Anda di halaman 1dari 30

Karakteristik Buku Besar dan Buku Pembantu

Menurut Mulyadi (1993:55) definisi buku besar (general ledger) yaitu:


Buku besar merupakan kumpulan rekening-rekening yang digunakan untuk menyortasi dan
meringkas informasi yang telah dicatat dalam jurnal.
Sedangkan definisi buku pembantu menurut Mulyadi (1993:55) adalah:
Buku pembantu (subsidiary ledgers) adalah suatu cabang buku besar yang berisi rincian
rekening tertentu yang ada dalam buku besar.
Dengan demikian baik buku besar maupun buku pembantu terdiri dari rekening. Kemudian
timbul pertanyaan : apakah rekening itu ?
Rekening adalah judul suatu catatan akuntansi yang umumnya berbentuk T, yang dibagi dua
bagian, sebelah kiri disebut debit dan sebelah kanan disebut kredit, sebagai alat untuk
mengklasifikasikan dan mencatat transaksi berdasar prinsip tata buku berpasangan (double
entry bookkeeping).
Proses sortasi dan pemindahan data ke dalam buku besar dan buku pembantu disebut dengan
pembukuan (posting). Dalam sistem manual, kegiatan posting ini memerlukan 4 tahap berikut
ini :
1.

Pembuatan rekapitulasi jurnal.

2.

Penyortasian rekening yang akan diisi dengan data rekapitulasi.

3.

Pencatatan data rekapitulasi dalam rekening yang bersangkutan.

4.

Pengembalian rekening ke dalam arsip pada urutannya semula.

Pembuatan rekapitulasi mengawali kegiatan posting. Jika perusahaan menyelenggarakan


jurnal - jurnal khusus berkolom, kegiatan posting diawali dengan penjumlahan kolom kolom, dan pembuatan ringkasan data rupiah dari kolom lain - lain dalam jurnal tersebut.
Angka rupiah beserta nama dan nomor rekening hasil kegiatan pembuatan rekapitulasi ini
siap untuk ditransfer ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
Untuk mencatat hasil rekapitulasi tersebut, harus dilakukan penyortasian terhadap rekening rekening dalam buku besar, untuk mencari rekening yang bersangkutan dengan yang
tercantum dalam hasil rekapitulasi. Setelah rekening yang dimaksud ditemukan, kemudian
diambil dari arsip, diletakkan di meja untuk disiapkan menerima posting informasi dari
rekapitulasi jurnal.
Pencatatan data hasil rekapitulasi jurnal ke dalam rekening dilakukan dengan mencatat
tanggal, nama jurnal, halaman jurnal (folio jurnal), dan jumlah rupiah yang didebitkan atau
dikreditkan ke dalam rekening tersebut. Setelah kegiatan pencatatan ini selesai dilaksanakan,
rekening yang bersangkutan harus dikembalikan ke dalam arsip, pada tempatnya semula,
untuk memudahkan pencariannya kembali dalam kegiatan posting yang lain.

Buku besar merupakan tempat untuk menampung informasi yang akan disajikan dalam
laporan keuangan. Dengan demikian susunan informasi yang akan disajikan dalam laporan
keuangan merupakan dasar untuk menyusun rekening - rekening yang ada dalam buku besar.
Selanjutnya rekening - rekening yang ada dalam buku besar digunakan sebagai dasar
penggolongan transaksi yang dicatat dalam jurnal.
Jika diperlukan rincian mengenai rekening tertentu dalam buku besar, maka dibentuklah buku
pembantu. Rekening yang ada dalam buku besar, yang dirinci dalam buku pembantu disebut
dengan rekening kontrol (controlling account), sedangkan rekening yang ada dalam buku
pembantu, yang merupakan rincian rekening tertentu dalam buku besar disebut dengan
rekening pembantu (subsidiary account). Data yang di-posting ke dalam buku pembantu ini
diperoleh dari dokumen sumber atau dari jurnal. Dalam ledgerless bookkeeping, fungsi buku
pembantu ini digantikan oleh arsip dokumen sumber.

Karakteristik Buku Besar dan Buku Pembantu


Buku besar (general ledger) adalah kumpulan rekening-rekening yang digunakan menyortasi
dan meringkas informasi yang telah dicatat dalam jurnal. Buku pembantu (subsidiary
ledgers) adalah suatu kelompok rekening yang merupakan rincian rekening tertentu yang ada
dalam buku besar, yang dibentuk untuk memudahkan dan mempercepat penyusunan laporan
dan neraca percobaan. Dalam ledgerless bookkeeping, fungsi buku pembantu ini digantikan
oleh arsip dokumen sumber. Umumnya perusahaan manufaktur menyelenggarakan berbagai
buku pembantu berikut ini :
Buku pembantu persediaan
Buku pembantu piutang
Buku pembantu utang
Buku pembantu harga pokok produk
Buku pembantu biaya
Buku pembantu aktiva tetap.
Proses sortasi dan pemindahan data ke dalam buku besar dan buku pembantu disebut dengan
pembukuan (posting). Dalam sistem manual, kegiatan posting memerlukan 4 tahap, yaitu :
Pembuatan rekapitulasi jurnal.
Penyortasian rekening yang akan diisi dengan data rekapitulasi.
Pencatatan data rekapitulasi dalam rekening yang bersangkutan.
Pengembalian rekening ke dalam arsip pada urutannya semula.

Formulir Rekening Buku Besar


Ada berbagai variasi bentuk formulir rekening buku besar, yaitu :
Rekening dengan debit lebar (wide debit ledger).
Rekening biasa (regular ledger).
Rekening berkolom saldo di tengah (center balance ladger).
Rekening berkolom saldo (balance ladger).
Rekening ganda berkolom saldo (double ledger with balance ladger).
Rekening dengan saldo lama dan saldo baru (old and new balance ladger).

Susunan Rekening Buku Besar


Rekening-rekening yang dibentuk dalam buku besar harus disesuaikan dengan jenis dan
susunan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Rekening yang ada dalam
buku besar digunakan sebagai dasar penggolongan transaksi yang dicatat dalam jurnal.

Kode Rekening
Kode adalah suatu rerangka yang menggunakan angka atau huruf atau kombinasi angka dan
huruf untuk memberi tanda terhadap klasifikasi yang sebelumnya telah dibuat. Kode ini
memudahkan identifikasi dan pembedaan elemen-elemen yang ada di dalam suatu klasifikasi.
Tujuan kode yaitu :
Mengidentifikasi data akuntansi secara unik.
Meringkas data.
Mengklasifikasi rekening atau transaksi.
Menyampaikan makna tertentu.
Metode pemberian kode rekening ada 5, yaitu :
Kode angka atau alfabet urut.
Kode angka blok.
Kode angka kelompok.
Kede angka desimal.

Kode angka urut didahului dengan huruf.

