Smex-V8065B.
F. Manfaat Perancangan
Perancangan tampilan indikator kerusakan motor penggerak konveyor Xray tipe Fiscan Smex-V8065B menggunakan light emitting diode di bandar udara
Soekarno-Hatta, sekiranya dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi teknisi
telekomunikasi dan navigasi udara di bandar udara Soekarno-Hatta khususnya di
divisi elektronika bandara yang menangani
G. Metode Perancangan
Dalam melaksanakan penulisan dan penelitian ini, penulis mengunakan
beberapa metode yang dapat mendukung penulisan yaitu :
1. Metode keperpustakaan, yaitu memperoleh data dengan dasar teori yang telah
tercantum dalam buku-buku manual atau buku referensi.
2. Metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan di laboratorium
teknik telekomunikasi dan navigasi udara serta tempat-tempat lain yang dapat
mendukung kegiatan praktikum pembuatan skripsi.
3. Metode wawancara, yaitu diskusi dengan teknisi di lapangan yang lebih
mengetahui tentang peralatan X-Ray.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang direncanakan dalam menyelesaikan proposal
tugas akhir ini adalah :
BAB I :
PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan perancangan,
manfaat perancangan, metode perancangan, tinjauan teori, dan
sistematika penulisan.
BAB II :
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi uraian alat yang penulis rancang berdasarkan teoriteori yang ada pada bab sebelumnya dengan pembahasan mengenai
perencanaan rancangan yang meliputi perhitungan untuk menentukan
nilai komponen yang digunakan dan cara kerja rancangan yang di
uraikan bagian per bagian atau blok per blok dan kerja secara
keseluruhan rancangan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran dari
keseluruhan isi tugas akhir ini.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN
A. Landasan Teori
Sebelum menguraikan cara kerja rancangan, penulis terlebih dahulu
menjelaskan teori-teori tentang sinar-X dan komponen yang mendukung dalam
pembuatan rancangan ini, sehingga diharapkan dapat memudahkan pembahasan
rancangan secara keseluruhan.
1. X-Ray
a. Teori Sinar-X (X-ray)
Pada tahun 1895, Wilhelm Konrad Rontgen (1945-1923) seorang
ahli fisika dari Jerman, menemukan bahwa bila elektron yang dihasilkan
katoda ditembakan pada benda padat dengan kecepatan tinggi, akan
menghasilkan sinar yang mempunyai daya tembus yang besar. Sinar ini
merupakan gelombang elektromagnetik sebagaimana cahaya biasa tetapi
tidak dapat dilihat oleh mata.
Sejak ditemukan oleh Wilhelm Konrad Roengen, sinar tersebut
semakin dikenal dengan sebutan sinar-X. Sinar ini merupakan gelombang
elektromagnetik
seperti
cahaya
biasa
yang
mempunyai
panjang
b. Spektrum Sinar-X
Spektrum sinar-X adalah bagian dari spektrum gelombang
elektromagnetik yang mencakup panjang gelombang yang lebih kecil dari
200 (amstorng). Spektrum sinar-X meliputi spektrum sinar gamma.
Sinar-X dengan panjang gelombang yang lebih panjang dan tenaga relatif
rendah disebut sinar-X lunak, sedangkan yang bertenaga lebih tinggi
dengan panjang gelombang lebih pendek disebut sinar-X keras.
c. Tabung Sinar-X
Tabung hampa yang dirancang untuk membangkitkan sinar-X,
dimana elektron-elektron dengan kecepatan tinggi dengan sasaran medan
magnet listrik. Gerak elektron-elektron itu tiba-tiba dihentikan dengan
jalan menumbukkanya pada sasaran (yang biasanya merupakan anoda).
