Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PPH PASAL 25
Dosen pengampu:
Ibu Ninik Churniawati, SE, MM.

Disusun oleh:
1. Lusi Rahmawati (22211007)
2. Charisma Wulandari (22211009)

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS YADIKA PASURUAN
April 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pajak
penghasilan pasal 25”. Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi
besar Muhammad Saw semoga kelak di hari akhir kita semua mendapatkan
syafaatnya.
Sebelumnya terima kasih kepada ibu Ninik Churniawati, SE, MM.selaku
dosen mata kuliah perpajakan yang telah memberi tugas makalah sekaligus
memberi ilmu kepada kami semua serta teman-teman yang telah meluangkan waktu
untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini membahas pajak penghasilan pasal 25. Pajak penghasilan
merupakan pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak.
Pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain yang berhubungan dengan pekerjaan,
jasa atau kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak. Penting untuk mengetahui
definisi serta pemahaman dalam menghitung pajak penghasilan pasal 25

Bangil, 22 April 2024

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Pph pasal 25............................................................................ 3
2.2 Fungsi pajak.............................................................................................. 3
2.3 Subjek Pajak, Wajib Pajak, dan Objek Pajak ........................................... 4
2.4 Cara menghitung pph pasal 25 ................................................................. 4
2.5 Tatacara Pelaporan PPh Pasal 25 ............................................................. 5
Contoh studi kasus............................................................................................... 6
BAB III.................................................................................................................... 8
PENUTUP ............................................................................................................... 8
2.1 Simpulan ................................................................................................... 8
2.2 Saran ......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perpajakan merupakan salah satu wujud dari peran serta warga sebagai wajib
pajak yang secara langsung dan bersama-sama melakukan kewajiban perpajakan
yang digunakan untuk membiayai segala keperluan negara dan pembangunan
nasional. Proses pembangunan baik infrastruktur maupun fasilitas pelayanan publik
pada suatu negara tidak terlepas dari adanya pajak, termasuk di negara indonesia.
Penerimaan pajak di indonesia sebagai sumber pendapatan yang paling besar jika
dibandingkan dari sektor lainnya. Pajak memiliki peran yang sangat penting, tanpa
adanya pajak maka aktivitas negara akan sulit untuk dilaksanakan. Sebagian besar
dana yang diperoleh dimanfaatkan untuk pembiayaan dan pengeluaran negara
sehubungaan dengan kegiatan penyelenggaraan negara.
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak. Pajak
penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain yang berhubungan dengan pekerjaan, jasa atau
kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak.
penghasilan yang diperoleh atas kegiatan usaha badan akan dikenakan
pajakpenghasilan badan. Adapun perhitungan untuk mengetahui jumlah pajak badan
yang terutang diatur dalamketentuan PPh Pasal 25.Dalam ketentuan PPh Pasal 25
diatur tentang angsuran pajak penghasilan yang harusdibayar sendiri oleh Wajib
Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan.Besarnya angsuran pajak
dalamtahun berjalan yang harus dilunasi dapat diketahui dengan Pajak Penghasilan
yang terutang menurut SPTTahunan. Pada masa sekarang ini pendapatan Negara
khususnya dari PPh pasal 25 sangat berperan pentinguntuk penyelenggaraan
pembangunan dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera adil
danmakmur.Oleh karena itu pemerintah bersifat keras dan tegas dalam
kewenangannya sebagai pengawas danpemeriksa terhadap pelaksanaankewajiban
perpajakan yang dilakukan oleh wajib pajak. Akan tetapi denganadanya self
assessment system, ini membuat wajib pajak orang pribadi maupu badan

1
mendapaatkan kewenanganuntuk menghitung dan melaporkan sendiri kewajiban
PPh pasal 25. Ini menjadi suatu permasalahan tersendirikarena dengan menghitung
dan melaporkan sendiri PPh Pasal 25 maka setiap perusahaan bukan tidak
mungkinakan melakukan penyelewengan pajak atau manipulasi pajak
Di buatnya makalah ini yaitu memudahkan mahasiswa untuk mengetahui
pengertian, dasar hukum, dan dapat menghitung pajak penghasilan pasal 25 untuk.
Perhitungan pajak yang dilakukan terhadap pegawai adalah hal yang sangat penting
bagi pegawai dan perusahaan agar terhindar dari kesalahan dalam melakukan
pemotongan pajak penghasilan pegawai.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut adapun rumusan masalah adalah sebagai
berikut.
(1) Apa pengertian dari pph pasal 25?
(2) Jelaskan cara menghitung pph pasal 25?
(3) Bagaimana tata cara pelaporan pph pasal 25?