Kode angka urut, karakteristik :


Rekening diberi kode dengan angka urut, dari angka kecil ke angka besar.
Jumlah angka dalam kode tidak sama.
Perluasan klasifikasi pada suatu rekenig akan mengakibatkan perubahan kode semua
rekening yang kodenya lebih besar dari kode rekening yang mengalami perluasan.

Kode angka blok, karakteristik :


Rekening diberi kode dengan blok angka, dari angka kecil ke angka besar.
Jumlah angka dalam kode tidak sama.
Perluasan klasifikasi pada suatu rekenig ditampung dengan menyediakan angka cadangan
dalam setiap blok yang diperkirakan akan mengalami perluasan klasifikasi.

Kode angka kelompok, karakteristik :


Rekening diberi kode angka atau kombinasi angka dan huruf.
Jumlah angka dan/atau huruf dalam kode adalah tetap.
Perluasan klasifikasi dilakukan dengan member cadangan angka dan/atau huruf ke kanan.

Kode angka desimal, karakteristik :


Rekening diberi kode dengan angka yang berurutan, dari angka kecil ke angka besar.
Jumlah angka dalam kode tidak sama.
Perluasan klasifikasi pada suatu rekenig dilakukan dengan maksimum pemecahan tidak lebih
dari 10.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam merancang kode rekrning, adalah :
Rerangka kode harus secara logis memenuhi kebutuhan pemakai dan metode pengolahan data
yang digunakan.
Setiap kode harus mewakili secara unik unsure yang diberi kode.
Desain kode harus mudah disesuaikan dengan tuntutan perubahan.

Posting ke Dalam Rekening Buku Besar dan Buku Pembantu


Posting ke dalam buku besar dan buku pembantu dapat dilakukan dengan salah satu diantara
4 metode berikut ini :
Posting jurnal ke dalam rekening buku besar dengan tulisan tangan danposting dokumen
sumber ke dalam rekening buku pembantu dengan cara yang sama.
Posting dokumen sumber ke dalam rekening buku pembantu yang menghasilkan jurnal
sebagai tembusan posting ke dalam rekening tersebut.
Posting ke dalam buku pembantu sebagai akibat dari pengisian dokumen sumber, yang
sekaligus menghasilkan jurnal sebagai tembusan pengisian bukti tersebut.
Pembukuan tanpa buku pembantu.

Cara Penanganan Dokumen Sumber


Dokumen sumber atau media dapat dibagi menjadi golongan: media tunggal dan media
campuran. Media tunggal adalah dokumen sumber yang hanya berisi satu rekening yang
didebit atau satu rekening yang dikredit. Media campuran adalah dokumen sumber yang
berisi lebih dari satu rekening yang dikredit atau lebih dari satu rekening yang didebit. Media
campuran di-posting ke rekening pembantu dengan salah satu diantara dua cara
berikut, Random posting dan Exhaust posting.

BAB 5
BUKU BESAR DAN BUKU PEMBANTU
.......................................... buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi
terakhir dalam sistem akuntansi pokok. buku besar menampung ringkasan data........ buku dan
buku pembantu merupakan catatan akuntansi akhir (boof of final entry) dalam sistem
akuntansi pokok.
Buku besar ini menampung ringkasan data yang sudah diklasifikasikan, yang berasal dari
jurnal.
Setelah data dari jurnal diringkas dalam buku besar, tidak ada lagi proses pencatatan dalam
catatan akuntansi yang dilakukan untuk menghasilkan laporan keuangan.
A. KARAKTERISTIK BUKU BESAR DAN BUKU PEMBANTU
Buku besar (general ledger) merupakan kumpulan rekening-rekening yang digunakan untuk

menyortasi dan meringkas informasi yang telah dicatat dalam jurnal. Buku pembantu
(subsidiary ledger) adalah suatu cabang buku besar yang berisi rincian rekening tertentu yang
ada dalam buku besar .Dengan demikian baik buku besar maupun buku pembantu terdiri dari
rekening. Timbul pertanyaan apakah rekening itu ?. Rekening adalah judul suatu catatan
akuntansi yang umumnya berbentuk T, yang dibagi dua bagian, sebelah kiri disebut debit dan
sebelah kanan disebut kredit,sebagai alat untuk mengklasifikasikan dna mencatat transaksi
berdasar prinsip tata buku berpasangan (double entry bookeeping).
Proses sortasi dan pemindahan data ke dalam buku besar dan buku pembantu disebut dengan
pembukuan (posting). Dalam sistem manual, kegiatan posting ini memerlukan 4 tahap berikut
ini :
1. Pembuatan rekapitulasi jurnal
2. Penyertasian rekening yang akan diisi dengan data rekapitulasi
3. Pencatatan data rekapitulasi dalam rekening yang bersangkutan
4. Pengembalian rekening ke dalam arsip pada umumnya semula.
Pembuatan rekapitulasi mengawali kegiatan posting. Jika perusahaan menyelenggarakan
jurnal-jurnal khusus berkolom, kegiatan posting diawali dengan penjumlahan, kolom-kolom,
dan pembuatan ringkasan data rupiah dari kolom lain-lain dalam jurnal tersebut. Angka
rupiah beserta nama dan nomor rekening hasil kegiatan pembuatan rekapitulasi ini siap untuk
ditransfer ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
Untuk mencatat hasil rekapitulasi tersebut, harus dilakukan penyortasian terhadap rekeningrekening dalam buku besar, untuk mencari rekening yang bersangkutan dengan yang
tercantum dalam hasil rekapitulasi . Setelah rekening yang dimaksud ditemukan, kemudian
diambil dari arsip, diletakkan di meja untuk disiapkan menerima posting informasi dari
rekapitulasi jurnal.
Pencatatan data hasil rekapitulasi jurnal ke dalam rekening dilakukan dengan mencatat
tanggal,nama jurnal,halaman jurnal (folio jurnal), dan jumlah rupiah yang didebitkan atau
dikreditkan ke dalam rekening tersebut. Setelah kegiatan pencatatan ini selesai dilaksanakan,
rekening yang bersangkutan harus dikembalikan ke dalam arsip, pada tempatnya semula,
untuk memudahkan pencariannya kembali dan kegiatan posting yang lain.

Buku besar merupakan tempat untuk menampung informasi yang akan disajikan dalam
laporan keuangan. Dengan demikian susunan informasi yang akan disajikan dalam laporan
keuangan merupakan dasar untuk menyusun rekening-rekening yang ada dalam buku besar.
Selanjutnya rekening-rekening yang ada dalam buku besar digunakan sebagai dasar
penggolongan transaksi yang dicatat dalam jurnal.
Jika diperlukan rincian mengenai rekening tertentu dalam buku besar, maka dibentuklah buku
pembantu. Rekening yang ada dalam buku besar, yang dirinci dalam buku pembantu, yang
merupakan rincian rekening tertentu dalam buku besar disebut dengan rekening pembantu
(subsidiary account). Data yang di-posting ke dalam buku pembantu ini diperoleh dari
dokumen sumber atau dari jurnal. Dalam ledgerless bookkeeping, fungsi buku pembantu ini
digantikan oleh arsip dokumen sumber.

