Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Buku Besar dan Buku Pembantu”
ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Sistem
Akuntansi. Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih yang sebesar
– besarnya kepada: IBU Dr. Dra. Siti Ragil Handayan, M. Si. selaku dosen mata kuliah Sistem
Akuntansi yang telah membimbing dan memberi arahan kepada kami, teman – teman mahasiswa
yang sudah banyak memberi masukan untuk makalah ini, serta semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Malang, 28 September 2018

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1
1.1. Latar Belakang
Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi terakhir (book of
final entry) dalam sistem akuntansi pokok. Buku besar ini menampung ringkisan data
yang sudah diklarifikasikan, yang berasal dari jurnal. Setelah data dari jurnal diringkas
dalam buku besar, tidak ada lagi proses pencatatan dalam catatan akuntansi yang
dilakukan untuk menghasilkan laporan keuangan. Begitu pula buku pembantu, yang
merupakan perluasan lebih lanjut akun atau akun tertentu dalam buku besar, disebut juga
sebagai catatan akuntansi terakhir karena setelah data yang direkam dalam dokumen
sumber atau diringkas dan diklarifikasikan dalam jurnal dibukukan dalam buku
pembantu, tidak ada lagi proses pencatatan akuntansi yang dilakukan untuk menghasilkan
laporan keuangan. Oleh karena itu, buku besar dan buku pembantu disebut sebagai
catatan akuntansi terakhir dalam sistem akuntansi pokok.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah Karakteristik Buku Besar dan Buku Pembantu ?
2. Bagaimana Bentuk Formulir Akun Buku Besar ?
3. Bagaimana Susunan Akun Buku Besar ?
4. Apa saja kode akun (chart of accounts?
5. Apakah Pengertiaan Buku Pembantu ?
6. Bagaiana Cara Memposting ke dalam Akun Buku Besar dan Buku Pembantu ?
7. Bagaimana cara penanganan dokumen sumber?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui karakteristik buku besar dan buku pembantu
2. Mengetahui bentuk formulir akun buku besar
3. Mengetahui susunan akun buku besar
4. Mengetahui kode akun
5. Mengetahui buku pembantu
6. Mengetahui cara memposting ke dalam akun buku besar dan buku pembantu
7. Mengetahui cara penanganan dokumen sumber
BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1. Karakteristik Buku Besar dan Buku Pembantu
Buku besar (general ledger) merupakan kumpulan akun-akun yang digunakan
untuk menyortasi dan meringkas informasi yang telah dicatat dalam jurnal. Buku
pembantu (subsidiary ledgers) adalah seatu cabang buku besar yang berisi rincian akun
tertentu yang ada dalam buku besar. Dengan demikian baik buku besar maupun buku
pembantu terdiri dari akun. Akun adalah judul suatu catatan akuntansi yang umumnya
berbentuk T, yang dibagi dua bagian, sebelah kiri disebut debit dan sebelah kanan disebut
kredit, sebagai alat untuk mengklarifikasikan dan mencatat transaksi berdasar prinsip tata
buku berpasangan (double entry bookkeeping).
Proses sortasi dan pemindahan data ke dalam buku besar dan buku pembantu
disebut dengan pembukuan (posting). Dalam sistem manual, kegiatan posting ini
memerlukan 4 tahap berikut ini :
1. Pembuatan rekapitulasi jurnal
2. Penyortasian akun yang akan diisi dengan data rekapitulasi
3. Pencatatan data rekapitulasi dalam akun yang bersangkutan
4. Pengembalian akun ke dalam arsip pada urutannya semula

Pembuatan rekapitulasi mengawali kegiatan posting, Jika perusahaan


menyelenggarakan jurnal-jurnal khusus berkolom, kegiatan posting diawali dengan
penjumlahan kolomkolom, dan pembuatan ringkasan data rupiah dari kolom lain-lain
dalam jurnal tersebut. Angka rupiah beserta nama dan nomor akun hasil kegiatan
pembuatan rekapitulasi ini siap untuk ditranfer kea kun yang bersangkutan dalam buku
besar.
Untuk mencatat hasil rekapitulasi tersebut, harus dilakukan penyortasian terhadap
akun dalam buku besar, untuk mecari akun yang bersangkutan dengan yang tercantum
dalam hasil rekapitulasi. Setelah akun yang dimaksud ditemukan, kemudian diambil dari
arsip, diletakkan di meja untuk disiapkan menerima posting informasi dari rekapitulasi
jurnal.
Pencatatan dari hasil rekapitulasi jurnal ke dalam akun dilakukan dengan
mencatat tanggal, nama jurnal, halaman jurnal (folio jurnal), dan jum;ah rupiah yang
didebitkan atau dikreditkan ke dalam akun tersebt. Setelah kegiatan pencatatan ini selesai

3
dilaksanakan, akun yang bersangkutan harus dikembalikan ke dalam arsip, pada
tempatnya semula, untuk memudahkan pencariannya kembali dalam kegiatan posting
yang lain.
Buku besar merupakan tempat untuk menampung informasi yang akan disajikan
dalam laporan keuangan. Dengan demikian susunan informasi yang akan disajikan dalam
laporan keuangan merupakan dasar untuk menyusun akun-akun yang ada dalam buku
besar. Selanjutnya, akun-akun yang ada dalam buku besar digunakan sebagai dasar
penggolongan transaksi yang dicatat dalam jurnal.
Jika diperlukan rincian mengenai akun tertentu dalam buku besar, maka
dibentuklah buku pembantu. Akun yang ada dalam buku besar, yang dirinci dalam buku
pembantu disebut dengan akun control (controlling account), sedangkan akun yang ada
dalam buku pembantu, yang merupakan rincian akun tertentu dalam buku besar disebut
dengan akun pembantu (subsidiary account). Data yang di-posting ke dalam buku
pembantu ini diperoleh dari dokumen sumber atau dari jurnal. Dalam ledgerless
bookkeeping, fungsi buku pembantu ini digantikan oleh arsip dokumen sumber.

2.2. Formulir Akun Buku Besar


Di atas sudah disebutkan bahwa akun buku besar umumnya berbentuk T, yang
merupakan catatan akuntansi yang dibagi dua secara vertical, sebelah kiri disebut debit,
dan sebelah kanan disebut kredit.
Ada berbagai variasi bentuk formulir akun buku besar :
1. Akun dengan debit lebar (wide debit ledger).
2. Akun biasa (regular ledger).
3. Akun berkolom saldo di tengan (center balance ledger).
4. Akun berkolom ganda (balanca ledger).
5. Akun ganda berkolom saldo (double ledger with balance ledger).
6. Akun dengan saldo lama dan saldo baru (old and new balance ledger).
Akun dengan Debit Lebar. Bentuk akun ini menyediakan kolom “keterangan” pada
sebelah debit lebih lebar bila dibandingkan dengan olom “keteranga” sebelah kredit. Hal
ini dilakukan karena penjelasan yang bersangkutan dengan transaksi pendebitan lebih
banyak bila dibandingkan dengan penjelasan yang bersangkutan dengan transaksi

4
pengkreditan, dan jika penentuan saldonya perlu dilakukan secara periodik. Lihat contoh
bentuk akun pada Gambar 5.1.