1.3 Tujuan Penulisan


Sesuai dengan rumusan masalah yang akan dijabarkan, maka disusunlah tujuan
penulisan sebagai berikut.
(1) Untuk menjelaskan pengertian pph pasal 25
(2) Untuk meengetahui cara menghitung pph pasal 25
(3) Untuk mengetahui tata cara pelaporan pph pasal 25.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan
juga memudahkan pembaca untuk memahami pengertian dari pph pasal 25,
dasar hukumnya, dan juga dapat memudahkan dalam melakukan perhitungan
pph pasal 25 untuk pegawai.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Pajak menurut UU Nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan yaitu : pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yanng terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2008, pajak penghasilan merupakan
pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri
yang berhubungna dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan.

2.1 Pengertian Pph pasal 25


Muljono (2009), menyatakan bahwa pajak Penghasilan (disingkat PPh)
dikenakan terhadap Wajib Pajak dalam satu periode tertentu yang dinamakan tahun
pajak. Berdasarkan hal ini, maka perhitungan dan penghitungan PPh dilakukan
setahun sekali yang dituangkan dalam SPT Tahunan. Nah, karena penghitunganPPh
dilakukan setahun sekali, maka penghitungan ini harus dilakukan setelah satu tahun
tersebut berakhir agar semua data penghasilan dalam satu tahun sudah diketahui.
Untuk perusahaan, tentu saja data penghasilan ini harus menunggu laporan
keuangan selesai dibuat.Cara seperti itu tentu saja jumlah PPh terutang yang wajib
dibayar baru dapat diketahui ketika suatu tahun pajak telah berakhir. Agar
pembayaran pajak tidak dilakukan sekaligus yang tentunya akan
memberatkan,maka dibuatlah mekanisme pembayaran pajak di muka atau
pembayaran cicilan setiap bulan. Pembayaran angsuran atau cicilan ini dinamakan
Pajak Penghasilan Pasal 25.

2.2 Fungsi pajak


menurut Mardiasmo (2011:1) yaitu :1. Fungsi budgetair Pajak sebagai sumber
dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.2. Fungsi
mengatur (regulerend) :Pajak sebagai alat untuk megatur atau melaksanakan

3
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial danekonomi.Contoh:a. Pajak yang
tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk konsumsi minuman keras.b. Pajak
yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya
hidup konsumtif.c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor
produk Indonesia dipasaran dunia

2.3 Subjek Pajak, Wajib Pajak, dan Objek Pajak


Pajak penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnyadalam Tahun Pajak. Yang menjadi Subjek Pajak
(Mardiasmo, 2011:155) adalah:
1. a. Orang Pribadi
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
2. Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, BUMN/BUMD dengannama dan bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi,dana pensiun, perse-kutuan, perkumpulan, yayasan,organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan
lainnyatermasuk kontrak investasi kolektif.
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT). Objek Pajak, yang menjadi objek pajak adalah
penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomisyang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yangdapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan namadan dalam bentuk apapun
(Mardiasmo,2011:159).

2.4 Cara menghitung pph pasal 25


Besarnya angsuran PPh Pasal 25 harus dihitung sesuai dengan ketentuan. Pada
umumnya, caramenghitung PPh Pasal 25 didasarkan kepada data SPT Tahunan
tahun sebelumnya. Artinya, kitamengasumsikan bahwa penghasilan tahun ini sama
dengan penghasilan tahun sebelumnya. Tentu saja nantiakan ada perbedaan dengan
kondisi sebenarnya ketika tahun pajak sekarang sudah berakhir. Selisih
tersebutlahyang kita bayar sebagai kekurangan pajak akhir tahun. Kekurangan

4
bayar akhir tahun ini biasa dinamakan PPhPasal 29. Apabila selisihnya
menunjukkan lebih bayar, maka kondisi ini dinamakan restitusi atau Wajib
Pajakmeminta kelebihan pembayaran pajak yang telah dilakukan.Pada umumnya
angsuran pajak ini adalah sebesarPajak Penghasilan terutang menurut SPT Tahunan
Pajak Penghasilan tahun lalu dikuranggi dengan kredit pajakPajak Penghasilan
Pasal 21, 22, 23 dan Pasal 24, dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun
pajak.Misal, SPT Tahunan 2011 menunjukkan data sebagai berikut :

Pajak Penghasilan terutang 50.000.000


Kredit Pajak PPh Pasal 21,22,23 dan 24 35.000.000

Maka, PPh Pasal 25 tahun 2012 yang harus dibayar tiap bulan adalah sebagai
berikut :
Pajak Penghasilan terutang 50.000.000
Kredit Pajak PPh Pasal 21,22,23 dan 24 35.000.000
Selisih 15.000.000
PPh Pasal 25 = selisih : 12 = 1.250.000

2.5 Tatacara Pelaporan PPh Pasal 25


Pembayaran PPh Pasal 25 harus dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya, dan pelaporannya paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah
masa pajak berakhir.Menurut Peraturan Dirjen PajakNo.PER-22/PJ/2008
bahwa pembayaran PPh Pasal 25 melalui modul penerimaan negara (MPN) dan
SSP PPh Pasal 25 yang telah mendapat validasi NTPN (nomor transaksi
penerimaan Negara) dari bank, maka Wajib Pajak dianggap telah melakukan
pelaporan PPh Pasal 25.

