Anda di halaman 1dari 7

Nama

: Ikhsan Hadi

NIM

: 12410002

Kelas

Matakuliah

: Psikologi Klinis

Dosen Pengampu

: Tristiardi Ardi Ardani, M.Si P.si

Pendahuluan
Gejala-gejala kejiwaan mungkin merupakan hal yang sangat penting dibahas
di dalam mata kuliah Psikologi, hal ini untuk mengetahui kepribadian atau tingkah
laku abnormal manusia.
Film Analyze That, kita bisa mengetahui gejala-gejala kejiwaan dan
abnormalitas manusia. Apabila kita mereview film tersebut kita akan memahami suatu
gejala yang dimiliki manusia. Karena itu review ini dibuat, untuk memahami apa saja
yang di perbuat seorang psikiater yang mengobati pasiennya yang mengalami
gangguan kejiwaan. Dan beberapa tes-tes yang digunakan untuk memahami gejala
kejiwaan yang di miliki pasiennya.
Beberapa gejala abnormalitas dan gangguan kejiwaan, yaitu:
1) Gangguan fungsional
2) Gangguan kesadaran
3) Gangguan pengamatan
4)

Depersonalisasi, derealisasi dan gangguan psikotis terhadap


Kesadaran Ego

5) Gangguan berfikir
6) Gangguan pada intelegrasi
7) Gangguan pada ingatan
8) Gangguan perasaan
9) Sindrom-sindrom dan beberapa fenomena penyakit jiwa
10) Dekompensasi psikotis
11) Psikoterap

Review Film
Mob boss Paul Vitti (ROBERT DE NIRO) ternyata sedang mengalami tingkat
stress yang sangat tinggi hingga ia pun harus dirawat di rumah sakit jiwa. Seorang bos
mafia yang seharusnya bertanggung jawab terhadap anak buahnya dan mengurus
bisnisnya kini seperti memiliki dunia sendiri. Berbicara sendiri, tertawa, menangis
tanpa diketahui penyebabnya. Hingga kemudian Ben Sobel (BILLY CRYSTAL), sang
psychotherapist nya sejak awal pun mau tidak mau harus turun tangan untuk
membantunya. FBI pun sangat membutuhkan informasi darinya mengenai bisnis yang
dijalani Paul Vitti. Di sini kita bisa tertawa kocak dalam akting berlagak serius-nya
Robert De Niro dan Billy Cristal,dan buat penggemar mob movie, film ini bisa
dijadikan alternatif penyegaran.
Paul Vitti adalah seorang bos mafia yang telah masuk penjara. Tetapi pada saat
Paul Vitti hampir keluar penjara, ada 2 mafia yang memiliki masalah dan mereka
sangat tidak menyukai Paul Vitti apabila keluar dari penjara, karena mereka takut Vitti
akan membantu salah satu pihak. Sehingga mafia tersebut mencoba untuk membunuh
Paul Vitti, sebelum Paul Vitti keluar dari penjara. Hal tersebut membuat Paul Vitti
depresi atas percobaan pembunuhan dia di dalam penjara, sehingga dia takut tinggal
di penjara. Dia mencoba menghubungi psikiaternya yaitu Dr. Ben Sobel dan meminta
pertolongan, tetapi dia mendapatkan respon negatif dari Dr. Sobel.
Dirumahnya Dr. Ben Sobel didatangi oleh FBI, FBI meminta Dr. Sobel untuk
datang ke penjara untuk melihat kondisi Paul Vitti. Setelah Dr. Sobel datang ke
penjara, dia melihat Vitti melakukan hal-hal yang aneh. Beberapa tes syaraf dan tes
psikologi seperti tes rossack, TAT dan lain-lain hanya untuk mengetahui penyakit
yang diderita oleh Vitti. Setelah melakukan tes tersebut, Dr. Ben Sobel menemui
kepala FBI dan mengatakan bahwa Vitti menderita kegilaan sementara atau gangguan
schizophrenia. Dr. Ben Sobel meminta agar Paul Vitti dikeluarkan dari penjara agar
penyakitnya tidak menjadi parah, dan mendapatkan perawatan yang tepat agar dia
bisa sembuh dari penyakitnya. Kepala FBI meminta Dr. Ben Sobel untuk merawat dan
menangani Vitti secara langsung di rumahnya. Dr. Ben Sobel menolak, tetapi dengan
bujukan Kepala FBI dia mau merawat Vitti di rumahnya.