Halaman : ……..
JURNAL UMUM

Tanggal Keterangan Nomor Nomor Debit Kredit


Bukti Akun

Gambar 5.1 Akun dengan Debit Lebar

Akun Biasa. Bentuk akun ini sangat luas digunakan. Akun ini mempunyai kolom
“keterangan” yang sama labar untuk sebelah debit maupun sebelah kredit. Umumnya
akun buku besar menggunakan bentuk akun ini. Buku pembantu yang menggunakan
bentuk akun adalah : buku pembantu piutang dan buku pembantu utang. Lihat contoh
bentuk akun ini pada Gambar 5.2.

Nama Akun : ………….. No. Akun : ……………...

5
Tgl. Keterangan Fol √ Debit Tgl. Keterangan Fol. √ Kredit

Gambar 5.2 Akun Biasa

Akun Berkolom Saldo di Tengah. Bentuk akun ini digunakan jika diperlukan informasi
saldo akun setiap saat, baik saldo debit maupun saldo kredit dan diperlukan penjelasan
yang relative sama banyaknya baik untuk transaksi pendebitan maupun transaksi
pengkreditan. Kolom saldo diletakkan di tengah-tengah formulir akun. Akun pembantu
piutang dan utang umumnya menggunakan bentuk formulir ini. Lihat contoh bentuk akun
ini pada Gambar 5.3.

Nama Akun : …………… No. Akun : …………..

Tgl. Keterangan Fol. √ Debit Saldo Kredit √ Fol. Keterangan Tgl.

Gambar 5.3 Akun Berkolom Sldo di Tengah

Untuk menunjukkan apakah saldo yang tercantum dalam kolom “saldo”


merupakan saldo debit atau saldo kredit, ada dua cara merancang kolom saldo tersebut :
(a) dengan mencantumkan kolom D/K untuk member tanda D untuk saldo debit dan K
untuk saldo kredit di muka angka yang tercantum dalam kolom “saldo (lihat Gambar

6
5.4), dan (b) dengan membuat kolom saldo debit terpisah dari kolom saldo kredit (kihat
Gambar 5.5). Akun pembantu piutang, utang, dan persediaan umumnya menggunakan
bentuk formulir ini.

Nama Akun : …………… No. Akun : …………….

Tgl. Keterangan Fol. √ Debit Kredit D/K Saldo

Gambar 5.4 Akun Berkolom Saldo

Akun Ganda Berkolom Saldo. Bentuk akun ini digunakan jika hanya diperlukan
penjelasan singkat untuk setiap transaksi pendebitan dan pengkreditan, jika diperlukan
informasi saldo berjalan setiap saat, dan jika akun sangat aktif dipakai. Lihat contoh akun
ini pada Gambar 5.6.

Nama Akun : ……………… No.Akun : ………………

Saldo
Tgl. Keterangan Fol. √ Debit Kredit
Debit Kredit

Gambar 5.5 Akun Berkolom Saldo Debit dan Saldo Kredit

Nama Akun : …………….. No.Akun : ……………….

7
Tgl. Ket. Fol. √ Debit Kredit Saldo Tgl. Ket. Fol. √ Debit Kredit Saldo

Gambar 5.6 Akun Ganda Berkolom Saldo

Akun dengan Kolom Sldo Lama dan Sldo Baru. Akun ini biasanya digunakan jika
perusahaan menggunakan mesin pembukuan sebagai alat posting-nya. Operasi posting
dengan mesin pembukuan memerlukan kegiatan penjemputan saldo lama (old balance
pick up) untuk memungkinkan mesin pembukuan dengan otomatis menghitung saldo
baru. Oleh karena itu, formulir akan didesain dengan menyediakan kolom-kolom saldo
lama dan saldo baru untuk memenuhi keperluan posting dengan mesin pembukuan
tersebut. Lihat contoh akun ini pada Gambar 5.7.

Nama Akun : ……………. No.Akun : …………….

Saldo Lama Tgl. Keterangan Debit Kredit Saldo Baru

Gambar 5.7 Akun dengan Saldo Lama dan Saldo Baru

2.3. Susunan Akun Buku Besar


Akun-akun yang dibentuk dalam buku besar harus disesuaikan dengan jenis dan susunan
informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Biasanya laporan keuangan ang
dipakai sebagai dasar pembentukan dan penyusunan akun-akun buku besar adalah
laporan posisi keuangan dan laporan laba-rugi.
Umumnya jenis dan susunan informasi yang disajikan dalam laporan posisi
keuangan dan laporan laba-rugi untuk jenis usaha tertentu telah mengikuti jenis dan
susunan standar yang lazim dalam menyajikan laporan keuangan dalam jenis usaha

8
tersebut. Sebagai contoh jenis dan susunan informasi mengenai asset lancar di dalam
laporan posisi keuangan perusahaan manufaktur umumnya adalah sebagai berikut :

Kas dan bank;


Investasi jangka pendek;
Piutang;
Cadangan kerugian penurunan nilai piutang;
Persediaan barang jadi;
Persediaan barang dalam proses;
Persediaan bahan baku dan bahan penolong;
Uang muka;
Biaya dibayar dimuka;
Aset lancar lainnya;

Jika jenis dan susunan informasi asset lancar seperti tersebut di atas, maka dalam
buku besar harus dibentuk jenis akun-akun tersebut dengan susunan yang sa,a dengan
yang tersebut di atas.

2.4. Kode Akun (Ahart Of Accounts)


Kode adalah suatu rerangka (framework) yang menggunakan angka atau huruf atau
kombinasi angka dan huruf untuk member tanda terhadap klasifikasi yang sebelumnya
telah dibuat. Kode ini memudahkan identifikasi dan pembedaan elemen-elemen yang ada
di dalam suatu klasifikasi.
Pengolahan dan akuntansi sangat tergantung pada penggunaan kode untuk mencatat,
mengklasifikasikan, menyimpan, dan mengambil data keuangan. Dlam mencatat
transaksi pembelian bahan baku misalnya, perusahaan umumnya tidak hanya
menggunakan nama-nama akun Persediaan dan Utang Dagang, namun mencantumkan
pula kode akun (012 Persediaan Bahan Baku dan 100 Utang Dagang) untuk memudahkan
pencatatan, pengklasifikasian, penyimpanan, dan pengambilan data akuntansi.
Penggunaan kode akun, dan bukan nama akun, akan mempercepat pencarian akun yang
akan diisi dengan informasi dalam proses posting.

