MODUL PERKULIAHAN
NEUROMUSKULAR PUSAT
ADITYA JOHAN ROMADHON, SST.FT, M.FIS
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
Jurusan Fisioterapi
DAFTAR ISI
PERTEMUAN 1
MATERI PEMBELAJARAN : CEREBRAL CORTEX
Cerebral cortex merupakan lapisan tipis pembungkus otak dengan ketebalan 2-3 mm, area cortex
merupakan area berwarna abu-abu (grey matter/substansia grisea), hal ini dikarenakan oleh banyaknya sel-
sel body/neuron pada area tersebut, selain membungkus otak besar (cerebrum), cortex juga membungkus
otak kecil (cerebellum).
Pada dasarnya, berdasarkan tipe perkembangan genetik (phylogenetically) cortex cerebral terbagi
menjadi 2, yakni Allocortex dan Neocortex, perbedaan mendasar antara otak manusia dan hewan primate
adalah perkembangan Neocortex pada manusia jauh lebih dominan dibanding Allocortex.
Allocortex merupakan cortex primitive (kuno) yang mempunyai fungsi dasar untuk pertahanan diri
(survive), terletak pada lobus medial temporal yang berfungsi sebagai pusat penciuman, fungsi pertahanan
diri (survive) dan reaksi emosional. Allocortex terdiri dari 2 komponen, yakni Paleocortex dan Archicortex.
Fungsi utama paleocortex adalah untuk penciuman, navigasi (arah) dan persepsi waktu (pagi-siang-
malam), Sedangkan Archicortex terdiri dari olfactory bulb, olfactory tract dan olfactory cortex yang
mempunyai fungsi utama sebagai system penciuman.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
2
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
3
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
4
Berkaitan dengan kemampuan komunikasi, pada lobus frontalis bagian bawah terdapat area Broca
(Area 44 dan 45), area ini mempunyai fungsi ekspresif bahasa, kerusakan pada korteks ini menyebabkan
seseorang tidak mampu mengucapkan Bahasa atau afasia motorik.
Pada lobus frontalis didepan central sulcus (pre-central sulcus/gyrus) terdapat cortex motorik
utama (Area 4), pada area ini terdapat serabut saraf motorik yang turun dari cortex menuju brainstem
sebagai corticobulbar/nuclear dan dari cortex menuju spinal dikenal sebagai corticospinal, selain itu juga
terdapat serabut saraf dari cortex turun menuju basal ganglia (subcortex system), area 6 sering disebut
sebagai area premotor cortex, mendapatkan input serabut saraf dari cortex sensoris asosiasi dan basal
ganglia.
Dua belah hemisphere otak dihubungkan oleh white matter yang merupakan serabut komisura
terbesar dikenal sebagai corpus callosum. Tiap hemisphere otak memiliki somatotopic yakni area tertentu
dalam menerima input sensoris dan merespon dalam bentuk kontraksi otot (motor response) sesuai dengan
bagian-bagian tubuh tertentu, yang kemudian dikenal sebagai homunculus sensori dan homunculus
motorik, tiap hemisphere memiliki homunculus sensori dan motoric masing-masing.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
5
LATIHAN SOAL
6. Area motoric terdapat di precentral sulcus/gyrus, pada area broadman ke berapa area motoric
utama?
7. Area sensori terdapat di postcentral sulcus/gyrus, pada area broadman ke berapa area sensori
utama?
10. Area bicara ekspresif brocca dan pemahaman bahasa Wernicke berada pada area broadman ke
berapa?
JAWABAN
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
6
PERTEMUAN 2
Berdasarkan istilah yang digunakan basal berarti bawah/dasar sedangkan ganglia berarti sekumpulan
cel body yang berada di luar sistem saraf, penggunaan istilah ganglia seharusnya diganti dengan nuclei yang
mempunyai arti sekumpulan cel body yang berada didalam system saraf pusat, sehingga istilah basal ganglia
pada buku neuroanatomy lain dikoreksi menjadi basal nuclei.
Fungsi dasar basal ganglia/nuclei melakukan prediksi-prediksi gerakan, merencanakan pergerakan
dan mengeksekusi rencana gerak, basal ganglia/nuclei terdiri dari 5 nukleus, yakni; Nucleus Caudate,
Putamen, Globus Pallidus, Subthalamic dan nucleus Substansia Nigra.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
7
sangat dipengaruhi oleh dopamine yang didapat dari nucleus substansia nigra, neurotransmitter dopamine
bersifat sebagai neuromodulatory, dimana pada direct pathway, dopamine bersifat excitatory sedangkan
pada indirect pathway, dopamine bersifat inhibitory.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
8
LATIHAN SOAL
3. Neurotransmitter glutamate bersifat sebagai excitatory dan GABA bersifat inhibitory, bagaimana
dengan dopamine?
8. Output basal ganglia/nuclei yang kembali ke cortex kemudian menuju ke brainstem disebut
sebagai apa?
9. Output basal ganglia/nuclei yang melewati thalamus dan kembali ke cortex selanjutnya turun ke
10. Output basal ganglia/nuclei yang tidak melewati thalamus tetapi dari globus pallidus (internus)
JAWABAN
1. Ganglia adalah sekumpulan sel body yang berada di luar system saraf pusat dan nuclei adalah
2. Nucleus caudate, putamen, globus pallidus, sub thalamic dan substansia nigra
8. Traktus corticobulbar
9. Traktus corticospinal
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
9
PERTEMUAN 3
MATERI PEMBELAJARAN : PARKINSON’S DISEASE
Pada tahun 175 AD physician bernama Galen mendeskripsikan penyakit “shaking palsy” pada
literatur kesehatan negara barat, “shaking palsy” merupakan penyakit yang mempunyai gejala kelayuhan
otot disertai tremor, kemudian pada tahun 1817 London doctor James Parkinson mempublikasi essay
“shaking palsy” yang kini dikenal sebagai penyakit Parkinson.
Penyakit Parkinson diderita seseorang pada usia 40-70 tahun, kadang juga ditemukan pada usia 30
tahun, penyakit ini lebih sering diderita oleh laki-laki. Trauma, gampang marah, terlalu banyak bekerja,
terpapar udara dingin dikatakan sebagai predisposisi faktor munculnya penyakit Parkinson, namun sampai
saat ini belum ditemukan bukti evidence yang jelas, pada umumnya penyakit ini diderita oleh lansia
dikarenakan menurunnya fungsi sistem tubuh manusia.
