Anda di halaman 1dari 5

center of gravity (cog)

1. Pendahuluan
Dalam teori militer maupun teori perang, dikenal apa yang disebut Center Of Gravity seperti apa
yang dikembangkan oleh Sun Tzu dan Carl Von Clausewitz dua orang pemikir militer yang hidup
beberapa ribu dan ratus tahun yang lalu. Istilah ini lebih banyak dikenal di kalangan militer
daripada di kalangan sipil, seperti yang dituangkan dalam buku mereka yang terkenal THE ART
OF WAR dan ON WAR, yang hingga saat ini masih banyak dianut oleh berbagai kesatuan militer
di dunia. Walaupun banyak penganutnya, di kalangan militer sendiri khususnya ketiga angkatan,
dalam penerapan konsep ini tidak sama, tergantung dari bagaimana menafsirkannya kemudian
mengimplementasikannya di lapangan.

Ketiga angkatan cenderung menafsirkan berbeda sesuai dengan tugas,medandan musuh yang
dihadapinya. Sebagai contoh; Angkatan Udara akan menggunakan pendekatan penghancuran
sasaran yang tidak lain merupakan titik-titik strategis dan operasional yang kritis melalui suatu
serangan dengan menggunakan senjata penghancur seperti bom, rudal dan sebagainya. Oleh
karena itu Angkatan Udara melihat banyak (lebih dari satu) Center of Gravity (COG) musuh.
Angkatan Darat melihat COG musuh adalah sumber kekuatan dari musuh tersebut, sehingga
memandang hanya ada satu COG yang pada dasarnya merupakan kemampuan prinsip yang
dimiliki musuh untuk mencapai misinya dan umumnya gabungan dari elemen-elemen
karakteristik, kebisaan atau lokasi.
Angkatan Laut sebagai kekuatan untuk memenangkan perang di laut, melihat COG musuh pada
kunci kelemahannya dan sama seperti Angkatan Darat memandang bahwa COG adalah sesuatu
yang harus dipunyai oleh musuh agar dia dapat melanjutkan operasi militernya; sumber kekuatan,
tetapi bukan semata-mata kuat seperti yang ada padanya. Hanya ada kemungkinan satu COG di
mana Angkatan Laut mencoba mengaitkan antara COG dan kerawanan atau kelemahan.
Pergeseran hakekat ancaman yang dihadapi negara bangsa dewasa ini menyebabkan tidak mudah
menentukan COG dari lawan atau musuh, apalagi ancaman yang dihadapi sangat beragam
macamnya dan dapat muncul dalam waktu yang tidak terduga dapat berupa simetrik dan
asimetrik. Sebagai
contoh, bagaimana menentukan COG dari ancaman terorisme yang
merajalela dewasa ini?
2. Teori Clausewitz dan Sun Tzu
Di dalam bukunya On War Clausewitz mendifinisikan arti center of gravity sebagai: The
hub of all power and movement, on which everything depends. That is the point against which all

our energies should be directed. (On War p.596) Dalam pengertian ini Clausewitz berbicara
tentang lawan atau musuh, dengan berasumsi, jika musuh kehilangan keseimbangan, maka
pukulan demi pukulan harus terus dilakukan sampai kemenangan tercapai. Musuh tidak boleh
diberi kesempatan untuk bangkit kembali (recover). Dari definisi ini pula sepertinya Clausewitz
menekankan, bahwa untuk mencapai sukses, dia bersedia menanggung risiko yang besar, karena
penggunaan strategi langsung oleh kekuatan yang besar yang dipunyai.
Secara spesifik Clausewitz menyusun menurut urutan prioritas Center Of Gravity musuh sebagai
berikut:
Pertama, yang terpenting dan yang utama adalah Angkatan Darat musuh. Seperti yang dia katakan
Destruction of his Army, if it is at all significant. If the Army had been destroyed, they would all
have gone down in history as failures. (On War hal. 596).
Kedua, menurut Clausewitz, urutan prioritas kedua adalah pendudukan dan atau penghancuran
Ibukota Musuh. Alasannya karena: In countries subject to domestic strife .the center of
gravity is generally the capital and seizure of his capital if it is not only the center of
administration but also that of social, professional, and political activity (On War p. 596).
Terkandung dalam pengertian kedua ini ialah sasaran abstrak yaitu hancurnya pemerintahan,
tatanan sosial, maupun ideologi politik.
Ketiga, menyerang sekutu-sekutu musuh (alliances), merupakan prioritas berikutnya yang patut
dijadikan sasaran untuk menaklukkan musuh. Menurut dia, In small countries that rely on large
ones, the center of gravity is usually the Army of their protector. Delivery of an effective blow
against his principal ally if that ally is more powerful than he. Clausewitz mengakui bahwa
hubungan yang paling lemah dalam suatu koalisi terletak pada kemampuan sekutunya untuk
bekerjasama dan itulah yang sering kali menyebabkan memisahkan mereka secara politik maupun
militer.
Keempat, sekalipun tidak dijelaskan secara mendetail, maka Clausewitz menyatakan bahwa
Karakteristik personil dari pemimpin merupakan salah satu COG. Pemimpin dapat diartikan
bermacam-macam baik pemimpin militer maupun pemimpin sipil dari pihak musuh. Dia
mengambil contoh dalam perang Napoleon, perang hanya dapat diakhiri apabila Napoleon sebagai
pemimpin sekaligus panglima perang dapat dienyahkan. Demikian pula dalam Perang Dunia
kedua, perang tidak dapat diakhiri apabila Hitler masih tetap berkuasa.
Kelima, di era perang modern dewasa ini, opini publik telah menjadi salah satu COG yang paling
menentukan, khususnya perang dengan sifat berkepanjangan seperti perang gerilya atau bahkan
perang melawan terorisme. Sejarah perangVietnammenunjukkan bahwa ketiadaan dukungan
publik atau masyarakat dalam negeri mempercepat kekalahan Perancis maupun Amerika disana.
Sebagai perbandingan, ada baiknya kita meninjau secara singkat konsep COG menurut Sun Tzu:
Sekalipun dikembangkan kurang lebih 2000 tahun sebelum Clausewitz, namun konsep Center Of

