Lacan Teori PDF
Lacan Teori PDF
lama.
Bahkan formasi ego melibatkan hasrat, kehilangan yang dicintai
adalah pengalaman yang menyakitkan, sehingga sebentuk ego
mesti dibentuk lewat identifikasi dan inkorporasi. Identifikasi
adalah proses dimana individu menginternalisasi atribut orang lain
dan mentransformasinya lewat imajinasi tak sadar, identifikasi ini
kemudian menjadi bagian dari individu melalui inkorporasi:
pengambilan objek sebagian atau seluruhnya untuk menyusun
basis dari ego.
Identifikasi dan inkorporasi berakar dari hasrat untuk memiliki
identitas, sesuatu yang goyah setelah lepasnya individu dari yang
dicintai. Sebagai mana yang dikatakan freud, dengan mengungsi
ke ego, cinta terhindar dari anihilasi, identitas dirajut menjadi
kesatuan yang utuh lewat pemungutan dan pengambilalihan
bagian tertentu dari objek lewat tindak fantasi. Akibatnya, subyek
kartesian yang sadar diri menjadi ilusif, subyek Cartesian adalah
bangunan yang dibuat lewat mekanisme tak sadar dari fantasi,
imajinasi, dan hasrat. Hal inilah yang membuat pembacaan modrn
freud bermasalah, bagaimana ego mengendalikan hasrat,
sementara ego tercipta dari hasrat..
Persoalan ini akhrinya diperuncing oleh para Neo Freudian prancis
Lacan, salah satu neofreudian garda depan prancis, membongkar
kerapuhan ego yang terlalu diagung- agungkan para penganut
psikologi ego. Lacan menolak ego sebagai sumber kekuatan
psikologis, bahkan menekankan ketergantungan ego pada hasrathasrat yang menginfiltrasinya dari medan social. Ego menurutnya
tidak mampu membedakan hasratnya dan hasrat orang lain, serta
cenderung kehilangan dirinya dalam samudra objek-objek
(manusia dan citraan).
Objek identifikasi yang pertama adalah citraan sang anak
sebagaimana terpantul dicermin, anak yang sesungguhnya masih
fragmentaris, dependen, dan tak terkoordinasi mempersepsi
dirinya diceermin sebagai subyek Cartesian yang berkesatuan.
Hasrat untuk memiliki identitas mendorong sang anak untuk
mempersepsi citraan dicermin sebagai dirinya, ini menurut lacan
adalah momen primordial pembentukan ego. Momen yang
menurutnya akan terus bekerja dalam rentang hidup manusia.
Manusia memiliki deminsi imajiner dalam hidup psikisnya yaitu
kecenderungan untuk mengidentifikasi diri dengan diri-diri ideal.
Individu menurut lacan, tidak hanya kehilangan kejernihan atas
perbedaannya dengan yang lain, tetapi juga mencampur adukan
antara hasratnya dan hasrat orang lain. Dan melalui identifikasi
imajiner, dengan orang lain, menghasrati dirinya dengan hasrat
Karya Tersulit Lacan, Ecrits, The Function And Field Of Speech And
Language In Psychoanalysis
The Function And Field Of Speech And Language In Psychoanalysis
Oleh Adam Azano Satrio, 0906522861
Narasi
Pengantar
Jika kita mempelajari Lacan maka ada sebuah ajaran utama yang
selalu akan kita pegang secara kuat, yaitu permasalahan simbol. Simbol
bagi Lacan merupakan salah satu cara agar semua teorinya bisa menjadi
satu. Dimana Lacan dalam tulisan ini ,the function and field of
speech and language in psychoanalysis, membagi tulisannya menjadi
sebuah pendahuluan dan tiga bab. Tulisannya ini berfokus pada
permasalahan Speech dan Language dalam permasalahannya dalam
psikoanalisa.
Dalam pendahuluannya Lacan memulai dengan membagi
permasalahan dalam suatu pengerjaan psikoanalisa menjadi tiga hal, yaitu
bagaimana imaginasi itu bekerja dan disusun dalam kajian psikoanalisa
dan kemudian diinterpretasi, lalu konsep tentang libidinal object relation
which, dengan cara menggabungkan hal yang baru tentang psikoanalisa
dengan fenomenologi, dan yang terakhir adalah kemampuan seorang
psikoanalisis tersebut untuk menganalisa. Dalam kajian psikoanalisa
Lacan memperhatikan tentang bagaimana metode yang cocok untuk
menganalisa psikologi manusia. Lalu Lacan menjelaskan bahwa teori
yang dibuat oleh Freud harus dikembangkan karena teori tersebut telah
usang dan harus diubah.