Gejala klinis Parkinson meliputi hypokinesia (akinesia/bradykinesia), meningkatnya tonus
otot (leadpipe-rigidity) dan tremor saat tidak melakukan aktivitas (resting tremor). Pada pemeriksaan
klinis jika ditemukan 2 gejala dari ketiga gejala sudah dapat didiagnosis sebagai Parkinson, sering
ditambahkan pemeriksaan dengan memberikan obat-obatan levodopa guna menegakkan diagnosa lebih
lanjut, dimana ketika diberikan obat-obatan levodopa, gejala-gejala tersebut menghilang.
Pada pemeriksaan cadaver ditemukan hilangnya pigmentasi pada substansia nigra (compacta) dan
ditemukan lewy bodies (abnormal agregasi protein yang berkembang dalam sel saraf)
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
10
leadpipe-rigidity dikarenakan overaktivitas reticulospinal, sehingga tonus otot baik otot agonis ataupun
antagonis meningkat. Terganggunya fungsi reticulospinal juga menyebabkan gejala seperti hilangnya
gerakan otomatis saat berjalan, seperti rotasi trunk, ayunan tangan, langkah kaki, base support dan alignment
posture.
Dikarenakan salah satu output basal ganglia/nuclei yang kembali ke cortex kemudian menjadi traktus
pyramidal (corticobulbar dan corticospinal), maka kedua traktus ini juga terganggu dalam menginervasi
motor neuron yang ada di braintem (corticobulbar) sehingga menunjukkan gejala “Mask Face/
hypomimia” atau muka topeng/ tidak dapat berekespresi dan terganggunya inervasi pada motor neuron
di spinal (corticospinal) sehingga terganggunya gerakan volunteer seperti gerakan terampil tangan (fine
motor) dan gerakan volunteer untuk koreksi postur (disadari).
Pada aktivitas berjalan, tampak pasien Parkinson terlihat kesulitan dalam memulai gerakan, posisi
alignment posture leher, trunk dan anggota gerak semi-fleksi (stooped-posture), langkah pendek dan badan
cenderung akan jatuh kedepan, jika mendapati rintangan saat berjalan misal jalan berbelok atau harus
membuka pintu, maka pasien tersebut akan diam agak lama untuk memulai perencanaan gerak baru.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
11
Penyakit Parkinson ini dapat dikategorikan berdasarkan tingkat gangguannya, instrument yang sering
digunakan adalah “Modified Hoehn and Yahr Staging”.
Pemberian tindakan fisioterapi disesuaikan dengan tingkat gangguan pada pasien Parkinson, merujuk
kepada “Eropean Guidelines for Physiotherapy in Parkinson’s Disease” sebagai berikut ;
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
12
LATIHAN SOAL
1. Pada awalnya penyakit Parkinson dipublikasikan oleh James Parkinson sebagai penyakit apa?
9. Instrument apa yang digunakan untuk mengetahui tingkat gangguan pada pasien Parkinson?
10. Pada tingkat gangguan Hoehn and Yahr 2 sampai 4, perlu diberikan tambahan program fisioterapi
apa saja?
JAWABAN
1. Shaking Palsy
3. Dopamine pada system basal ganglia diproduksi oleh substansia nigra (compacta)
4. Fungsi utama dopamine pada system basal ganglia sebagai “kick starter” atau pemicu gerak
ganglia/nuclei sehingga susah untuk memulai gerakan, hal ini ditunjukkan lebih lanjut dari direct
7. Munculnya gejala resting tremor dikarenakan adanya acetylcholine reverberating circuit akibat
10. Transfer, keseimbangan statis dan dinamis, latihan manual dan latihan berjalan.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
13
PERTEMUAN 4
MATERI PEMBELAJARAN : BLOOD SUPPLY OF BRAIN
Darah yang dialirkan dalam sekali kontraksi jantung sejumlah kurang lebih 5 Liter, otak menerima
15% supply darah (750-800 ml) dari supply darah keseluruhan (5 Liter), berat masa otak hanya 2% dari
berat tubuh keseluruhan, menggunakan 20% total oksigen dan 25% total glukosa, supply darah ke otak
melewati 2 sistem, yakni anterior sistem (Carotid system) dan posterior sistem (Vertebro-Basiler
system). Anterior sistem (Carotid) berkontribusi hampir 80% dalam mensupply darah ke otak, sedangkan
posterior sistem (vertebra-basiler) hanya 20%.
Gambar 1. Supply darah ke otak (tampak dari lateral (A) dan tampak dari medial (B))
Anterior sistem (Carotid) dimulai dari percabangan arteri carotid yang berasal dari aorta, arteri carotid
kemudian terbagi menjadi 2, internal carotid dan eksternal carotid, arteri internal carotid bagian kanan dan
kiri menembus lapisan otak dimulai dari duramater, arachnoid yang kemudian berada pada ruang
subarachnoid (antara arachnoid dan piamater), arteri internal carotid selanjutnya terbagi menjadi 2, yakni
yang menuju kedepan dinamakan sebagai Anterior Cerebral Arteri (ACA), mensupply lobus otak bagian
frontal (fungsi motoric ekstremitas bawah dan perineum) dan lobus parietal (fungsi sensoris ekestremitas
bawah dan perineum), gangguan pada anterior cerebral arteri menampilkan gejala paralisis kontralateral dan
gangguan sensoris pada ekstremitas bawah dan perineum ditunjukkan dengan gejala incontinence.
Cabang arteri internal carotid dari medial menuju ke lateral disebut sebagai Medial Cerebral Arteri
(MCA), arteri ini mensupply lobus frontal (fungsi motorik ekstremitas atas dan pusat ekspresif bicara/broca
jika terjadi pada hemisphere kiri), lobus parietal dan temporal (fungsi sensori ekstremitas atas dan pusat
pemahaman bicara/Wernicke jika terjadi pada hemisphere kiri dan gangguan auditori).