Tabung sinar-X modern yang sekarang menghasilkan sinar-X keras
(hard X-Ray). Spektrum sinar yang dikeluarkan dari sasaran mempunyai
frekuensi yang tingginya ditentukan oleh bahan sasaran dan juga besarnya
tenaga pacu yang dipakai. Arus dalam tabung dapat diatur dengan jalan
mengatur suhu katoda, hal ini akan mengatur banyaknya elektron yang
terpancar dari katoda. Tegangan yang diperlukan untuk pemacuan
elektron-elektron dapat mencapai 1 megavolt, namun untuk sistem
pemeriksaan sinar-X cukup membutuhkan tegangan sekitar 150 kilovolt,
yang biasanya di peroleh dari transformer penaik tegangan (step up
transformator). Karena beroperasi dalam tenaga tinggi maka diperlukan
pendingin untuk mendinginkan sasaran yang terkena tumbukan elektron
yang biasanya terbuat dari bahan yang memiliki titik lebur tinggi seperti
tungsten. Selain memiliki titik lebur yang tinggi tungsten ini juga bersifat
menghantarkan elektron seperti tembaga.
Tabung sinar-X terdiri dari sebuah katoda yang terbuat dari logam
alumunium yang berbentuk cekung dan dua buah anoda, salah satu
diantaranya disebut anti katoda, dari anti katoda ini keluar sinar-X. Tabung
sinar-X merupakan anoda berputar, maka anoda ini berputar mengelilingi
pusat dengan kecepatan tinggi yang merupakan titik tumbuk berkas
elektron, dengan cara ini titik yang dihujani berkas elektron tidak di satu
tempat saja.
panas dan sebagian kecil berubah menjadi sinar-X ( 1 %). Sinar-X inilah
yang digunakan untuk proses pemeriksaan.
Tinggi dan rendahnya arus yang mengalir mempengaruhi kuantitas
sinar-X yang dihasilkan. Semakin tinggi arus maka semakin besar
kuantitas sinar-X yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya. Sedangkan
tinggi rendahnya tegangan pada tabung mempengaruhi kecepatan gerak
dari elektron dalam menumbuk tungsten. Semakin besar tegangan, gerak
elektron semakin cepat dan sinar-X yang dihasilkan akan mempunyai
panjang gelombang () yang lebih pendek, dengan demikian daya tembus
sinar-X semakin besar.
d. Peralatan X-Ray
Sejak
ditemukan
oleh
Wilhelm
Konrad
Roengen,
dalam
(a)
(b)
(c)
yang terbuat dari bahan organik, antara lain plastik, kaca, kulit, kertas,
kayu, tekstil dan air.
2) Grup campuran organik dan inorganik (Warna Hijau)
Warna hijau dipilih untuk menampilkan warna pada material
objek yang mempunyai nomor atom 10 zeff 17, objek yang
menunjukan bahan dasarnya dari campuran antara material ringan dan
berat seperti aluminium dan silikon atau material yang tersusun dari
campuran organik dan inorganik.
3) Grup inorganik (Warna Biru)
Tipe material dalam grup ini pada umumnya terdiri dari elemen
berat yang mempunyai nomor atom zeff > 17 seperti besi, seng, nikel,
baja, titanium, chlorine, timah, emas, perak dan lain-lain yang
unsurnya mengandung bahan metal. Objek dalam grup ini ditampilkan
dengan warna biru.
Ibid, h. 4-8
halangan
cahaya
adalah
suatu
sensor
yang
Gambar 5: Detektor.
5) Sistem Konveyor
Sistem konveyor ini digunakan untuk mengangkut barang yang
akan diperiksa ke terowongan pemeriksaan, sistem ini terdiri dari:
a) Motor
Tergantung pada ukuran dari terowongan pemeriksaan serta
batas kemampuan mengangkut beban pada konveyor. Beberapa
macam motor dengan perbedaan daya dan ukuran digunakan pada
sistem pemeriksaan merek FISCAN. Sedangkan untuk tipe
FISCAN SMEX-V8065B menggunakan dua buah motor AC 220V
yang diletakkan pada masing-masing ujung konveyor.
b) Pengatur roda konveyor
6) Keyboard
Keyboard adalah perangkat antara operator dengan sistem.
Operator mengirimkan perintah ke sistem dengan menggunakan media
keyboard. Aktifasi pada tombol yang sedang digunakan ditunjukan
dengan indicator LED.
7) Monitor
Dua monitor digunakan pada sistem pemeriksaan sinar-X ini
yaitu monitor warna dan monitor hitam-putih, kedua monitor berada
Ibid, h. 6-14
Ibid, h. 1-1
Ibid, h. 1-2
gerak atau tenaga mekanik, dan tenaga gerak itu berupa putaran dari motor
listrik tiga fase.