Empty Speech And Full Speech In The Psychoanalytic Realization Of
The Subject
dengan
cara
Sumber;
http://ruangkosongadam.blogspot.com/2011/12/draft-lacan-uas.html
apakah itu subjeck unconscious? Kita harus merefleksikannya sejenak dengan teks
Kierkegaard tentang perbedaan jenius dengan utusan tuhan. Dimana jenius
didefinisikan sebagai individu yang mampu mengekspresikan serta meng
artikulasikan sesuatu dalam dirinya yang melebihi dirinya sendiri dalam menjelaskan
substansi spiritualnya. Sedangkan utusan tuhan subsansi dalam dirinya tidak pernah
menjadi suatu persoalan. Sebab utusan tuhan memiliki tugas formal untuk untuk
menjadi saksi suatu Truth yang berada diluar dirinya yang transenden. Lacan
mencontohkan utusan tuhan dengan seorang diplomat yang harus mereprenstasikan
negaranya. Dapat maka lacan menyimpulkan subjek yang tidak berkesadaran yang
dikatakan oleh freud sama dengan utusan tuhan yang dicirikan oleh Kierkegaard.
Pada saat sang subjek merasakan truth dikatakan oleh lacan, tubuh tersebut
telah di rubah menjadi sebuah medium terhadap truth tersebut, dan berada dalam
realitas yang tercampur aduk, sesuai dengan pernyataan Kierkegaard tentang utusan
tuhan. Zizek kemudian menyambungkan permasalahan tersebut dengan pernyataan
stalin saat berada dalam pemakaman lenin, we communist, are not like other people.
We are made of a special stuff Special stuff ini diartikan oleh zizek sebagai contoh
nyata perubahan dari the body menjadi the body of truth secara komunal.
Sumber;
Oleh Adam Azano Satrio ,
http://ruangkosongadam.blogspot.com/search/label/zizek
A. Pendahuluan
Contoh karya sastra yang dapat dikategorikan sebagai interpretative
literaturetampaknya terwakili oleh dua novel Asia, yaitu karya
Kenzaburo Oe (Jepang) yang berjudul Manen Gannen no
Futtoboru (Jeritan Lirih) dan karya Jhumpa Lahiri (India) yang
berjudul The Namesake. Novel pertama dipuji karena mampu
mengurai hubungan manusia di dunia yang sulit dan menilik secara
rinci apa yang dialami para tokohnya. Usaha penyelesaian
permasalahan pribadi tiap tokoh dan permasalahan hubungan antar
tokoh yang dihubungkan dengan permasalahan komunal lingkungan
kampung halaman mereka, yaitu di kawasan lembah di Shikoku,
Jepang. Diantaranya, Oe juga menyinggung perubahan budaya yang
terjadi di Jepang dan kemerosotan harga diri di dalam
masyarakatnya. Tergambar dalam novel ini timbulnya benih-benih
kemarahan dan pemberontakan akibat ketidakmampuan berbuat
pada kenyataan yang terjadi. Selebihnya, Oe menampilkan
kesemuanya itu dalam ritme dan adonan kata-kata yang rinci
memukau dalam menggambarkannya.
Melalui novel kedua, kehidupan keluarga imigran India di AS
digambarkan secara apik dengan gaya mengalir begitu saja.
Diceritakan walau sudah tinggal dan menetap sekian lama di
Amerika mereka tetap melakukan ritual sehari-hari yang biasa
Pada fase ini bayi belum mengenal bahasa dan belum dapat
membedakan antara diri dengan yang liyan (yang lain): bayi masih
merasakan bahwa dirinya dan seluruh yang liyan merupakan satu
kesatuan. Fase kebutuhan (need) ini berdiam dalam Yang Nyata
yang merupakan fase sebelum pikiran.
2. Yang Imajiner (the Imaginary)
Ketika bayi mulai dapat membedakan dirinya dengan yang selain
dirinya meskipun pada fase awal ini bayi tetaplah belum memiliki
konsep tentang yang liyan secara utuh; bayi belum memiliki
kemampuan membedakan secara biner antara diri dan liyan, bayi
mulai memasuki tahapan baru, yakni permintaan (demand).