Selain itu medial cerebral arteri bercabang menjadi arteri lenticulo-striate mensupply sistem
subscortical seperti basal ganglia/nuclei.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
14
Anterior Cerebral Arteri (ACA) bagian kanan dan kiri dihubungkan oleh arteri comunicans yang
disebut sebagai anterior comunican, Internal Cerebral Arteri (ICA) kanan dan kiri dihubungkan dengan
Posterior Cerebral arteri (PCA) oleh arteri posterior comunican, hubungan antar arteri-arteri tersebut
seakan-akan membentuk lingkaran pada ruang subarachnoid yang kemudian disebut sebagai “Circle of
Willis”. Pada circle of willis ini sering terjadi “aneurysm” (dilatasi local pembuluh darah) khususnya pada
anterior comunican (Berry Aneurysm).
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
15
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
16
LATIHAN SOAL
2. Berapa persentase (%) darah yang menuju ke otak dari supply darah keseluruhan?
4. Anterior system (Carotid) terbagi menjadi 2 yakni anterior cerebral arteri dan medial cerebral arteri,
5. Basal ganglia disupply oleh lenticulo-striate arteri, percabangan dari arteri apakah itu?
6. Gangguan pada anterior cerebral arteri menunjukkan gejala klinis seperti apa?
8. Berapa persentase (%) supply darah ke otak oleh posterior cerebral arteri?
9. Arteri communican anterior dan posterior membentuk lingkaran arteri pada ruang subarachnoid,
JAWABAN
6. Paralisis kontralateral dan gangguan sensoris pada ekstremitas bawah dan perineum ditunjukkan
7. Posterior cerebral arteri mensupply lobus occipital (visual) dan lobus temporal (olfactory)
9. Circle of willis
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
17
PERTEMUAN 5 & 6
Gangguan pembuluh darah ke otak atau Cerebro Vascular Accident (CVA), yang kini lebih dikenal
dengan istilah “Stroke”, dapat disebabkan oleh penyumbatan (ischemic) dan perdarahan (haemorage),
berkurangnya supply darah ke otak menimbulkan gangguan fungsi jaringan otak, tergantung dari letak dan
derajat kerusakannya. Berkurangnya aliran darah ke otak antara 15-18 ml/100 gr/menit menyebabkan
hilangnya aktivitas elektris pada sel-sel saraf otak (loss of neuronal electricity), sehingga menimbulkan
gejala flaccid, hypotonus, hyporeflexes dan terganggunya fungsi sensoris pada kontralateral tubuh.
Berkurangnya aliran darah ke otak antara 18-25 ml/100gr/menit, jaringan otak masih bertahan namun
hanya beberapa jam (Penumbra), jika tidak segera ditolong jaringan otak ini bisa mati, sedangkan jika aliran
darah ke otak < 10 ml/100 gr/menit maka jaringan otak akan mati dalam hitungan menit (Umbra/Core).
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
18
Selanjutnya 15% dari keseluruhan kejadian stroke disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah,
pecahnya pembuluh darah ini bisa dikarenakan tipisnya dinding pembuluh darah (pada kasus aneurysm)
atau terlalu cepatnya aliran darah pada kapiler otak. Stroke haemorage ini dibagi menjadi 2 yakni,
SubArachnoid Haemorage (SAH) dan IntraCerebral Haemorage (ICH). Kedua tipe stroke
haemorage ini menyebabkan meningkatnya tekanan intracranial secara tiba-tiba, nyeri kepala, mual-muntah,
menurunnya kesadaran dan kadang diikuti dengan gejala papilloedema. SubArachnoid Haemorage (SAH)
juga menunjukkan gejala kaku kuduk “neck stiffness”.
Gangguan peredaran darah pada Internal capsule menyebabkan gejala klasik yakni hilangnya fungsi
motorik saja (pure motor) yang sering disebut sebagai “lacunar stroke”, hal ini dikarenakan somatotopic
jaras/traktus yang melewati internal capsule, pada internal capsule terdapat 3 bagian, anterior limb, genu
dan posterior limb. Anterior limb dari internal capsule terdapat serabur saraf frontopontine (frontal cortex
ke pons) dan thalamocortical (thalamus ke lobus frontalis), pada genu dilewati oleh serabut saraf/traktus
corticobulbar dan pada posterior limb dilewati oleh traktus corticospinal (descending tracts) dan
thalamocortical ke parietal lobe (ascending tracts).
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
19
Sangat mudah mengenali ketika seseorang terkena serangan stroke, sesuai dengan istilah yang
digunakan “stroke”, istilah “stroke” berarti pukulan yang kencang dan tiba-tiba sehingga membuat lawan
jatuh, seseorang yang terkena serangan stroke akan merasakan hilangnya kemampuan separuh dari tubuhnya
dan tiba-tiba terjatuh, hal ini juga dapat diketahui dengan cara memeriksa simetris wajah saat diam dan
berekspresi, mengangkat kedua tangan secara simetris dan kemampuan bicara.
Pasien dengan diagnose stroke akan menunjukkan kelumpuhan pada saraf facial (cranial nerve VII)
yakni facial palsy tipe supranuclear lesion, mirip seperti kelainan Bell’s palsy (infranuclear lesion) namun
pada facial palsy pasien mampu meng kontraksikan otot frontalis untuk mengangkat alis. Selain itu juga
didapatkan gejala lesi Upper Motor Neuron (UMN) pada kontralateral sisi lesi, seperti hipertonus,
hiperreflex, munculnya reflex patologis disebabkan oleh hilangnya kontrol motor dari cortex terhadap
sistem motor di bawah cortex yakni control corticoreticular terhadap reticulospinal.
Meningkatnya tonus pada kondisi stroke ditunjukkan dengan adanya spastisitas, secara definisi
spastisitas mempunyai arti hubungan kecepatan terhadap peningkatan tonus otot menyebabkan hambatan
gerak (“Velocity-dependent muscle tone that causes resistance to movement”).
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
20
Dengan demikian bentuk pemeriksaan dan evaluasi motorik disesuaikan dengan problematiknya,
untuk kemampuan gerak dasar disadari dan gerakan terampil otot-otot distal dapat dilakukan dengan
instrument yang menilai aktivitas fungsional, sedangkan spastisitas dapat menggunakan instrument untuk
menilai tingkat spastisitas (“modified asworth scale”)
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
21
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
22
LATIHAN SOAL
2. Mengapa pada fase akut (<1minggu) pada kondisi stroke muncul gejala flaccid, bukankah
kerusakan pada system saraf pusat akan menunjukkan gejala Upper Motor Neuron (UMN),
3. Mengapa setelah fase flaccid kemudian muncul fase spastis, berdasarkan Brunnstrom motor
recovery?