Keuntungan utama motor DC terhadap motor AC adalah
bahwa kecepatan motor AC lebih sulit dikendalikan. Untuk
mengatasi kerugian ini, motor AC dapat dilengkapi dengan
penggerak frekuensi variabel untuk meningkatkan kendali
kecepatan sekaligus menurunkan dayanya. Motor induksi
merupakan motor yang paling populer di industri karena
kehandalannya dan lebih mudah perawatannya. Motor induksi
AC cukup murah (harganya setengah atau kurang dari harga
sebuah motor DC) dan juga memberikan rasio daya terhadap
berat yang cukup tinggi (sekitar dua kali motor DC). Motor
induksi tiga fase memiliki dua komponen listrik utama yaitu: (terlihat
pada Gambar 8)
Stator
Stator adalah bagian dari motor yang tidak bargerak. Berbentuk
potongan tipis yang disusun berlapis-lapis untuk mengurangi panas yang
ditimbulkan dari perputaran arus yang menginduksi material rotor ketika
rotor tersebut melewati garis flux magnetik pada medan magnet.7
Stator mempunyai satu atau lebih slot yang merupakan tempat
gulungan kawat yang saling berhubungan, gulungan ini diberi spasi
James G. Stallcup, Motors and Transformer, (Illinois: American Technical Publishers, 1987), hal. 2
Rotor
Bagian rotor adalah bagian yang bergerak atau berputar. Rotor ini
juga berbentuk tipis yang disusun berlapis-lapis yang berfungsi untuk
mengurangi panas. Batang tembaga atau aluminium dipasang dalam rotor
dan disambungkan bersamaan dengan ring. Ring ini digunakan untuk
mengalirkan arus pada batang rotor tersebut. Tegangan yang diinduksi ke
dalam batang rotor ini rendah jadi isolator antara batang dan rotor tidak
dibutuhkan.
Medan magnet dalam rotor berlawanan dengan medan magnet pada kutubkutub stator.8
Ibid, hal. 3
2. Catu Daya
Catu daya adalah rangkaian elektronika yang digunakan untuk
merubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC). Rangkaian catu
daya ini menghasilkan keluaran yag akan digunakan sebagai sumber tegangan
bagi komponen-komponen lainnya dalam rancangan ini.
Rangkaian ini terdiri dari dioda bridge, kapasitor dan IC regulator.
Dioda bridge adalah dioda penyearah gelombang penuh, yang meggunakan 4
dioda sehingga akan memiliki tegangan keluaran DC rata-rata yang cukup
tinggi dibandingkan dengan penyearah gelombang penuh biasa. Kapasitor
digunakan untuk menghaluskan tegangan DC yang keluar dari dioda bridge,
semakin besar nilai kapasitansinya maka akan semakin halus tegangan DC
yang dihasilkan, begitujuga sebaliknya.
Sedangkan untuk membentuk tegangan DC yang konstan dapat
menggunakan IC regulator dengan jenis LM 78xx. IC ini adalah suatu seri
rangkaian terpadu yang memiliki tiga buah terminal (kaki) dengan keluaran
tegangan yang tetap dan kemampuan keluaran arusnya sebesar 1,5 ampere. IC
ini dapat dilengkapi dengan pendingin untuk mempertahankan kenaikan suhu
dan tidak menggunakan komponen luar. Tanda xx menunjukan tegangan
output yang dihasilkan dan angka 78 adalah menunjukan output keluarannya
positif. Jadi bila digunakan IC LM 7805, berarti keluarannya adalah +5V.
3. Teori Komponen
a. Resistor Sebagai Pembagi Tegangan
Resistor adalah suatu komponen elektronika yang memiliki
tahanan tertentu.9 Rangkaian yang menggunakan resistor sebagai pembagi
tegangan harus memakai dua atau lebih resistor yang dipasang seri agar
tegangan dapat dibagi. Tegangan yang terbagi diambil melalui sembungan
antar resistor.