Gravity dari kedua pemikir militer tersebut mempunyai kesamaan maupun perbedaan. Perbedaan
yang menonjol dari konsep keduanya, ialah pada urutan penentuan prioritas, sedangkan obyek
COG-nya hampir sama.
Pertama, menurut SunTzu menyerang strategi atau rencana musuh yang paling penting untuk
dilakukan, kalau mungkin jauh sebelum perang terjadi. Apabila perang telah meletus
barulah penyerangan terhadap kekuatan fisik musuh yang terbesar dilakukan.
Kedua, memutuskan atau menghancurkan persekutuan musuh juga harus dilakukan sebelum
perang atau konflik terjadi. Kata sebelum di sini merupakan kata kunci yang berarti bahwa Sun
Tzu lebih mengutamakan penyelesaian secara non kekerasan daripada dengan kekerasan. Konsep
pertama dan kedua dari SunTzu ini, lebih berada pada domain strategi dan diplomasi, sehingga
berbeda dengan Clausewitz yang berada pada setingkat di bawahnya yaitu operasional, karena
menginginkan penyelesaian dengan menggunakan kekerasan langsung. Juga Sun Tzu kurang
setuju untuk menyerang kota-kota sebelum upaya lain dilakukan karena menurutnya: The worst
policy is to attack cities. Attack cities only when there is no alternatives. (The Art Of War p. 78).
Ketiga, sama seperti Clausewitz (prioritas berbeda) adalah menyerang kekuatan utama musuh
secara fisik.
Keempat, sebagai alternatif terakhir ( last resort) COG adalah menyerang kota-kota.
Dapat disimpulkan secara singkat perbedaan prinsip antara kedua pemikir ini menyangkut Center
Of Gravity hanyalah terletak pada pemilihan prioritas untuk aksi dan rencana dalam menghadapi
konflik atau bahkan perang. Hal ini banyak dipengaruhi oleh perbedaan tingkat analisis yang
mereka lakukan. Clausewitz mengembangkan konsep Center Of Gravity terutama pada tingkat
operasional, yang secara alamiah memusatkan perhatian pada penggunaan kekuatan ketika
permusuhan terjadi. Sebaliknya Sun Tzu terkonsentrasi pada tingkat yang lebih tinggi yaitu politik
dan strategi dan lebih tertarik pada mencari kemungkinan memperoleh kemenangan tanpa
pertumpahan darah dan itu hanya dapat dilakukan sebelum perang terjadi, melalui penggunaan
sarana non militer. Sun Tzu is most concerned with the non-tangible aspects of war the
enemys will and morale, his alliance systems, or his political plans. ( Masters of War p. 50).
3. Aplikasi Konsep COG Terhadap Terorisme
Ada yang mungkin bertanya, dapatkah konsep penentuan Center Of Gravity menurut teori di atas
diterapkan dalam perang melawan terorisme dewasa ini? Menurut penulis jawabannya adalah
dapat dengan beberapa alasan sebagai berikut: Bahwa gerakan terorisme tidak lain adalah
suatu jenis perang yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan politik tertentu. Pelaksanaannya
secara unconventional yang dalam praktek menggunakan strategi tidak langsung. Selain
daripada itu para teroris melakukan protracted war yang bertujuan berangsur-angsur menguras
tenaga lawan, serta mencari dan menunggu kelengahan lawan kemudian melakukan serangan
mematikan. Koalisi dengan pihak lain, umumnya dengan pihak luar dijalin dan dibangun dengan
rapi untuk menjamin dukungan politik maupun sumber daya. Dalam praktek operasionalnya

