DISUSUN OLEH :
NAMA
:RIDWAN
NIM/B
:1101997/2011
KODE/SESI:ELO162/42282
TRANSISTOR BIPOLAR
1.TUJUAN
1. Mengetahui cara menggunakan transistor bipolar sebagai saklar elektronik.
2. Dapat merancang rangkaian transistor bipolar pada papan Feetback.
3. Dapat menganalisa rangkaian transistor bipolar untuk mencari arus Ic dan Ib di papan
feetback.
11.TEORI
Transistor bipolar dapat difungsikan sebagai saklar elektronika dengan memanfaatkan dua
keadaan transistor yaitu keadaan saturasi (sebagai saklar tertutup) dan keadaan cut off (sebagai saklar
terbuka). Sebagai rangkuman, prinsip kerja transistor adalah arus bias base-emiter yang kecil
mengatur besar arus kolektor-emiter. Bagian penting berikutnya adalah bagaimana caranya memberi
arus bias yang tepat sehingga transistor dapat bekerja optimal.
Arus Emiter
Dari hukum Kirchhoff diketahui bahwa jumlah arus yang masuk kesatu titik akan sama jumlahnya
dengan arus yang keluar. Jika teorema tersebut diaplikasikan pada transistor, maka hukum itu
menjelaskan hubungan :
IE = IC + IB ........(1)
arus emitor
Persamanaan (1) tersebut mengatakan arus emiter I E adalah jumlah dari arus kolektor IC dengan arus
base IB. Karena arus IB sangat kecil sekali atau disebutkan IB << IC, maka dapat di nyatakan :
IE = I C
Arus kolector
Jika hukum Kirchhoff mengenai tegangan dan arus diterapkan pada loop kolektor (rangkaian CE),
maka dapat diperoleh hubungan :
VCE = VCC - ICRC
Pada saat cut off tegangan kolektor emiter sama dengan tegangan sumber kolektor dan arus basis
mendekati nol.
VCE (CUT) = VCC
IB (CUt) ~ 0
Kurva Kolektor
Sekarang sudah diketahui konsep arus base dan arus kolektor. Satu hal lain yang menarik adalah
bagaimana hubungan antara arus base IB, arus kolektor IC dan tegangan kolektor-emiter VCE. Dengan
mengunakan rangkaian-01, tegangan VBB dan VCC dapat diatur untuk memperoleh plot garis-garis
kurva kolektor. Pada gambar berikut telah diplot beberapa kurva kolektor arus IC terhadap VCE
dimana arus IB dibuat konstan.
kurva kolektor
Dari kurva ini terlihat ada beberapa region yang menunjukkan daerah kerja transistor. Pertama adalah
daerah saturasi, lalu daerah cut-off, kemudian daerah aktif dan seterusnya daerah breakdown.
Apabila terdapat rangkaian transistor sebagai saklar banyak menggunakan jenis transistor NPN, maka
ketika basis di beri tegangan tertentu. Transistor akan berada dalam kondisi ON, sedangkan besar
tegangan pada basis tergantung dari spesifikasi transistor itu sendiri. Dengan cara mengatur bias
sebuah transistor menjadi jenuh, maka seolah akan di dapat hubungan singkat antara kaki colector dan
emitor.
Terminal basis akan dengan cepat mengontrol arus yang mengalir dari colector menuju emitor. Arus
yang di hasilkan dari tegangan input akan menyebabkan transistor saturasi menjadi saklar tertutup,
akibat dari kejadian ini arus akan mengalir dari colector ke emitor. Pada saat kondisi tegangan
colector emitor mendekati 0 volt.
Sebaliknya jika tegangan transistor sebagai saklar tidak di berikan arus tegangan, maka transistor akan
berada dalam kondisi Cut off dan terminal colector emitor terputus seolah sakalar menjadi terbuka.
Akibat dari pemutusan ini arus tidak akan mengalir dari colector menuju emitor. Dalam kondisi ini
tegangan yang di hasilkan akan maksimal.
Kalau misalkan transistor di pakai hanya pada dua titik, yaitu titik putus dan titik saturasi, maka
transistor akan di pakai sebagai saklar. Daya yang di serap oleh dua titik ini sangat kecil, tetapi dalam
keadaan aktif daya yang di serap transistor akan lebih besar. Sebab pemakaian yang mana
menggunakan arus lebih besar harus di upayakan agar daerah yang di lewati aktif, sehingga transistor
tidak menjadi terlalu panas.