Permintaan adalah sesuatu yang tidak dapat atau tidak mungkin
terpenuhi. Itulah esensi utama dari permintaan; kembali pada
keutuhan. Hal tersebut tentulah mustahil, karena perlahan keliyanan
semakin menunjukkan diri dihadapan sang bayi. Bayi akhirnya
memulai fase Yang Imajiner.
Dalam Yang Imajiner terjadi fase cermin (the mirror stage). Bayi
suatu ketika akan menyaksikan bayangan dirinya dalam cermin.
Bayangan tersebut, oleh bayi, dikonfrontir dengan keberadaan yang
lain seperti ibu atau pengasuh lainnya. Bayi akan melihat citra dalam
cermin kemudian melihat ke arah yang lain. Saat itulah bayi mulai
menyadari bahwa dirinya adalah eksis dan terpisah dari yang lain,
bahkan ibu. Itulah Individuasi. Tapi bayi mengira dirinya yang berada
dalam cermin adalah benar-benar dirinya. Citra tersebutlah yang
akhirnya diakui sebagai aku atau ego. Jadi, ego terbentuk dari
kesalahan mempersepsi citra cerminal sebagai aku. Citra tersebut
dalam bahasa psikoanalisa disebut sebagai ego ideal. Sebagai citra
cerminal, ego ideal tidak akan pernah cocok dengan keadaan
individu yang sebenarnya. Ego tidak lain adalah konsep imajiner
tentang diri yang utuh, sempurna, nir-kekurangan dan tanpa
keyakinan adanya kekurangan di dalamnya. Ego atau aku tersebut
akan menjadi selalu liyan, tidak setara dengan bahkan bukan aku
yang sebenarnya.[8]
Pembentukan citra yang salah pada fase cermin merupakan
alieniasi. Alieniasi dalam konsep Lacan selalu melibatkan dua arus
berbeda, bayi dan liyan. Bayi adalah yang selalu kalah. Alienasi
pertama bayi manusia adalah ketika terjadi kesalahan mempersepsi
diri yang menempatkannya sebagai yang liyan bagi dirinya sendiri.
3. Yang Simbolik (the Symbolic)
Ketika bayi semakin dapat melakukan pembedaan dan proyeksi ideide tentang keliyanan, tataran Yang Simbolik dimulai. Bersamaan
dengan itu terjadilah akuisisi bahasa. Yang Simbolik adalah
keberadaan aku dalam struktur bahasa. Keadaan dimana aku
dinyatakan melalui bahasa. Hanya saja keberadaan antara Yang
Imajiner dan Yang Simbolik tidak memiliki batas yang jelas.
Keduanya saling tumpang tindih. Di dalam tataran inilah hasrat
(desire) berdiam.
Menurut Lacan manusia selalu berada dalam kondisi lack /
berkekurangan, dan hanya hasrat yang dapat memenuhi kekurangan
(lackness) tersebut. Hasrat (desire) pada dasarnya merupakan
keinginan akan kepemilikan identitas. Pada tataran simbolik bayi
berkeinginan untuk memiliki identitas lengkap yang disebut aku.
Ketika masuk ke dalam dunia bahasa, bayi, mau tidak mau harus
tunduk pada aturan sistem penandaan di ruang bahasa. Tetapi,
sebuah penanda tidak serta merta menunjuk petanda tertentu,
melainkan penanda yang lain. Penanda ibu tidak semata
menunjukkan adanya ibu -sebagai petanda- melainkan secara
berbeda menunjuk adanya yang lain. Hasilnya, identitas hanyalah
kesemuan yang disebabkan adanya efek penandaan; identitas
adalah karya penandan. Mengenai kekurangan (lack) , secara
eksistensial manusia dikendalikan oleh pelbagai rasa kehilangan dan
kekurangan. Kehidupan manusia bagai ajang pencarian pemenuhan
akan sesuatu yang kurang. Kekurangan dalam makna yang
eksistensial ini tentu tidak akan pernah menjadi penuh atau dapat
terpenuhi. Lacan menegaskan bahwa tidak mungkin kembali pada
Yang Nyata. Hal ini sangatlah wajar dengan mengingat sumber rasa
kekurangan pada manusia. Sumber kekurangan adalah kehilangan
kepenuhan dalam tataran Yang Real, sementara didalamnya tidak
berdiam bahasa yang mungkin digunakan untuk mengenali
kepenuhan tersebut. Bahasa yang muncul setelahnya, tidak dapat
menjangkau ruang Yang Real, sehingga manusia dengan bahasa
seperti mengejar kepenuhan yang tidak dikenali sama sekali.