mereka menggunakan taktik mirip-mirip perang gerilya yaitu: hit and run, berupaya membaur
dengan masyarakat, mencari dukungan rakyat, melakukan penyamaran, posko berpindah-pindah
dan lain sebagainya. Yang paling utama dari gerakan terorisme ini adalah keyakinan akan
kebenaran paham atau ideologi yang dianutnya.
Masih banyak hal lagi yang mendukung soal terorisme sebagai suatu perang unconventional
(sudah banyak diulas) dan oleh karena itu sangat relevan untuk menentukan apa atau dimana
sesungguhnya Center Of Gravity gerakan terorisme khususnya yang dilancarkan diIndonesia saat
ini.
Upaya untuk memerangi gerakan terorisme diIndonesiaharus kita akui telah cukup membawa hasil
yang gemilang, namun harus diakui pula bahwa kita belum memenangkan perang yang
sesungguhnya. Perang masih berlangsung dan masih diperlukan suatu upaya yang sungguhsungguh baik pemerintah, aparat keamanan,dan seluruh rakyat bersatu padu menghadapi kegiatan
teror ini.
Salah satu hal namun pokok dilakukan adalah menentukan COG terorisme secara tepat dan akurat
dengan tujuan agar upaya yang kita lakukan tidak sia-sia atau malahan salah sasaran. Konsep
penentuan COG seperti yang diuraikan di atas mungkin dapat membantu, namun harus
disesuaikan dengan kondisi dan situasi saat ini. Dapat dipastikan bahwa musuh (teroris) memiliki
tidak hanya satu COG.
Dari beberapa COG kita harus mampu menentukan urutan prioritas sehingga dengan sumber daya
yang kita miliki kita dapat melakukan perang lawan (kontra) secara efektif dan efisien.Sebagai
analog dari apa yang dikemukakan oleh Clausewitz; Kekuatan pokok Army tidak lain adalah
pasukan inti teroris yang melakukan serangan bersenjata ataupun bom bunuh diri. Singkatnya
adalah pasukan nyata secara fisik. Apabila kita menentukan pasukan ini sebagai COG dengan
prioritas no.1, maka dapat dipastikan kita akan gagal. Kemudian apa yang disebut the seizure of
his capitol tidak lain adalah markas atau pusat komando teroris sebagai COG. Aparat keamanan
sudah melakukannya, dengan cara mengepung dan menyerang markas mereka di Batu,Malang
beberapa waktu yang lalu. Tapi inipun bukanlah COG yang utama dengan prioritas yang tinggi.
Karena sekalipun markasnya hancur dan pemimpinnya tewas, bukan berarti teroris sudah kalah.
Markas dapat dipindahkan dan dibentuk baru.
Berikutnya adalah The delivery of an effective military blow against his principal ally.
Implementasi dari pernyataan ini adalah mencari dan memutus jaringan terorisme baik di dalam
negeri maupun di luar negeri, atau dengan kata lain memutuskan dan mengisolasi gerakan
terorisme dari sekutunya yang memberikan bantuan kepada mereka baik logistik, persenjataan,
finansial bahkan personil yang memungkinkan mereka hidup dan melakukun kegiatan. COG
berikutnya adalah The enemys leader, dimaksudkan apabila dapat menangkap atau bahkan
dapat membunuh pemimpin, komandan atau kepalanya maka dengan sendirinya anak buahnya
akan menyusul menyerah dan selanjutnya persoalan selesai.
Apakah memang demikian? Kenyataannya banyak pemimpin teroris sudah ditangkap atau bahkan

terbunuh (juga diluar negeri) namun kemudian muncul pemimpin-pemimpin baru dan gerakan
mereka belum dapat dipatahkan. Urutan berikut adalah The enemys public opinion.
Pendapat dan dukungan publik dewasa ini sangat menentukan. Di dalamnya terkandung dukungan
moril yang didasarkan pada keyakinan bahwa perjuangan teroris itu adalah perjuangan yang benar
dan suci dan oleh karena itu harus didukung dan dibela, kalau perlu dengan mengorbankan
jiwa dan raga.
Mempelajari karakteristik gerakan teroris baik dalam negeri maupun di luar negeri serta
mengambil pelajaran dari pengalaman kita, maka menurut pendapat penulis gerakan ini memiliki
setidaknya dua Center of Gravity yaitu sesuai urutan prioritas: pertama, jaringan sekutu (allies)
baik di dalam negeri maupun luar negeri yang memberikan dukungan baik material maupun moral
dan kedua: pendapat publik yang tidak kelihatan namun yang kekuatannya sangat dahsyat.
Walaupun tidak ada yang dapat menjamin bila segala upaya, daya dan dana kita arahkan untuk
menghancurkan COG musuh ini lalu serta merta gerakan ini hancur/kalah, tapi paling tidak kita
tidak menghambur-hamburkan sumber daya kita secara tidak terukur melainkan kepada sasaran
yang lebih efektif . Itulah harapannya.

Anda mungkin juga menyukai