DC Electronics, hal.3-12
V2
V R2
R1 R2
Keterangan :
V
V2
R1
R2
www.electroniclab.com/index.php
AE. Fitzgerald, David E. Higginbotham, Arvin Grabel, Dasar-dasar Elektroteknik, h.14
1 coulomb
1 Volt
Vs
12
Ibid, h.33
Ibid, h.34
14
Ibid, h.35
13
c. Dioda
Dioda merupakan komponen elektronika yang terbuat dari dua
bahan semikonduktor yaitu tipe P (P-type) dan tipe N (N-type) yang
digabung menjadi satu, di mana sisi P-type dinamakan anoda sedangkan
sisi N-type dinamakan katoda. Ada dua macam biasing atau pemberian
tegangan pada dioda yaitu:
1) Forward Bias
Forward bias adalah pemberian tegangan pada dioda, dengan
tegangan positif disambungkan ke kaki anoda dan tegangan negatif ke
kaki kiri katoda. Keadaan ini membuat dioda dalam kondisi conduct.
Pada saat conduct, dioda mempunyai tahanan yang sangat kecil
sehingga arus dapat dilewatkan oleh dioda.
muka melebihi tegangan barrier dioda maka arus dioda akan naik dengan
cepat, linear terhadap perubahan tegangan muka.
Pada saat diberi tegangan muka terbalik (reverse) arus yang
mengalir sangat kecil. Pada saat tegangan mencapai titik tegangan
breakdown, arus akan naik dengan cepat sesuai dengan kenaikan
tegangan. Pada saat tegangan mencapai titik tegangan breakdown, arus
akan naik dengan cepat sesuai dengan kenaikan tegangan.
d. Relai
Relai merupakan suatu piranti yang menggunakan magnet listrik
untuk mengopersikan seperangkat kontak atau saklar. Pada dasarnya relai
terdiri dari sebuah lilitan kawat tembaga yang terlilit pada sebuah inti dari
sebuah besi lunak. Gambar di bawah ini adalah macam-macan relai dan
kontaktornya.
Rs
Vs Vf
If
Keterangan:
Rs
If
15
16
Pada
stage
ini
memiliki
keuntungan
low
noise
17
18
http://en.wikipedia.org/wiki/ Operational_amplifier.htm
Electronic Circuit, h.3-34
Stage yang kedua adalah voltage amplifier. Stage ini terdiri dari
beberapa transistor yang dihubungkan menjadi konfigurasi Darlington. Op
amp dapat menguatkan tegangan 200.000 kali atau lebih bisa dikatakan
penguatannya 200V/mV artinya dengan inputan 1mV maka output hasil
penguatannya dapat mencapai 200 V tetapi ini terbatas pada suplai yang
diberikan.19 Pada stage inilah sebagian besar penguatan dihasilkan.
Stage yang terakhir adalah output amplifier. Stage ini sering
disebut complementary emitter-follower. Pada stage ini memiliki
pembatas arus, rangkaian pengaman untuk melindungi rangkaian dari
short circuit, output impedance yang rendah, sehingga dapat memberikan
arus 25 miliampere ke beban. Rangkaian ini memiliki tahanan sebesar 150
Ohm atau lebih rendah lagi. 20
Simbol dari op amp adalah segitiga seperti gambar di atas. Tentu
saja daya harus dimasukkan pada op amp meskipun konektivitasnya tidak
ditunjukkan. Penggunaan besarnya catu daya mempengaruhi kemampuan
Op-Amp.
Ibid, h.3-35
Ibid, h.3-35
komparator bila tegangan pada kaki masukan lebih positif lebih besar dari
tegangan kaki masukan negatif, maka komparator akan mengeluarkan
tegangan suplai positif dari Op-Amp. Bila kaki masukan negatif diberi
tegangan lebih besar dari tegangan pada kaki masukan negatif, maka
keluaran komparator akan mengeluarkan tegangan suplai negatif pada OpAmp.
Vcc
+5v
Vcc
R
1
7
Reset
Discharge
Treshold
Out put
IC 555
Control
voltage
Trigger
C1
Gnd
1
(a)
Vcc
8
Control
voltage
5
Vcc
R
2/3 Vcc
6
Treshold
Output
Buffer
Comparator 1
+
R
Rd
S
R
Reset
4
1/3 Vcc
2
Ground
flip
flop
Q
_
Q
T2
7
Discharge
Internal
reff
Trigger
T1
+
Comparator 2
(b)
Gambar 22: Timer IC LM555
(a) Konfigurasi Pin
(b) Blok Diagram IC
(Sumber : Digital Integrated Electronic, h.563).