B. FORMULIR REKENING BUKU BESAR


Di atas sudah disebutkan bahwa rekening buku besar umumnya berbentuk T, yang merupakan
catatan akuntansi yang dibagi dua secara vertikal, sebelah kiri disebut debit,dan sebelah
kanan disebut kredit. Ada berbagai variasi bentuk formulir rekening buku besar :
1. Rekening dengan debit lebar (wide debit ledger)
2. Rekening biasa (regular ledger)
3. Rekening berkolom saldo di tengah (center balance ledger)
4. Rekening berkolom saldo (balance ledger)
5. Rekening ganda berkolom saldo (double ledger with balance ledger)
6. Rekening dengan saldo lama dan saldo baru (old and new balance ledger)
Rekening dengan Debit Lebar, Bentuk rekening ini menyediakan kolom keterangan pada
sebelah debit lebih lebar bila dibandingkan dengan kolom keterangan pada sebelah
kredit.Hal ini dilakukan karena penjelasan yang bersangkutan dengan transaksi pendebitan
lebih banyak bila dibandingkan dengan penjelasan yang bersangkutan dengan transaksi
pengkreditan, dan jika penentuan saldonya perlu dilakukan secara periodic. Lihat contoh
bentuk pada Gambar 5.1.

Rekening biasa.Bentuk rekening ini sangat luas digunakan. Rekening ini mempunyai
koloraketerangan yang sama lebar untuk sebelah debit maupun sebelah kredit. Umumnya
rekening buku besar menggunakan bentuk rekening ini. Buku pembantu yang menggunakan
bentuk rekening ini adalah buku pembantu piutang dan buku pembantu utang. Lihat contoh
gambar 5.2.

Rekening Berkolom Saldo di Tengah, Bentuk rekening ini digunakan jika diperlukan
informasi saldo rekening setiap saat,baik saldo debit maupun saldo kredit dan diperlukan
penjelasan yang relatif sama banyaknya baik untuk transaksi pendebitan maupun transaksi
pengkreditan. Kolom saldo diletakkan di tengah-tengah formulir rekening. Rekening
pembantu piutang dan utang umumnya menggunakan bentuk formulir ini. Lihat contoh
bentuk rekening ini pada Gambar 5.3

Rekening Berkolom Saldo, Bentuk rekening ini digunakan jika diperlukan penjelasan yang
banyak, baik untuk transaksi pendebitan maupun transaksi pengkreditan, dan jika diperlukan
informasi saldo berjalan setiap saat. Kolom saldo diletakkan di sebelah kanan untuk
memudahkan penyusunan neraca sisa. Untuk menunjukkan apakah saldo yang tercantum
dalam kolom saldomerupakan saldo debit atau saldo kredit, ada dua cara merancang kolom
saldo tersebut :

(a) dengan mencantumkan kolom D/K untuk memberi tanda D untuk saldo Debit dan K
untuk saldo kredit di muka angka yang tercantum dalam kolom saldo (lihat Gambar 5.4) dan
(b) dengan membuat kolom saldo debit terpisah dari kolom saldo kredit (lihat gambar 5.5)
Rekening pembantu piutang,utang,dan persediaan umumnya menggunakan bentuk formulir

ini.

Rekening Ganda Berkolom Saldo. Bentuk rekening ini digunakan jika hanya diperlukan
penjelasan singkat untuk setiap transaksi pendebitan dan pengkreditan. Jika diperlukan
informasi saldo berjalan setiap saat , dan jika rekening sangat aktif dipakai. Lihat contoh
rekening ini pada Gambar.5.6.

Rekening dengan kolom Saldo Lama dan Saldo Baru. Rekening ini biasanya digunakan jika
perusahaan menggunakan mesin pembukuan sebagai alat posting-nya. Operasi posting

dengan mesin pembukuan memerlukan kegiatan penjemputan saldo lama (old balance pick
up).
Oleh karena itu formulir rekening didesain dengan menyediakan kolom-kolom saldo lama
dan saldo baru untuk memenuhi keperluan posting dengan mesin pembukuan tersebut. Lihat
contoh rekening ini pada Gambar 5.7

C. SUSUNAN REKENING BUKU BESAR


Rekening rekening yang dibentuk dalam buku besar harus disesuaikan dengan jenis dan
susunan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Biasanya laporan keuangan
yang dipakai sebagai dasar pembentukan dan penyusunan rekening-rekening buku besar
adalah neraca dan laporan rugi laba.
Umumnya jenis dan susunan informasi yang disajikan dalam neraca dan laporan rugi laba
untuk jenis tertentu telah mengikuti jenis dan susunan standar yang lazim dalam menyajikan
laporan keuangan dalam jenis usaha tersebut. Sebagai contoh jenis dan susunan informasi
mengenai aktiva lancar di dalam neraca perusahaan manufaktur umumnya adalah sebagai
berikut :
Kas dan bank
Investasi sementara
Piutang
Cadangan kerugian piutang
Persediaan produk jadi
Persediaan produk dalam proses
Persediaan bahan baku dan bahan penolong
Persekot biaya
Aktiva lancar lain
Jika jenis dan susunan informasi aktiva lancar seperti di atas , maka dalam buku besar harus
dibentuk jenis rekening-rekening tersebut dengan susunan yang sama dengan yang tersebut di
atas.