4. Pada area umbra/core terjadi nekrotik atau kematian jaringan otak dalam hitungan menit,
5. Mengapa pada pasien stroke yang mengalami facial palsy masih mampu melakukan mengangkat
alis/mengerutkan dahi?
6. Apa permasalahan utama pada stroke, berdasarkan patofisiologi system saraf pusat?
7. Mengapa pasien stroke tidak mampu melakukan gerakan dasar disadari dan gerakan terampil,
9. Pasien stroke yang mempunyai skor SAFE 8, apa program latihan yang tepat?
10. Pasien stroke mempunyai skor SAFE 6, apa program latihan yang tepat?
JAWABAN
1. Stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak, bisa disebabkan oleh sumbatan atau
perdarahan.
2. Pada fase akut muncul gejala flaccid, hypotonus, hiporeflexes, hal ini disebabkan aktivitas elektris
sel saraf otak berhenti (loss of neuronal electricity) ketika aliran darah ke otak 15-18 ml/ 100gr/min
3. Fase spastis muncul dikarenakan terjadinya perbaikan aliran darah otak, sehingga aktivitas elektris
jaringan otak kembali aktif, aktifnya aktivitas elektrik otak tidak diikuti oleh perbaikan pada jaringan
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
23
saraf otak yang mengalami nekrotik (area umbra), sehingga control motor tingkat cortex yang
nekrosis terganggu/tidak ada, hal ini menyebabkan system motor dibawah cortex (extrapyramidal)
4. Jaringan sel saraf otak akan mati/nekrosis pada aliran darah otak <10 ml/ 100gr/min
5. Hal ini disebabkan facial palsy merupakan lesi supranuclear, kerusakan pada supranuclear salah satu
sisi hemisphere tidak berdampak pada terganggunya inervasi otot frontalis dalam aktivitasnya
6. Hilangnya gerakan dasar disadari dan gerakan terampil (corticospinal) dan munculnya spastisitas
akibat hilangnya control system motor tingkat cortex (corticoreticular) terhadap system motor
7. Hal ini dikarenakan gerakan dasar disadari dan gerakan terampil diinervasi unilateral oleh lateral
corticospinal, sedangkan otot axial dan gridle diinervasi bilateral oleh anterior corticospinal.
10. Latihan peningkatan kemampuan kontraksi otot, koordinasi dan latihan gerakan terampil (fine
motor)
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
24
PERTEMUAN 7
MATERI PEMBELAJARAN : CEREBELLUM
Fungsi utama dari cerebellum adalah untuk melakukan koordinasi gerakan, menjaga tonus, menjaga
keseimbangan dalam melakukan kontrol postur saat statis maupun dinamis. Cortex cerebellum membentuk
menyerupai daun (folia) dan disebut sebagai Lobules (jamak dari lobus), lobules dibatasi oleh fisura, terdapat
2 fisura yang dalam dan membagi lobules menjadi 3. Lobus anterior dan lobus posterior dipisahkan oleh
primary fissure, sedangkan lobus posterior dan lobus flocculonodular dipisahkan oleh posterolateral
fissure.
Gambar 1. Cerebellum
Terdapat 4 nucleus bilateral/sepasang pada cerebellum, yakni dentate nucleus, interposed nuclei
(emboliform dan globose nucleus) dan fastigial nucleus. Serabut saraf afferent dan efferent masuk ke
cerebellum dan terhubung dengan ke 4 nuclei tersebut melewati 3 peduncles ;
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
25
Gangguan pada cerebellar tidak menimbulkan tanda spastisitas sebagaimana gangguan pada
cerebral, gangguan pada cerebellar akan mempengaruhi fungsi tonus, koordinasi dan keseimbangan,
gangguan yang sering ditampilkan adalah fluktuasi tonus (ataxic), tremor saat melakukan gerakan akibat
tonus yang fluktuatif sehingga koordinasi terganggu, dysmetria, dysdiadochokinesia, ataxic gait (pola jalan
dengan base support lebar dan tonus otot-otot kaki fluktuatif saat bergerak) dan truncal ataxic ditunjukkan
oleh fluktuasi tonus postural sehingga susah untuk mempertahankan sikap duduk dan berdiri, truncal
ataxia ini biasanya terjadi lesi pada area vermal (melihat pada cerebellar homunculi).
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
26
Gejala-gejala lain pada gangguan cerebellar meliputi, ataxic dysarthric speech (suara lambat, tidak
berintonasi dan kata terpenggal menjadi suku kata, gerakan abnormal mata seperti susah mengikuti objek
(object tracking), tidak mampu memfiksasi pandangan. Selain itu juga ditemukan gejala kepala bergerak
otomatis depan-belakang seperti mengangguk dengan frekuensi cepat (titubation).
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
27
LATIHAN SOAL
8. Pada inferior cerebellar peduncle serabut saraf afferent apa yang melewatinya?
9. Gangguan pada cerebellar tidak mengakibatkan gejala spastis, gejala apa yang ditampilkannya jika
cerebellar terganggu?
10. Truncal ataxic merupakan gejala fluktuasi tonus postural, sehingga pasien susah untuk
mempertahankan sikap duduk atau berdiri, area apa yang terganggu pada cerebellar?
JAWABAN
1. melakukan koordinasi gerakan, menjaga tonus, menjaga keseimbangan dalam melakukan kontrol
4. lobus anterior mendapat input dari traktus spinocerebellar dan berfungsi untuk menyesuaikan
tonus otot.
5. lobus posterior mendapat input dari kontralateral cortex yakni cortico-pontine-cerebellar dan
6. lobus flocculonodular mendapat input dari vestibulo-cerebellar dan berperan dalam menjaga
keseimbangan.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
28
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
29
PERTEMUAN 8 & 9
MATERI PEMBELAJARAN : SPINAL SOMATIC SENSORY AND MOTOR
Sistem somatic sensori menghantarkan input sensoris rasa sentuh nyaman (afferent Aβ), nyeri dan
temperature (A delta dan C menuju lateral column), rasa gatal, geli, sentuhan ringan ( A delta dan C menuju
anterior column), rasa posisi tubuh/proprioceptive (afferent tipe I-IV yakni muscle spindle, golgi tendo
organ, ruffini, Pacinian dan free nerve ending serabut C), dengan demikian sistem somatic sensori
melakukan proses stimulus sensori dari luar dan dalam tubuh.