Saat keluaran dalam kondisi tinggi, transistor T1 tidak bekerja,
sehingga kapasitor C mengisi muatan dari Vcc melalui tahanan RI dan R2.
Ketika tegangan di kapasitor mencapai 2/3 Vcc maka komparator A akan
membalik keluaran dari kondisi tinggi menjadi rendah. Hal ini akan
menyebabkan transistor T1 bekerja kembali dan mengakibatkan kapasitor
membuang muatan melalui tahanan R2.
Bila tegangan di kapasitor turun hingga mencapai 1/3 Vcc, maka
komparator B menghasilkan keluaran dengan kondisi tinggi sehingga
transistor T1 tidak bekerja kembali. Dengan demikian kapasitor kembali
mengisi muatan melalui tahanan R1 dan R2. Nilai frekuensinya dapat
dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:
Pengisian kapasitor membutuhkan waktu 0,693 time constant,
sehingga lebar pulsa positif (T1) dapat dihitung dengan rumus:
T1 = 0,693 (R1 + R2)C
Lebar pulsa negatif (T2) adalah:
T2 = 0,693 (R2)C
Total periode pulsa
T = T1 + T2
T = 0,693(RA+2RB)C
1,44
( R1 2 R 2)C
Keterangan :
F = frekuensi (Hz)
21
= kapasitor (farad)
Ph. D. A. P .Malvino, Prinsip-prinsip Elektronika jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1991), hal. 252
yang umumnya
j. IC ULN 2003
IC ULN 2003 adalah sebuah IC dengan input 7-bit, tegangan
maksimalnya 50 Volt dan arus 500 mA. IC ini termasuk jenis TTL, di
dalam IC ini terdapat transistor darlington, Transistor darlington
merupakan 2 buah transistor yang dirangkai dengan konfigurasi khusus
untuk mendapatkan penguatan ganda sehingga dapat menghasilkan
penguatan arus yang besar. IC ini dilengkapi dengan supression diode,
yang berfungsi untuk mencegah kickback yaitu transient yang terjadi pada
koil relai (beban induktif) saat relai dimatikan. Teganga ini sangat besar
dan dapat menyebabkan kerusakan pada transistor. Gambar konfigurasi IC
ULN 2003 dapat dilihat pada Lampiran 7.
B. Kerangka Pikiran
Sistem pemeriksaan sinar-X tipe Fiscan Smex-V8065B masih digunakan
pada bandar udara Soekarno-Hatta, untuk membantu menjaga keamanan dan
keselamatan penerbangan. Dalam perawatan dan perbaikan peralatan ini
khususnya pada bagian motor penggerak konveyor, karena untuk tipe ini
menggunakan dua motor AC 220V, maka jika terjadi kerusakan pada salah satu
motor, teknisi harus dapat mengetahui motor yang mana yang rusak atau tidak
bekerja. Karena jika hanya satu motor yang tidak bekerja, conveyor masih tetap
dapat jalan namun dengan kekuatan yang tidak maksimal, dan jika kondisi ini
dibiarkan begitu saja, akan menyebabkan kerusakan pada bagian yang lain.
Dengan permasalahan ini teknisi akan mengalami kesulitan dalam proses
perbaikan karena harus membuka kedua casing motor konveyor dan memeriksa
keduanya. Hal ini dirasa tidak efisien, karena peralatan ini dibutuhkan segera
untuk memeriksa barang yang dibawa penumpang. Untuk mengatasi hal ini maka
dibutuhkan suatu alat tampilan indikator kerusakan motor penggerak konveyor Xray tipe Fiscan Smex-V8065B di bandar udara Soekarno-Hatta.
Berdasarkan permasalahan dan pemikiran di atas maka penulis
mempunyai ide untuk membuat suatu rancangan tampilan indikator kerusakan
motor penggerak konveyor X-ray tipe Fiscan Smex-V8065B menggunakan Light
emiting diode di bandar udara Soekarno-Hatta agar permasalahan di atas dapat
diatasi.