D. Hasrat dalam Psikoanalisis Lacan
Apa yang sesungguhnya menggairahkan kehidupan ini? Lacan
menjawab dengan yakin: hasrat.[9] Yang pertama-tama harus
dipahami ketika berhubungan dengan hasrat adalah hasrat terhadap
Liyan. Liyan senantiasa menopang kekurangan yang tiada akhir.
liyan muncul pertama kali di fase imajiner. Ide tentang diri, wujud
batin yang ditandai sebagaiAku adalah liyan. liyan adalah bukan
aku tetapi sekaligus (diaku sebagai)aku. liyan menghubungkan
kembali keterpisahan dengan Yang Nyata. Sedangkan Liyan
Aku mulai menutup pintu karena aku tidak sanggup melihat Taka
melakukannya. Dia menolehkan kepalanya kepadaku dan berkata,
Besok, beritahu Mitsu semua yang kau lihat ini. Suaranya sangat
nyaring . (Oe, 2004:260).
Penanda berpengaruh dimunculkan lewat petanda tindakan Takashi
menjadi pemimpin para pemuda. Menjadi berpengaruh adalah salah
satu syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, bukan?
Saudaramu benar-benar seorang pemimpin, Mitsusaburo. (Oe,
2004:160)
Penanda merusak kemapanan ditunjukkan oleh petanda tindakan
Takashi dalam menciptakan suasana tidak tentram di masyarakat
lembah mengenai ide menghancurkan Kaisar dan bisnisnya yaitu
dengan menjual rumah gudang dan melakukan penjarahan super
market. Di samping itu petanda lain yaitu dengan meniduri kakak
iparnya. Ini artinya ia telah merusak kemapanan kehidupan rumah
tangga Mitsusaburo dan Natsumi dalam masalah seks. Mitsusaburo
sudah merasa bahwa dirinya dan Natsumi sama-sama memahami
kehidupan seksual mereka setelah memperoleh anak yang cacat.
Kemudian penanda berani mati dimunculkan lewat petanda tindakan
bunuh diri.
Kekaguman Takashi terhadap adik kakek buyutnya (ada dalam Yang
real) melahirkan suatu hasrat menjadi yang melahirkan perilaku
narsis dalam dirinya. Hal ini terlihat bagaimana Takashi
memperlihatkan eksistensi dirinya lewat gaya hidupnya yang
menyamai sang idola. Dengan demikian penanda utama
pemberontak atau pemberontakan melekat erat dalam ego Takashi
yang direpresentasikan melalui petanda-petanda. Petanda-petanda
tersebut ada yang dialihkan sehingga menjadi penanda alih yang
akhirnya diikuti oleh petanda-petanda lain dalam hubungan
paradigmatik (ada dalam tataran Yang Simbolik) dan sintagmatik
(ada dalam tataran yang Imajiner) yang terwakili oleh konsep
metaforik dan metonimi.
b. Takashi sebagai Pemberontak
Dalam cerita klasik Huckleberry Finn, dikisahkan Finn yang harus
menjadi anggota gang-nya Tom Sawyer apabila tidak ingin sekolah.
Tom Sawyer sebagai pemimpin geng itu memiliki aturan, ini dan itu
dan lainnya yang mengharuskan semua anggotanya harus
menerima dan menyetujuinya. Hal serupa ditunjukkan pula oleh
terbangun pada jam tiga pagi, pusing akibat mabuk, si gadis sudah
lenyap dari amar itu, dan ia juga tidak ingat nama gadis itu.
(Lahiri, 2006:125)
Akhirnya, ia memperkuat ke-Amerikaannya dengan samen
laven (kumpul kebo) dengan Maxine dalam waktu yang cukup lama.
Sebagian orang Amerika tidak mempermasalahkan hidup bersama
tanpa adanya ikatan pernikahan.
Petanda alih bersikap dan bercara hidup, bergaul, dan berpikir ala
Amerika oleh Gogol akan memberi keleluasaan bagi Gogol untuk
meraih hasratnya menjadi orang Amerika.
Hubungan penanda ke-Amerikaan dan petanda bersikap dan
bercara hidup, bergaul, dan berpikir ala Amerika dapat dipahami
dalam tataran Yang Simbolik, yaitu melalui hubungan paradigmatik
dengan konsep metafora.