Somatic sensori terdiri dari 5 yakni, rasa posisi sendi, sentuhan, temperature, nyeri dan gatal. Rasa
posisi sendi dan rasa sentuhan merupakan sensasi mekanik, sedangkan rasa nyeri, temperature dan gatal
merupakan sensasi proteksi.
Kecepatan konduksi serabut saraf dipengaruhi oleh pembungkus myelin saraf, semakin tebal
pembungkus myelin maka konduksi saraf semakin cepat, hal ini dikarenakan depolarisasi hanya terjadi pada
node of ranvier nya saja (saltatory conduction).
Serabut saraf sensoris masuk melewati Posterior Horn Cell (PHC) kemudian menuju ke column
medulla spinalis (white matter), serabut saraf A-beta menuju ke dorsal column (fasiculus gracilis untuk
ekstremitas bawah dan fasiculus cuneatus untuk ekstremitas atas), A delta dan C setelah masuk PHC dan
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
30
bersinap, menuju ke anterior dan lateral column, kedua serabut ini sering disebut sebagai antero-lateral
system /spinothalamic tracts. Saraf afferent pembawa input sensoris rasa posisi/gerak sendi
(proprioceptive) ada yang melewati dorsal column dan disampaikan ke tingkat cortex cerebral (disadari),
dan ada yang melewati lateral column (posterior & anterior spinocerebellar) dan disampaikan ke cerebellum.
Setiap segmen pada spinal cord mempunyai dermatome dan myotome, sehingga gangguan pada
segmen tertentu menimbulkan gejala keluhan pada area tubuh tertentu.
Dorsum column (medial lemniscal system) dilewati oleh serabut saraf sensori A-beta
(ipsilateral), serabut saraf ini naik menuju tingkat medulla oblongata bersinap pada cuneate dan gracillis
nucleus, selanjutnya menyilang dan menuju kontralateral thalamus, yang selanjutnya berakhir pada cortex
sensoris (post central sulcus/gyrus).
Antero lateral system (spinothalamic) dilewati oleh serabut saraf A delta dan C yang masuk
melalui PHC dan menyilang kontralateral beberapa tingkat keatas dari segmen spinal asal, serabut saraf
ini naik menuju tingkat brainstem, selanjutnya serabut saraf ini bersinap dengan reticular formation yang
kemudian menuju ke thalamus dan berakhir di cortex sensoris.
Dengan demikian dapat dikatakan input sensoris A-beta, A-delta dan C berakhir pada cortex sensoris
cerebral kontralateral.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
31
Saraf yang membawa input sensoris berupa rasa posisi/gerak sendi ada yang melewati dorsum
column bersama serabut saraf A-beta, dan ada yang melewati lateral column, yakni anterior dan posterior
spinocerebellar. Posterior spinocerebellar membawa input sensoris proprioceptive ekstremitas atas,
masuk melewati PHC dan menuju ke lateral column ipsilateral bagian posterior, selanjutnya naik
menuju ke cerebellum melewati inferior cerebellar peduncle.
Anterior spinocerebellar membawa input sensoris proprioceptive ekstremitas bawah, masuk
melewati PHC kemudian menuju lateral column kontralateral bagian anterior, selanjutnya masuk ke
cerebellar kontra lateral melewati superior cerebellar peduncle, namun berakhir pada cerebellar ipsilateral
melewati middle cerebellar peduncle
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa input sensoris proprioceptive yang di bawa oleh traktus
spinocerebellar, berakhir pada cerebellum ipsilateral.
Spinal motor sistem terdapat 2 jenis traktus/jaras, yakni traktus pyramidal dan traktus
extrapyramidal. Traktus pyramidal adalah serabut saraf yang berasal dari cortex cerebral dan turun
menuju ke brainstem (corticobulbar) dan menuju ke spinal (corticospinal), dikarenakan asal serabut saraf
ini dari cortex (cortex motoric cerebral) maka sifat gerakan motorik yang dihasilkan bersifat disadari karena
diperintah langsung oleh cortex motorik. Sedangkan traktus extrapyramidal adalah serabut saraf motorik
yang berasal selain dari cortex cerebral, dikarenakan serabut saraf motorik ini tidak berasal dari cortex
sehingga sifat gerakan yang dihasilkan tidak disadari/tidak diperintah oleh cortex (otomatis), misal
gerakan rotasi trunk saat berjalan, ayunan tangan dan pergantian kaki saat berjalan, control tonus postur
dan kepala.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
32
1. Corticobulbar yakni serabut saraf motorik dari cortex menuju ke cranial nuclei pada brainstem
melewati genu internal capsule, serabut saraf motorik ini diteruskan oleh serabut saraf motorik
perifer untuk menginnervasi otot-otot cranial.
2. Corticospinal yakni serabut saraf motoris berasal dari cortex menuju ke spinal cord melewati
posterior limb internal capsule, hampir 95% serabut motoris ini menyilang kontralateral pada
tingkat medulla oblongata bagian bawah, selanjutnya menuju ke lateral column dan berakhir pada
motor neuron di Anterior Horn Cell (AHC). Sedangkan 5% lainnya turun ipsilateral menuju
anterior column. Sehingga corticospinal terbagi menjadi 2, yakni lateral corticospinal yang
diteruskan oleh saraf motorik perifer untuk menginervasi otot-otot bagian distal unilateral dalam
melakukan gerakan terampil dan anterior corticospinal yang turun menuju spinal cord ipsilateral
dan diteruskan oleh saraf motorik perifer untuk menginervasi otot axial dan otot gridle bilateral.