9
Dalam hal tertentu, penggunaan kode akun mengurangi pekerjaan penulisan identitas
akun.
Tujuan Kode
Dalam sistem pengelolaan data akuntansi, kode memenuhi berbagai tujuan berikut ini :
1. Mengidentifikasi data akuntansi secara unik;
2. Meringkas data;
3. Mengklasifikasi akun atau transaksi;
4. Menyampaikan makna tertentu;

a. Mengidentifikasi Data Akuntansi secara Unik. Data akuntansi perlu diberi


identifikasi secara unik agar dapat dilakukan pencatatan, klasifikasi,
penyimpanan, dan pengambilan data tersebut dengan benar. Jika misalnya
perusahaan memiliki 300 debitur, maka debitur bukanlah alat identifikasi yang
baik untuk ,emvatat transaksi yang bersangkutan dengan tiap debitur. Hanya
dengan kode angka misalnya, masing-masing debitur menjadi memiliki identitas
yang unik, yang menjadikan satu debitur berbeda dari debitur yang lainnya.
b. Meringkas Data. Kode menjadikan data akuntansi lebih ringkas sehinga
memerlukan sedikit ruang dalam pencatatannya. Dalam pencatatan transaksi
penjualan misalnya, Bagian Akuntansi tidak perlu menuliskan nama akun Beban
Pokok Penjualan dan Persediaan Produk Jadi, namun cukup menuliskan kode
kedua akun tersebut dalam jurnal umum.
c. Mengklasifikasi Akuna atau Transaksi. Dalam mengelola data akuntansi, kode
digunakan untuk menunjukkan ke dalam klasifikasi apa suatu akun atau transaksi
dikelompokkan. Misalnnya daerah pemasaran Yogyakarta diberi kode 15, maka
semua faktur penjualan untuk transaksi penjualan untuk transaksi penjualan yang
terjadi di Yogyakarta akan diberi kode 15, sehingga memudahkan
pengklasifikasian informasi penjualan menurut daerah pemasaran.
d. Menyampaikan Makna tertentu. Dengan kode kita dapat menyampaikan
informasi yang bermakna tertentu. Jika mobil Daerah Istimewa Yogyakarta diberi
kode yang dimulai dengan huruf AB, maka sebuah mobil yang kodenya dimulai

10
dengan angka AB akan bermakna tertentu bagi orang yang memahami sistem
pemberian kode tersebut.
Metode Pemberian Kode Akun
Pemberian kode akun umumnya didasarkan pada rerangka pemberian kode tertentu,
sehingga memudahkan pemakai dalam penggunaannya. Pemberian kode akun tidak
dimaksudkan agar pemakai menghafalkan kode-kode akun yang disusun, namun untuk
memudahkan pemakai mengikuti rerangka logika pemberian kode akun, sehingga dapat
menggunakan akun yang disusun untuk pemberian identifikasi transaksi yang terjadi
dalam perusahaan.
Ada 5 metode pemberian kode akun :
1. Kode Angka atau Alfabet Urut (numerical-or alphabetic-sequence code);
2. Kode Angka Blok (block numerical code);
3. Kode Angka Kelompok (group numerical code);
4. Kode Angka Desima; (decimal code);
5. Kode Angka urut didahului Huruf (numerical sequence preceded by an alphabetic
reference).

Kode Angka atau Alfabet Urut. Dalam metode pemberiam kode ini, akun buku besar
diberi kode angka atau huruf yang berurutan. Kelemahan Kode Angka atau Alfabet Urut
ini adalah jika terjadi perluasan jumlah akun, hal ini akan memberikan perubahan
menyeluruh terhadap kode akun yang mempunyai kode angka yang lebih besar. Contoh
Kode Angka Urut adalah sebagai berikut :
1. Kas dan Bank;
2. Investasi Jangka Pendek;
3. Piutang;
4. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Piutang;
5. Persediaan Barang Jadi;
6. Persediaan Barang dalam Proses;
7. Persediaan Bahan Baku dan Bahan Penolong;
8. Biaya Dibayar di Muka;
9. Aset Lancar Lainnya;

11
10. Investasi Jangka Panjang;
11. Tanah;
12. Gedung;
13. Akumulasi Penyusutan Gedung;
14. Mesin;
15. Akumulasi Penyusutan Mesin;
16. Mebel;
17. Akumulasi Penyusutan Mebel;
18. Aset Tetap Lainnya;
19. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Lainnya;
20. Beban Tangguhan;
21. Aset Lain-lain;
22. Utang dagang;
23. Utang Pajak;
24. Utang Gaji dan Upah;
25. Utang Biaya;
26. Pendapatan Diterima di Muka;
27. Utang Lancar Lainnya;
28. Utang Jangka Panjang Bank;
29. Modal Saham;
30. Saldo Laba;
31. Pendapatan Penjualan;
32. Beban Pokok Penjualan;
33. Biaya Bahan Baku;
34. Biaya Tenaga Kerja;
35. Biaya Overhead Kerja;
36. Beban Administrasi dan Umum;
37. Beban Pemasaran;
38. Pendapatan Lain-lain;
39. Beban Lain-lain;
40. Laba Rugi;

12
Pemberian kode dengan Kode Angka Urutini memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Akun diberi kode dengan angka urut, dan angka kecil ke angka besar.
b. Jumlah angka (digit) dalam kode tidak sama. Akun dengan kode 1 sampai 9
memiliki 1 angka dalam kode akunnya, sedangkan akun dengan kode 10 sampai
dengan 99 memiliki 2 angka, sedangkan akun dengan kode 100-999 memiliki 3
angka dalam kode akunnya, dan seterusnya.
c. Perluasan klasifikasi pada suatu akun akan mengakibatkan perubahan kode semua
akun yang kodenya lebih besar dari kode akun yang mengalami perluasan.
Sebagai contoh, jika akun 20 Beban yang Ditangguhkan dalam daftar akun di atas
dirinci lebih lanjut menjadi 3 akun : 21 Beban Organisasi, 22 Rugi Trial-Run, dan
23 Beban Promosi, maka akun-akun yang sebelumnya berkode di atas akun yang
dipecah tersebut (kode 22 dan selanjutnya) semuannya akan mengalami
perubahan kode.
Kode Angka Blok. Dalam metode pemberian kode ini, akun buku besar dikelompokkan
menjadi beberapa golongan dan setiap golongan disediakan satu blok angka yang
berurutan untuk member kodenya. Penggunaan Kode Angka Blok ini mengatasi
kelemahan Kode Angka Urut, yang jika terjadi perluasan klasifikasi pada suatu akun
mengakibatkan perubahan kode semua akun yang kodenya lebih besar dari kode akun
yang megalami perluasan. Untuk menghadapi kemungkinan perluasan akun, dalam
setiap blok angka disediakan angka cadangan perluasan, sehingga perluasan kode akun
hanya akan mempengaruhi pemberian kode dalam blok yang bersangkutan.
Contoh Kode Angka Blok adalah sebagai berikut : akun buku besar digolongkan
menjadi golongan dan setiap golongan disediakan satu blok angka yang berurutan
sebagai berikut :

1-24 Aset Lancar


25-39 Investasi Jangka Panjang
40-69 Aset Tetap
70-79 Aset Tak berwujud
80-99 Aset Lain-lain

