Anda di halaman 1dari 3

Salah satu fungsi korpus kalosum dan komisura anterior adalah membuat informasi yang

disimpan dalam korteks salah satu hemifer berlaku juga bagi area kortikal hemisfer sisi
lainnya yang sesuai. Dari kerja sama antara kedua hemisfer ini ada tiga contoh penting
1. Pemotongan korpus kalosum menghambat pemindahan informasi dari area
Wernicke hemisfer dominan ke korteks motorik otak sisi lainnya. Oleh karena itu,
fungsi intelektual area Wernicke, yang terletak di hemisfer kiri, kehilangan
pengaturannya pada korteks motorik kanan yang memulai fungsi motorik voluntar
tangan kiri dan lengan, walaupun gerakkan bawah sadar yang biasa dari tangan kri
dan lengan masih normal.
2. Pemotongan korpus kalosum mencegah pemindahan informasi somatick dan visual
dari hemisfer kanan ke area Wernicke pada hemisfer kiri yang dominan. Oleh karena
itu, informasi somatik dan visual dari sisi kiri tubuh seringkali gagal mencapai area
interpretasi umum otak ini, sehingga tidak dapat digunakan untuk membuat
keputusan.
3. Orang yang seluruh korpus kalosumnya dipotong mempunyai dua bagian sadar dari
otak yang sepenuhnya terpisah. Sebagai contoh, seorang remaja laki-laki yang
korpus kalosumnya terpotong, hanya otak bagian kiri yang dapat mengerti kata-kata
yang diucapkan dan ditulis, sebab otak bagian kiri merupakan hemisfer dominan.
Sebaliknya otak sisi kanan masih dapat mengerti kata-kata yang tertulis tetapi tidak
mengerti kata-kata yang diucapkan. Selanjutnya korteks kanan dapat menimbulkan
respon aksi motorik untuk kata-kata yang tertulis tanpa korteks kiri pernah
mengetahui terjadi respon.
Pada fungsi otak dan kiri pada umumnya dijelaskan secara menyeluruh yaitu area
asosiasi disebut area-area yang menerima dan menganalisis sinyal-sinyal secara
bersamaan dan berbagai region, baik dari korteks motoric maupun korteks sensorik,
demikian juga dari struktur-struktur subkortikal. Ternyata area asosiasiini memiliki fungsi
khusus sendiri. Area asosiasi yang paling penting adalah sebagai berikut
1. Area asosiasi parieto-oksipitotemporal :
a. Analisis terhadap keserasian spasial tubuh yaitu pada area ini menerima
informasi sensoris penglihatan dari korteks oksipitalis posterior dan secara
bersamaan juga informasi somatosensoris dari korteks parietalis anterior. Dari
informasi ini, area tersebut menghitung koordinasi penglihatan, pendengaran,
dan sekeliling tubuh.
b. Area untuk pemahaman bahasa, ini adalah region yang paling penting di seluruh
otak untuk fungsi intelektual yang lebih tinggi karena hamper semuanya
didasarkan pada bahasa

c. Area untuk melakukan proses awal bahasa penglihatan (membaca), girus yang
dinamakan girus angularis diperlukan untuk mengartikan kata-kata yang diterima
secara visual. Bila daerah ini tidak ada, seseorang masih dapat memiliki
pemahaman bahasa yang sangat baik dengan cara mendengar, tetapi tidak
dengan cara membaca.
d. Area untuk penamaan objek, didaerah paling lateral lobus oksipitalis anterior dan
lobus temporalis terdapat area untuk memberi nama suatu objek. Nama-nama ini
terutama dipelajari melalui input pendengaran, sedangkan sifat fisik suatu objek
dipelajari terutama melalui input visual.
2. Area asosiasi prefrontal : korteks prefrontal menerima banyak informasi sensorik
yang belum di analisis, khususnya informasi mengenal keserasian tubuh secara
spasial yang diperlukian untuk merencanakan gerakan-gerakan yang efektif. Area
asosiasi prefrontal juga penting untuk melakukan proses berpikir dalam benak
pikiran. Kemampuan untuk memproses informasi nonmotorik dan motorik dari
daerah yang luas pada otak, sehigga dapat menghasilkan tipe pemikiran nonmotorik
seperti juga tipe motorik.
3. Area asosiasi limbik :secara primer berhubungan dengan tingkah laku emosi, dan
motivasi. Korteks limbrik adalah bagian dari system yang sangat luas, yaitu system
limbik yang meliputi rangkaian kompleks dari struktur neuron di region midbasal otak.
System limbik ini menghasilkan banyak sekali pengaturan emosi untuk mengaktifkan
area otak lain ke dalam suatu aksi, dan bahkan menghasilkan pengaturan motivasi
untuk proses belajar itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, C. A & Hall, J. E., (2006). Fisiologi Kedokteran (11th ed.). Jakarta: EGC Medical
Publisher.

Anda mungkin juga menyukai