1. Rubrospinal yakni, serabut saraf yang berasal dari red nucleus di midbrain menuju lateral
column spinal cord kontralateral, fungsi dari rubrospinal adalah eksitasi fleksor dan inhibisi
ekstensor pada ekstremitas, cervical dan lumbal
2. Reticulospinal yakni, serabut saraf yang berasal dari reticular di tingkat pons dan medulla
oblongata menuju ke lateral column (pars medulla) dan anterior column (pars pontine) spinal
cord, fungsi serabut saraf ini adalah kontrol aktivitas alfa dan gamma motor, menjaga dan
menyesuaikan tonus otot, menjaga kontraktilitas sistem sirkulasi dan kontrol pernafasan
3. Vestibulospinal yakni, serabut saraf yang berasal dari vestibular nucleus bagian lateral dan
medial yang turun menuju ke anterior column spinal cord ipsilateral, fungsi dari serabut saraf
ini menginervasi otot antigravity leher (vestibular nucleus bagian medial) dan antigravity otot
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
33
postural (vestibular nucleus bagian lateral). Selain itu vestibulospinal (lateral) juga berfungsi
untuk memfasilitasi fleksor pada sisi kontralateral dan inhibisi fleksor ipsilateral.
4. Tectospinal yakni serabut saraf yang berasal dari colliculus pada tectum (bagian belakang
midbrain) menuju ke anterior column spinal cord contralateral, fungsi tectospinal adalah
merespon input visual dalam bentuk reflex (superior colliculus), misal ketika cahaya terlalu
terang secara tiba-tiba maka kita akan reflex menutup mata kita dan boleh jadi diikuti oleh gerakan
tangan melindungi mata, selain itu juga merespon input sensoris suara (inferior colliculus), misal
ketika tiba-tiba ada suara kencang maka kita akan reflex menoleh pada arah sumber suara.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
34
LATIHAN SOAL
1. Serabut saraf sensoris (afferent) memasuki spinal cord melewati bagian posterior yang disebut
sebagai apa?
2. Serabut saraf A-beta menerima input sensoris rasa sentuh nyaman, melewati PHC dan menuju ke
3. Serabut saraf A-delta dan C yang menerima input sensoris nyeri dan temperature menyilang
4. Serabut saraf sensoris yang dibawa oleh traktus posterior spinocerebellar setelah memasuki PHC
5. Serabut saraf sensoris yang dibawa oleh traktus anterior spinocerebellar setelah memasuki PHC
7. Traktus pyramidal apa yang menginervasi motor neuron di AHC yang kemudian diteruskan oleh
saraf motorik perifer untuk menginervasi otot-otot bagian distal tubuh dalam melakukan gerakan
terampil?
9. Traktus reticulospinal dari reticular tingkat brainstem menuju ke spinal cord di column mana?
10. Traktus vestibulospinal yang berasal dari bagian medial berfungsi sebagai apa?
JAWABAN
6. Traktus pyramidal adalah serabut saraf yang berasal dari cortex cerebral menuju ke bawah (ke
brainstem dan spinal cord), sedangkan traktus extrapyramidal adalah serabut saraf selain dari cortex
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
35
8. kontrol aktivitas alfa dan gamma motor, menjaga dan menyesuaikan tonus otot, menjaga
9. menuju ke anterior column (pars pontine) dan menuju ke lateral column (pars medulla oblongata)
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
36
PERTEMUAN 10 & 11
MATERI PEMBELAJARAN : DISEASE AFFECTING THE SPINAL CORD
Spinal cord terjulur dari atas cervical 1 menuju ke bawah lumbal 1, terdapat pelebaran/ekspansi
pada area cervical dan lumbal, hal ini dikarenakan banyaknya sel neuron yang bersinap dengan saraf yang
menginervasi ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, cauda equina dan filum terminal turun menuju se
tingkat sacral 2, segala bentuk gangguan yang melibatkan spinal cord mengakibatkan syndrome yang di
istilahkan sebagai “myelopathy”, jika gangguan melibatkan spinal cord dan akar saraf di istilahkan sebagai
“myelo-radiculopathy”, melibatkan pleksus di istilahkan “myelo-plexopathy”.
Pada spinal cord terdapat area somatic sensori dorsum column (medial lemniscal system), antero-
lateral column (spinothalamic), lateral column (spinocerebellar) dan motorik anterior column (anterior
corticospinal, reticulospinal pars pontine, vestibulospinal dll), lateral column (lateral corticospinal,
rubrospinal, reticulospinal pars medullary dll).
Terdapat 3 syndrome motorik utama pada gangguan spinal cord ;
1. Paraparesis, yakni kelumpuhan anggota gerak tubuh bagian bawah disertai gejala Upper Motor
Neuron (UMN).
2. Tetraparesis, yakni kelumpuhan ke-empat anggota gerak tubuh disertai gejala UMN.
3. Brown Sequard syndrome, yakni kelumpuhan sebelah tubuh disertai gejala UMN.
Paraparesis adalah kelumpuhan yang masih menyisakan sedikit kemampuan gerakan disadari
(incomplete paralysis), sedangkan paralysis adalah kelumpuhan yang ditandai dengan hilangnya
keseluruhan gerakan disadari. Istilah plegia, palsy dan paresis sering digunakan dan sangat mudah tertukar
penggunaannya, plegia berarti paralysis komplit, sedangkan palsy sering digunakan ketika
mendiskripsikan kelumpuhan yang melibatkan saraf cranial (bell’s palsy, pseudobulbar palsy) dan
kelumpuhan yang cenderung bersifat menetap (cerebral palsy).
Kerusakan/ gangguan column spinal (white matter) ditunjukkan dengan tanda kerusakan Upper
Motor Neuron (UMN), yakni hipertonus disertai spastisitas, hiperreflex disertai clonus, respon
ekstensor plantar (babinski) dan disfungsi spinchter. Sedangkan kerusakan pada motor neuron di AHC
(grey matter), menyebabkan tanda kerusakan Lower Motor Neuron (LMN), yakni flaccid, hypotonus,
hiporeflex/areflex dll.
Pada Brown Sequard Syndrome tanda yang ditampilkan bisa LMN dan UMN, misal kerusakan
pada salah satu sisi segmen C5 (flexor elbow), kerusakan pada segmen C5 tersebut meliputi white dan grey
matter, sehingga pada ekstremitas atas (bisceps) menunjukkan tanda flaccid, hypotonus dan hiporeflex,
dikarenakan motor neuron (grey matter) pada AHC segmen tersebut merupakan sistem saraf tepi,
sedangkan segmen dibawahnya akan menunjukkan tanda kerusakan UMN, hal ini dikarenakan white matter
(traktus/jaras) pada segmen dibawah C5 rusak dan motor neuron di AHC segmen dibawah C5 tidak
mengalami kerusakan.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
37
Kerusakan pada spinal cord dapat disebabkan oleh trauma, dislokasi, kompresi sendi, penyakit yang
menyerang sistem saraf pusat dsb, hal ini dapat menyebabkan terganggunya fungsi sensori, motorik bahkan
fungsi saraf otonom. Jika kerusakan komplit maka boleh jadi diikuti terganggunya fungsi bladder dan bowel.