Akhirnya Paul Vitti dibawa ke rumah Dr. Ben Sobel, ternyata Paul Vitti tidak
mengalami gangguan kejiwaan, Vitti hanya berpura-pura mengalami gangguan
kejiwaan, dia melakukan itu hanya untuk bisa keluar dari penjara dan bisa
mendapatkan keamanan di rumah Dr. Sobel. Walaupun Paul Vitti tidak mengalami
gangguan jiwa, Dr. Ben Sobel masih merawat Vitti dengan tujuan untuk merubah
kepribadian Vitti menjadi lebih baik. Kemudian Dr. Ben Sobel melakukan analisa
sejarah masa kecil Vitti, ini dilakukan untuk membantu Dr. Sobel merubah
kepribadian Vitti. Setelah mengetahui sejarah masa kecil Vitti seperti cita-cita masa
kecilnya, Dr. Sobel memberikan nasehat kepada Vitti bahwa ayah Vitti ingin
menjadikan anaknya seorang pahlawan, bukan seperti ayahnya yang seorang mafia.
Setelah mendengarkan perkataan dari Dr. Sobel, Vitti mau melakukan apa saja agar
dia bisa menjadi orang baik. Dr. Sobel mencoba memberikan pekerjaan pada Vitti,
tetapi Vitti cepat berhenti, karena dia merasa bahwa pekerjaan itu tidak cocok
dengannya, karena sifat atau pikiran jahat dia timbul saat kerja.
Karena merasa tidak dapat berubah, Paul Vitti bermaksud tinggal di rumah
Jelly, teman baiknya. Tetapi Vitti dilarang pindah oleh Dr. Sobel dan dia bertanya
kenapa Vitti ingin pindah. Paul Vitti bercerita bahwa dia bermimpi buruk lagi, dimana
Dr. Ben Sobel menjadi Sigmund Freud dan Paul Vitti menjadi anak berumur 16 tahun,
dimana dia dikeroyok oleh beberapa raksasa, dia mencoba melawan raksasa tersebut.
Tetapi pedang Vitti melemas. Dia bertanya tentang arti mimpi tersebut kepada Dr. Ben
Sobel. Dr. Sobel menganalisis bahwa mimpi tersebut mempunyai arti bahwa Vitti
mengalami gangguan di seksnya. Paul Vitti mengalami depresi berat yang
menyebabkan dia selalu takut dengan keadaan, dengan alasan takut dibunuh. Dr. Ben
Sobel memberi tahu kepada Vitti tentang seorang produser film yang ingin bertemu
dengan Vitti. Setelah Vitti bertemu dengan produser film itu di restaurant, Vitti
diserang oleh seseorang yang tidak dikenal yang ingin membunuh Vitti. Tapi Vitti
selamat dan menculik orang yang ingin membunuh dia. Vitti bertanya pada orang
tersebut siapa yang menyuruhnya untuk membunuh dia. Orang tersebut berkata
bahwa Lou Si kunci yang menyuruhnya untuk membunuh dia.
Akhirnya Paul Vitti bekerja di dunia film, dia berencana untuk mencuri emas
dan mencoba untuk menyelesaikan masalahnya dengan Lou biar dia tidak dibunuh
lagi. Sewaktu Vitti memasang rencana Petti datang dan menawarkan Vitti untuk
masuk ke kelompok mafia Petti. Tetapi Vitti menolaknya, Petti memberikan syarat
padaVitti agar anak buahnya dimasukkan di dalam rencana Vitti, Vitti menyetujui