BAB III
KONSEP RANCANGAN
dibiarkan terus menerus akan merusak motor yang satunya dan juga dapat
merusak sabuk konveyor. Hal ini akan menambah biaya perbaikannya.
Kondisi saat ini jika teknisi akan memperbaiki motor, harus membongkar
kedua cover dan memeriksa kedua motor pada masing-masing ujung konveyor.
Hal ini membutuhkan waktu perbaikan yang lebih lama dan dirasa tidak efisien,
karena sistem pemeriksaan ini terkait juga dengan kelancaran arus penumpang di
bandar udara Soekarno-Hatta. Di bawah ini adalah gambar konveyor pada sistem
pemeriksaan sinar-X tipe Fiscan Smex-8065B dengan motor berada pada ujung
kanan dan kiri dari konveyor tersebut.
BAB IV
PEMBAHASAN RANCANGAN
Penulis telah menguraikan apa yang akan dirancang pada bab tiga bahwa
rancangan yang akan dibuat berdasarkan teori-teori yang telah dibahas pada bab dua.
Maka berdasarkan teori-teori tersebut, penulis gunakan untuk menjelaskan dalam
menentukan nilai dan fungsi dari komponen serta cara kerja dari rangkaian yang
dibuat.
BCD Counter
IC 4017
Switching
IC UNL 2003
Relay
Display
LED
Komparator
IC 741
10
1,44
C R A 2 RB
1,44
C1 R1 2 R2
1,44
10 x10 R1 2 R2
x 2 R2 6,8 x10 2
10
x 2 R2
R2 =
10 x10
1,44
6,8 x10 3 2 R2
1,44
1,44 0,068
1,372 x10 5
2
R2 68600
T(tinggi)
= 0,04726 detik
T(rendah) =
=
= 0,4726 detik
Sehingga:
T = T(tinggi) + T(rendah)
= 0,04726 + 0,4726
= 0,51986 detik
arus yang keluar sebesar 200 mA, sehingga daya yang dihasilkan oleh
rangkaian ini menjadi:
= IxV
= 200 mA x 2,25 V
= 450 mW
= RxC
= 10.000 x 120.10-12
= 104 x 1,2.10-10
= 1,2 x 10-6 detik
= 1,2 microseconds
dapat
secara
bergantian
mengerakan
ketiga
relai
yang
R2
xVcc
( R1 R2 )
Vref
8200
x5Volt
(10000 8200)
Vref
= 2,253 volt
Sebaliknya
jika
masukan
pada
non-inverting
lebih
kecil
Keluaran dari IC ini berupa pulsa-pulsa digital sehingga ada bagian aktif
high dan aktif low. Pulsa-pulsa inilah yang disebut dengan clock, yang digunakan
untuk masukan pada IC 4017. Keluaran ini akan berlangsung terus-menerus
selama IC mendapatkan tegangan catu daya. Sedangkan daya yang dihasilkan
sebesar 450 mW.
Kemudian pada saat IC 4017 mendapat masukan clock dari IC 555, seperti
prinsip kerja dari rangkaian BCD counter, maka rangkaian ini akan menghasilkan
penghitungan standar kode binari 8421. rangkaian ini akan secara barturut-turut
mencacah sinyal pulsa yang masuk sehingga menghasilkan penghitungan dari 0-9
atau memiliki sepuluh keadaan yang berbeda.
Namun untuk rancangan ini hanya membutuhkan tiga kondisi yang
berbeda, maka rangkaian ini harus diriset pada saat memasuki clock ke 4.
Sehingga keluaran dari kaki 7 pada IC 4017 yang berfungsi memberikan keluaran
penghitung yang ke 3, diberikan ke kaki 15 MR (master reset) yang berguna
untuk meriset rangkaian jadi rangkaian ini akan menghitung 3 kondisi yang
berbeda yaitu 0, 1 dan 2. Tapi keluaran dari rangkaian ini belum bisa
menggerakan relai, karena arus yang dihasilkan dari IC ini terlalu kecil untuk
menggerakan relai. Jadi dibutuhkan rangkaian untuk switching dari rangkaian
penghitung ke relai.