Citraan Gogol Amerika adalah hasil identifikasi dalam tataran Yang
Imajiner yang kemudian mengalami represi. Dalam tataran Yang
Simbolik citraan tersebut dialihkan ke petanda aksi penggantian
nama. Ini merupakan simbol/metafor dari hasil identifikasi tokoh
citraan Gogol Amerika bagi Gogol yang India.
Bagi Gogol, istilah atau nama Gogol merupakan metafor yang
menyimbolkan ketidakseriusan, ketidakberuntungan atau keanehan
atas pemberian nama bagi orang tua kepada anaknya.
Aku tidak mengerti. Bisa-bisanya kalian memberiku nama yang
sama dengan nama orang yang begitu aneh! Tidak ada orang yang
menganggapku serius, kata Gogol.
Siapa? Siapa yang tidak menganggapmu serius? tanya ayahnya,
berhenti makan dan menengadah menatapnya. (Lahiri, 2006:119)
Sedangkan bagi ayahnya, Gogol adalah metafor dari keberuntungan
dalam hidup. Bagi Ashoke, ayah Gogol, nama Gogol adalah nama
yang sangat bermakna karena hubungannya dengan penyelamatan
nyawanya dalam sebuah kecelakaan kereta api. Ia mengabadikan
nama itu dengan memberikannya pada anaknya agar ia selalu ingat
akan kejadian di waktu itu. Bahkan Ashima, ibu Gogol
melambangkan nama Gogol sebagai nyawa anak sekaligus
suaminya (Lahiri, 2006:41). Hanya saja Gogol tidak peduli akan latar
belakang pemberian nama tersebut kepadanya.
[2] Lihat Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian
Sastra dari Strukturalisme hingga Postrukturalisme Perspektif
Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004.
[3] Ibid.
[4] Lihat makalah Parisa Dashtipour yang berjudul Contested
Indentities: Using Lacanian Psychoanalysis to Explore and Develop
Social Identity Theory di http://www.discourseunit.com/arcp/7.htm
[5] Mengenai dehumanisasi, Nietsche mencurigai ada sesuatu dibalik
rasionalitas yang di puja: hasrat untuk berkuasa. Tidak ada lagi
dasar teriak Nietzsche. Nietzsche membangunkan kembali hasrat
yang selama ini dikubur dalam-dalam oleh subyek Cartesian
(lihat psikoanalisis Sigmund Freud) dan psikoanalisa dikatakan
melemahkan kekuatan pemikiran Barat dan mempercepat terjadinya
krisis ego cognito.
[6] Menurut Freud, diri manusia tersusun dari tiga dasar diri yaitu Id,
Ego, dan Superego. Id adalah naluri bawaan, ketaksadaran yang
chaos, liar, tak terkendali. Egodatang buat mendisiplinkan Id. Prinsipprinsip kesenangan, dorongan-dorongan naluri diatur, diseleksi,
dikontrol, dengan kata lain direpresi. Disini kesadaran mulai
menjalankan tugasnya dan akhirnya menjamin kesatuan kepribadian.
Sedangkan superego berfungsi menginternalisasikan perintah dan
larangan dari dunia luar, diolah, dan kemudian dieksternalisaikan.
Mengubah aturan-aturan yang awalnya asing menjadi seolah berasal
dari subyek merupakan tugas utama Superego.
[7] lihat Sarup, Madan. 1993. Panduan Pengantar untuk Memahami
Poststrukturalisme dan Posmodernisme. Terjemahan dari An
Introductory Guide to Post-Structuralism and Postmodernism oleh
Medhy Aginta Hidayat. Yogyakarta: Penerbit Jalasutra. hal. 31-33
[8] Lacan menggunakan istilah kata liyan (other) dalam berbagai
bentuk yang berbeda dan ini menyulitkan penulis untuk memahami
makna kata tersebut. Bagi penulis, cara termudah memahami liyan
adalah sesuatu yang selain aku. Tetapi, dalam tahapan cermin liyan
dapat menjadi aku. Citra dalam cermin adalah selain aku yang
diperkenalkan sebagai aku. Liyan sebagai aku disebut liyan (huruf o
kecil (dari kata other)) yang berbeda dengan Liyan (huruf O besar)
yang berarti liyan-liyan selain aku yang liyan. Liyan (huruf O besar)
dapat berarti ibu, ayah, atau yang lain yang ada di
luarliyan. Lihat Benvenuto, Bice dan Roger Kennedy. The Works of