13
100-124 Liabilitas Lancar
125-129 Liabilitas Jangka Panjang
130-139 Ekuitas
140-169 Pendapatan Penjualan
170-199 Beban Pokok Penjualan
200-299 Biaya Produksi
300-349 Beban Administrasi dan Umum
350-399 Beban Pemasaran
400-449 Pendapatan Lain-lain
450-499 Beban Lain-lain
500 Laba Rugi
Rincian susunan dank Kode akun dengan menggunakan Kode Angka Blok adalah
sebagai berikut :
1-24 Aset Lancar
1. Kas dan Bank
2. Investasi Jangka Pnajnga
3. Piutang
4. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Piutang
10. Persediaan Barang Jadi
11. Persdiaan Barang dalam Proses
12. Persediaan Bahan Baku dan Bahan Penolong
20. Uang Muka
24. Aset Lancar Lain-lain
25-39 Investasi Jangka Panjang
25. Investasi Jangka Panjang-Saham
26. Investasi Jangka Panjang-Obligasi
40-69 Aset Tetap
40. Tanah
41. Gedung
42. Akumulasi Penyusutan Gedung
43. Mesin

14
44. Akumulasi Penyusutan Mesin
45. Mebel
46. Akumulasi Penyusutan Mebel
47. Aset Tetap Lain-lain
48. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Lain-lain

70-79 Aset Tak Berwujud

70. Goodwill
71. Biaya Pendirian Perusahaan
72. Merek dan Cap Dagang
73. Paten
80-099 Aset Lain-Lain
80. Uang jaminan PLN
81. Uang Jaminan Telkom
100-124 Liabilitas Lancar
100 Utang Usaha
101 Utang Pajak
102 Utang Gaji dan Upah
103 Biaya yang Masih Harus Dibayar
110 Pendapatan yang Diterima di Muka
124 Liabilitas Lancar Lain-lain
125-129 Liabilitas Jangka Panjang
125 Utang Jangka Panjang-Bank
126 Utang Jangka Panjang-Obligasi
127 Utang Jangka Panjang-Lembaga Kredit Lain
130-139 Ekuitas
130 Modal Saham
131 Saldo laba
140-169 Pendapatan Penjualan
140 Pendapatan Penjualan Produk A
141 Pendapatan Penjualan Produk B

15
179-199 Beban Pokok Penjualan
170 Beban Pokok Penjulan Produk A
171 Beban Pokok Penjualan Produk B
200-299 Biaya Produksi
200 Biaya Bahan Baku
230 Biaya Tenaga Kerja
270 Biaya overdeah Pabrik-Sesungguhnya
271 Biaya overhead Pabrik yang-Dibebankan
300-349 Beban Administrasi dan Umum
300 Beban Administrasi dan Umum
350-399 Beban Pemasaran
350 Beban Pemasaran
400-449 Pendapatan Lain-lain
400 Pendapatn Bunga
401 Pendapatn Dividen
402 Laba Penjualan Surat Berharga
403 Laba Penjualan Aset Tetap
450-499 Beban Lain-lain
450 Beban Bunga
451 Rugi Penjualan Surat Berharga
452 Rugi Penjualan Aset Tetap
Pemberian kode dengan Kode Angka Blok ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Akun diberi kode dengan blok angka yang berurutan, dari angka kecil ke angka
besar.
b. Jumlah angka (digit) dalam kode tidak sama. Akun dengan kode 1 sampai 9 memiliki
1 angka dalam kode akunnya, sedangkan akun dengan kode 10 sampai dengan 99
memiliki 2 angka, sedangkan akun dengan kode 100-999 memiliki 3 angka dalam
kode akunnya, dan seterusnya.
c. Perluasan klasifikasi pada suatu akun ditampung dengan menyediakan angka
cadangan dalam setiap blok yang diperirakan akan mengalami perluasan klasifikasi.
Sebagai contoh, untuk klasifikasi akun Liabilitas Jangka Panjang disediakan angka

16
125 sampai dengan 129, karena diperkirakan jumlah akun yang termasuk dalam
klasifikasi ini tidak akan lebih dari 5 akun. Untuk sementara baru 3 angka yang
dipakai untuk memberi kode, yaitu angka 125, 126, dan 127. Angka 128 dan 129
disediakan untuk menampung perluasan klasifikasi utang jangka panjang, yang
diperkirakan oleh analis sistemnya tidak lebih dari 2 akun tambahan. Jika misalnnya
analis sistem memperkirakan kemungkinan tambahan akun akibat perluasan
klasifikasi liabilitas jangka panjang berjumlah 10 akun, maka blok angka yang
disediakan untuk klasifikasi liabilitas jangka panjang adalah 125 sampai dengan 139,
bukan hanya 125 sampai dengan 129. Berikut ini dicantumkan kembali blok angka
yang disediakan untuk member kode klasifikasi liabilitas jangka panjang untuk
memudahkan pembaca mengikuti uraian di atas.
125-129 Liabilitas Jangka Panjang
125 Utang Jangka Panjang-Bank
126 Utang Jangka Panjang-Obligasi
127 Utang Jangka Panjang-Lembaga Kredit Lain
Kode Angka Kelompok. Kode Angka Kelompok terbentuk dari dua atau lebih
subcodes yang dikombinasikan menjadi satu kode. Kode Angka Kelompok ini
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Akun diberi kode angka atau kombinasi angka dan huruf
2. Jumlah angka dan/ atau huruf dalam kode adalah tetap
3. Posisi angka dan/ atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu
4. Perluasan klasifikasi dilakukan dengan membeeri cadangan angka dan/ atau
huruf ke kanan.
Sebagai contoh kode mobil di Indonesia disusun sebagai berikut :
xx Daerah Tingkat I atau Karesidenan
xxxx Kode unik (unique code) mobil
xx Daerah Tingkat II di bawah Daerah Tingkat I atau
keresidenan
Jadi kode mobil AB7964CE menyampaikan makna sebagai berikut :
AB Daerah Istimewa Yogyakarta
7964 Kode untuk mobil tertentu

17
CE Kabupaten Sleman

Kode Angka Kelompok dapat pula digunakan untuk menunjukkan hierarki


data. Sebagai contoh adalah pemakaian Kode Angka Kelompok untu member kode
akun beban guna menghasilkan informasi biaya yang menggambarkan :
a. Hubungan beban dengan pusat pertanggungjawaban dalam prusahaan, yang
dibagi menurut hierarki berikut ini :
Direksi;
Departemen;
Bagian.
b. Jenis Biaya
Berdasarkan data tersebut di atas dapat ditentukan bahwa jumlah angka
dalam kode adalah 5, dengan rincian 3 angka pertama untuk
menunjukkanhubungan biaya dengan struktur organisasi (ada 3 jenjang
organisasi), dan 2 angka sisanya untuk menunjukkan jenis beban (karena
jumlah jenis beban diperkirakan tidak akan lebih dari 100, sehingga hanya
diperlukan 2 angka saja). Dengan demikian arti posisi angka dalam kode
akun beban tampak pada Gambar 5.8 berikut ini :

1 2 3 4 5

Direktorat Departemen Bagian Jenis Biaya

Pusat Pertanggungjawaban

Gambar 5.8 Kode Akun Beban

Dari Gambar 5.8 tersebut terlihat angka pada posisi ke-1 sampai dengan ke-3
dalam kode mempunyai makna pusat pertanggungjawaban, yang dirinci lebih lanjut
sebagai berikut :

Posisi ke-1 : Jenjang Direksi

Posisi ke-2 : Jenjang Departeman

18
Posisi ke-3 : Jejang Bagian

Rincian kode pusat pertanggungjawaban lebih lanjut dapat dilhat pada Gambar
5-9. Dari Gambar 5.9 tersebut dapat diambil contoh makna kode 213 Bagian
Penyelesaian sebagai berikut :

a. Posisi angka ke-1 menunjukkan bahwa Bagian Penyelesaiaan di bawah


Direktur Produksi yang mempunyai kode 200.
b. Posisi angka ke-2 menunjukkan bahwa Bagian Penyelesaian di bawah
Departemen Produksi yang mempunyai kode 21.
c. Posisi angka ke-3 menunjukkan kode bagian, yaitu Bagian Penyelesaian itu
sendiri. Oleh karena itu, posisi angka ke-3 ini merupakan kode unik (unique
code) bagi Bagian Penyelesaian.

