Anda di halaman 1dari 4

INTERNATIONAL RELATIONSHIP

POLITICS AMONG NATIONS


THE ESSENCE OF NATIONAL POWER

MUHAMMAD AL JIHAD
1210113136

LAW FACULTY
ANDALAS UNIVERSITY
2015

PEMBAHASAN

National power sesungguhnya adalah sesuatu yang dapat dikatakan ada atau
tidak ada, tidak dapat diketahui oleh negara itu sendiri namun akan menjadi sesuatu
yang penting ketika negara tersebut melakukan hubungan dengan negara lain
(international relationship).

Faktor yang membuat sebuah negara dapat berhadapan dengan lawanlawannya, komponen-komponen yang secara mutlak dan permanen dimiliki suatu
negara, disebut elements of National Power. Hans J. Morghentau membedakan
menjadi 2 :
1. Elemen yang relatif stabil

Geografis

Sumber Daya Alam

Kapasitas Industrial

Karakter Nasional

Moral Nasional

2. Elemen yang cenderung berubah

Populasi

Kekuatan Militer

Diplomasi

Pemerintahan

Hans J. Moerghentau membagi national power menjadi 3 kelompok utama:

1. Power in Self
Berkaitan erat National character yang dimiliki tiap-tiap negara dan selalu
berbeda bergantung kepada apa yang dimiliki negara tersebut dan hal-hal tersebut
ber-representasi menjadi sebuah national power. National character sering
diidentikkan dengan kebudayaan yang hidup secara nyata dan jelas di suatu negara
bahkan kebudayaan tersebut telah ada jauh sebelum negara dibentuk. Secara
konseptual kebudayaan muncul alamiah dalam suatu kelompok kemudian kelompok
tersebut menyatakan keseragaman ideology lahirlah negara yang berfilsafat.

2. Power Influencing
Dimana sebuah power yang merupakan lanjutan dari power in self jika
dikelola dan dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh. Sebuah negara yang memiliki
attitude yang benar akan merasakan manfaat, menghasilkan sebuah kualitas
diplomasi, apalagi jika terus berlanjut mulai tercipta kuantitas diplomasi. Dalam suatu
hubungan internasional akan adakalanya suatu kondisi-kondisi tertentu yang
membuat sebuah negara berada pada keadaan mempengaruhi, (influencing), tentunya

berdasarkan beberapa faktor; a.)negara tersebut pada masa lalunya telah memiliki halhal yang dinilai good act; b.)negara tersebut benar-benar sungguh dalam pencapaian
suatu perundingan hingga kesepakatan; c.)negara tersebut kelak akan menguasai,
lebih dari pada mempengaruhi (pandangan negara influenced). Karena dalam sebuah
hubungan umumnya diwakilkan oleh para diplomat yang menyandang negara dengan
pemikiran dan mulutnya

3. Power Forced
Populasi masyarakat dan militer bukan sesuatu yang dapat dipandang sebelah
mata, karena negara-negara yang telah sering melakukan hubungan internasional
pada umumnya melihat kepada faktor tersebut. Sehingga pada saat negosiasi suatu
negara dapat menyodorkan dominan terhadap apa yang diinginkannya. Tentunya
bersamaan dengan charismatic subjek yang menjadi perwakilan negara. Sebagai
contoh Hitler dengan Nazi nya selalu memenangkan perundingan dengan negaranegara besar dunia.

DAFTAR PUSTAKA :
J.Morghentau Hans, 1962, Politics Among Nations, New York : Alfred A Konpf Inc.

Anda mungkin juga menyukai