D. KODE REKENING
Kode adalah suatu kerangka (framework) yang menggunakan angka atau huruf atau
kombinasi angka dan huruf untuk memberi tanda terhadap klasifikasi yang sebelumnya telah
dibuat . Kode ini memudahkan identifikasi dan pembedaan elemen-elemen yang ada di dalam
suatu klasifikasi.
Pengolahan data akuntansi sangat tergantung pada penggunaan kode untuk
mencatat,mengklasifikasikan ,menyimpan, dan mengambil data keuangan. Dalam mencatat
transaksi pembelian bahan baku misalnya,perusahaan umumnya tidak hanya menggunakan
nama-nama rekening persediaan dan Utang Dagang, namun mencantumkan pula kode
rekening persediaan (012 Persediaan Bahan Baku dan 100 Utang Dagang) untuk
memudahkan pencatatan,pengklasifikasian,penyimpanan,dan pengambilan data akuntansi.
Penggunaan kode rekening dan bukan nama rekening akan mempercepat pencarian rekening
yang akan diisi dengan informasi dalam proses posting. Dalam hal tertentu , penggunaan
kode rekening akan mengurangi pekerjaan penulisan identitas rekening.
1. Tujuan Kode
Dalam sistem pengolahan data akuntansi , kode memenuhi berbagai tujuan berikut ini :
1. Mengidentifikasi data akuntansi secara unik
2. Meringkas data
3. Mengklasifikasi rekening atau transaksi
4. Menyampaikan makna tertentu.
Mengidentifikasi Data Akuntansi secara Unik. Data akuntansi perlu diberi identifikasi secara
unik agar dapat dilakukan pencatatan, klasifikasi , penyimpanan,dan pengambilan data
tersebut dengan benar. Jika misalnya perusahaan memiliki 300 debitur, nama debitur
bukanlah alat identifikasi yang baik untuk mencari transaksi yang bersangkutan tiap debitur .
Hanya dengan kode angka misalnya, masing-masing debitur menjadi memiliki identitas yang
unik , yang menjadikan satu debitur berbeda dari debitur yang lainnya.
Meringkas Data, Kode menjadikan data akuntansi lebih ringkas sehingga memerlukan lebih
sedikit ruang dalam pencatatannya. Dalam pencatatan transaksi penjualan misalnya,Bagian
Akuntansi tidak perlu menuliskan nama rekening Harga Pokok Penjualan dan Persediaan
Produk Jadi, namun cukup menuliskan kode kedua rekening dalam jurnal umum.
Mengklasifikasi Rekening atau Transaksi. Dalam mengolah data akuntansi, kode digunakan
untuk menunjukkan ke dalam klasifikasi apa suatu rekening atau transaksi dikelompokkan .
Misalnya daerah pemasaran yogyakarta diberi kode 15 , maka semua faktur penjualan untuk
transaksi penjualan yang terjadi di yogyakarta akan diberi kode 15 sehingga memudahkan
pengklasifikasian informasi penjualan menurut daerah pemasaran.
Menyampaikan Makna Tertentu. Dengan kode kita dapat menyampaikan informasi yang
bermakna tertentu bagi orang yang memahami sistem pemberian kode
tersebut. ............................................................................
2. Metode Pemberian Kode Rekening

Pemberian kode rekening umumnya didasarkan pada kerangka pemberian kode tertentu
sehingga memudahkan pemakai dalam penggunaannya . Pemberian kode rekening tidak
dimaksudkan agar pemakai menghapalkan kode-kode rekening yang disusun, namun untuk
memudahkan pemakai mengikuti kerangka logika pemberian kode rekening sehingga dapat
menggunakan rekening yang disusun untuk pemberian identifikasi transaksi yang terjadi
dalam perusahaan :
Ada 5 metode pemberian kode rekening :
1. Kode Angka atau Alfabet Urut (numerical or alphabetic-sequence code)
2. Kode Angka Blok (block numerical code)
3. Kode Angka Kelompok (group numerical code)
4. Kode Angka Desimal (demical code)
5. Kode Angka Urut Didahului dengan Huruf (numerical seguence preceded by an alphabetic
reference).
Kode Angka atau Alfabet Urut. Dalam metode pemberian kode ini , rekening buku besar
diberi kode angka atau huruf yang berurutan . Kelamahan Kode Angka atau Alfabet Urut ini
adalah jika terjadi perluasaan jumlah rekening. Hal ini akan mengakibatkan perubahan
menyeluruh terhadap kode rekening yang mempunyai kode angka yang lebih besar. Contoh
Kode Angka Urut adalah sebagai berikut :
1. Kas dan bank
2. Investasi sementara
3. Piutang
4. Cadangan kerugian piutang
5. Persediaan produk jadi
6. Persediaan produk dalam proses
7. Persediaan bahan baku dan bahan penolong
8. Persekot biaya
9. Aktiva Lancar
10. Investasi jangka panjang
11. Tanah
12. Gedung
13. Akumulasi Depresiasi Gedung
14. Mesin
15. Akumulasi Depresiasi mesin
16. Mebel
17. Akumulasi Depresiasi Mebel
18. Aktiva tetap lain
19. Akumulasi Depresiasi Aktiva Tetap Lain
20. Beban yang ditangguhkan
21. Aktiva lain-lain
22. Utang Dagang
23. Utang Pajak
24. Utang Gaji dan Upah

25. Utang Biaya


26. Pendapatan yang diterima dimuka
27. Utang lancar Lain-lain
28. Utang jangka Panjang Bank
29. Modal Saham
30. Laba Ditahan
31. Pendapatan Penjualan
32. Harga Pokok Penjualan
33. Biaya bahan Baku
34. Biaya tenaga kerja
35. Biaya Overhead Pabrik
36. Biaya Administrasi dan Umum
37. Biaya Pemasaran
38. Penghasilan Di Luar Usaha
39. Biaya Di Luar Usaha
40. Rugi Laba
Pemberian kode dengan Kode Angka Urut ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Rekening diberi kode dengan angka urut, dari angka kecil ke angka besar.
b. Jumlah angka (digit) dalam kode tidak sama. Rekening dengan kode 1 sampai 9 memiliki 1
angka dalam kode rekeningnya, sedangkan rekening dengan kode 10 sampai dengan 99
memiliki 2 angka , sedangkan rekening dan kode 100 sampai 999 memiliki 3 angka dalam
kode rekeningnya,dan seterusnya.
c. Perluasan klasifikasi pada suatu rekening akan mengakibatkan perubahan kode semua
rekening yang kodenya lebih besar dari kode rekening yang mengalami perluasan. Sebagai
contoh, jika rekening 21 Beban yang ditangguhkan dalam daftar rekening diatas dirinci lebih
lanjut menjadi 3 rekening : 21 Beban organisasi,22 Rugi Trial-Run,dan 23 Beban Promosi,
maka rekening-rekening yang sebelumnya berkode diatas rekening yang dipecah tersebut
(kode 22 dan selanjutnya) semuanya akan mengalami perubahan kode.
Kode Angka Blok. Dalam metode pemberian kode ini, rekening buku besar dikelompokkan
menjadi beberapa golongan dan setiap golongan disediakan satu blok angka yang berurutan
untuk memberi kodenya. Penggunaan Kode Angka Blok ini dapat mengatasi kelemahan Kode
Angka urut, yang jika terjadi perluasan klasifikasi pada suatu rekening mengakibatkan
perubahan kode semua rekening yang kodenya lebih besar dari kode rekening yang
mengalami perluasan. Untuk menghadapi kemungkinan perluasaan rekening, dalam setiap
blok angka disediakan angka cadangan perluasan,sehingga perluasaan kode rekening hanya
akan mempengaruhi pemberian kode rekening dalam blok yang bersangkutan.
Contoh Kode Angka Blok adalah sebagai berikut : rekening buku besar digolongkan menjadi
golongan dan setiap golongan disediakan satu blok angka yang berurutan sebagai berikut :
1-24 Aktiva Lancar
25-39 Investasi Jangka Panjang
40-69 Aktiva Tetap Berwujud
70-79 Aktiva Tidak Berwujud