Dengan demikian jika orang menjumpai kode 213, orang tersebut akan
menafsirkan bahwa angka ke-3 berkode 3 tersebut menunjukkan Bagian
Penyelesaian berada di bawah Bagian Produksi dan di bawah Direktur Produksi.
Semua kode yang posisi angka ke-1-nya berkode 2 berarti berada di bawah Direktur
Produksi. Begitu pula setiap kode yang posisi angka ke-1-nya bekode 3 berarti
berada di bawah Direktur Keuangan. Cara pemberian kode semacam ini akan
memudahkan identifikasi terjadinya beban dengan manajer yang bertanggung jawab
terhadap terjadinya.

Direktur Utama
100

19
Direktur Produksi Direktur Keuangan Direktur Pemasaran
300
200 400
Bagian Air

223

Bagian Gedung
224

Gambar 5.9 Kode Akun Petanggungjawab

Posisi angka ke-4 dan ke-5 menunjukkan jenis beban. Sepeti telah dikemukakan
di atas, untuk jenis beban disediakan 2 posisi angka karena diperkirakan jenis beban
tidak akan lebih dari 100 jumlahnya. Jika misalnya diperkirakan jenis beban akan
berjumlah 100 atau lebih, maka untuk jenis beban akan disediakan 3 angka yang
menempati posisi ke-4 sampai dengan ke-6. Rincian jenis beban beserta kodenya
adalah sebagai berikut :

01 Biaya bahan baku

02 Biaya bahan penolong

03 Biaya bahan bakar

04 Biaya suku cadang


20
05 Biaya upah

06 Beban kesejahteraan karyawan

07 Beban asuransi tenaga kerja

08 Beban reparasi dan pemeliharaan asset tetap

09 Beban penyusutan asset tetap

10 Beban asuransi asset tetap

11 Beban akuntan dan konsultan

12 Beban iklan

13 Beban pembungkus

14 Beban telepon dan telegraf

30 Beban lain-lain

Berdasarkan kode tersebut di atas, beban asuransi tenaga kerja yang


dikeluarkan oleh Bagian Pulp diberi kode 21107 dengan rerangka kode seperti
terlihat pada Gambar 5.10.

Beban bahan bakar yang dikonsumsi oleh Bagian Listrik dan Air dicatat
dalam akun yang berkode 22203.

Kode Angka Desimal. Desimal berarti persepuluhan. Kode Angka Desial member
kode angka terhadap klasifikasi yang membagi kelompok menjadi maksimal 10
subkelompok dan membagi subkelompok menjadi maksimal 10 golongan yang lebih
kecil dari subkelompok tersebut. Sebagai contoh adalah sebagai berikut:

1 Persediaan

1.1 Persediaan Suku Cadang

1.2 Persediaan Bahan Penolong

21
1.3 Persediaan Bahan Baku

1.9 Persediaan Lain-lain

2 1 0 7

Direktur Produksi

Departemen Produksi

Bagian Pulp

Beban Asuransi Tenaga Kerja

Gambar 5.10 Kode Biaya Asuransi Tenaga Kerja di Bagian Pulp, di Bawah
Departemen Produksi, dan di bawah Direktur Produksi.

Persedian Bahan Baku dibagi menjadi maksimal 10 golongan :

1.3.1 Bahan Baku Kayu

1.3.2 Bahan Baku Ampas Tebu

1.3.3 Bahan Baku Jerami

1.3.4 Bahan Baku Bambu

1.3.9 Bahan Baku Lain-lain

Persediaan Bahan Kayu dibagi menjadi maksimal 10 golongan :

1.3.1.1 Bahan Baku Serat Panjang Ex Jepang

1.3.1.2 Bahan Baku serat Panjang Ex USA

1.3.1.3 Bahan Baku Serat Panjang Ex Brasilia

1.3.1.4 Bahan Baku Serat Pendek Ex Jepang

1.3.1.5 Bahan Baku Serat Pendek Ex USA

22
1.3.1.6 Bahan Baku Serat Pendek Ex Brasilia

1.3.1.9 Bahan Baku Serat Kayu Lain-Lain

Pemberian kode dengan Kode Angka Desimal ini memiliki karakteristik sebagai
berikut :

a. Akun diberi kode dengan angka yang berurutan, dari angka kecil ke angka
besar.
b. Jumlah angka (digit) dalam kode tidak sama. Klasifikasi besar memiliki
jumlah angka yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan klasifikasi
rinciannya.
c. Perluasan klasifikasi pada suatu akun dilakukan dengan maksimam
pemecahan tidak lebih dari 10. Pemberian kode perluasannya dilakukan
dengan menambah 1 angka di sebelah kanannya.

Kode Angka Urut Didahului dengan Huruf. Metode ini menggunakan kode
berupa kombinasi angka dengan huruf. Setiap akun diberi kode angka yang di
mukanya dicantumkan huruf singkatan kelompok akun tersebut. Misalnya :

AL 101
ATL 112
MO 245

AL merupakan singkatan dari asset lancar, ATL singkatan asset tidak lancar, dan
MO singkatan dari modal.
Hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam Merancang Kode Akun
Dalam merancang rerangka kode akun, berbagai pertimbangan berikut ini perlu
diperhitungkan :
1. Rerangka kode harus secara logis memenuhi kebutuhan pemakai dan metode
pengolahan data yang digunakan. Kode sembarang, seperti SSR untuk
menunjukkan Sempati Air dalam kode penerbangan, membingungkan para
penumpang pesawat.

23
2. Setiap kode harus mewakilisecara unik unsure yang diberi kode. Kode untuk akun
piutang kepada Risa Rimendi harus menunjukkan akun debitur tersebut, bukan
debitur yang lain.
3. Desain kode harus mudah disesuiakan dengan tuntutan perubahan. Jika struktur
kode harus diubah setiap kali menghadapi tuntutan perubahan, hal ini akan
memerlukan biaya perubahan dan membingungkan pemakai.

2.5. Buku Pembantu (SUBSIDIARY LEDGERS)


Buku pembantu adalah suatu kelompok akun yang merupakan rincian akun tertentu
dalam buku besar (general ledger), yang dibentuk untuk memudahkan dan mempercepat
penyusunan laporan dan neraca saldo. Seperti telah disebutkan dalam Bab 1, akun buku
besar yang dirinci informasinya dalam buku pembantu disebut control (controlling
account), sedangkan akun-akun rincian yang terdapat dalam buku pembantu disebut akun
pembantu (subsidiary account).
Umumnya perusahaan manufaktur menyelenggarakan berbagai buku pembantu
berikut ini :
a. Buku pembantu persediaan;
b. Buku pembantu piutang;
c. Buku pembantu utang;
d. Buku pembantu harga pokok produk;
e. Buku pembantu biaya;
f. Buku pembantu asset tetap.

Berikut ini diuraikan secara rinci masing-masing buku pedoman tersebut.

Buku Pembantu Persediaan. Buku pembantu ini terdiri dari kartu persediaan yang
berisi informasi baik mengenai kuantitas maupun harga pook berbagai persediaan. Kartu
persediaan ini digunakan untuk mencatat mutasi persediaan dan saldo tiap jenis
persediaan, baik kuantitas maupun harga pokoknya. Biasanya kartu persediaan ini
diselenggarakan oleh Bagian Akuntansi Biaya. Contoh formulir kartu persediaan tampak
pada Gambar 5.11.

24
Buku Pembantu Piutang. Buku pembantu ini terdiri dari artu piutang yang disusun
menurut nama debitur. Kartu piutang ini digunakan untuk mencatat mutasi dan saldo
piutang kepada tiap debitur serta digunakan sebagai sumber informasi untuk pembuatan
pernyataan piutang (account receivable statement) ysng dikirimkan kepada tiap debitur
secara periodik. Buku pembantu ini merupakan rincian akun piutang usaha yang
diselenggarakan dalam buku besar. Bentuk formulir kartu piutang dapat menggunakan
Akun Biasa (Gambar 5.2), Akun dengan Kolom Sldo di Tengah (Gambar 5.3), atau Akun
dengan Kolom Sldo (Gambar 5.4 dan 5.5)

KARTU PERSEDIAAN
Nama Barang Kode Barang Satuan Gudang No.Lantai No.Lokasi

No.Akun Titik Pesan Kembali EOQ Maksimum Minimu Sifat Khusus Barang
m

Pembelian Penerimaan Pemakaian Saldo

Tgl No Jml Jml Tgl No Kuantitas Harga Jumlah Tgl No Kuantitas Harga Jumlah Kuanti Harga Jumlah
SOP Dipesan Diterima LPB satuan Harga BPBG Satuan Harga tas satuan Harga

Gambar 5.11 Kartu Persediaan

Buku Pembantu Utang. Buku pembantu ini terdiri dari kartu utang yang disusun
menurut nama kreditur perusahaan. Kartu utang ini duigunakan untuk mencatat mutasi
dan saldo utang kepada tiap debitur serta digunakan sebagai sumber informasi untuk
rekonsiliasi dengan penyataan piutang (account receivable statement) yang diterima dari
kreditur secara periodic.
Buku pembantu ini merupakan rincian akun utang usaha yang diselenggarakan
dalam buku besar. Seperti halnya dengan piutang, bentuk formulir kartu utang dapat

25
menggunakan Akun Biasa (Gambar 5.2), Akun dengan Kolom Sldo di Tengah (Gambar
5.3), atau Akun dengan Kolom Saldo (Gambar 5.4 dan 5.5).

Buku Pembantu Harga Pokok Produk. Buku pembantu ini terdiri kartu harga pokok
produk yang digunakan untuk mencatat harga pokok pesanan yang diproduksi
perusahaan. Buku pembantu ini digunakan dalam perusahaan yang produksinya
berdasarkan pesanan, dan merupakan rincian akun Persediaan Barang dalam Proses yang
diselenggarakan dalam buku besar. Contoh kartu harga pokok produk tampak pada
Gambar 5.12.

Buku Pembantu Biaya. Buku pembantu ini terdiri dari kartu biaya yang digunakan
untuk mencatat biaya yang tidak terkait dengan pesanan tertentu (biaya overhead pabrik
sesungguhnya, beban administrasi dan umum, dan beban pemasaran. Kartu biaya
umumnya menggunakan formulir Akun dengan Kolom Sldo (Gambar 5.4 dan 5.5).

Buku Pembantu Aset Tetap. Buku pembantu ini terdiri kartu asset tetap yang
digunakan untuk mencatat semua informasi mengenai asset tetap, seperti tanggal
perolehan, jenis asset tetap, spesifikasi, lokasi, penyusutan, dan belanja modal. Buku
pembantu ini merupakan rincian akun asset tetap yang diselenggarakan dalam buku
besar. Contoh kartu asset tetap tampak pada Gambar 5.13.
Pada Gambar 5.14 disajikan contoh buku pembantu, nama akun control, dan nama
jurnal yang menjadi sumber informasinya.
2.6. Posting Ke Dalam Akun Buku Besar dan Buku Pembantu
seperti telah dikemukakan pada awal bab ini, posting adalah proses menyortir dan
memindahkan data ke dalam akun buku besar dan buku pembantu. Posting ke dalam
buku besar dan buku pembantu dapat dilakukan dengan salah satu di antara empat
metode berikut ini:
1. Posting jurnal ke dalam akun buku besar dengan tulisan tangan dan posting
dokumen sumber ke dalam akun buku pembantu dengan cara yang sama.
2. posting dokumen sumber ke dalam akun buku pembantu yang menghasilkan
jurnal sebagai tembusan posting ke dalam akun tersebut.

26
3. Posting ke dalam buku pembantu sebagai akibat dari pengisian dokumen sumber,
yang sekaligus menghasilkan jurnal sebagai tembusan pengisian bukti tersebut.
4. Pembukuan tanpa buku pembatu (ledgerless bookkeepig).

Posting Jurnal Ke Dalam Akun Buku Besar dengan Tulisan Tangan dan Posting
Dokumen Sumber Ke Dalam Akun Buku Pembantu dengan Cara yang Sama.
Dalam metode postin ini, data yang sudah terkumpul dalam jurnal diposting ke dalam
buku besar dengan tulisan tangan. Posting ke dalam akun buku pembantu dapat
bersumber dari data yang telah dicatat ke dalam jurnal atau langsung dari dokumen
sumber. Untuk dapat memposting jurnal ke dalam akun yang bersangkutan dalam
buku besar, dilakukan pembuatan rekapitulasicjurnal lebih dahulu. Untuk menjamin
ketelitian posting, secara periodik dibuat neraca saldo (trial balance) yang berisi
jumlah pendebitan dan pengkreditan tiap akun buku pembantu. Neraca saldo ini
direkonsiliasi dengan pendebitan dan pengkreditan akun kontrol yang
bersangkutandalam buku besar. Disaming itu, dari akun-akun buku besar secara
periodik dibuat neraca saldo untuk mengecek apakah jumlah pendebitan dan jumlah
pengkreditan akun-akun buku besar seimbang. Lihat bagan alir metode posting ini
pada gambar 5.15.

KARTU HARGA POKOK PRODUK

Nama Pemesan Nomor Pemesanan Tanggal Mulai

Spesifikasi Kuantitas Tanggal Selesai

Biaya bahan baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik Anggaran Biaya:
Langsung Biaya Bahan Baku

27
Tgl No. Jumlah Tgl. Jam Jumlah Tgl. Tarif Jumlah Biaya Tng. Kerja Lngs
. BPPBG Rupiah Kerja Rupiah Rupiah Biaya Ov. Pabrik
Jumlah
Harga Pokok per Satuan
Realisasi Biaya:
Biaya Bahan Baku
Biaya Tng Kerja Lngs.
Biaya Ov. Pabrik
Jumlah
Harga Pokok per Satuan
Otorisasi
Kepala Dept. Kepala bagian
Akuntansi akuntansi biaya

Gambar 5.12 kartu harga pokok produk

KARTU ASET TETAP

Nama Barang Mesin Crusher Nomor Akun 1123


Pabrik Pulp I Pulp II

28
Departemen Persiapan Bahan Persiapan Bahan
Gedung Unit IV Unit III
Lantai 2 1
Tanggal 2 Mei 1991 12 Juni 1991
Tgl No. Bukti Kuantitas Keterangan Jumlah
2/5/91 BKK 23 1 Mesin Crusher dari Jepang

Metod
e Umur Tahun Habis Taksiran Nilai Penyusutan
Penyu Ekonomis Disusut Residu per Tahun
sunan
Garis Rp
10 Tahun 2000 0
Lurus 10.000.000
Catatan Historis
penyusutan Akumulasi Historis Repar. & Pemeliharaan Revaluasi

No. Jumlah No. Jumlah Jumlah No. Jumlah No. Jumlah


Tgl. Tgl Tgl Tgl
Bukti Rupiah Bukti Rupiah Kumulatif Bukti Rupiah Bukti Rupiah

Gambar 5.13 Kartu Aset Tetap

Nama Buku Pembantu Nama Akun Kontrol Nama Jurnal Sumber Posting-nya
1. Buku pembantu piutang (accounts Piutang Dagang Jurnal penjualan (D)
receivable ledger) Jurnal penerimaan kas (K)
Jurnal retur penjualan (K)
Jurnal umum (hampir semuanya kredit)
2. Buku pembantu utang (Accoutns Utang dagang Jurnal pembelian (K)
payable ledgers) Jurnal pengeluaran kas
Jurnal retur pembelian (D)
Jurnal umum (D)
3. Buk pembantu persediaan bahan Persediaan bahan baku Jurnal pembelian atau register bukti keluar (D)
(raw material inventory ledgers) Jurnal pemakaian bahan (K)

29
Jurnal umum (D atau K)
4. Buku pembantu asset tetap (Fixed Aset tetap Jurnal pembelian atau resgister bukti kas keluar
asset ledgers) (D)
Jurnal umum (K)
5. Kartu harga pokok produk (cost Barang dalam proses Jurnal pemakaian bahan (K)
sheet) Jurnal umm (D dan K)
6. Buku pembantu persediaan produk Persediaan produk jadi Jurnal umum (D dan K)
jadi
7. Buku pembantu beban pemasaran Beban pemasaran Jurnal pembelian atau register bukti kas keluar
(selling expense ledger) (D)
Jurnal umum (D)
8. Buku pembantu biaya administrasi Biaya administrasi dan umum Jurnal pembelian atau register nukti kas keluar
dan umum (D)
Jurnla umum (D)
9. Buku pembantu biaya overhead Biaya overhead pabrik Jurnal pembelian atau register bukti kas keluar
(D)
Jurnal pemakaian bahan (D)
Jurnal umum (D)

Gambar 5.14 buku pembantu, akun kontrol, dan jurnal yang berkaitan

Dokumen
Membuat Rekap Jurnal Rekap Jurnal
sumber Buku Besar
Jurnal

Rekonsiliasi

Membuat neraca saldo Neraca Saldo


Buku
Pembantu

Gambar 5.15 Posting jurnal dan dokumen sumber ke dalam books of final entry

Posting Dokumen Sumber ke Dalam Akun Buku Pembantu yang Menghasilkan


Jurnal sebagai Tembusan Posting ke Dalam Akun Tersebut. Dalam metode
posting ini, dokumen sumber di-posting ke dalam buku pembantu dengan tulis tangan
atau denga mesin pembukuan, yang tembusan postingnya menghasilkan jurnal.

30
Posting ke dalam akun buku besar bersumber dari jurnal yang merupakan tembusan
hasil posting tersebut. Jika digunakan mesin pembukuan, ketelitian posting dapat diuji
dengan melakukan pembuktian ketelitian posting langsung (direct proof) dengan
mengguakan mesin pembukuan atau dengan melaksanakan pembuktian ketelitian
posting tidak langsung (indirect proof). Jika pembuktian ketelitian posting tidak
langsung yang digunakan, secara periodik dibuat neraca saldo yang berisi jumlah
pendebitan dan pengkreditan tiap akun buku pembantu. Neraca saldo ini
direkonsiliasi dengan pendebitan dan pengkreditan akun kontrol yang bersangkutan
dalam buku besar. Disamping itu dari akun-akun buku besar secara periodik dibuat
neraca saldo untuk mengecek apakah jumlah pendebitan dan jumlah pengkreditan
akun-akun buku besar seimbang. Lihat bagan alir metoded posting ini pada gambar
5.16.

Jurnal
Dokumen
Membuat Rekap Jurnal Rekap Jurnal
sumber Buku Buku Besar
Pembantu

Rekonsiliasi

Membuat neraca saldo Neraca Saldo

Gambar 5.16 posting dokumen sumber ke dalam buku pembantu; jurnal dihasilkan
dari posting tersebut.

Posting ke Dalam Buku Pembantu sebagai Akibat dari Pengisian Dokumen


Sumber, yang Sekaligus Menghasilkan Jurnal sebagai Tembusan Pengisian
Bukti Tersebut. Dalam metode posting ini, pembuatan dokumen sumber, posting ke
dalam buku pembantu, dan pencatatan jurnal dilakukan dalam sekali tulis (biasanya
dengan mesin pembukuan). Data yang dicatat dalam buku pembantu, dan jurnal
merupakan tembusan hasil pengisian data diatas dokumen sumber. Posting kedalam

31
akun buku besar bersumber dari jurnal. Jika pembuktina ketelitinan posting tidak
langsung yang digunakan, secara periodik dibuat neraca saldo yang berisi jumlah
pendebitan dan pengkreditan tiap akun buku pembantu. Neraca saldo ini
direkonsiliasi dengan pendebitan dan pengkreditan akun kontrol yang bersangkutan
dalam buku besar. Disamping itu, dari akun-akun buku besar secara periodik dibuat
neraca saldo untuk mengecek apakah jumlah pendebitan dan jumlah pengkreditan
akun-akun buku besar seimbang. Lihat bagan alir metode posting ini pada gambar
5.17.
Membuat Rekap Jurnal Rekap Jurnal
Buku Besar

Jurnal

Buku
Pembantu
Rekonsiliasi
Dokumen
sumber
Membuat neraca saldo Neraca Saldo

Gambar 5.17 posting ke dalam buku pembantu sebagai hasil pembuatan dokumen
sumber

Pembukuan Tanpa Buku Pembantu (Ledgerless Bookkeeping). Dalam metode


posting ini, tidak digunakan buku pembantu dalam pembukuan. Fungsi buku
pembantu digantikan dengan arsip dokumen sumber. Dokumen sumber dicatat dalam
jurnal dengan tulis tangan, dan secara periodik informasi dalam jurnal di-postiing ke
dalam akun yang bersangkutan dalam buku besar dengan tulis tangan. Setelah
dokumen sumber dicatatat dalam jurnal, kemudian diarsipkan sementara menurut
abjad atau susunan yang lain. Arsip dokumen sumber inilah yang berfungsi sebagai
buku pembantu. Lihat bagan alir metode pembukuan tanpa buku pembantu ini pada
gambat 5.18.