syarat tersebut, setelah Petti pergi, Lou Si kunci datang. Lou menawarkan Vitti untuk
masuk ke anggota mafianya, apabila Vitti menolak maka Vitti akan dibunuh, tetapi
Vitti tetap menolak tawaran tersebut, Sehingga Lou berjanji akan membunuh Vitti.
Vitti meminta bantuan kepada Jelly untuk memanggil teman-teman mafianya,
untuk membantu Vitti menjalankan rencana yang dibuat Vitti. Sewaktu dia mau
menjalankan rencana tersebut Dr. Sobel datang. Dr. Sobel sangat tidak menyetujui
rencana yang dibuat Vitti, tetapi Vitti tetap bersih keras untuk menjalankan rencana
tersebut. Akhirnya Dr. Sobel terpaksa ikut, karena apabila dia tidak ikut maka dia
akan dibunuh oleh anak buah Petti, karena dianggap sebagai mata-mata.
Sewaktu proses pencurian emas, Dr. Ben Sobel gelisah dan takut masuk
penjara. Dr. Ben Sobel meminta Vitti menenangkan dia dengan cara yang sama saat
Dr. Sobel menenangkan Vitti. Pada saat pencurian emas selesai, anak buah Petti
menghianati Vitti. Dia bermaksud ingin mengambil semua emas yang telah dicuri
Paul Vitti. Di saat tak terduga Dr. Ben Sobel marah, dan dia memukul anak buah Petti
tersebut sampai babak belur. Setelah orang tersubut dipukul oleh Dr. Sobel, Vitti
menaruh orang tersebut bersama temannya di mobil emas. Vitti bermaksud ingin
orang itu bersama temannya dianggap sebagai pencuri emas itu oleh polisi dan
menangkap orang itu bersama temannya.
Sebagian emas yang dicuri Vitti, diletakkan di dalam mobil boks dan mobil itu
ditaruh di bagasi mobil Lou. Hal ini bertujuan agar Lou Si kunci dimasukkan penjara
dengan alasan otak pencuri emas dengan bukti emas yang ada di dalam bagasi mobil
Lou.
Setelah rencana itu selesai Paul Vitti mengajak Dr. Ben Sobel untuk
mengadakan reuni, setelah Vitti bertemu dengan Dr. Sobel, Vitti berkata ingin
meninggalkan kehidupannya di mafia dan mencoba membuka kehidupan baru. Dr.
Sobel senang mendengarnya dan menyetujui rencana tersebut, mereka berpisah dan
mencoba membuka kehidupan baru.

Analisa Teori Klinis


Post-power syndrome, adalah gejala yang terjadi di mana penderita hidup
dalam

bayang-bayang

kebesaran

masa

lalunya

(karirnya,

kecantikannya,

ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa
memandang realita yang ada saat ini. Seperti Vitti yang merasa terganggu dengan
masa lalunya sebagai bos mafia.
Bila seorang penderita post-power syndrome dapat menemukan aktualisasi diri
yang baru, hal itu akan sangat menolong baginya. Seperti yang dilakukan Dr. Sobel
untuk mencoba menghilangkan rasa takut dibunuh oleh anggota mafia dengan
memberikan suatu pekerjaan.
Psikopat (pribadi sosiopatik, pribadi yang yang antisosial/dissosial), ialah
bentuk kekalutan mental ditandai tidak adanya pengorganisasian dan pengintegrasian
pribadi; orangnya tidak pernah bisa bertanggung jawab secara moral, selalu konflik
dengan moral sosial dan hukum (karena sepanjang hayatnya dia hidup dalam
lingkungan sosial yang abnormal dan immoral).
Vitti mempunyai sikap aneh; sering berbuat kasar, kurang ajar dan ganas buas
terhadap siapapun, tanpa sesuatu sebab. Sikapnya selalu tidak menyenangkan orang
lain dan menyakitkan hati. Sering bertingkah laku kriminil.
Vitti juga mempunyai gejala Psikoneurosa, adalah bentuk gangguan /
kekacauan / penyakit fungsional pada sistem syaraf, mencakup pula desintegrasi
sebagian dari kepribadian, khususnya terdapat berkurang atau tidak adanya kontak
antara pribadi dengan sekitar, walaupun orangnya masih memiliki wawasan/insigth.
Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku Vitti seperti:
1) Ketakutan yang terus-menerus dan sering tidak rasional.
2) Ketidakkimbangan pribadi.
3) Konflik-konflik internal yang serius; khususnya yang sudah dimulai sejak
kanak-kanak.
4) Kurang adanya usaha dan kemauan.
5) Lemahnya pertahanan-diri (memakai defence mechanism yang negatif).
6) Ada tekanan-tekanan sosial dan tekanan-tekanan kultural yang sangat kuat,
sehingga menyebabkan mental brekdown.

Psikastenia merupakan tipe psikoneurosa yang ditandai oleh reaksi-reaksi


kecemasan, dibarengi kompulsi, obsessi, dan ketegangan-ketegangan fobik (akibat
fobia). Hal ini dapat dari tingkah laku Vitti seperti: 1) ketakutan-ketakutan yang
abnormal dan tidak riil, 2) merasa dikejar-kejar, tidak tenang, merasa selalu
terganggu, penuh ketegangan, seperti mau gila(kalau malam mendapat mimpi-mimpi
yang menakutkan). 3) tingkah laku paksaan untuk berbuat sesuatu yang tidak bisa
ditahan, 4) dibarengi perasaan-perasaan bersalah dan berdosa. Merasa tidak aman dan
merasa selalu tidak mampu atau tidak bisa.

