Anda di halaman 1dari 16

Mekanisme Kerja Pusat Bahasa pada Hemisfer Serebri

Yakin Arung Padang


102016028
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 1151
Email: yakin.2016fk028@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Bicara adalah salah satu bentuk dari komunikasi. Dalam berbicara seseorang melakukan
suatu bentuk dari rangsangan neuron motorik, dimana dalam bebicara perlu adanya gerakan
dari otot-otot lidah dan mulut. Tentunya juga otot tidak dapat berkerja tanpa adanya
rangsangan sensorik yang nantinya akan di olah pada sistem saraf pusat. Pada SSP, terdapat
beberapa bagian utama yang memiliki peran masing-masing dalam berbagai tindakan
manusia. Dalam berbicara dan menuturkan bahasa manusia akan mekalakukan beberapa
mekanisme berbahasa. Ada area pada hemisfer serebri yaitu area broca pada brodmann 44.
Pada area broca ini akan diolah bahasa yang nantinya akan diteruskan ke korteks motorik
primer. Jika terjadi lesi pada area broca maupun wernicke, tentunya akan menimbulkan
gangguan berbahasa yang kita kenal sebagai afasia.
Kata kunci: Broca, wernicke, sistem saraf pusat, afasia

Abstract
The soles talk is one form of communication. In speaking someone do a form of stimulation
motor neurons, where in need of talking movement of the muscles of the tongue and mouth.
Hopefully also muscles cannot diffusing without the sensory stimulation of which will be on
offer on the central nervous system. On the cns, there are some main part that has the role of
each in various human actions. In speaking and said human language will be some
mechanism mekalakukan speaking. There are areas on hemispheric serebri namely broca
area on brodmann 44. On an area of broca this will be processed language which will be
forwarded to the primary motor cortex. Lesions if happened on an area of broca and
wernicke, certainly will inflict disorder speaks we know only as aphasia.
Key Words: Broca, wernicke, central nervous system, aphasia
Pendahuluan
Dalam berbahasa tentunya ada bagian yang berperan penting dalam proses berbahasa. Area
Broca adalah bagian dari otak manusia yang terletak di gyrus frontalis superior pada lobus
frontalis korteks otak besar. Area ini berperan pada proses bahasa, serta kemampuan dan
pemahaman berbicara. Area Broca terletak berdampingan dengan area Wernicke. Keduanya
ditemukan hanya pada salah satu belahan otak saja, umumnya pada bagian kiri, karena
populasi manusia kebanyakan dominan kiri. Area Broca terletak kira-kira pada area
Brodmann 44 dan kadang-kadang juga mencakup 45. Sistem saraf pusat sendiri terdiri dari
otak atau encephalon yang terletak di dalam cavitas cranii dan medulla spinalis yang
merupakan lanjutan dari otak setelah melalui foramen magnum. Otak dibagi menjadi
cerebrum, cerebellum, dan truncus encephali. Cerebrum adalah bagian terbesar otak dan
terdiri dari dua hemisfer cerebrum yang dihubungkan oleh massa substantia alba yang disebut
corpus callosum, lapisan permukaan setiap hemisfer cerebrum disebut cortex cerebrum yang
disusun oleh substantia grisea, cortex cerebrum sendiri merupakan lapisan jaringan saraf
terluar dan selain mempunyai peranan dalam bahasa, cortex cerebrum juga berperan dalam
mengatur memori, perhatian, persepsi, pikiran dan kesadaran. Gangguan berbicara merupakan
salah satu contoh dari gangguan berbahasa dikarenakan rusaknya bagian tertentu dari cortex
cerebrum, gangguan berbicara yang umum di alami adalah afasia, dysarthria dan apraxia.
Afasia adalah lemahnya kemampuan menggunakan bahasa dengan baik dikarenakan
rusaknya cortex cerebrum dan biasanya ditimbulkan karena stroke, sedangkan dysarthria
adalah gangguan karena rusaknya system saraf yang mengontrol mekanisme produksi bicara,
dan apraxia adalah gangguan untuk merencanakan dan memposisikan urutan kata secara tepat
karena ada gangguan pada otot bicara yang berkaitan dengan artikulasi kata-kata.

Telencephalon
Telencephalon (telensefalon) adalah bagian terbesar dari otak manusia, yang
memperantarai berbagai proses kognitif complex seperti belajar, berbahasa, mengingat, dan
sebagai wadah untuk menyimpan memori. Telensefalon terdiri dari cerebrum dan korteks
serebri. Serebrum merupakan satu bagian dari komponen otak yang memiliki kapasitas paling
besar. Serebrum memiliki bagian atau bentuk yang tersusun membentuk suatu struktur yang
disebut cerebral cortex (korteks serebral) yang tersusun atas berbagai komponen jaringan.
Korteks serebral ini berkonvlusi (bertekuk-tekuk). Berefek pada bertambah banyaknya
korteks serebral tanpa menambah volume otak secara keseluruhan. Lekukan-lekukan besar
pada korteks yang bekovolusi disebut fisura atau celah, dan lekukan kecil/ alur yang disebut
sulci (bentuk jamak dari sulcus). Diantara fisura dan sulci disebut gyri (bentuk jamak dari
gyrus).1
Korpus kolosum yang terdiri dari serabut termielenisasi menyatukan kedua hemisfer.
Fisura dan sulcus. Setiap hemisfer dibagi oleh fisura dan sulcus menjadi 4 lobus yang
dinamakan sesuai tempat tulangnya berada, dimana lobus-lobus tersebut memiliki fungsi
khusus antara lain yakni: lobus fontal yang berfungsi untuk pengambilan keputusan,
pemecahan masalah, dan perencanaan; lobus oksipital yang berfungsi untuk terlibat dalam
penglihatan dan pengenalan warna; lobus parietal yang berfungsi untuk menerima dan
memproses informasi sensorik; dan lobus temporal yang berfungsi dalam tanggapan
emosional, memori, dan bersuara.1,2
Selain serebrum sebagai bagian otak yang paling luar dan besar, terdapat juga korteks
serebri sering hanya disebut korteks, adalah lapisan luar materi abu-abu (grey matter), sekitar
2 mm tebalnya, yang menutupi seluruh permukaan belahan otak. Korteks serebri terdiri dari
sel-sel neuron dan pendukung (sel glia) dan berfungsi menghubungkan informasi dari banyak
sumber untuk mempertahankan semua bentuk pengalaman sadar, termasuk persepsi, emosi,
berpikir, dan perencanaan, serta koordinasi dari aktivitas motorik. Pada korteks serebri
terbagi atas beberapa daerah, diantaranya: area motorik primer pada korteks yang terdapat
dalam girus presentral. Disini neuron mengendalikan kontraksi volunteer otot rangka. Area
pramotorik korteks terletak tepat di sisi anterior girus presentral. Neuron mengendalikan
aktivitas motorik yang terlatih dan berulang seperti mengetik. Area broca terletak di sisi
anterior area premotorik pada tepi bawahnya. Area ini terletak pada daerah brodman 4; area
sensorik korteks yang terdiri dari area sensorik primer, area visual primer, area auditori
primer. Area olfaktori primer dan area pengecap primer (gustatory). Area ini terletak pada
daerah brodman 1-3; area asosiasitraktus serebral yang terdiri area asosiasi frontal, area
asosiasi somatic, area asosiasi visual, area wicara Wernicke; ganglia basal adalah kepulauan
substansi abu-abu yang terletak jauh di dalam substansi putih serebrum.2,3
Gambar 1. Hemisphere serebri.2

Lobus Frontal
Area precentralis terletak di gyrus presentralis, terbagi menjadi daerah posterior dan
anterior. Pada daerah posterior terdapat area brodmann 4 atau motorik primer. Sedangkan
pada daerah anterior ada area premotorik atau motorik sekunder pada brodmann 6 serta
sebagian brodmann 8, 44, dan 45. Area ini terdapat juga gyrus frontalis medius dan inferior,
pada gyrus frontalis inferior dibagi menjadi 3 bagian yaitu: pars oppecularis, pars tringularis,
dan pars orbitalis.4

Lobus parietal
Gyrus postcentralis merupakan pusat somatosensorik primer atau area brodmann 1-
3. Selanjutnya pada area somatosensorik sekunder terletak di bibir atas crus posterius fisura
lateralis. Area somatosensorik asosiasi menempati lobus parietalis superior yang membentang
hingga permukaan medial hemispherium serebri (area Brroadmann 5 dan 7) yang fungsinya
untuk menerima dan mengintegrasikan berbagai modalitas sensorik. Lobulus parietalis
inferior yang terdiri dari gyrus supramarginalis dan gyrus angularis yangmerupakan pusat
bicara sensorik wernicke atau area brodmann 39 dan 40.4

Lobus temporalis
Lobus piriformis, terdiri dari sulcus, gyrus parahippocampus dan striae olfactory
lateral sebagai pusat penciuman primer atau area 34 dan 28 brodmann. Selanjutnya gyrus
temporalis superior yang merupakan pusat pendengaran pada area brodmann 41. Dan gyrus
temporalis media atau inferior dikenal sebagai korteks para auditori pada area brodmann 42.4

Lobus occipitalis
Pada lobus occipitalis terdapat area brodmann 17 yang berperan sebagai area visual
primer yang terletak pada dinding bagian posterior sulcus calcarina dan gadang. Selanjutntya
ada area visal sekunder atau area brodmann 18 dan 19 pada permukaan medial dan lateral
hemisfer. Fungsinya adalah menghubungkan informasi visual yang diterima oleh area visual
primer dengan pengalaman masa lalu (brodmann 5 dan 7) sehingga memungkinkan untuk
mengenal apa yang dilihat.4

Nervi cranial
Nervi cranial adalah 12 pasang saraf pada manusia yang mencuat dari otak, berbeda
dari saraf spinal yang mencuat dari sumsum tulang belakang. Saraf kranial merupakan bagian
dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori (saraf I, II,
VIII); 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis gabungan (saraf
V, VII, IX, X). Pasangan saraf-saraf ini diberi nomor sesuai urutan dari depan hingga
belakang, lazimnya menggunakan angka romawi nervi cranial sendir merupakan bagian dari
sistem saraf tepi namun berlokasi di dekat sistem saraf pusat yakni kranium/tengkorak.
Sehingga seringkali mereka disalah klasifikasikan.Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan
struktur yang ada di kepala dan leher manusia seperti mata, hidung, telinga, mulut dan lidah.
Pasangan I dan II mencuat dari otak besar, sementara yang lainnya mencuat dari batang
otak.5,6
Gambar 2. Tempat asal nervus cranialis dan fungsinya (sumber: Encyclopedia Britannica
inc, 2015)

Struktur makroskopis pusat bahasa


Bahasa adalah bentuk kompleks dari komunikasi, dapat dalam bentuk tulisan ataupun
ucapan untuk menandakan suatu objek atau untuk menyampaikan suatu ide. Bahasa
mencakup dua kemampuan, yakni kemampuan untuk berbicara dan kemampuan untuk
mengerti atau memahami.3
Dalam berbahasa tentunya ada bagian yang berperan penting dalam proses berbahasa.
Area Broca adalah bagian dari otak manusia yang terletak di gyrus frontalis superior pada
lobus frontalis korteks otak besar. Area ini berperan pada proses bahasa, serta kemampuan
dan pemahaman berbicara. Area Broca terletak berdampingan dengan area Wernicke.
Keduanya ditemukan hanya pada salah satu belahan otak saja, umumnya pada bagian kiri,
karena populasi manusia kebanyakan dominan kiri. Area Broca terletak kira-kira pada area
Brodmann 44 dan kadang-kadang juga mencakup 45. Area Broca dan Wernicke dihubungkan
dengan satu jalur saraf yang disebut fasciculus arcuata. Pada kera makakus, bagian ini
bertanggungjawab penuh untuk mengatur bagian wajah dan mulut (orofasial).7
Gambar 3. Area broca dan wernicke (sumber: National institute on deafness and other
communication disorder, 2015)

Struktur mikroskopis sistem saraf pusat


Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
Keduanya memiliki sifat sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting, oleh karena itu
kedua bagian ini perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak
juga dilindungi 3 lapisan selaput yang disebut meninges. Bila membran ini terkena infeksi
maka akan terjadi radang yang disebut meningitis. Ketiga lapisan membran meninges dari
luar ke dalam adalah sebagai berikut, yakni duramater yang terdiri dari dua lapisan, yang
terluar bersatu dengan tengkorak sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang
mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat
rongga epidural berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan
medula spinalis; arachnoid mater disebut demikian karena bentuknya seperti sarang laba-
laba. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinal atau semacam cairan
limfa yang mengisi sela-sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai
bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik; dan piamater atau lapisan
terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan permukaan otak yang
berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.1,8
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu: badan sel yang
membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea); serabut saraf yang membentuk bagian
materi putih (substansi alba); sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-
sel saraf di dalam sistem saraf pusat.9

Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi
susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks)
dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa
materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.9

Gambar 4. Substansia kelabu dan alba pada potongan melintang medulla spinalis dan
serebrum.9

Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari
segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang
1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil
(Cerebellum), dan batang otak.1

Otak Besar (cerebrum)


Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Yaitu Berpikir,
berbicara, melihat, bergerak, mengingat, dan mendengar termasuk kegitan tubuh yang
disadari. Otak besar dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri.
Masing-masing belahan pada otak tersebut disebut hemister. Otak besar belahan kanan
mengatur dan mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri, sedangkan otak belahan kiri
mengatur dan mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan.4
Gambar 5. Struktur mikroskopis serebrum. (I)Lap molekular, (II)Lap granular luar, (III)Lap
sel-sel piramid, (IV)Lap granular dalam, (V)Lap piramid/ganglioner, (VI)Lap sel-sel
multiform atau polimorf (sumber: lab. Histology ukrida)

Otak tengah (Mesensefalon)


Otak tengah merupakan pebghubung antara otak depan dan otak belakang, bagian
otak tengah yang berkembang adalah lobus optikus yang berfungsi sebagai pusat refleksi
pupil mata, pengatur gerak bola mata, dan refleksi akomodasi mata.1,4
Otak kecil (cerebellum)
Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak
kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna
putih. Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan kiri dan belahan kanan yang
dihubungkan oleh jembatan varol. Otak kecil berfungsi sebagai pengatur keseimbangan
tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika seseorang akan melakukan kegiatan dan pusat
keseimbangan tubuh.4

Gambar 6. Struktur mikroskopis serebellum (1)Substansia kelabu, (2)Lap. Molekular,


(3)Lap. Glanular, (4)sel purkinya/ Lap. Ganglioner, (5)Substansia alba (sumber: lab.
Histologi ukrida
Sumsum lanjutan (medula oblongata)
sumsum lanjutan atau sumsum penghubung. terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan
dalam dan luar berwarna kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar berwarna
putih, berisi neurit dan dendrit. Medulla oblongata berfungsi sebagai pusat pengaturan ritme
respirasi, denyut jantung, penyempitan dan pelebaran pembuluh darah, tekanan darah, gerak
alat pencernaan, menelan, batuk, bersin, sendawa.4

Sumsum Tulang Belakang (medulla spinalis)


Sumsum tulang belakang terletak memanjang didalam rongga tulang belakang, mulai
dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Sumsum tulang
belakang terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan dalam
berwarna kelabu. Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung
badan saraf. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan
saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta
sebagai pusat pengatur gerak refleks.4
2
3 1
1
4
2

Gambar 7. Struktur mikroskopis medulla spinalis (1)Substansia kelabu, (2) Substansia alba,
(3)Kanalis sentralis, (4)Sel ependim (sumber: lab. Histologi ukrida)

Neuron
Neuron adalah sel yang sangat khusus yang telah ditekankan karakteristik dasar sel-
sel lain, yang meliputi potensi transmembran, kemampuan untuk membentuk perpanjangan
sitoplasma, dan sebagainya. Perpanjangan neuron juga telah menjadi khusus, sehingga
saluran ion dan reseptor di membran dendrit berbeda dengan di membran akson. Selain itu,
setiap neuron memiliki bentuk sendiri yang unik, posisi yang unik dalam sistem saraf, dan
koneksi yang unik ke neuron lain atau reseptor (indra) atau sel efektor (otot atau kelenjar) sel.
Sebagai contoh, beberapa akson dapat membentuk sinaps langsung dengan badan sel neuron
lain, atau bahkan dengan akson-nya. Badan sel saraf juga sangat bervariasi baik dalam ukuran
maupun bentuk dan funsinya. Geometri dendrite neuron dan akson juga sangat bervariasi
dengan perannya dalam sirkuit saraf. Berikut ini adalah jenis-jenis neuron berdasarkan bentuk
morfologinya dan fungsinya (lihat gambar 8 dan 9).10