80-99 Aktiva Lain-lain


100-124 Utang Lancar
125-129 Utang Jangka Panjang
130-139 Modal
140-169 Pendapatan Penjualan
170-199 Harga Pokok Penjualan
200-299 Biaya Produksi
300-349 Biaya Administrasi dan Umum
350-399 Biaya Pemasaran
400-449 Penghasil Di Luar Usaha
450-499 Biaya Di Luar Usaha
500 Rugi Laba
Rincian susunan dan kode rekening dengan menggunakan Kode Angka Blok adalah sebagai
berikut :
1-24 Aktiva Lancar
1 Kas dan Bank
2 Investasi Sementara
3 Piutang
4 Cadangan Kerugian Piutang
10 Persediaan Produk Jadi
11 Persediaan Produk dalam Proses
12 Persediaan Bahan Baku dan Bahan Penolong
20 Persekot Biaya
24 Aktiva Lancar Lain
25 39 Investasi Jangka Panjang
25 Investasi Jangka Panjang Saham
26 Investasi Jangka Panjang Obligasi
27 Investasi Jangka Panjang Deposito Berjangka

40-69 Aktiva Tetap Berwujud


40 Tanah
41 Gedung
42 Akumulasi Depresiasi Gedung
43 Mesin
44 Akumulasi Depresiasi Mesin
45 Mebel
46 Akumulasi Depresiasi Mebel
47 Aktiva Tetap Lain
48 Akumulasi Depresiasi Aktiva Tetap Lain
70-79 Aktiva Tidak Berwujud

70 Goodwill
71 Beban Pendirian
72 Merk dan Cap Dagang
73 Paren
80-099 Aktiva Lain-Lain
80 Jaminan PLN
81 Jaminan Telkom
100-124 Utang Lancar
100 Utang Dagang
101 Utang Pajak
102 Utang Gaji dan Upah
103 Utang Biaya
110 Pendapatan yang Diterima Di Muka
124 Utang Lancar Lain-Lain
125-139 Utang Jangka Panjang
125 Utang jangka panjang Bank
126 Utang jangka panjang Obligasi
127 Utang jangka panjang-lembaga kredit lain
130-169 Pendapatan Penjualan
140 Pendapatan Penjualan Produk A
141 Pendapatan Penjualan Produk B
170-199 Harga Pokok Penjualan
170 Harga Pokok Penjualan Produk A
171 Harga Pokok Penjualan Produk B
200-299 Biaya Produksi
200 Biaya Bahan Baku
230 Biaya Tenaga Kerja
270 Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
271 Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan

300-349 Biaya Administrasi dan Umum


300 Biaya Administrasi dan Umum
350-399 Biaya Pemasaran
350 Biaya Pemasaran
400-449 Penghasilan di Luar Usaha
400 Pendapatan Bunga
401 Pendapatan Dividen
402 Laba Penjualan Surat Berharga
403 Laba Penjualan Aktiva Tetap
450-499 Biaya diluar usaha
450 Biaya berbunga
451 Rugi Penjualan surat berharga

452 Aktiva tetap


500 Rugi-Laba
Pemberian kode dengan Kode Angka Blok ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Rekening diberi kode dengan blok angka yang berurutan, dari angka kecil ke angka besar.
b. Jumlah angka (digit) dalam kode tidak sama. Rekening berkode angka dalam blok sampai
dengan 9 memiliki 1 angka dalam kodenya. Dalam blok 10 sampai dengan 99 memiliki 2
angka dalam kodenya, dan yang dalam blok 100 sampai dengan 999 memiliki 3 angka dalam
kodenya, dan seterusnya.
c. Perusahaan klasifikasi pada suatu rekening ditampung dengan menyediakan angka
cadangan dalam setiap blok yang diperkirakan akan mengalami perluasan klasifikasi. Sebagai
contoh, untuk klasifikasi rekening Utang Jangka Panjang disediakan angka 125 sampai
dengan 129, karena diperkirakan jumlah rekening yang termasuk dalam klasifikasi ini tidak
akan lebih dari 5 rekening, Untuk sementara baru 3 angka yang dipakai untuk memberi kode ,
yaitu angka 125,126, dan 127 Angka 128 dan 129 disediakan untuk menampung perluasan
klasifikasi utang jangka panjang, yang diperkirakan oleh analisis sistemnya tidak lebih dari 2
rekening tambahan. Jika misalnya analisis sistem memperkirakan kemungkinan tambahan
rekening akibat perluasan klasifikasi utang jangka panjang berjumlah 10 rekening, maka blok
angka yang disediakan untuk klasifikasi utang jangka panjang adalah 125 sampai dengan
139, bukan hanya 125 sampai dengan 129. Berikut ini dicantumkan kembali blok angka yang
disediakan untuk memberi kode klasifikasi utang jangka panjang untuk memudahkan
pembaca mengikuti uraian di atas.
125-129 Utang Jangka Panjang
125 Utang Jangka Panjang Bank
126 Utang Jangka Panjang Obligasi
127 Utang Jangka Panjang Lembaga Kredit Lain

Kode Angka Kelompok. Kode Angka Kelompok terbentuk dari dua atau lebih subcodes yang
dikombinasikan menjadi satu kode. Kode Angka Kelompok ini mempunyai Karakteristik
sebagai berikut :
1. Rekening diberi Kode angka atau kombinasi angka dan huruf
2. Jumlah angka dan /atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu
3. Posisi angka dan /atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu
4. Perluasan Klasifikasi dilakukan dengan memberi cadangan angka dan / atau huruf ke
kanan.
Sebagai contoh adalah pemakaian Kode Angka Kelompok untuk memberi kode rekening
biaya guna menghasilkan informasi biaya yang menggambarkan :
xx Daerah Istimewa Yogyakarta
xxx Kode unik (unique code) mobil
xx Daerah Tingkat II di bawah Daerah Tingkat I atau Karasiden
Jadi kode mobil AB7964CE menyampaikan makna sebagai berikut :
AB Daerah Istimewa yogyakarta

7964 Kode unik untuk mobil tertentu


CE Kabupaten Sleman
Kode Angka Kelompok dapat pula digunakan untuk menunjukkan hirarkhi data. Sebagai
contoh adalah pemakaian Kode Angka Kelompok untuk memberi kode rekening biaya guna
menghasilkan informasi biaya yang menggambarkan :
a. Hubungan biaya dengan pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan , yang dibagi
menurut hirarkhi berikut ini :
Direksi
Departemen
Bagian
b. Jenis Biaya
Berdasarkan data tersebut di atas dapat ditentukan bahwa jumlah angka dalam kode adalah 5,
dengan rincian 3 angka pertama untuk menunjukkan hubungan biaya dengan struktur
organisasi (ada 3 jenjang organisasi), dan 2 angka sisanya untuk menunjukkan jenis biaya
(karena jumlah jenis biaya diperkirakan tidak akan lebih dari 100, sehingga hanya diperlukan
2 angka saja). Dengan demikian arti posisi angka dalam kode rekening biaya tampak pada
Gambar 5.8 berikut ini.