Kesimpulan
Sehat dan sakit merupakan gejala universal, terjadi sepanjang sejarah manusia
dan dikenal di semua kebudayaan. Hanya saja untuk merumuskan secara eksak tidak
mungkin

dicapai. Sehat mengandung pengertian keadaan yang sempurna secara

biopsikososial, lebih dari sekedar terbebas dari penyakit aau kecacatan. Sakit juga
mengandung makna biopsikososial yang meliputi konsep disease (berdimensi
biologis), illness (berdimensi psikologis) dan sickness (berdimensi sosiologis). Faktor
subjektif dan kultural turut menentukan konsep sehat dan sakit.
Kesehatan pada prinsipnya berada pada rentangan yang kontinum, yaitu
diantara titik yang benar-benar sakit dan titik benar-benar sehat. Kesehatan seseorang
atau masyarakat ini dapat diupayakan ditingkatkan statusnya, dari yang kurang sehat
menjadi lebih sehat, atau sebaliknya.
Orang dewasa merupakan kelompok usia yang perlu memperoleh perhatian
dari berbagai bidang keilmuan. Sehubungan dengan peningkatan status gizi dan
perawatan kesehatan, maka harapan hidup lebih lama dan dampaknya jumlah
kalangan orang dewasa dan lansia proporsinya juga meningkat. Namun demukian,
problem-problem kesehatan, khususnya kesehatan mental di kalangan mereka juga
makin kompleks.
Sejalan dengan kondisi biopsikososial, khususnya di kalangan dewasa bahwa
penurunan kemampuan organik, terjadinya kompensasi psikologis, dan penurunan
dalam hubungan sosial, maka problem di bidang kesehatan mental tidak terelakkan.
Hanya ssaja sering terjadi gangguan yang bersifat terselubung, yaitu tampak
gangguan secara fisik, tetapi sebenarnya yang terjadi adalah gangguan psikis. Karena
itu tidak mudah untuk mngetahui seberapa besar gangguan mental pada mereka ini.

Orang dewasa dan lanjut usia termasuk kelompok yang memiliki berbagai
masalah dengan kesehatan mental. Orang dewasa, yaitu yang usianya di bawah 55
tahun, banyak mengalami masalah sehubungan dengan problem keluarga dan
pekerjaan. Yang sangat banyak dihadapi oleh mereka adalah konflik-konflik keluarga,
peran sosial keluarganya, pengasuhan anak, pertanggungjawaban sosial ekonomi
keluarga, dan dunia kerja. Karena berbagai faktor yang dihadapi orang dewasa,
mereka tidak terbebaskan dari berbagai problem mental. Justru banyak sekali
gangguan-gangguan mental yang terjadi pada masa dewasa ini, misalnya gangguan
kepribadian, psikotik karena penggunaan zat, skizofrenia, dan sebagainya. Prevalansi
gangguan mental di kalangan orang dewasa berkisar antara 10-20%. Karena itu,
problem kesehatan mental di kalangan mereka juga masalah besar di bidang
kesehatan mental. Di kalangan orang lanjut usia, problem kesehatan mental juga perlu
memperoleh perhatian. Karena terjadinya penurunan relasi sosial dan peran-peran
sosial, dan kemungkinan adanya faktor genetik.
Sehubungan dengan berbagai kondisi mental itu, maka kalangan orang dewasa
perlu memperoleh perhatian khusus dalam penanganan kesehatan mentalnya.
Berbagai gangguan yang dihadapi mereka tidak cukup dilakukan pengobatan, tetapi
harus ada usaha-usaha preventif, yang dilakukan berbasis pada masyarakat. Preventif
itu untuk menghindari terjadinya resiko lebih buruk lagi di kalangan dewasa dalam
hal ini sehubungan dengan kesehatan mentalnya. Preventif dilakukan dengan
melibatkan banyak pihak, termasuk keluarganya sendiri.
Daftar Referensi :
Latipun. 2005. Kesehatan Mental Edisi Keempat. Malang. Universitas
Muhammadiyah Malang Press.
Kartono, Kartini. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual.
Bandung. Mandar Maju.
Sunberg, D. Norman, dkk. 2007. Psikologi Klinis Edisi Keempat. Yogyakarta.
Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai