Anda di halaman 1dari 3

Critical Review John Pilger – The New Ruler Of The World

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Otonomi Daerah dan Desa
Dosen Pengampu:
Ida Widianingsih,S.IP., M.A., Ph.D.
Dr.Darto,S.IP., M.Si.
Dr.R. Ahmad Buchari ,S.IP., M.Si.
Nunung Runiawati ,S.IP., M.Si.
Dr. Drs.Entang Adhymuhtar,M.S.

Disusun oleh:
Muhammad Rifqi Fauzi – 170110190035

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
Critical Review Film John Pilger – The New Ruler Of The World

Dalam beberapa bulan terakhir ini, lebih dari sejuta orang dan kebanyakkan orang muda,
menggelar aksi protes menentang sebuah tata ekonomi baru yang disebut dengan Globalisasi. Yang
merupakan salah satu gerakan terbesar pada tahun 1960an. Globalisasi ini dipercayai sebagai salah
satu upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan suatu negara dan menghentaskan kemiskinan di
kalangan masyarakat, namun semua itu ternyata berbanding terbalik, karena pada kenyataannya yang
kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin.

Indonesia merupakan salah satu negara di asia yang kaya, karena didalamnya memiliki
sumber daya alam yang melimpah. Namun, indonesia sempat dijajah oleh belanda dan diambil alih
sumber daya tersebut dan eksploitasi, selama bertahun-tahun disedot terus oleh negara barat dan pada
akhirnya negara barat sampai sekarang tetap maju dan menguasai sektor perekonomian. Hal
tersebutlah yang melatarbelakangi terjadinya globalisasi diberbagai negara.

Barang-barang branded yang biasa dibeli itu dibuat oleh negara-negara miskin dan buruh
yang rendah pembayarannya, seperti di negara indonesia. Pembuatan celana boxer GAP seharga 110
ribu, 1 orang buruh hanya mendapatkan sekitar 2 ribu saja dan penjualan sepatu nike yang seharga 1,4
juta itu buruh hanya mendapatkan sekitar 5 ribu saja. Dan ternyata orang yang memproduksi barang
tersebut itu tidak diperlakukan dengan baik, ada yang bekerja selama 36 jam hanya dengan waktu
istirahat 2 jam, ada yang selama 12 jam itu bekerja dan berdiri terus. Perusahaannya itu sendiri
mengklaim bahwa mereka akan memperlakukan buruh dengan baik, dan tidak akan memaksakan
kehendak mereka kepada buruh.

Namun, pada kenyataannya tidak seperti itu, mereka seolah-olah menutup mata dan tidak
mengetahui hal tersebut. Para buruh tidak diberitahu mengenai kode etik ataupun peraturan dari
pabrik itu sendiri. Mereka pun tidak berani melawan atas terjadinya ketidak adilan dalam pekerjaan
mereka karena takut dimarahi. Dan bahkan mereka bekerja tidak ditempat yang nyaman, ditempat
yang panas dan sesak, sedangkan para bos nya itu enak diatas karena memiliki ruang yang luas dan
juga memiliki AC didalam ruangannya.

Globalisasi ini sebenarnya tidak akan masuk ke indonesia, karena saat zaman presiden
soekarno, itu lebih percaya dengan kemampuan ekonomi negara sendiri alias mandiri. Bahkan
kalaupun ada dari asing yang masuk ke indonesia itu langsung diusir oleh soekarno. Semua kekacauan
itu terjadi saat soeharto menjabat, karena soeharto semua para investor dan organisasi perekonomian
asing bisa masuk ke indonesia. Sejarah globalisasi di asia itu sebenernyagelap, dan sangat ingin
dilupakan oleh negara barat. Disebut gelap, karena untuk mendapatkan keadaan ekonomi seperti ini
dimulai oleh pembunuhan massal kurang lebih 1 juta jiwa oleh sang diktator dingin.

Dan ternyata tanpa disadari, soeharto itu didukung oleh inggris dan amerika, dan pada
kesempatan itulah IMF dan World Bank masuk dan mulai mengatur perekonomian dari negara ke
tiga/negara miskin. Mereka memberikan pinjaman-pinjaman kepada negara miskin dengan tujuan
untuk membantu, namun membuat negara tersebut menjadi tercekik hutang. Seperti kasus rezim
soeharto yang ternyata membawa kabur/mengkorupsi sekitar 20-30% dari pinjaman IMF kepada
indonesia.

Yang menyebabkan hutang-hutang tersebut harus dibayarkan oleh masyarakat dan generasi
kedepannya. Wakil director dari imf sendiri sempat diwawancara oleh john pilger, mengenai kasus
tersebut dan tujuan imf. John pilger sempat menanyakan bahwa “bagaimana apabila hutang-hutang
negara miskin kepada yang sudah kaya itu dihapuskan?” namun, ternyata wakil directornya tersebut
itu menahan diri, dan terus bertahan dalam argumentasinya yang menyatakan bahwa hutang itu harus
terus ada, untuk mendatangkan investor, dan memperlancar aliran uang sehingga bisa membayar
hutang tersebut, dan juga menyalahkan bahwa hal tersebut bagaimana pengelolaan suatu negara oleh
pemerintah, jadi apabila dihapuskan itu merupakan keputusan yang salah atau kurang tepat.

Jadi, agar tercapai globalisasi yang adil mungkin harus benar-benar mempertimbangkan hal
kedepannya dan bagaimana keadaan buruh di setiap negara dan jangan hanya mementingkan
kekuasaan orang kaya yang mungkin sudah memiliki 200 perusahaan atau seperempat dari ekonomi
dunia, sehingga tidak terjadi perang dingin,pertumpahan darah dan demonstrasi.

Anda mungkin juga menyukai