Dari Gambar 5.8 tersebut angka pada posisi ke -1 sampai dengan ke-3 dalam kode
mempunyai makna pusat pertanggungjawaban , yang dirinci lebih lanjut sebagai berikut:
Posisi ke 1 : Jenjang Direksi
Posisi ke 2 : Jenjang Departemen
Posisi ke 3 : Jenjang Bagian
Rincian kode pusat pertanggungjawaban lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 5.9. Dari
Gambar 5.9 tersebut dapat diambil contoh makna kode 213 Bagian penyelesaian sebagai
berikut :
a. Posisi angka ke 1 menunjukkan bahwa Bagian Penyelesaian di bawah Direktur Produksi
yang mempunyai kode 200
b. Posisi angka ke 2 menunjukkan bahwa bagian penyelesaian di bawah Departemen
Produksi yang mempunyai kode 21

c. Posisi angka ke 3 menunjukkan kode bagian , yaitu Bagian Penyelesaian itu sendiri Oleh
karena itu, posisi angka ke-3 ini merupakan kode unik (uniqe code) bagi Bagian
Penyelesaian.
Dengan demikian jika orang menjumpai kode 213, orang tersebut akan menafsirkan bahwa
Bagian Produksi dan di bawah Direktur Produksi.Begitu pula setiap kode yang posisi angka
ke 1 nya berkode 3 berarti berada di bawah Direktur Keuangan. Cara pemberian kode
semacam ini akan memudahkan identifikasi terjadinya biaya dengan manajer yang
bertanggungjawab terhadap terjadinya.

Posisi angka ke 4 dan ke 5 menunjukkan jenis biaya . Seperti telah dikemukakan diatas,
untuk jenis biaya disediakan 2 posisi angka karena diperkirakan jenis biaya tidak akan lebih
dari 100 jumlahnya. Jika misalnya diperkirakan jenis biaya akan berjumlah 100 atau lebih ,

maka untuk jenis biaya akan disediakan 3 angka yang menempati posisi ke 4 sampai
dengan ke 6. Rincian jenis biaya beserta kodenya adalah sebagai berikut :
01 Biaya bahan baku
02 Biaya bahan penolong
03 Biaya bahan bakar
04 Biaya suku cadang
05 Biaya upah
06 Biaya kesejahteraan karyawan
07 Biaya asuransi tenaga kerja
08 Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap
09 Biaya depresiasi aktiva tetap
10 Biaya asuransi aktiva tetap
11 Biaya akuntan dan konsultan
12 Biaya iklan
13 Biaya pembungkus
14 Biaya telepon dan telegraf
30 Biaya lain-lain
Berdasarkan kode tersebut di atas, biaya asuransi tenaga kerja yang dikeluarkan oleh Bagian
Pulp diberi kode 21107 dengan kerangka kode seperti terlihat pada Gambar 5.10.
Biaya bahan bakar yang dikonsumsi oleh Bagian Listrik dan Air dicatat dalam rekening yang
berkode 22203.
Kode Angka Desimal. Desimal berarti persepuluhan. Kode Angka Desimal memberi kode
angka terhadap klasifikasi yang membagi kelompok menjadi maksimum 10 sub kelompok
dan membagi subkelompo menjadi maksimum 10 golongan yang lebih kecil dari
subkelompok tersebut. Sebagai contoh adalah sebagai berikut :
I. Persediaan
1.1. Persediaan Suku Cadang
1.2 Persediaan Bahan Penolong
1.3 Persediaan Bahan Baku
1.9. Persediaan Lain-Lain

Persediaan Bahan Baku dibagi menjadi maksimum 10 golongan :


1.3.1 Bagian Baku Kayu
1.3.2 Bahan Baku Ampas Tebu
1.3.3 Bahan Baku Jerami
1.3.4 Bahan Baku Bambu
1.3.9 Bahan Baku Lain-lain
Persediaan Bahan kayu dibagi menjadi maksimum 10 golongan :
1.3.1.1 Bahan baku Serat Panjang Ex Jepang
1.3.1.2 Bahan baku Serat Panjang Ex USA
1.3.1.3 Bahan baku Serat Panjang Ex Brasilia
1.3.1.4 Bahan baku Serat Pendek Ex Jepang
1.3.1.5 Bahan baku Serat Pendek Ex USA
1.3.1.6 Bahan baku Serat Pendek Ex Brasilia
1.3.1.9.1 Bahan baku Serat Kayu lain-lain
Pemberian kode dengan Kode Angka Desimal ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Rekening diberi dengan angka yang berurutan, dari angka kecil ke angka besar.
b. Jumlah angka (digit) dalam kode tidak sama. Klasifikasi besar memiliki jumlah angka
yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan klasifikasi rinciannya.
c. Perluasan klasifikasi pada suatu rekening dilakukan dengan maksimum pemecahan tidak
lebih dari 10. Pemberian kode perluasannya dilakukan dengan menambahkan 1 angka di
sebelah kanannya.
Kode Angka urut Didahului dengan Huruf. Metode ini menggunakan kode berupa kombinasi
angka dan Huruf. Setiap rekening diberi kode angka yang di mukanya dicantumkan huruf
singkatan kelompok rekening tersebut.

Misalnya :
AL 101
ATL 112
MO 245
AL merupakan singkatan dari aktiva lancar, ATL singkatan aktiva tidak lancar , dan MO
singkatan dari modal.
Hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam Merancang Kode Rekening
Dalam merancang kerangka kode rekening, berbagai pertimbangan berikut ini perlu
diperhitungkan :
1. Rerangka kode harus sesuai logis memenuhi kebutuhan pemakai dan metode pengolahan
data yang digunakan. Kode sembarang , seperti SSR untuk menunjukkan Sempati Air dalam
kode penerbangan, membingungkan para penumpang pesawat.
2. Setiap kode harus mewakili secara unik unsur yang diberi kode. Kode untuk rekening
piutang kepada Risa Rimendi harus hanya menunjukkan rekening debitur tersebut, bukan
debitur yang lain.
3. Desain kode harus mudah disesuaikan dengan tuntutan perubahan. Jika struktur kode harus
diubah setiap kali menghadapi tuntutan perubahan, hal ini akan memerlukan biaya perubahan
dan membingungkan pemakai.
E. BUKU PEMBANTU (SUBSIDIARY LEDGERS)
Buku pembantu adalah suatu kelompok rekening yang merupakan rincian rekening tertentu
dalam buku besar (general ledger), yang dibentuk untuk memudahkan dan mempercepat
penyusunan laporan dan neraca percobaan. Seperti telah disebutkan dalam Bab 1, rekening
buku besar yang dirinci informasinya dalam buku pembantu disebut rekening control
(controlling account), Sedangkan rekening-rekening rincian yang terdapat dalam buku
pembantu disebut rekening pembantu (subsidiary account).
Umumnya perusahaan manufaktur menyelenggarakan berbagai buku pembantu berikut ini :
a. Buku pembantu persediaan
b. Buku Pembantu piutang
c. Buku pembantu utang
d. Buku pembantu harga pokok produk
e. Buku pembantu biaya
f. Buku pembantu aktiva tetap
Berikut ini diuraikan secara rinci masing-masing buku pembantu tersebut.
Buku Pembantu Persediaan. Buku pembantu ini terdiri dari kartu persediaan yang berisi
informasi baik mengenai kuantitas maupun harga pokok berbagai persediaan. Kartu
persediaan ini digunakan untuk mencatat mutasi persediaan dan saldo tiap jenis persediaan,
baik kuantitas maupun harga pokoknya. Biasanya kartu persediaan ini disediakan oleh Bagian
Akuntansi Biaya Contoh formulir kartu persediaan tampak pada Gambar 5.11