Kerusakan spinal cord misal dikarenakan oleh dislokasi vertebra atau whiplash injury, maka akan
memunculkan tahapan tanda kerusakan, yakni pada saat kejadian muncul tanda “spinal shock”, pada tahap
ini segmen dibawah lesi menunjukkan tanda flaccid, atonic bladder dengan incontinentia, atonic bowel,
hilangnya reflex genital dan hilangnya kontrol vasomotor.
Setelah 1-2 minggu maka tahapan selanjutnya adalah “heightened reflex activity”, ditandai dengan
spastisitas, respon ekstensor plantar (babinski), hiperaktif fungsi saraf otonom misal, keringat
berlebihan.
Kerusakan spinal cord dikarenakan kompresi juga sering dijumpai dalam klinis, kerusakan dibawah
thoracal 1 tidak menyebabkan gangguan pada ekstremitas atas (spastic paraparesis/paraplegia), kerusakan
antara C5 dan T1 dapat menyebabkan LMN pada segmen yang rusak (ekstremitas atas flaccid) namun
ekstremitas bawah tanda kerusakan UMN. Sedangkan kerusakan akibat kompresi diatas C5 maka akan
ditandai kerusakan UMN pada ekstremitas atas dan bawah, pada kerusakan kompresi ini mungkin awalnya
fungsi bladder tidak terganggu, namun dengan bertambah luasnya kerusakan maka akan menimbulkan
gangguan fungsi bladder.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
38
Selain kompresi sendi dan dislokasi vertebra, kerusakan spinal cord tidak jarang disebabkan oleh
degenerasi diskus sendi vertebra (spondylosis), jika protrusi diskus menuju ke postero-lateral maka akan
menggencet root saraf ditandai dengan tanda kerusakan LMN, namun jika protrusi diskus menuju ke
posterior/ central maka akan menggencet spinal cord dan muncul tanda kerusakan UMN, jika protrusi
diatas L1 maka akan menyebabkan spastic paraparesis/paraplegia dan diatas segmen cervical
menyebabkan tetraparesis/tetraplegia. Protrusi diskus menyebabkan tanda kerusakan LMN jika
protrusi di bawah L1, hal ini karena spinal cord berakhir di tingkat segmen L1, sehingga dibawah segmen
L1 hanya dilewati sistem saraf tepi.
Untuk menentukan tingkat gangguan spinal cord, digunakan instrumen “American Spinal Injury
Association (ASIA) impairment scale”, instrument ini merupakan modifikasi dari instrument yang dulu
sering dipakai dalam menentukan tingkat gangguan spinal cord yakni frankel grade.
Selain kerusakan spinal cord disebabkan oleh faktor-faktor mekanik, kerusakan spinal cord dapat
terjadi oleh penyakit-penyakit medulla spinalis, seperti penyakit multiple sclerosis. Multiple Sclerosis (MS)
menyebabkan inflamasi sistem saraf pusat oleh imun tubuh yang diikuti dengan rusaknya myelin
(demyelinating) dan degenerasi sistem saraf pusat. Kerusakan pada myelin saraf menimbulkan
terganggunya transmisi saraf, MS biasa ditemukan pada grey dan white matter cerebrum, area
periventricular, white matter cerebellar, saraf/traktus optikus, brainstem, cervical segmen spinal
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
39
cord dan sistem saraf pusat lainnya. Hingga saat ini multiple sclerosis disebut sebagai penyakit white
matter sistem saraf pusat.
Gambar 6. Demyelinating
Tanda gejala klinis pada pasien multipe sclerosis meliputi, hilangnya aktivasi otot, spastisitas,
paraesthesia pada ekstremitas atau wajah, gangguan penglihatan (episodic visual blurring) dan vestibular
syndrome disertai vertigo.
1. Relapsing-remitting MS, merupakan gejala klinis yang banyak dijumpai, karakteristik serangan
MS singkat diikuti perbaikan (recovery) komplit atau parsial.
2. Secondary progressive MS, fase awal seperti Relapsing-remitting MS dan tiba-tiba sclerosis terus
bertambah buruk
3. Primary progressive MS, sclerosis terus meningkat tanpa adanya serangan
4. Progressive relapsing MS, sclerosis terus memburuk disertai frekuensi serangan yang banyak.
Selain multiple sclerosis, penyakit sclerosis seperti Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)
merupakan penyakit progresif yang menyerang sel saraf otak dan sel saraf spinal cord. Penyakit ini sangat
progresif dan bertambah berat tiap waktunya, ALS menyerang baik sistem saraf pusat ataupun sistem
saraf tepi, sehingga saraf akan berhenti menginervasi, otot menjadi lemah setiap waktu, atrophy, dan
akhirnya otak kehilangan fungsi dalam melakukan kontrol gerakan. Tanda yang sering menyertai penyakit
ini adalah fasikulasi otot ekstremitas atas, ekstremitas bawah, bahu, bahkan lidah, kram otot, susah
mengunyah dan menelan.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
40
LATIHAN SOAL
2. Kelumpuhan total pada kedua anggota gerak bawah disertai spastis di istilahkan sebagai apa?
4. Ketika terjadi kerusakan pada segmen C5, mengapa otot yang diinervasi oleh segmen yang rusak
menunjukkan tanda kerusakan LMN dan segmen di bawah kerusakan menunjukkan tanda
kerusakan UMN?
5. Apabila terjadi kerusakan spinal cord pada segmen dibawah T1, apa tipe sindrom motorik nya?
6. Jika protrusi diskus vertebra menuju posterior/central terjadi pada segmen dibawah L1, maka apa
7. Berdasarkan ASIA impairment scale, berapa grade penilaian pada pasien yang mengalami cidera
spinal cord menunjukkan kelemahan otot dalam melawan tahanan, namun mampu bergerak
melawan gravitasi?
