The New Rules of The World
The New Rules of The World
UMR di Indonesia pada saat film ini dibuat adalah 9 ribu rupiah.
Dengan pekerjaan yang berat ini mereka hanya dibayar 9 ribu rupiah
perhari atau sekitar 1 dollar perhari. Dengan upah yang begitu rendahnya,
mereka harus rela mempunyai tempat tinggal yang dikatakan sangat
tidak memadai di lingkungan kumuh di Jakarta. Mereka menyiasati upah
mereka agar mencukupi kebutuhan pangan keluarganya dengan cara
mengurangi porsi makan dan tingkat gizi makanan yang mereka
konsumsi. Upah gaji para buruh pabrik sepatu Nike sangat berbeda jauh
dengan upah yang diterima oleh Tiger Wood untuk mempromosikan
produk tersebut.
Beberapa buruh pabrik pun diwawancarai dalam film dokumenter
ini. Mereka menceritakan betapa tidak manusiawinya kehidupan di pabrik.
Ketika ada pesanan mendadak untuk ekspor, mereka diwajibkan untuk
bekerja selama 16 jam dengan 2 kali istirahat sepanjang hari. Jangan
bayangkan ruangan kerja yang nyaman dan kondusif, John Pilger dengan
berani membawa masuk kamera tersembunyi kedalam ruang kerja pabrik
GAP. Dan terlihatlah bagaimana keadaan ruang kerja buruh pabrik yang
menghasilkan barang berharga jual tinggi ini. Diruangan luas dengan
tidak mengunakan fasilitas Air Conditioner, kurang lebih 1000 pekerja
memproduksi barang disitu. Keadaan yang penuh sesak dan
mengharuskan mereka berdiri sepanjang hari juga menjadi salah satu
mimpi buruk mereka.
Dita Sari, seorang aktivis pemimpin buruh di Indonesia,
membenarkan kejadian ini. Dengan tingkat pengangguran dan kemiskinan
yang tinggi, para buruh rela melakukan apa saja meskipun dengan upah
yang rendah. Proses kerja yang tidak wajar ini amat menyimpang dari
peraturan pabrik yang dibuat oleh GAP sendiri.
Film ini lebih jauh telah mempertontonkan dominansi perusahaanperusahaan multinasional yang berada di Indonesia. Apa yang terjadi
kepada buruh-buruh Indonesia tak jauh berbeda dengan apa yang dialami
oleh para buruh di negara berkembang lainnya seperti Afrika dan Amerika
Latin.
Pada sisi lain, film ini menceritakan tentang ekonomi yang terjadi
dunia. John Pilger sengaja mendatangi Nicholas Stern, pimpinan ekonom
dari World Bank atau bank dunia di Washington DC. John Pilger melakukan
wawancara yang amat serius mengenai bagaimana proses terjadinya
hutang luar negeri yang berasal dari pinjaman Bank Dunia kepada
Indonesia. Dalam wawancara ini timbul lah pertanyaan dari John Pilger,
apakah ada hubungannya dengan pembantaian yang dilakukan oleh rezim
orde baru demi terlaksananya globalisasi di Indonesia.