Untuk mencari arus basis pada keadaan resistor basis terpasang dapat dihitung dengan persamaan dan
gambar :
rangkaian-01
dimana rumus
IB = (VBB - VBE) / RB
1 Buah
2. Resistor 1 K
1 Buah
3. Resistor 2K2
1 Buah
4. Capasitor ELCO
1 Buah
5. Potensiometer
1 Buah
6. Papan FeetBack
1 Buah
7. Kabel Penghubung
Secukupnya
8. Ampermeter
2 Buah
9. Multimeter
1 Buah
V1.HASIL PENGAMATAN
A. Transistor Bipolar Untuk Tegangan VBE.
R1
= 1 K
R2
= 2k2 K
V1
= -15 Volt
V2
= +15 Volt
V3
= 0 Volt
NO
VBE(VOLT)
Ic
Ib
Ie
Ic/Ib
Ic/Ie
0.1
0 UA
5 UA
5 UA
0 UA
0 UA
0.2
0 UA
11 UA
11 UA
0 UA
0 UA
0.3
0 UA
13 UA
13 UA
0 UA
0 UA
0.4
8 UA
18 UA
26 UA
0.5 UA
0.31 UA
0.5
38 UA
22 UA
58 UA
1.636 UA
0.621 UA
0.6
2.8 mA
28 mA
30.8 mA
0.1 mA
0.091 mA
= 10 K
= 2k2
V1
= +5 Volt
V2
= 0 Volt
IB
= 2 mA
Ic
= 2.1 mA
NO
VCE(VOLT)
Ic UA
Ib UA
Ie UA
Ic/Ib UA
Ic/Ie UA
0.5
10
15
0.5
0.333
0.5
20
14
34
0.7
0.412
0.5
30
24
54
0.8
0.44
0.5
35
28
63
0.8
0.44
0.5
38
32
70
1.188
0.543
V1I.ANALISIS DATA
A. Transistor Bipolar Untuk Tegangan VBE.
1. Dik : Vbe = 0.1 volt
Ic = 0UA
Ic = 0 UA
Ib = 5 UA
Ib = 11 UA
Maka Ie = Ib + Ic
Maka Ie = Ib + Ic
Ic/Ib
=5+0
= 11 + 0
= 5 UA
= 11 UA
= 0/5 UA
Ic/Ib
= 0 UA
Ic/Ie
Ic/Ie
= O UA
= O UA
Ib = 13 UA
Ib = 18 UA
Maka Ie = Ib + Ic
= 13 + 0
= 18 + 8
= 13 UA
= 26 UA
= 0/13 UA
Ic/Ib
= 0 UA
Ic/Ie
= 0/13 UA
Ic/Ie
= 8/26 UA
= 0.31 UA
Ic = 36 UA
Ic = 2.8 mA
Ib = 22 UA
Ib = 28 mA
Maka Ie = Ib + Ic
Maka Ie = Ib + Ic
= 22 + 36
= 28 +2. 8
= 58 UA
= 30.8 mA
= 36/22 UA
Ic/Ib
= 1.636 UA
Ic/Ie
= 8/18 UA
= 0.5 UA
= O UA
Ic/Ib
= 0/11 UA
Ic = 0 UA
Maka Ie = Ib + Ic
Ic/Ib
= 0 UA
= 0/5 UA
= 0/11 UA
= 36/58 UA
= O.621 UA
= 2.8/28 mA
= 0.1 mA
Ic/Ie
= 2.8/30.8 mA
= 0.091 mA
Ic = 20 UA
Ib = 10 UA
Ib = 14 UA
Maka Ie = Ib + Ic
Ic/Ib
Maka Ie = Ib + Ic
= 10 + 5
= 20 + 14
= 15 UA
= 34 UA
= 5/10 UA
Ic/Ib
= 0.5 UA
Ic/Ie
= 5/15 UA
= 0.7 UA
Ic/Ie
= 0.333 UA
= 0.412 UA
Ib = 30 UA
Ib = 35 UA
Maka Ie = Ib + Ic
= 30 + 24
= 35 +2 8
= 54 UA
= 63 UA
= 24/30 UA
Ic/Ib
= 0.8 UA
Ic/Ie
= 14/34 UA
Ic = 24 UA
Maka Ie = Ib + Ic
Ic/Ib
= 14/20 UA
= 24/54 UA
= 0.44 UA
= 28/35 UA
= 0.8 UA
Ic/Ie
= 28/63 UA
= 0.44 UA
Ic/Ib
= 30/32 UA
= 1.188 UA
Ic/Ie
= 38/70 UA
= 0.543 UA
VI11.KESIMPULAN