Rangkaian switching ini menggunakan IC ULN 2003. IC ini digunakan
sebagai driver untuk penguat arus agar dapat mengerjakan peralatan lain seperti
relai. IC ini bekerja pada saat mendapatkan masukan yang berasal dari IC 4017
yang kemudian dimasukan ke dalam kaki 1-3 pada IC ULN 2003 sedangkan kaki
8 ke ground dan kaki 9 ke Vcc. Maka pada kaki 16,15 dan 14 keluaran
tegangannya akan sama dengan ground. Sehingga komponen relai yang sudah
mendapatkan tegangan Vcc akan mendapatkan ground dari IC ULN maka relai
ini akan bekerja.
Kerja dari ketiga relai ini saling bergantian seirama dengan masukan yang
diberikan IC 4017. Jadi pada saat salah satu relai bekerja (terhubung) maka relai
yang lain tidak bekerja (tidak terhubung). Kaki-kaki relai ini menyambungkan
lilitan dari stator motor ke rangkaian komparator yang digunakan untuk
membandingkan tegangan yang drop pada lilitan tersebut dengan tegangan
referensi yang ditentukan.
Tegangan yang berasal dari rangkaian pembagi tegangan adalah tetap dan
tegangan yang berasal dari lilitan stator motor (L 1) akan berubah jika ada lilitan
yang terputus atau terbakar, sehingga mempengaruhi hambatan dalam pada lilitan.
Jadi jika tegangan yang drop di lilitan lebih kecil dari tegangan yang drop di R 5,
menyebabkan tegangan yang masuk ke masukan negatif op-amp lebih kecil dari
tegangan yang masuk ke masukan positif op-amp maka indikator akan menyala
karena keluaran akan memberikan level maksimum dari tegangan suplai. Level
meksimum yang dicapai sekitar 90 % dari tegangan suplai yaitu 4,5 volt.
Sebaliknya jika masukan negatif op-amp lebih besar dibandingkan
masukan positif op-amp maka keluarannya akan menuju negatif atau sama
akan terjadi hubungan-hubungan antara lain AB pada relai 1, AC pada relai 2 dan
BC pada relai 3.
Pemakaian rancangan ini harus memastikan bahwa motor konveyor
dalam keadaan tidak nyala atau sistem pemeriksaan sinar-X sedang tidak dipakai.
Jika semua hubungan sudah dipastikan benar, kemudian nyalakan rancangan
dengan memindahkan posisi saklar ke posisi ON dan akhirnya rancangan ini
akan memberikan tampilan indikasi dengan nyalanya LED jika ada kerusakan
pada motor. Rancangan ini ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat oleh
teknisi, untuk memudahkan teknisi melakukan pemeriksaan. Dengan alasan
tersebut maka penulis menyarankan, rancangan ini diletakan di bawah control
desk atau di meja kontrol. Peletakan rancangan ini dapat dilihat pada lampiran 17.
LED pada keluaran IC op-amp 741 pin 6 menyala maka rangkaian komparator
bekerja dengan baik.
Penulis memberikan tegangan reffrensi sebesar +2.252 volt, dengan
perhitungan rangkaian pembagi tegangan, agar jika sebuah motor dengan
hambatan dalam yang terukur di bawah 80 ohm akan dianggap tidak normal atau
terjadi kerusak. Karena suatu motor AC tiga fase dikatakan dalam kondisi baik,
bila kumparan statornya mempunyai hambatan dalam sebesar 100 ohm. Hasilhasil pengukuran dari tiap-tiap bagian rancangan dapat dilihat pada Lampiran 2.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya
tentang rancangan tampilan indikator kerusakan motor penggerak konveyor pada
sistem pemeriksaan sinar-X tipe Fiscan Smex-V8065B menggunakan light
emitting diode di bandar udara Soekarno-Hatta, maka penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan terpasangnya rancangan ini, mencegah terjadinya kerusakankerusakan pada bagian-bagian yang lainnya yang mendukung sistem
konveyor ini, sehingga jika kerusakan pada bagian yang lain dapat dicegah,
maka hal ini dapat menghemat anggaran penyediaan suku cadangnya.
2. Diharapkan dengan terpasangnya rancangan ini, proses perbaikan pada
motor penggerak konveyor X-ray tipe Fiscan Smex-V8065B di bandar udara
Soekarno-Hatta dapat dilaksanakan secara optimal dan efisien, karena
kerusakan dapat tangani dengan segera.
3. Dengan demikian rancangan tampilan indikator kerusakan motor penggerak
konveyor pada sistem pemeriksaan sinar-X tipe Fiscan Smex-V8065B
menggunakan light emitting diode berhasil dibuat, dengan spesifikasi
rancangan terlampir pada Lampiran 2.
B. Saran
Dengan melihat kesimpulan diatas, penulis mempunyai beberapa saran
sebagai berikut:
1. Selain di bandar udara Soekarno-Hatta yang menggunakan X-ray tipe Fiscan
Smex-V8065B. Bandar udara yang lain atau instansi yang menggunakan
sistem pemeriksaan sinar-X dengan 2 motor penggerak konveyor, hendaknya
memasang rancangan ini untuk memudahkan perbaikan yang lebih optimal
dan efisien.
2. Dalam pengoperasian dan perawatan serta perbaikan peralatan X-ray, harus
sesuai dengan prosedur-prosedur yang ada, karena sinar X dengan kekuatan
yang tinggi sangat berbahaya dan dapat merusak jaringan saraf manusia.
3. Rancangan ini tidak hanya dapat digunakan pada sistem pemeriksaan sinar-X
tipe Fiscan Smex-V8065B, tapi juga dapat digunakan untuk tipe yang lain
yang mengunakan 2 motor penggerak pada sistem konveyornya.
DAFTAR PUSTAKA
Aswan. Kapasitor: Prinsip Dasar dan Spesifikasi Elektriknya. 1 Juni 2007,
www.electroniclab.com/index.php
Cooper, William David. Electronic Instrumentation and Measurement Techniques.
New Delhi: Prentice-Hall Inc, 1980.
DC Electronics. Michigan Heath Company, 1975.
Electronic Circuit. Michigan Heath Company, 1975
FISCAN SMEX-V8065B X-ray Inspection System User Manual. Beijing.
Fitzgerald, AE., Higginbotham, David E., Grabel, Arvin, Dasar-dasar Elektroteknik,
PT. Gelora Aksara Pratama, 1981.
Gottlieb, Irving M. Elektronic Motors and Control Techniques. USA: Tab Books Inc.
1982.
http://en.wikipedia.org/wiki/ Operational_amplifier.htm, 1 Juni 2007.
Kokelaar, Ph. J., Tehnik Listrik. Jakarta: Pradnja Paramita, 1972.
Malvino, Albert Paul, Prinsip-prinsip Elektronika jilid 2. Jakarta: Erlangga, 1991.
Modul X-Ray Hiemann System. Jakarta: Balai Elektronika, 1995.
Rijono, Drs. Yon. Dasar Teknik Tenaga Listrik. Yogyakarta: ANDI. 1997.
Stallcup, James G. Motors and Transformer, Illinois: American Technical Publishers,
1987.
Sapiie, Soedjana dan Nishino, Osamu. Pengukuran dan Alat-Alat Ukur Listrik.
Jakarta: Pradnya Paramita, 1986.
Semiconductor Devices. Michigan: Heath Company, 1975.
LABEL
IC 555
IC 4017
IC ULN 2003
IC LM741
IC LC7805
Relai 1, Relai 2, Relai 3
Trafo
Capasitor (catu daya)
Bridge Diode
D1, D2, D3
C1
C2
R1
R2
R3,R4,R7,R10
R5,R8,R11
R6,R9,R12
KOMPONEN
IC 555
IC 4017
IC ULN 2003
IC LM741
IC LC7805
Relai 5 VDC
Trafomator 1 A
Capasitor 2200 F
Bridge Diode
Dioda IN4007
Capasitor 10 F
Capasitor 120 pF
Resistor 6.8 k Ohm
Resistor 68 k Ohm
Resistor 10 k Ohm
Resistor 8.2 k Ohm
Resistor 100 Ohm
JUMLAH
1 buah
1 buah
1 buah
3 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
4 buah
3 buah
3 buah
HASIL PENGUKURAN
+5 Volt
+2.6 Volt
+3.2 Volt
+4.5 Volt
+2.252 Volt
+2.5 Volt
RIWAYAT HIDUP