JAWABAN
1. Myelopathy
2. Paraplegia
3. hipertonus disertai spastisitas, hiperreflex disertai clonus, respon ekstensor plantar (babinski) dan
disfungsi spinchter
4. pada anggota gerak yang diinervasi oleh C5 akan menunjukkan tanda kerusakan LMN dikarenakan
kerusakan terjadi juga pada motor neuron di AHC yang merupakan system saraf tepi, sedangkan
anggota tubuh dibawah segmen C5, motor neuron di AHC tidak rusak, namun traktus (white
matter) yang menuju segmen dibawah C5 rusak, sehingga anggota tubuh yang diinervasi oleh
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
41
5. Paraparesis/paraplegia
8. Inflamasi sistem saraf pusat yang diakibatkan oleh imun dan menyebabkan demyelinating saraf
9. Hilangnya aktivasi otot, spastisitas, paraesthesia pada ekstremitas atau wajah, gangguan penglihatan
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
42
PERTEMUAN 12 & 13
MATERI PEMBELAJARAN : PROPRIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
43
PNF merupakan pendekatan yang terintegrasi tidak hanya melatih satu segmen tubuh saja, misal
dalam latihan berbaring terlentang ke posisi miring, dilakukan latihan pembentukan pola pada scapula dan
pelvic (scapula anterior elevasi-pelvic anterior elevasi), pola gerakan scapula dan pelvic tersebut merupakan
komponen pola diagonal 1 fleksi.
Gambar 2. Pola Gerak Diagonal 1 (D1) dan Diagonal 2 (D2) Ekstremitas Atas
Prinsip dasar Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) diantaranya adalah ;
1. Resistance, pemberian tahanan guna membantu daya kontraksi otot, melatih kontrol gerakan dan
pembelajaran gerakan
2. Irradiation and reinforcement, menggunakan luapan impuls segmen proksimal untuk
membangkitkan impuls pada segmen distal
3. Manual contact, untuk meningkatkan keukatan dan memandu gerakan dengan lumbrical grip
4. Body position and body mechanic, menggunakan keuntungan mekanik tubuh untuk
memberikan tahanan yang konstan untuk kontrol gerakan
5. Verbal (commands), menggunakan perintah kata yang singkat dan jelas, serta intonasi yang tepat.
6. Visions, menggunakan visual untuk memandu arah gerakan dan meningkatkan kualitas gerakan
7. Traction and approximation, memberikan elongasi atau kompresi pada ekstremitas dan trunk
untuk memfasilitasi gerakan dan fasilitasi stabilitas
8. Stretch, melakukan elongasi dan stretch reflex untuk memfasilitasi kontraksi dan meminimalisir
kelelahan otot.
9. Timing, memberikan latihan gerakan dengan kecepatan gerakan normal, gerakan normal
membutuhkan perubahan gerakan yang halus dan koordinasi yang baik dalam satu waktu.
10. Pola, mengikuti pola pergerakan normal yang melibatkan pergerakan segmen proksimal dan distal
Dalam memberikan tahanan harus sesuai dengan kemampuan kontraksi otot pasien dan target
yang akan dicapai, pemberian tahanan gerak mampu membangkitkan/ menstimulasi cortex, fasilitasi
proprioceptive menjadi lebih efektif ketika otot aktif kontraksi melawan tahanan, besarnya fasilitasi selaras
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
44
dengan besarnya tahanan yang diberikan, perlu diperhatikan bahwa tahanan tidak boleh menimbulkan nyeri,
kelelahan otot atau irradiasi yang salah.
Memberikan tahanan pada anggota gerak yang sehat dapat memunculkan kontraksi pada otot yang
lesi, hal ini disebabkan adanya luapan impuls (irradiation), menghambat gerakan fleksi hip akan
memfasilitasi kontraksi fleksor otot trunk, menghambat gerakan supinasi maka memfasilitasi kontraksi otot
eksternal rotasi bahu, menghambat fleksi hip disertai adduksi dan eksternal rotasi memfasilitasi ipsilateral
dorsi-fleksi disertai inversi, menghambat gerakan fleksi leher maka memfasilitasi fleksi trunk dan hip
begitupula sebaliknya.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
45
Aproksimasi atau kompresi pada trunk dan ekstremitas digunakan untuk meningkatkan stabilisasi,
fasilitasi penumpuan berat tubuh dan kontraksi otot antigravity, fasilitasi sikap/posisi tegak, menghambat
komponen gerakan yang tidak diinginkan, misal aproksimasi pada akhir fleksi bahu untuk menghambat
elevasi scapula. Ciri khas gerakan PNF adalah melibatkan arah gerakan menyilang tubuh/diagonal, terdiri
dari gerakan diagonal 1 dan diagonal 2, baik pada ekstremitas atas ataupun ekstremitas bawah.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
46
LATIHAN SOAL
6. Untuk memfasilitasi dorsi fleksi, maka perlu memanfaatkan irradiation dengan cara apa?
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
47
PERTEMUAN 14
The Role of Constraint Induced Movement Therapy (CIMT)
Constraint Induced Movement Therapy (CIMT) adalah teknik latihan gerak yang men
targetkan sisi lemah untuk aktif bergerak, teknik ini sangat diperlukan untuk melatih pasien stroke.
Teknik CIMT merupakan latihan gerak fungsional pada sisi lemah dengan melakukan
constraint pada sisi sehat, membatasi alat bantu dan melakukan latihan aktivitas keseharian dengan
frekuensi yang selalu ditingkatkan. Dengan memaksa sisi lemah untuk bergerak maka akan memutus siklus
impairment, yakni menurunnya penggunaan sisi lemah, menurunnya aktivitas cortical dan prilaku
kompensasi/mengganti kemampuan sisi lemah dengan sisi sehat.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
48
Perubahan perkembangan prilaku ditunjukkan dengan prilaku penggunaan kedua sisi tubuh sebagaimana
orang normal, sehingga kemampuan fungsi motorik meningkat, kemampuan fine motor, pola jalan dan
keseimbangan meningkat.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
49
LATIHAN SOAL
5. Buatlah program latihan menggunakan Teknik CIMT berdasarkan dosis intensitas lama
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Neuromuskuler Pusat_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis