: Ny. S
: Perempuan
: 77 tahun
: 2 April 2015
: Compos mentis
: Tidak diketahui
: Tidak diketahui
: 205/108 mmHg
: 102 x/menit
: 28 x/menit
: 37 C
7) Lidah
8) Dasar Mulut
9) Hubungan Rahang
10) Gigi
: normal
: normal
: normal
: impaksi
Sisa radiks
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan foto rontgen panoramik
6. Diagnosis
Gigi 47 gangren pulpa dengan abses disertai trismus
7. Rencana Perawatan
a. Medikamentosa
R/ Amoxicillin tab mg 500 no XI
3 d.d. tab 1 p.c.
R/ Asam Mefenamat tab mg 500 no XI
3 d.d. tab 1 p.c.
R/ Metronidazole tab mg 500 no XI
3 d.d. tab 1 p.c.
R/ Metyl Prednisolone tab mg 4 no XI
3 d.d. tab 1 p.c.
b. Pro insisi drainase
c. Pro ektraksi gigi penyebab, fokal infeksi
d. Pro medikamentosa post insisi drainase
8. Edukasi
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
b. Menjelaskan rencana perawatan yang akan dilakukan
c. Menjelaskan mengenai pentingnya perawatan yang harus dilakukan
d. Menjelaskan resiko kemungkinan yang dapat terjadi setelah perawatan
e. Edukasi menjaga kebersihan dan kontrol 1 minggu setelah insisi drainase
9. Prognosis
Prognosis dari rencana perawatan ini adalah buruk karena pasien kurang
kooperatif.
B. Kunjungan Kedua
1. Pemeriksaan Umum
a. Kondisi Pasien
b. Berat Badan
c. Tinggi Badan
d. Tekanan Darah
e. Nadi
f. Nafas
g. Suhu
2. Pemeriksaan Subyektif
: 6 April 2015
: Compos mentis
: Tidak diketahui
: Tidak diketahui
: 182/98 mmHg
: 109 x/menit
: 28 x/menit
: 37 C
Sisa akar
4. Rencana perawatan
a) Medikamentosa
4
C. Pembahasan
1. Pengertian Abses
Abses adalah daerah jaringan yang terbentuk dimana didalamnya terdapat
nanah yang terbentuk sebagai usaha untuk melawan aktivitas bakteri
berbahaya yang menyebabkan infeksi. Sistem imun mengirim sel darah putih
untuk melawan bakteri sehingga terbentuklah nanah atau pus yang
mengandung sel darah putih yang masih aktiv ataupun sudah mati serta enzim.
Abses dapat terbentuk pada seluruh bagian di dalam tubuh, khususnya rongga
mulut, bakeri dapat masuk dengan beberapa jalan, yakni melalui luka trauma
yang terluka, lubang karies maupun poket atau ginggiva yang terbuka.
Abses dentoalveolar yaitu kantung berisi nanah di dalam jaringan sekitar
akar gigi. Pada pemeriksaan radiologi, akan tampak gambaran radioluscent
berbatas difus di periapikal. Ditandai dengan adanya pelebaran membran
periodontal di daerah periapikal sebagai akibat dari peradangan singkat, dapat
juga menyebabkan demineralisasi dari tulang alveolar dan sekitarnya sehingga
terlihat gambaran radiolusen yang meluas disekitar apeks dengan batas yang
difus. Lamina dura di daerah apeks gigi terputus. Terlihat adanya pelebaran
membran periodontal. Apabila abses ini cukup lama, maka akan terlihat
adanya residual dari ujung apeks gigi (Topazian, 2002).
2. Epidemiologi
5
Abses tidak terkait dengan ras maupun jenis kelamin, baik perempuan
maupun laki-laki memiliki kesempatan yang sama. Abses dental jarang terjadi
pada bayi karena abses tidak terbentuk sampai erupsi gigi. Pada anak-anak,
abses periapikal merupakan abses dental yang paling sering terjadi. Hal ini
terjadi karena lapisan enamelnya yang masih tipis, dan suplai darah gigi susu
lebih banyak. Pada orang dewasa, abses periodontal lebih sering terjadi
dibandingkan abses periapikal.
3. Etiologi
a. Pulpitis
b. Pasien dengan imunitas yang rendah
c. Ginggivitis
d. Infeksi postrauma atau infeksi infeksi postoperatif
4. Gambaran Klinis
a. Terjadi pembengkakan, jika sudah kronis sakitnya sekitar 4-5 hari
b. Mempunyai batas yang tidak jelas, jika kronis bisa sampai subkutan
c. Nyeri lokal yang berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari
d. Gigi sensitif terhadap panas dan dingin
e. Demam
f. Pada ginggiva ditemukan adanya perdarahan, pembengkakan, panas dan
kemerahan
g. Terdapat kegoyangan gigi
h. Pembengkakan kelenjar limfa di sekitar leher
i. Infeksi serius seperti trismus, disphagia, dan gangguan pernafasan
5. Gambaran radiologi
Pada pemeriksaan rontgen akan tampak gambaran radiolusen berbatas
difus di periapikal. Ditandai dengan adanya pelebaran membran periodontal di
daerah periapikal sebagai akibat dari suatu peradangan. Dalam waktu singkat
dapat juga menyebabkan demineralisasi dari tulang alveolar dan sekitarnya
sehingga terlihat gambaran radiolusen yang meluas di sekitar apeks dengan
batas yang difus.
Lamina dura di daerah apeks gigi terputus. Terlihat adanya pelebaran
membran periodontal. Apabila abses ini cukup lama maka akan terlihat
adanya residual dari ujung apeks gigi.
6. Jenis- Jenis Abses
Abses dentoalveolar dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu (Newman, 2006):
a. Abses submukosa
1) Pengertian
6
a. Osteomielitis
b. Sinusitis maksilaris
c. Kista sekitar apeks gigi
d. Ludwigs angina
e. Trismus
9. Patofisiologi terjadinya trismus karena abses
Trismus merupakan keadaan terbatasnya membuka mulut akibat adanya
kontraksi tonik dari otot mastikasi. Trismus disebabkan oleh beberapa hal baik
trauma maupun infeksi odontogenik. Infeksi odontogenik yang dapat
menimbulkan trismus, salahsatunya berasal dari abses.
10
Kasus ini menunjukan pasien wanita dengan abses pada gigi 47 yang disertai
dengan adanya trismus. Pada awalnya dilakukan pengobatan trismus, lalu pasien
kontrol kembali seminggu kemudian dengan keluhan masih sedikit kaku untuk
membuka mulut dan disertai rasa nyeri. Sikap pasien non-kooperatif sehingga
menyulitkan untuk dilakukan perawatan, pasien tidak mau dirawat inap.
Abses gigi merupakan suatu radang supuratif di dalam tubuh yang berisi pus,
terjadi karena hancurnya jaringan, biasanya disebabkan oleh kuman-kuman
piogenik. Abses gigi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu virulensi bakteri,
ketahanan jaringan dan perlekatan otot. Abses gigi biasanya terjadi sebagai akibat
dari gigi tidak diobati sehingga memungkinkan bakteri masuk ke bagian dalam
gigi. Tanda dan gejala dari abses ini berupa adanya rasa nyeri, pembengkakan,
kemerahan dan fluktuasi. Jika abses tidak segera ditangani, maka akan
menimbulkan masalah yang lebih besar seperti selulitis, kista maupun
osteomielitis. Penanganan yang terbaik untuk abses berupa insisi drainase,
trepanasi/ cabut gigi yang terinfeksi. Jika memungkinkan, gigi yang terinfeksi
tersebut dapat dilakukan perawatan saluran akar untuk mempertahankan gigi
tersebut di dalam rongga mulut.
DAFTAR PUSTAKA
Newman. MG., Takei,HH., Caranza, FA. 2002. Carranzas Clinical Periodontology.
9th edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Newman. MG., Takei,HH., Caranza, FA. 2006. Carranzas Clinical Periodontology.
9th edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Topazian, R.G and Golberg, M.H., 2002. Oral and Maxillofacial Infection. WB
Saunders. Philadephia.
10