5
Contoh studi kasus

1. Penghasilan neto PT. Kuat Rekasa tahun 2017 adalah Rp300.000.000.


Perusahaan memiliki sisa kerugian yang belum dikompensasikan pada tahun 2016
adalah Rp100.000.000. Pada tahun 2017, pajak penghasilan yang dipotong atau
dipungut oleh pihak lain sebesar Rp14.000.000. Selain itu, di tahun 2017 juga tidak
ada pajak yang terutang ataupun dibayar di luar negeri.

Hitunglah berapa angsuran PPh Pasal 25 yang masih harus dibayar oleh PT. Kuat
Rekasa?

Jawab:

Penghasilan neto dikurangi kompensasi kerugian = Rp300.000.000 –


Rp100.000.000

= Rp200.000

PPh terutang tahun 2018 = 25% x Rp200.000.000 = Rp55.000.000

Kredit pajak:

PPh yang dipotong atau dipungut = (Rp14.000.000)

Selisih = Rp36.000.000

Adapun selisih antara PPh terutang dengan kredit pajak menjadi dasar perhitungan
besarnya PPh Pasal 25 per bulan. Dengan demikian, perhitungan PPh Pasal 25 tiap
bulan adalah sebagai berikut:

Besarnya PPh Pasal 25 per bulan = Rp36.000.000 : 12 bulan

= Rp3.000.000

2. Berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun 2018, Tuan Bintang


memiliki jumlah pajak penghasilan terutang sebesar Rp55.000.000. Adapun jumlah
kredit pajak Tuan Bintang selama tahun 2018 adalah Rp31.000.000 dengan rincian
sebagai berikut:

• PPh Pasal 21 Rp15.000.000

6
• PPh Pasal 22 Rp10.000.000

• PPh Pasal 23 Rp3.000.000

• PPh Pasal 24 Rp3.000.000

Hitunglah berapa besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Tuan Bintang di tahun
2019?

Jawab:

PPh terutang tahun 2018 = Rp55.000.000

Kredit pajak:

PPh Pasal 21 = Rp15.000.000

PPh Pasal 22 = Rp10.000.000

PPh Pasal 23 = Rp3.000.000

PPh Pasal 24 = Rp3.000.000

Jumlah kredit pajak = (Rp31.000.000)

Selisih = Rp24.000.000

Adapun selisih antara PPh terutang dengan kredit pajak menjadi dasar perhitungan
besarnya PPh Pasal 25 per bulan. Dengan demikian, perhitungan PPh Pasal 25 tiap
bulan adalah sebagai berikut:

Besarnya PPh Pasal 25 per bulan = Rp24.000.000 : 12 bulan

= Rp2.000.000

Dengan demikian Tuan Bintang harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25
setiap bulan di tahun 2019 mulai masa Maret sebesar Rp2.000.000.

7
BAB III
PENUTUP

2.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa
perhitungan dan penghitungan PPh dilakukan setahun sekali yang dituangkan
dalam SPT Tahunan. Nah, karena penghitunganPPh dilakukan setahun sekali, maka
penghitungan ini harus dilakukan setelah satu tahun tersebut berakhir agar semua
data penghasilan dalam satu tahun sudah diketahui. Untuk perusahaan, tentu saja
data penghasilan ini harus menunggu laporan keuangan selesai dibuat.Cara seperti
itu tentu saja jumlah PPh terutang yang wajib dibayar baru dapat diketahui ketika
suatu tahun pajak telah berakhir. Agar pembayaran pajak tidak dilakukan sekaligus
yang tentunya akan memberatkan,maka dibuatlah mekanisme pembayaran pajak di
muka atau pembayaran cicilan setiap bulan. Pembayaran angsuran atau cicilan ini
dinamakan Pajak Penghasilan Pasal 25.

2.2 Saran
dalam penelitian makalah ini kelompok 8 masih banyak kekurangannya, untuk
itu kami kelompok 8 meminta saran bagi para pembaca untuk dapat membuat
makalah lebih baik lagi. Dan kami berharap dalam penyusunan makalah selanjutnya
agar lebih baik lagi dan lebih jelas.

8
DAFTAR PUSTAKA

Walandouw, Patric. "Analisis perhitungan dan pelaporan PPh pasal 23 dan PPh
pasal 25." Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan
Akuntansi 1.3 (2013).
Ismail, Shinta, Sifrid S. Pangemanan, and Harijanto Sabijono. "Analisis
perhitungan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan Pasal 25 pada
CV. Delta Dharma." Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis Dan Akuntansi 2.2 (2014).
Sari, Maria M. Ratna, and Ni Nyoman Afriyanti. "Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak
Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pph Pasal 25/29 Wajib Pajak
Badan Pada Kpp Pratama Denpasar Timur." Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Bisnis 7.2 (2012): 1-21.

Anda mungkin juga menyukai