Dokumen Membuat Rekap Jurnal Rekap Jurnal


sumber Jurnal Buku Besar

32
Arsip dokumen sumber
A berfungsi sebagai buku
pembantu

Gambar 5.18 pembukuan tanpa buku pembantu (Ledgerless Bookkeeping)

2.7. Cara Penanganan Dokumen Sumber


Dokumen sumber yang sering kali disebut dengan istilah media dapat digolongkan
menjadi dua jenis: media tunggal (single documen dan single media) dan media
campuran (mixed document dan mixed media. Media tunggal adalah dokumen sumber
yang hanya berisi satu akun yang didebit atau satu akun yang dikredit. Media campuran
adalah dokumen sumber yang berisi lebih dari satu akun yang dikredit atau lebih dari satu
akun ynag didebit.
Seperti yang telah disebutkan diatas, dokumen sumber merupakan dokumen ynag
digunakna untuk merekam data terjadinya transaksi keuangan, yang merupakan dasar
untuk melakukan pencatatan ke dalam jurnal atau buku pembantu. Pencatatan dokumen
sumber ke dalam jurnal, baik yang berupa media tunggal maupun media campuran tidak
menimbulkan masalah, karena pencatatan ke dalam jurnal didasarkan pada urutan tanggal
terjadinya transaksi yang tercantumdalam media yang bersangkutan. Namun pencatatan
media yang direkam pada media campuran ke dalam akun pembantu memerlukan metode
penanganan tertentu, karena setiap pencatatan media ke dalam akun pembantu
memerlukan lima tahap berikut ini:
Tahap ke-1 : Mengambil media yang akan dicatat ke dalam akun pembantu
Tahap ke-2 : Mencari kartu akun yang akan didebit atau dikredit di simpan dalam
arsip berdasarkan data yang tercantum dalam media.
Tahap ke-3 : mengambil dari arsip akrtu akun yang dipilih dalam tahap ke-2 dan
meletakkannya di atas meja (atau jika posting ke dalam akun dilakukan
dengan mesin pembukuan, dipasang pada mesin tersebut)
Tahap ke-4 : Mencatat data yang tercantum dalam media ke dalam kartu akun yang
diambil dari arsip tahap ke-3.

33
Tahap ke-5 : Mengembalikan kartu akun ke tempatnya semula dalam arsip untuk
memudahkan pencariannya kembali dalam possting berikutnya.

Karena setiap posting bagian akuntansi harus melalui 5 tahap seperti tersebut diatas,
maka umumnya media di-posting ke dalam akun pembantu secara kelompok (batch)
dan kelompok media tersebut di-posting sekaligus ke dalam akun pembantu dalam satu
kali periode posting.

A. Penanganan Media Tunggal


Posting media tunggal ke dalam akun pembantu tidak menimbulkan masalah.
Sebagai contoh media tunggal adalah faktur penjualan kredit yang merupakan
dokumen sumber dalam pencatatan piutang ke dalam akun pembantu piutang.
Faktur penjualan kredit dibuat untuk setiap pembeli, sehingga setiap faktur
hanya berisi satu pendebitan ke dalam akun pembantu piutang debitur yang
namanya tercantum dalam faktur. Oleh karena itu faktur oenjualan kredit
merupakan contoh media tunggal yang berisi satu pendebitan ke dalam akun
pembantu pitang debitur yang bersangkutan. Jika bagian akuntansi menerima
satu batch faktur penjualan kredit dari bagian penagihan, oleh bagian akuntansi
media tunggal tersebut disortir menurut nama debitur. Berdasarkan faktur
penjualan yang telah disortir berdasar nama beditur tersebut, bagian akuntansi
kemudian mengambil kartu pitang yang bersangkutan, meletakkannya di atas
meja (atau di mesin pembukuan). Data yang tercantum dalam medi aynag telah
disortir tersebut kemudian di-posting ke dalam akun yang bersangkutan.
Langkah terakhir adalah bagian akuntansi mengembalikan kartu piutang yang
telah diisi data dari media ke dalam arsip menurut nama debitur. Gambar
prosedur posting ke dalam akun pembantu tampak pada gambar 5.15.
B. Penanganan Media Campuran
Posting media campuran ke dalam akunpembantu dilakukan dengan salah satu
dari metode berikut ini:
1. Random Posting
2. Exhaust Posting

34
Random Posting. Dalam metode posting ini, media campuran di-postin ke
dalam akun sesuai dengan urutannya pada saat diterima oleh petugas posting.
Petugas posting mengambil media pertama dari tumpukan media yang diterima,
mem-posting setiap debit atau setiap kredit ke dalam akun yang bersangkuta,
kemudian setelah selesai, mengambil media urutan berikutnya dan mem-posting
seperti yang dilakukan pada media pertama tersebut. Begitu seterusnya sampai
smeua media di-posting ke dalam akun yang bersangkutan. Karakteristik random
posting adalah:

1. Setiap media hanya diambil sekali untuk di-posting ke dalam akun.


2. Akun dapat diambil lebih dari satu kali selama periode posting.

BAB3.

PENUTUP

Kesimpulan

35
Buku besar (general ledger) merupakan kumpulan akun-akun yang digunakan
untuk menyortir dan meringkas informasi yang telah dicatat dalam jurnal. Akun adalah
judul dari suatu catatan akuntansi yang umumnya berbentu T, yang dibagi dua bagian,
sebelah kiri disebut debit dan sebelah kanan disebut kredit, sebagai alat untuk
mengklarifikasi dan mencatat transaksi berdasar prinsip tata buku berpasangan (double
entry bookkeeping).

Jika diperlukan rincian akun tertentu dalam buku besar, dibentuklah buku
pembantu. Buku pembantu (subsidiary ledgers) adalah suatu kelompok akun yang
merupakan rincian akun tertentu yang ada dalam buku besar (general ledger), yang
dibentuk untuk memudahkan dan mempercepat penyusunan laporan dan neraca saldo.
Dlam ledgers bookkeeping, fungsi buku pembanu ini digantikan oleh dokumen sumber.
Dokumen sumber dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu media tunggal dan media
campuran.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi.2016.Sistem Akuntansi.Jakarta: Salemba Empat.

36

Anda mungkin juga menyukai