Buku Pembantu Piutang. Buku pembantu ini terdiri dari kartu piutang yang disusun menurut
nama debitur perusahaan. Kartu piutang ini digunakan untuk mencatat mutasi dan saldo
piutang kepada tiap debitur serta digunakan sebagai sumber informasi untuk pembuatan
pernyataan piutang (account receivable statement) yang dikirimkan kepada tiap debitur secara
periodic. Buku pembantu ini merupakan rincian rekening piutang dagang yang
diselenggarakan dalam buku besar.
Bentuk formulir kartu piutang dapat menggunakan Rekening Biasa (Gambar 5.2) Rekening
dengan kolom saldo di Tengah (Gambar 5.3) Atau Rekening dengan Kolom Saldo (Gambar
5.4 dan 5.5).
Buku Pembantu Utang. Buku pembantu ini terdiri dari kartu utang yang disusun menurut
nama debitur perusahaan. Kartu utang ini digunakan untuk mencatat mutasi dan saldo utang
kepada tiap debitur serta digunakan sebagai sumber informasi untuk rekonsiliasi dengan
pernyataan piutang (account receivable statement) yang terdiri dari kreditur secara periodik.

Buku pembantu ini merupakan rincian rekening utang dagang yang diselenggarakan dalam
buku besar. Seperti halnya dengan piutang bentuk formulir kartu utang dapat menggunakan
Rekening Biasa (Gambar 5.2). Rekening dengan kolom Saldo Di Tengah (Gambar 5.3) atau
Rekening dengan kolom saldo (Gambar 5.4 dan 5.5).

Buku Pembantu Harga Pokok Produk. Buku pembantu ini terdiri kartu harga pokok produk
yang digunakan untuk mencatat harga pokok pesanan yang diproduksi perusahaan. Buku
pembantu ini digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, dan
merupakan rincian rekening Barang Dalam Proses yang diselenggarakan dalam buku besar
Contoh kartu harga pokok tampak pada Gambar 5.12
Buku Pembantu Biaya. Buku pembantu ini terdiri dari kartu biaya yang digunakan untuk
mencatat biaya yang tidak bersangkutan dengan pesanan tertentu (biaya overhead) pabrik
sesungguhnya, biaya administrasi dan umum dan biaya pemasaran kartu biaya umumnya
menggunakan formulir rekening dengan kolom saldo (Gambar 5.4 dan 5.5)
Buku Pembantu Aktiva Tetap. Buku pembantu ini terdiri kartu aktiva tetap yang digunakan
untuk mencatat semua informasi mengenai aktiva tetap, seperti tanggal perolehan jenis aktiva
tetap ,spesifikasi, lokasi,depresiasi, dan pengeluaran modal. Buku pembantu ini merupakan
rincian rekening aktiva tetap yang diselenggarakan dalam buku besar. Contoh kartu aktiva
tetap tampak pada Gambar 5.13
Pada Gambar 5.14 disajikan contoh buku pembantu, nama rekening kontrol, dan nama jurnal
yang menjadi sumber informasinya.
F. POSTING KE DALAM REKENING BUKU BESAR DAN BUKU PEMBANTU
Seperti telah dikemukakan pada awal bab ini, posting adalah proses sortasi dan pemindahan
data ke dalam rekening buku besar dan buku pembantu. Posting ke dalam buku besar dan
buku pembantu dapat dilakukan dengan salah satu di antara 4 Metode berikut ini :
1. posting jurnal ke dalam rekening buku besar dengan tulisan tangan dan posting dokumen
sumber ke dalam rekening buku pembantu dengan cara yang sama.
2. posting dokumen sumber ke dalam rekening buku pembantu yang menghasilkan jurnal
sebagai tembusan posting ke dalam rekening tersebut.
3. Posting kedalam buku pembantu sebagai akibat dari pengisian dokumen sumber yang
sekaligus menghasilkan jurnal sebagai tembusan pengisian bukti tersebut.
4. Pembukuan tanpa buku pembantu (ledgerless bookkeeping)
Posting Jurnal ke dalam Rekening Buku Besar dengan Tulisan Tangan dan posting Dokumen
Sumber ke dalam Rekening buku Pembantu dengan cara yang sama dalam metode posting
ini, data yang sudah terkumpul dalam jurnal di posting ke dalam buku besar dengan tulis
tangan. Posting ke dalam rekening buku pembantu dapat bersumber dari data yang telah
dicatat dalam jurnal atau langsung dari dokumen sumber.
Untuk dapat men-posting jurnal ke dalam rekening yang bersangkutan dalam buku besar,
dilakukan pembuatan rekapitulasi jurnal lebih dahulu. Untuk menjamin ketelitian posting,
secara periodik dibuat neraca percobaan (trial balance) yang berisi jumlah pendebitan dan
pengkreditan tiap rekening buku pembantu. Neraca percobaan ini direkonsiliasi dengan
pendebitan dan pengkreditan rekening kontrol yang bersangkutan dalam buku besar . Di
samping itu, dari rekening-rekening buku besar secara periodik dibuat neraca percobaan
untuk mengecek apakah jumlah pendebitan dan jumlah pengkreditan rekening-rekening buku
besar seimbang. Lihat bagan alir metode posting ini pada Gambar 5.15

Posting Dokumen Sumber ke dalam Rekening Buku Pembantu yang menghasilkan jurnal

sebagai tembusan posting ke dalam rekening tersebut. Dalam metode posting ini, dokumen
sumber di posting ke dalam buku pembantu dengan tulis tangan atau dengan mesin
pembukuan , yang tembusan posting-nya menghasilkan jurnal. Posting ke dalam rekening
buku besar bersumber dari jurnal yang merupakan tembusan hasil posting tersebut. Jika
digunakan mesin pembukuan, ketelitian posting dapat diuji dengan melakukan pembuktian
ketelitian posting langsung (direct prof) dengan menggunakan mesin pembukuan atau dengan
melaksanakan pembuktian ketelitian posting tidak langsung yang digunakan secara periodik
dibuat neraca percobaan berisi jumlah pendebitan dan pengkreditan tiap rekening buku
pembantu. Neraca percobaan ini direkonsiliasi dengan pendebitan dan pengkreditan rekening
kontrol yang bersangkutan dalam buku besar . Di samping itu dari rekening-rekening buku
besar secara periodik dibuat neraca percobaan untuk mengecek apakah jumlah pendebitan
dan jumlah pengkreditan rekening-rekening buku besar seimbang lihat bagan alir metode
posting ini pada Gambar 5.16.