Gambar 8. Jenis-jenis neuron berdasarkan fungsinya. (a)bipolar, (b)unipolar, (c)multipolar.10


Gambar 9. Jenis-jenis neuron berdasarkan fungsinya. (a)neuron motorik, (b)neuron sensorik,
(c)interneuron.10

Mekanisme bicara
Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk
berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari
sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara
melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus
pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan
struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung. Berikut ini adalah mekanisme
bagaimana proses seseorang berbicara melalui rangsangan pada area broca dan wernicke.11
Gambar 10. Mekanisme berbicara pada area wernicke dan broca. (1a) untuk mengatakan
sesuatu yang dilihat, otak akan mentransfer informasi visual dari korteks visual primer ke
girus angular korteks asosiasi lobus parietal-temporal-oksiptal, yang mengintegrasikan
masukan seperti penglihatan suara dan sentuhan. (1b) untuk mengatakan sesuatu yang di
dengar, otak mentransfer informasi auditorik dari korteks auditorius primer ke girus angular.
(2) informasi tersebut ditransfer ke area wernicke, tempat pilihan dan rangkaian kata-kata
yang akan diucapkandan diformulasikan. (3) perintah bahasa ini kemudian ditransmisikan ke
area broca yang mentranslasikan pesan tersebut menjadi pola suara yang terprogram. (4)
program suara ini akan dibawa ke daerah korteks motorik primer yang sesuai dan yang akan
mengaktifkan otot-otot wajah dan lidah tertentu sehingga kata-kata yang diinginkan dapat
diucapkan.11

Dalam berbicara tentunya ada persarafan yang menunjang terjadinya proses tersebut.
Nervi craniales berperan penting dalam menyalurkan rangsangan motorik untuk
menggerakan otot pada wajah, mulut, dan lidah. Proses bicara nyatanya melewati berbagai
proses hingga terbentuknya sebuah kalimat yang utuh. Berikut ini adalah mekanisme
ragsangan berbicara.12
(1)Produksi suara melalui suatu fonasi. Saat fonasi pita suara membuat celah sempit yang
memungkinkan udara secara langsung untuk bisa menghasilkan suara seperti halnya pada
suling, ataupun pipa organ. Otot yang menggerakkan pita suara disarafi oleh saraf laryngeal
recurrent yang merupakan bagian dari saraf vagus (X). (2)membuat suara tersebut dapat
dimengerti melalui sebuah artikulasi. Otot faringeal (X), lidah (XII), otot eksresi wajah (VII),
gerakan mandibula (Vc) dan palatum(X, V) semuanya berperan dalam mengubah suara yang
tanpa arti menjadi lebih bisa dimengerti. (3)Terakhir adalah Pitch. Pitch dimodulasi secara
umum melalui penegangan otot cricothyroid dan pengenduran pita suara. Semua gerakan dari
pita suara dikontrol oleh nukleus ambiguus melalaui saraf laringeal superior
dan recurrent (X). Lesi pada nukleus ini dapat berujung terhadap kelainan proses menelan
dan berbicara yang lazim disebut bulbar dan pseudobulbar palsy.12

Jenis-jenis afasia
Afasia adalah suatu kondisi gangguan otak anda dari kemampuan untuk sulit
berkomunikasi. Afasia dapat mempengaruhi kemampuan Anda untuk mengekspresikan dan
memahami bahasa, lisan dan tulisan. Afasia biasanya terjadi tiba-tiba setelah stroke atau
cedera kepala. Afasia dikaegorikan kedalam beberapa jenis antara lain afasia broca/ motorik,
afasia wernicke/ sensorik, afasia konduksi, dan afasia global.3
Afasia broca/ motorik
Afasia broca adalah kerusakan (lesi) yang terjadi pada daerah broca. Afasia broca
menyebabkan gangguan pada perencanaan dan pengungkapan ajaran. Kalimat-kalimat yang
diutarakan terpatah-patah. Karena alat penyuara juga terganggu maka seringkali lafalnya juga
tidak jelas. Kata-kata dari kategori sintaktik utama seperti nomina, verba, dan adjektiva tidak
terganggu, tetapi pasien kesukaran dengan kata-kata fungsi.13

Afasia wernicke/ sensorik


Afasia wernicke adalah lesi yang terjadi pada wernicke. Penderita pada afasia ini
lancar dalam berbicara, bentuk sintaksisnya juga cukup baik. Hanya saja kalimat-kalimatnya
sukar dimengerti banyak kata-kata yang tidak cocok maknanya dengan kata-kata lain
sebelum dan sesudahnya. Hal ini disebabkan karena penderita afasia ini sering keliru dalam
memilih kata-kata seperti fair bisa diganti dengan chair, carrot bisa diganti dengan cabbage,
dsb. Penderita afasia wernicke juga mengalami gangguan dalam komperhensi lisan. Dia tidak
mudah dapat memahami apa yang kita katakan.13
Afasia konduksi
Bagian otak yang rusak pada afasia macam ini adalah fiber-fiber yang ada pada
fasikulus akurat yang menghubungkan lobus temporal dan lobus frontal. Karena hubungan
daerah broca di lobus frontal yang menangani produksi dengan daerah wernicke di lobus
temporal yang menangani komperhensi terputus maka pasien afasia konduksi tidak dapat
mengulang kata yang baru saja diberikan kepadanya. Dia dapat memahami apa yang
dikatakan orang. Misalnya dia akan dapat mengambil pena yang terletak di meja kalau
disuruh demikian.13

Afasia global
Pada afasia ini kerusakan terjadi tidak pada satu daerah saja, melainkan beberapa
daerah lain. Kerusakan bisa menyebar dari daerah broca, melewati korteks motor menuju ke
lobus parietal dan sampai ke daerah wernicke.luka yang sangat luas ini tentunya
mengakibatkan gangguan fisikal dan verbal yang sangat besar. Dari segi fisik, penderita bisa
lumpuh di sebelah kanan, mulut bisa mencong, dan lidah bisa menjadi tidak cukup fleksibel.
Dari segi verbal, dan bisa kesukaran memahami ujaran orang, ujarnya tidak mudah
dimengerti orang, dan kata-katanya tidak diucapkan dengan cukup jelas.13

Kesimpulan
Bahasa adalah bentuk kompleks dari komunikasi, dapat dalam bentuk tulisan ataupun
ucapan untuk menandakan suatu objek atau untuk menyampaikan suatu ide. Bahasa
mencakup dua kemampuan, yakni kemampuan untuk berbicara dan kemampuan untuk
mengerti atau memahami. Dalam berbahasa area broca sangat berperan penting dalam
mengatur bahasa dan kata-kata, dimana area broca terleak pada gyrus frontalis superior.
Selain itu ada juga saraf yang berperan penting dalam menggerakkan otot lidah yaitu nervous
XII (hypoglosus). Dalam tubuh manusia terdapat berbagai macam neuron yang memiliki
peran masing-masing, yang nantinya akan berfungsi untuk menghantarkan atau menerima
rangsangan.
Daftar pustaka
1. Campbell NA, Reece JB, Mitchel LG. Biologi. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2004, hal. 222-9
2. Haines DE. Fundamental neuroscience for basic and clinical application. 4th editon.
Philadelphia: Elseivers Saunders; 2013, page. 442-8
3. Satyanegara. Ilmu bedah saraf. Edisi ke-4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
2010, hal. 145
4. Arslan OE. Neuroanatomical basis of clinical neurology. 2nd edition. London: CRC
Press; 2015, page.131-7
5. Muttaqin A. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta:
Salemba Medika; 2008, hal. 74
6. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Kedokteran klinis. Edisi ke-6. Jakarta: Salemba
Medika; 2008, hal. 3
7. Kushartanti, Yuwono U. Pesona bahasa langkah awal memahami linguistic. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama; 2007, hal. 17
8. Alcamo IE. Anatomy coloring workbook. 2nd edition. New York: Random House, inc;
2003, page. 114
9. James J, Baker C, Swain H. Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2007, hal.187
10. Campbell NA, Reece JB, Mitchel LG. Biologi. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2003, hal. 203-9
11. Sherwood L. Introduction to human physiology. 8th edition. Virginia: Cengace
Learning; 2013, page.160
12. Monkhouse S. Cranial nerve functional anatomy. London: Elseviers Saunders; 2006
13. Weiner HL, Levitt LP. Buku saku neurologi. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007, hal 12-8

Anda mungkin juga menyukai