Posting ke dalam Buku Pembantu sebagai Akibat dari Pengisian dokumen sumber yang
sekalius menghasilkan jurnal sebagai tembusan pengisian bukti tersebut. Dalam metode
posting ini, pembuatan dokumen sumber, posting ke dalam buku pembantu, dan pencatatan
jurnal dilakukan dalam sekali tulis (biasanya dengan mesin pembukuan). Data yang dicatat
dalam buku pembantu, dan jurnal merupakan tembusan hasil pengisian data diatas dokumen
sumber. Posting ke dalam rekening buku besar bersumber dari jurnal , Jika pembuktian
ketelitian posting tidak langsung yang digunakan , secara periodik dibuat neraca percobaan
untuk mengecek apakah jumlah pendebitan dan jumlah pengkreditan rekening-rekening buku
besar seimbang. Lihat bagan alir metode posting ini pada Gambar 5.17

Pembukuan tanpa Buku Pembantu (Ledgerless Bookkeeping). Dalam metode posting ini,
tidak digunakan buku pembantu dalam pembukuan. Fungsi buku pembantu digantikan
dengan arsip dokumen sumber . Dokumen sumber dicatat dalam jurnal dengan tulis tangan,
dan secara periodik informasi dalam jurnal di-posting ke dalam rekening yang bersangkutan
dalam buku besar dengan tulis tangan. Setelah dokumen sumber dicatat dalam jurnal,
kemudian diarsipkan sementara menurut abjad atau susunan yang lain. Arsip dokumen
sumber inilah yang berfungsi sebagai buku pembantu. Lihat bagan alir metode pembukuan
tanpa buku pembantu itu pada Gambar 5.18

G. CARA PENANGANAN DOKUMEN SUMBER


Dokumen sumber seringkali dengan istilah media dapat digolongkan menjadi dua : media
tunggal (single document atau single media) dan media campuran (mixed document atau
mixed media ). Media tunggal adalah dokumen sumber yang hanya berisi satu rekening yang
didebit atau satu rekening yang di kredit. Media campuran adalah dokumen sumber yang
berisi lebih dari satu rekening yang dikredit atau lebih dari satu rekening yang didebit.

Seperti telah disebutkan di atas, dokumen sumber merupakan dokumen yang digunakan
untuk merekam data terjadinya transaksi keuangan, yang merupakan dasar untuk melakukan
pencatatan ke dalam jurnal dan rekening pembantu. Pencatatan dokumen sumber ke dalam
jurnal, baik yang berupa media tunggal media yang bersangkutan.
Namun pencatatan data yang direkam pada media campuran ke dalam rekening pembantu
memerlukan 5 tahap berikut ini :
Tahap ke 1 : Mengambil media yang akan dicatat ke dalam rekening
pembantu
Tahap ke 2 : Mencari kartu rekening yang akan di debit atau di kredit yang di simpan dalam
arsip berdasarkan data yang tercantum dalam media.
Tahap ke 3 : Mengambil dari arsip kartu rekening yang dipilih dalam tahap ke 2 dan
meletakkannya diatas meja (atau jika posting ke dalam rekening dilakukan dengan mesin
pembukuan, dipasang pada mesin tersebut).
Tahap ke 4 : Mencatat data yang tercantum dalam media ke dalam kartu rekening yang
diambil dari arsip pada tahap ke 3
Tahap ke 5 : Mengembalikan kartu rekening ke tempatnya semula dalam arsip untuk
memudahkan pencariannya kembali dan posting berikutnya.
Karena setiap kali posting Bagian Akuntansi harus melalui 5 tahap seperti tersebut di atas,
maka umumnya media di posting ke dalam rekening pembantu secara kelompok, (batch)
dan kelompok media tersebut di posting ke dalam rekening pembantu dalam satu kali
periode posting.
1. Penanganan Media Tunggal
Posting media tunggal ke dalam rekening pembantu tidak menimbulkan masalah . Sebagai
contoh media tunggal adalah faktur penjualan kredit yang merupakan dokumen sumber
dalam pencatatan piutang ke dalam rekening pembantu piutang. Faktur penjualan kredit
dibuat untuk setiap pembeli ,sehingga setiap faktur hanya berisi satu pendebitan ke dalam
rekening pembantu piutang debitur yang namanya tercantum dalam faktur.Oleh karena itu
faktur penjualan kredit merupakan contoh media tunggal yang berisi satu pendebitan kedalam
rekening pembantu piutang debitur yang bersangkutan. Jika Bagian Akuntansi menerima satu
batch faktur penjualan kredit dari bagian penagihan, oleh bagian akuntansi media tunggal
tersebut disortasi menurut nama debitur. Berdasarkan faktur penjualan yang telah disortasi
menurut nama debitur tersebut, bagian akuntansi kemudian mengambil kartu piutang yang
bersangkutan, meletakkannya di atas meja (atau di mesin pembukuan). Data yang tercantum
dalam media yang telah disortasi tersebut kemudian di posting ke dalam rekening yang
bersangkutan . Langkah terakhir adalah Bagian Akuntansi mengembalikan kartu piutang yang
telah diisi data dari media ke dalam arsip menurut nama debitur . Gambar prosedur posting ke
dalam rekening pembantu tampak pada Gambar 5.15

2. Penganan Media Campuran


Posting media campuran ke dalam rekening pembantu dilakukan dengan salah satu dari
metode ini :
1. Random posting
2. Exhaust posting sekaligus
Random posting.Dalam metode posting ini . media campuran diposting kedalam rekening
sesuai dengan urutannya pada saat diterima oleh petugas posting. Petugas posting mengambil
media pertama dari tumpukan media yang diterima, mem-posting setiap debit atau setiap
kredit ke dalam rekening yang bersangkutan, kemudian setelah selesai mengambil media
urutan berikutnya dan mem-posting seperti yang dilakukan pada media pertama tersebut.
Begitu seterusnya sampai semua media diposting ke dalam rekening yang bersangkutan.
Karakteristik random posting adalah:
1. Setiap media hanya diambil sekali untuk di-posting ke dalam rekening
2. Rekening dapat diambil lebih dari satu kali selama periode posting
Exhaust Posting. Dalam metode posting ini, media dikelompokkan dan dikelompokkan
kembali menurut rekening yang akan didebit ataudikredit. Rekening hanya diisi sekalidengan
semua debit atau kredit selama posting semua media. Karakteristik exhaust posting adalah
sebagai berikut :
1. Setiap rekening hanya diambil sekali untuk diisi posting dari media
2. Media dapat diambil lebih dari satu kali untuk di-posting ke dalam rekening selama
periode posting.

...................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai